RENCANA STRATEJIK DEPARTEMEN KEHUTANAN 2001 2005
KATA PENGANTAR
Rencana St rat ej ik Depart emen Kehut anan Tahun 2001-2005 (Penyempurnaan) set erusnya dalam uraian lebih lanj ut dit ulis RENSTRA Dephut , merupakan bagian int egral dari Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) sert a merupakan revisi/ perubahan dari Rencana St rat ej ik Depart emen Kehut anan dan Perkebunan 2001 – 2005 yang dit et apkan Ment eri Kehut anan dan Perkebunan berdasarkan Surat Keput usan Ment eri Kehut anan dan Perkebunan 213/ Kpt s-VIII/ 2000 t anggal 24 Juli 2000. Landasan pemikiran peninj auan/ penyempurnaan kembal i RENSTRA t ersebut adal ah sebagai berikut :
1. Terbit nya UU Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang mengamanat kan bahwa set i ap lembaga t inggi negara, depart emen dan lembaga pemerint ah non-depart emen menyusun RENSTRA.
2. Perubahan st rukt ur depart emen, berdasarkan Keppres No. 234/ M t ahun 2000 t ent ang Pengangkat an Kabinet Masa Jabat an 1999-2004, j o Keppres No. 289/ M t ahun 2000, Depart emen Pert anian dan Kehut anan dipisahkan menj adi Depart emen Pert anian dan Depart emen Kehut anan.
3. Pencermat an kebij akan dan pelaksanaan pembangunan kehut anan selama t ahun 2000 s/ d 2002.
4. Penyusunan Penyempurnaan Renst ra ini mengacu pada Inpres No. 7 t ahun 1999 t ent ang Akunt abilit as Kinerj a Inst ansi Pemerint ah.
RENSTRA Dephut memuat perencanaan makro bidang kehut anan, dimana berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah dan PP No 25 Tahun 2000 t ent ang kewenangan pemerint ah dan kewenangan propinsi sebagai daerah ot onom, penyusunannya menj adi kewenangan pemerint ah pusat .
RENSTRA Dephut diharapkan merupakan acuan umum (guidance) rencana dan kegiat an lingkup Depart emen Kehut anan, inst ansi daerah bidang kehut anan, sert a dapat dij adikan bahan ruj ukan bagi inst ansi t erkait lint as sekt oral pemerint ah maupun non-pemerint ah yang t erkait dan para pihak pemerhat i pembangunan kehut anan. Dengan demikian diharapkan semua pihak yang t erkait dengan pengelolaan hut an t erdapat kesepahaman dalam mewuj udkan hut an lest ari unt uk kesej aht eraan masyarakat .
Semoga RENSTRA Dephut ini bermanf aat bagi kit a semua. Jakart a, Okt ober 2003
MENTERI KEHUTANAN,
t t d.
MUHAMMAD PRAKOSA
(2)
1. PENDAHULUAN
1. 1. LATAR BELAKANGHut an Indonesia seluas 120, 35 j ut a hekt ar merupakan kelompok hut an t ropis yang besar di dunia, dan mempunyai f ungsi ut ama sebagai paru-paru dunia sert a dianggap
signif ikan mempengaruhi iklim dunia. Selain it u hut an Indonesia sebagai sumber keragaman hayat i t el ah menj adi perhat ian dunia unt uk dapat dipert ahankan
keberadaan dan t ingkat mega-biodiversit inya yang menj adi sangat pent ing dikemudian hari.
Selama t iga dekade t erakhir, sumberdaya hut an t elah menj adi modal ut ama pembangunan ekonomi nasional, yang memberi dampak posit if ant ara l ain t erhadap peningkat an devisa, penyerapan t enaga kerj a dan mendorong pengembangan wilayah dan pert umbuhan ekonomi. Namun demikian dinamika pembangunan masa l alu t elah menyebabkan pemanf aat an hasil hut an kayu secara berlebihan yang dit unj ukkan dengan kapasit as indust ri nasional yang melebihi kemampuan pasok kayu lest ari sesuai sist em pengel olaan hut an saat ini. Kerusakan hut an bahkan diperburuk oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sej ak beberapa t ahun yang lalu. Kondisi t ersebut t elah menyebabkan t imbul nya berbagai permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan yang menyebabkan sulit t ercapainya pengelolaan hut an secara lest ari.
Laj u def orest asi hut an selama sepuluh t ahun t erakhir (s/ d 2002) diperkirakan sebesar 1, 6 j ut a hekt ar per t ahun bahkan selama 3 t ahun t erakhir diperkirakan angkanya lebih besar. Degradasi t ersebut disebabkan oleh pengelol aan hut an yang t idak t epat , pembukaan kawasan hut an dalam skal a besar unt uk berbagai keperluan pembangunan, over cut t ing dan i l l egal l oggi ng, penj arahan, perambahan, okupasi lahan, kebakaran hut an, dan ekses kapasit as indust ri pengolahan kayu di at as kemampuan supply bahan baku lest ari.
Pembangunan kehut anan yang berkelanj ut an dan berkeadilan dapat t ercapai, apabila ada perubahan paradigma. Paradigma baru pembangunan kehut anan t ersebut adalah pergeseran orient asi dari pengelolaan hut an menj adi pengel olaan sumberdaya (resour ces-based management), pengel olaan yang sent ralist ik menj adi desent ralist ik, sert a pengelolaan sumberdaya yang lebi h berkeadilan.
Upaya-upaya unt uk memperbaiki permasal ahan pengelolaan hut an dalam kurun wakt u j angka menengah t elah dit uangkan dal am Rencana St rat ej ik Depart emen Kehut anan dan Perkebunan (Renst ra Dephut bun) 2001-2005 (sesuai SK Menhut bun No. 213/ Kpt s-VIII/ 2000 t anggal 24 Juli 2000).
Namun dengan t erbit nya Undang-Undang No. 25 t ahun 2000 t ent ang Program pembangunan Nasional (PROPENAS), perubahan st rukt ur Depart emen (Depart emen Kehut anan dan Perkebunan menj adi Depart emen Kehut anan), sert a perubahan-perubahan kebij akan sesuai dengan perkembangan yang ada (al: SK Menhut No. 7501/ Kpt s-II/ 2002 t ent ang kebij akan priorit as bidang kehut anan dalam Program Pembangunan Nasional), maka Renst ra t ersebut perlu disempurnakan, melalui penyusunan Rencana St rat ej ik Depart emen Kehut anan t ahun 2001-2005 (Penyempurnaan) at au RENSTRA Dephut
Dengan demikian perencanaan j angka menengah yang disusun dapat aplikat if dan diacu unt uk perencanaan j angka pendek dan menj adi landasan perencanaan operasional oleh Unit -unit di lingkungan Depart emen Kehut anan Pusat maupun Daerah.
(3)
1. 2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penyusunan RENSTRA Dephut adalah menyempurnakan Renst ra Dephut bun 2001-2005 (SK. Menhut bun No. 213/ Kpt s-VIII/ 2000 t anggal 24 Jul i 2000) sert a unt uk mencapai harmonisasi perencanaan pembangunan kehut anan yang holist ik, t erint egrasi dengan sekt or lain guna meningkat kan ef isiensi pembangunan nasional.
Sedangkan Tuj uan penyusunan RENSTRA Dephut adalah sebagai arahan kebij akan dan st rat egi pembangunan kehut anan dal am menyusun program dan kegiat an s/ d t ahun 2005.
1. 3. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup RENSTRA Dephut ini mencakup hal -hal ant ara lain sebagai berikut : a. Berlaku ef ekt if t ahun 2003 - 2005.
b. Gambaran kondisi sampai dengan saat ini (dat a t erakhir yang t ersedia) yang memvisualisasikan dat a/ inf ormasi hut an dan kehut anan Indonesia. Gambaran ini dimaksudkan unt uk membant u mengident if ikasi permasal ahan-permasalahan yang t erj adi.
c. Gambaran kondisi yang diinginkan dengan mengacu pada permasalahan yang ada sert a ket ersediaan Sarana-prasarana, SDM, perat uran perundangan yang ada. Kondisi ini diident if ikasi melalui analisa t erhadap kekuat an, peluang, kendal a dan t ant angan yang ada.
d. Landasan menuj u peningkat an pembangunan kehut anan melalui penet apan kebij akan umum ant ara lain: 1) Arah kedepan pembangunan kehut anan yait u memasuki era "Rehabilit asi dan Konservasi"; 2) Lima kebij akan priorit as Depart emen Kehut anan (Kepmenhut No. 7501/ Kpt s-II/ 2002) yang dipayungi melalui pendekat an "Social For est r y"; 3) Penurunan j at ah t ebangan melalui "Sof t Landi ng".
e. Penet apan program-program ut ama Depart emen Kehut anan yang menj adi payung bagi penent uan program-program masing-masing Eselon I dalam penyusunan Renst ra Eselon I lingkup Dephut .
2. KONDISI SAAT INI
Dalam kont eks penyusunan rencana kehut anan j angka menengah pembangunan kehut anan yang t elah dilaksanakan saat ini perlu diident if ikasi unt uk memperoleh gambaran t erakhir kondisi kehut anan yang ada. Gambaran ini diharapkan dapat memberikan dasar bagi penet apan t uj uan-sasaran-program-kegiat an, sehingga rencana kehut anan yang t ersusun dapat bersif at komprehensif dan realist ik. Kondisi yang digambarkan meliput i aspek ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan.
2. 1. EKOLOGI
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayat i berupa f l ora, f auna dan t ipe ekosist em yang sangat t inggi. Sebagian di ant aranya merupakan j enis dan t ipe
ekosist em yang bersif at endemik, hanya t erdapat di bumi Indonesia. BAPPENAS (1993) dan Worl d Conservat ion Monit oring Commit t ee (1994) mencat at bahwa kekayaan bumi Indonesia mencakup 27. 500 species t umbuhan berbunga (10% dari seluruh species t umbuhan berbunga dunia), 1539 species rept ilia dan amphibi (16% dari seluruh species rept ilia dunia), 12% mamal ia dunia, 25% j enis ikan dunia dan 17% j enis burung dunia.
(4)
Kekayaan t ersebut sebagian besar t erdapat dal am kawasan hut an. Namun kekayaan t ersebut saat ini sedang mengalami t ekanan keberadaannya sebagai akibat dari aksi-aksi al: penyelundupan sat wa, pencurian pl asma nut f ah, perambahan hut an, perburuan liar, perdagangan f lora/ f auna dilindungi.
Berdasarkan penunj ukan kawasan hut an dan perairan sert a hasil pemaduserasian Tat a Guna Hut an Kesepakat an (TGHK) dan Rencana Tat a Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) kawasan hut an indonesia seluas 120, 35 j ut a ha (sekit ar 63% luas darat an Indonesia). Kawasan t ersebut t erdiri dari hut an konservasi seluas 20, 5 j ut a ha, hut an l indung seluas 33, 52 j ut a ha, hut an produksi t erbat as seluas 23, 06 j ut a ha, hut an produksi seluas 35, 2 j ut a ha dan hut an produksi yang dapat dikonversi seluas 8, 07 j ut a ha.
Khusus kawasan konservasi yang meliput i kawasan suaka alam (CA/ Cagar Alam dan SM/ Suaka Margasat wa) dan kawasan pel est arian al am (TN/ Taman Nasional, Tahura/ Taman Hut an Raya, TWA/ Taman Wisat a Alam) dan Taman Buru t elah
dit et apkan dalam: 41 unit Taman Nasional , 89 unit Taman Wisat a Alam, 13 unit Taman Hut an Raya, 15 unit Taman Buru, 179 unit Cagar Alam dan 51 unit Suaka Margasat wa. Kawasan hut an yang ada t ersebut sampai dengan saat ini masih t erus mendapat t ekanan dari berbagai kepent ingan sehingga t erancam keberadaannya. Tekanan-t ekanan Tekanan-t ersebuTekanan-t al : klaim masyarakaTekanan-t adaTekanan-t , kurangnya pengakuan masyarakaTekanan-t t erhadap bat as-bat as kawasan hut an, keinginan kuat sekt or lain unt uk mengkonversi kawasan hut an, rumit nya sinkronisasi penat agunaan hut an dal am proses review
penat aan ruang (RTRWP, RTRWK). Dat a di bawah ini memperlihat kan besarnya t ekanan t erhadap kawasan hut an.
Reassesement sumber daya hut an yang dilakukan pada 70% dari hut an produksi (sekit ar
66, 33 Jut a hekt ar) sert a pada 55, 16% dari hut an lindung dan konservasi (sekit ar 54, 02 j ut a hekt ar), menunj ukkan kondisi penut upan veget asi (f or est cover) hut an pri mer 47, 5%, hut an sekunder 26, 2% dan t idak berhut an 26, 2%. Terlihat bahwa kawasan hut an yang perlu di rehabilit asi mencapai seluas 20, 1 j ut a ha.
Dampak kerusakan akibat kondisi hut an yang t erus mengal ami degradasi t ersebut dit unj ukkan ol eh kej adian-kej adian ant ara l ain: sering t erj adinya bencana t anah longsor, banj ir, polusi, kekeringan, perubahan iklim mikro. Kerusakan-kerusakan yang t erj adi t ersebut menunj ukkan kerugian yang sangat besar dari sisi ekol ogi dan ekonomi, sekaligus sangat mempengaruhi kondisi keseluruhan bangsa Indonesia dari segala aspek kehidupan.
Upaya-upaya rehabilit asi hut an dan lahan (al: reboisasi, penghi j auan, rehabilit asi lahan) yang t elah dilaksanakan sel ama beberapa t ahun belum bisa mengimbangi laj u kerusakan/ degradasi hut an.
2. 2. SOSIAL
Sekt or kehut anan pada dasarnya mempunyai manf aat sosial yang sangat besar, hal ini dit unj ukkan dengan banyaknya masyarakat yang sangat t ergant ung pada keberadaan hut an.
Ket ergant ungan t ersebut dapat dilihat secara langsung maupun t idak langsung. Manf aat sosial langsung dit unj ukkan oleh banyaknya produk-produk hut an baik kayu maupun non kayu (rot an, damar, gaharu, lebah madu dsb) yang menj adi gant ungan hidup sebagian besar masyarakat sekit ar hut an. Sedangkan manf aat sosial t idak langsung dit unj ukkan oleh adanya keseimbangan lingkungan keberadaan hut an yang berdampak sosial ant ara lain: t erj aganya sumber air, mencegah t erj adinya bencana alam (banj ir, longsor).
(5)
Selain it u keberadaan sekt or kehut anan (dari hilir ke hulu) t elah membuka kesempat an/ lapangan kerj a bagi penduduk Indonesia.
Jumlah j iwa yang t ergant ung pada sekt or kehut anan baik langsung maupun t idak langsung diperkirakan mencapai 30 j ut a orang. Tahun 1997 j umlah t enaga kerj a pada kegiat an pengusahaan hut an t ercat at sebanyak 183 ribu orang.
Keberadaan hak ul ayat dan hukum adat pada masyarakat di dal am dan sekit ar kawasan hut an menggambarkan pula manf aat sosial yang sangat besar dari keberadaan hut an. Masyarakat t ersebut diprediksi t elah menempat i kawasan hut an dalam kurun wakt u beberapa generasi. Dengan demikian t erj adi saling ket erkait an yang sangat erat ant ara masyarakat hukum adat dan kawasan hut an. Padahal sampai dengan saat ini
keberadaan masyarakat hukum adat bel um t erakomodasi dengan j elas dal am perat uran perundangan yang ada.
Dampak krisis mult i dimensi yang dialami ol eh Indonesia mengakibat kan kondisi-kondisi sosial yang memprihat inkan, dalam kej adian al : t erj adinya kesenj angan sosial,
kebut uhan lahan yang sangat besar (lapar lahan), konf lik lahan, masih lemahnya akses masyarakat t erhadap pengelolaan hut an, kecenderungan memperoleh hasil cepat melalui kegiat an illegal (over cut t ing, penebangan liar, penyelundupan kayu, perambahan hut an dsb).
Kondisi semakin menurunnya pot ensi kayu hut an al am t erut ama wilayah Asia Tenggara dengan kecenderungan permint aan pasar akan hasil hut an kayu yang meningkat j uga menambah krit isnya kondisi sosial t ersebut .
Dalam upaya meningkat kan kesej aht eraan masyarakat di sekit ar hut an pemerint ah t elah mengharuskan para pengusaha HPH unt uk mel aksanakan kegiat an HPH Bina Desa yang kemudian disempurnakan menj adi program Pembangunan Masyarakat Desa Hut an (PMDH).
Demikian pul a pada hut an produksi di Jawa t el ah banyak dilaksanakan kegiat an yang berorient asi pada upaya peningkat an kesej aht eraan masyarakat sepert i PMDH,
agr of or est r y, PHBM (Pengelol aan Hut an Bersama Masyarakat ) dan bent uk-bent uk hut an kemasyarakat an l ainnya (Perhut anan Sosial). Namun upaya-upaya t ersebut belum menunj ukkan hasil yang nyat a.
2. 3. EKONOMI
Pemanf aat an hut an secara komersial yang dimulai sej ak t ahun 1967, t elah
menempat kan kehut anan sebagai penggerak perekonomian nasional. Indonesia t elah berhasil merebut pasar ekspor kayu t ropis dunia yang diawali dengan ekspor l og, kayu kergaj ian, kayu lapis, dan produk kayu l ainnya.
Sej ak t ahun 1995 t erl ihat kecenderungan yang menurun yang ant ara lain disebabkan t idak seimbangnya laj u pemanf aat an dengan laj u rehabilit asi.
Dalam rangka pemanf aat an/ pengel olaan hut an perlu didukung adanya pembent ukan Kesat uan Pengelolaan Hut an baik it u di hut an konservasi, hut an lindung dan hut an produksi (KHPK, KPHL, KPHP). KPH t ersebut merupakan kesat uan unit pengelolaan yang lest ari. Namun sampai saat ini KPH-KPH t ersebut belum t erbent uk. Pengusahaan/ pemanf aat an hut an yang digambarkan di bawah ini belum didasari oleh KPH-KPH t ersebut .
(6)
Dari sisi pemanf aat an hut an, dat a sampai dengan bulan Desember 2002, menunj ukkan j umlah HPH/ IUPHHK yang SK HPH-nya masih berl aku sebanyak 270 unit dengan luas areal kerj a 28 j ut a Ha, dengan rincian:
• Swast a sebanyak 182 unit (22, 5 j ut a Ha) • BUMN sebanyak 5 unit ( 339. 240 Ha)
• Pat ungan/ BUMN disert akan sebagai pemegang saham HPH sebanyak 83 unit (5, 2 j ut a Ha).
Dalam upaya pemenuhan bahan baku kayu sert a rehabilit asi hut an t elah dilaksanakan program pembangunan hut an t anaman melalui sist em Hak Pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri (HPHTI) dengan t iga pola pendekat an yait u HTI Pulp, HTI Kayu Pert ukangan, dan HTI Trans. Perkembangan pembangunan hut an t anaman dari t ahun 1990/ 1991 sampai t ahun 2002 t ercat at seluas 2. 867. 221 hekt ar, Sedangkan produksi kayu bulat dari hut an t anaman sej ak t ahun 1999/ 2000 s/ d 2002 t elah mencapai 16. 101. 614 m3. Selain pengusahaan hut an yang berbasis pada kayu, t elah dikembangkan pula Hak Pengusahaan Wisat a Alam (HP-WA), sampai dengan saat ini t elah ada 19 HP-WA. Pengusahaan hut an semacam ini dirasa belum dikelol a dan dikemas dengan baik sehingga belum menonj ol unt uk ikut mengembangkan perekonomian Nasional. Khusus pengelolaan hut an produksi di Jawa dilaksanakan oleh PT. Perhut ani (dulu Perum Perhut ani) sesuai PP No. 36 t ahun 1986 yang disempurnakan mel alui PP No. 53 t ahun 1999 dan selanj ut nya dirubah dengan PP 14 Tahun 2000.
Indust ri kehut anan yang mengiringi berkembangnya pemanf aat an hut an sampai saat ini t elah mencapai 1. 881 unit (sawmill dan wood working, plywoodmill, pul pmil l, dll). Namun kondisi indust ri t ersebut sebagian besar memprihat inkan karena al: mesin t ua, t idak ef isien/ boros bahan baku, produk kurang kompet it if . Di samping it u indust ri t ersebut sebagian besar bert umpu pada bahan baku kayu dari hut an alam.
Sedangkan penerimaan pemerint ah dari pungut an Dana Reboisasi, IHPH/ PSDH dan IHPH selama l ima t ahun t erakhir (1998/ 1999 s/ d 2002) keseluruhan mencapai Rp. 13, 5 t rilyun.
Berkembangnya permint aan pasar berdampak kepada t idak sinkronnya kebij akan pengembangan indust ri pengolahan hasil hut an (sekt or hilir) dengan kemampuan produksi bahan baku berupa kayu bulat (sekt or hulu) yang menyebabkan t erj adinya kesenj angan bahan baku yang diperkirakan sebesar 26, 12 j ut a m3 per t ahun. Hal ini diindikasikan oleh kapasit as t erpasang indust ri pengolahan kayu sebesar 44, 77 j ut a m3 per t ahun yang j auh melebihi kemampuan penyediaan bahan baku sebesar 18, 60 j ut a m3.
Kesenj angan ant ara produksi dan pemanf aat an sebagaimana dikemukakan, disebabkan ant ara l ain ol eh pengembangan indust ri pr imer yang melampaui j at ah t ebangan (AAC). Kesenj angan bahan baku selanj ut nya menyebabkan maraknya penebangan illegal yang t erorganisir unt uk "memenuhi" permint aan indust ri. Di samping it u, ef isiensi
pembalakan dan indust ri masih sangat rendah.
Oleh karena it u unt uk upaya mengembali kan pot ensi hut an sert a penyeimbangan supply-demand kayu, pada t ahun 2003 Depart emen Kehut anan t elah menet apkan kebij akan bahwa pot ensi kayu yang dapat dimanf aat kan dari areal hut an alam produksi seluruh Indonesia maksimal ±6, 892 j ut a m3 per t ahun.
(7)
Sedangkan produksi non kayu belum menunj ukkan kont ribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian, sebagai cont oh produksi hasil hut an non kayu pada 5 t ahun t erakhi r masih relat if kecil.
Di sisi lain produk j asa yang dapat dihasilkan dari ekosist em hut an (sepert i air, udara bersih, keindahan al am dan kapasit as asimilasi lingkungan) mempunyai manf aat yang besar sebagai penyangga kehidupan dan mampu mendukung sekt or ekonomi lainnya. Sebagian besar produk j asa t ersebut t ergolong kedalam manf aat yang int angible. Berdasarkan hasil penelit ian, nilai ekonomi j asa j auh lebih besar dari nilai produk kayu. Namun produksi ini di Indonesia belum berkembang sepert i yang diharapkan.
Dat a pemanf aat an j asa sepert i wisat a alam, memperlihat kan j uml ah kunj ungan wisat awan ke Taman Nasional pada t ahun 2001 sebanyak 741. 220 orang sedangkan pengunj ung ke kawasan konservasi t ercat at sebanyak lebih dari 3. 344. 696 orang pada t ahun yang sama.
Walaupun ada peningkat an permint aan t erhadap produk non kayu dan j asa sepert i air, wisat a dan lain-lain, namun sampai saat ini sist em pemanf aat annya belum diupayakan secara maksimal. Hal t ersebut ant ara lain disebabkan masih t erf okusnya sist em pemanf aat an hut an pada produk kayu.
Pemanf aat an di Hut an Lindung j uga belum dil akukan secara nyat a, yang dilakukan sebat as pada kegiat an rehabilit asi yang di laksanakan dengan sumber dana dalam dan luar negeri. Sedangkan kegiat an di luar kawasan HL yang dapat mendukung kelest arian HL ant ara lain dilaksanakan melalui program penghij auan, HKM, HR, dan pengendalian perladangan berpindah.
2. 4. KELEMBAGAAN
Dalam t at aran organisasi penerapan ot onomi daerah menyebabkan organisasi
Depart emen Kehut anan mengalami banyak perubahan baik dari sisi t at a hubungan kerj a pusat -daerah sert a t erput usnya komunikasi pusat -daerah dengan dit iadakannya
dekonsent rasi. Penit ik-berat an ot onomi daerah di t ingkat Kabupat en/ Kot a mengakibat kan pol a hubungan menj adi Pusat -Propinsi-Kab/ Kot a dalam proses pengurusan hut an. Perbedaan persepsi dalam penerapan ot onomi daerah t elah menimbul kan kerancuan-kerancuan khususnya yang berkait an dengan kewenangan Pusat -Propinsi-Kab/ Kot a.
Kerancuan t ersebut t elah menimbulkan t erj adinya tumpang tindih dan atau kevakuman pelaksanaan t ugas dan f ungsi ant ara Pusat -Propinsi-Kab/ Kot a. Cont oh kasus, ant ara l ain: t idak berj alannya f ungsi penat agunaan dan pemanf aat an hut an sert a penyuluhan kehut anan, lemahnya pengendalian peredaran hasil hut an, pembent ukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Daerah yang t ugas pokok f ungsinya mirip UPT Pusat . Saat ini Depart emen Kehut anan hanya mempunyai t angan langsung di daerah berupa UPT yait u: Balai Pengelol aan DAS (31); Balai Pemant apan Kawasan Hut an (11); Balai Konservasi Sumberdaya Alam (32), Balai Taman Nasional (33), Balai Sert if ikasi Penguj i Hasil Hut an (17), Balai Lit bangTeknologi DAS (2), Balai Lit bang Hut an Tanaman (2), Balai Lit bang Kehut anan (8), Balai Persut eraan Alam (1), Balai Teknologi Perbenihan (1), Balai Diklat Kehut anan (7), Balai Perbenihan dan Tanaman Hut an (6).
Sumberdaya manusia di Depart emen Kehut anan (Pusat dan Daerah) berj umlah 47. 993 personil. Dit inj au dari l at ar belakang pendidikannya, 66, 8% berl at ar belakang
pendidikan SLTA. Dari j umlah t ot al personil kehut anan hanya 34% yang berpendidikan t eknis, dimana 32 % diant aranya berpendidi kan sarj ana kehut anan, sedangkan st rat a 2 dan 3 t ercat at sebesar 1, 8%. Selain it u t erj adi pul a ket impangan alokasi sumberdaya
(8)
manusia yang umumnya t erkonsent rasi di pusat . Dari st at ist ik SDM di at as, dan j ika dibandingkan dengan luas kawasan yang dikelola sert a kompleksnya f ungsi yang diemban, maka j umlah dan kualit as SDM perlu dit ingkat kan.
Ket ersediaan SDM yang ada masih disert ai dengan t ingkat pelayanan aparat kehut anan kepada masyarakat yang rendah, hal ini dit unj ukkan dengan belum t ert anganinya pelayanan dan t unt ut an masyarakat diselesaikan secara t epat wakt u.
Pada t ahun 2002 t ercat at bahwa pengusahaan hut an oleh swast a di Indonesia menyerap t enaga kerj a swast a sebanyak sekit ar 50 ribu orang, BUMN sekit ar 20 ribu orang (PT. Perhut ani 16 ribu orang, Inhut ani I s/ d V 4 ribu orang), dan j uml ah masyarakat yang menggant ungkan kehidupannya secara langsung dari sekt or kehut anan diperkirakan sekit ar 30 j ut a orang.
Upaya-upaya penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat yang selama ini dil akukan belum memberikan dampak posit if yang diharapkan, sehingga walaupun disadari banyak masyarakat t ergant ung pada keberadaan hut an, namun dirasakan t ingkat part isipasi masyarakat dalam upaya-upaya mendukung pembangunan kehut anan belum t erlihat nyat a.
Dalam hal perat uran pendukung pelaksanaan pembangunan kehut anan, sekt or kehut anan bergerak dipayungi ol eh perat uran perundangan ant ara lain: UU Nomor 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan (yang merupakan penyempurnaan UU No. 5 t ahun 1967), UU No. 22 t ahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah, UU No. 25 t ahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, UU Nomor 12 Tahun 1992 t ent ang Sist em Budidaya Tanaman.
UU No. 24 t ahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang, UU No. 5 t ahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan Ekosist emnya sert a berbagai perat uran pendukung lainnya t ermasuk inst rumen pengelolaan sumberdaya hut an.
Hingga saat ini Depart emen Kehut anan t elah menerbit kan beberapa perat uran perundangan sebagai penj abaran UU No. 41 t ahun 1999, yait u ant ara l ain:
• PP. No. 34 t ahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an, dan Penggunanaan Kawasan Hut an
• PP No. 35 Tahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi, PP No. 63 t ahun 2002 t ent ang Hut an Kot a
• PP No. 63 t ahun 2002 t ent ang Hut an Kot a
• Selain it u t elah t erbit beberapa Kepmenhut unt uk mendukung Pelaksanaan PP t ersebut . Selain it u saat ini sedang diproses beberapa RPP lain sebagai penj abaran dari UU No. 41 t ersebut ant ara l ain: RPP Perencanaan Kehut anan, RPP t ent ang Hut an Adat , RPP t ent ang Rehabilit asi Hut an.
Dari sisi implement asi perat uran perundangan t elah dilakukan penegakan hukum ant ara lain mel alui upaya-upaya pengawasan dan pengendalian yang dilakukan secara reguler maupun khusus, namun belum menunj ukkan hasil penegakan hukum yang nyat a. Disamping perat uran perundangan, dukungan rencana-rencana kehut anan sangat diperlukan unt uk mensinkronkan pel aksanaan kegiat an-kegiat an pembangunan yang akan dirancang. Sampai saat ini proses penyusunan rencana kehut anan masih belum berj alan sebagimana yang diharapkan, ant ara lain dit unj ukkan dengan: t ersendat nya penyelenggaraan proses NFP, belum adanya sist em perencanaan yang diacu bersama, belum adanya rencana kehut anan j angka panj ang, dll.
(9)
Di bidang IPTEK, sampai saat ini IPTEK belum sepenuhnya dapat berperan at au dimanf aat kan dalam pembangunan kehut anan. Banyak pihak masih belum merasakan manf aat dari produk kegiat an Lit bang, meskipun berbagai t eknologi dan kebij akan kehut anan t elah dihasilkan.
Dalam hubungan int ernasional, Indonesia mempunyai komit men sehubungan dengan pengelol aan hut an, ant ara lain hasil-hasil KTT Bumi sepert i Konvensi Perubahan Iklim (besert a Kyot o Prot okol), Konvensi Penggurunan, Deklarasi Rio, Agenda 21, dan Principles on Forest s, maupun perj anj ian lainnya sepert i Konvensi Perdagangan Flora dan Fauna Langka Dunia (CITES), Konvensi Lahan Basah (Ramsar), kesepakat an perdagangan int ernasional (WTO), Ecolabel ling dan sert if ikasi dan sebagainya unt uk diacu dal am melaksanakan pembangunan. Kesepakat an-kesepakat an t ersebut berpengaruh t erhadap prakt ek pengel ol aan sumberdaya hut an.
Dalam kait annya dengan not a kesepahaman dengan lembaga Monet er Int ernasional (IMF), sert a Consult at ive Group on Indonesia (CGI) perlu dicat at pula adanya komit men pemerint ah Indonesia (cq. Depert emen Kehut anan) yang menyangkut pembangunan kehut anan.
3. KONDISI YANG DIINGINKAN
Pembangunan kehut anan ke depan dit uj ukan unt uk dapat menanggulangi persoalan yang t elah dikemukakan di at as dengan mempert imbangkan pelest arian sumberdaya hut an dan lingkungan hidup, sehingga t erwuj ud pengelol aan hut an lest ari yang memberikan kesej aht eraan masyarakat yang t ercermin pada kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan.
Dengan memperhat ikan kondisi sumberdaya hut an saat ini, maka kebij akan pengelolaan sumberdaya hut an dit uj ukan pada upaya:
1. Mengelol a sumberdaya hut an secara opt imal melalui sist em pengel olaan yang ef isien dengan memperhat ikan daya dukungnya;
2. Menegakkan hukum secara adil dan konsist en unt uk menghindari kerusakan sumberdaya hut an;
3. Mendelegasikan kewenangan dan t anggungj awab kepada pemerint ah daerah dalam pengelolaan sumberdaya hut an secara bert ahap;
4. Memberdayakan masyarakat dan kekuat an ekonomi bagi peningkat an kesej aht eraan masyarakat ;
5. Meninj au dan menyempurnakan sist em pengelolaan hut an produksi, hut an lindung, dan hut an konservasi dengan indikat or-indikat or keberhasilan yang j elas;
6. Memelihara kawasan konservasi unt uk berbagai keperluan; sert a
7. Mengikut sert akan masyarakat dal am rangka menanggul angi permasalahan kerusakan sumberdaya hut an.
3. 1. EKOLOGI
Terpel iharanya sist em penyangga kehidupan mel alui pengelol aan set iap f ungsi hut an dimana set iap f ungsi pokok dan f ungsi penunj ang dapat berj alan secara seimbang. Terpeliharanya sist em t ersebut t erindikasi pada kesehat an lingkungan (ant ara lain: kemant apan t at a air, rendahnya t ingkat erosi dan pol usi, berkembangnya kegiat an ekot urisme, dan t ermanf aat kannya pot ensi keragaman hayat i) bagi kesej aht eraan masyarakat .
(10)
Unt uk mencapai kondisi ekologi yang diinginkan t ersebut , dal am perencanaan j angka menengah perlu dit et apkan t arget kondisi ekologi sebagai berikut :
a. Penanganan yang nyat a dalam pelaksanaan perlindungan keaneka-ragaman hayat i t erhadap hal-hal ant ara l ain: penyelundupan sat wa liar, hilangnya pl asma nut f ah, perburuan liar. Di samping it u diharapkan meningkat nya pengembangan sat wa yang dilindungi secara in sit u dan eks sit u. Termasuk meningkat kan penat aan dan pengelolaan kawasan konservasi.
b. Penanganan yang nyat a dalam upaya pemberant asan penebangan liar dan pengendalian kebakaran hut an.
c. Berkurangnya laj u degradasi hut an yang diiringi dengan upaya perbaikan kondisi hut an, sehingga kawasan hut an yang kondisinya baik dan seimbang luasannya bert ambah.
d. Sinkronisasi proses penat agunaan hut an dengan review penat aan ruang (RTRWP, RTRWK) melalui komunikasi dan koordinasi ant ara Pusat
-Propinsi-Kabupat en/ Kot a.
e. Selesainya proses penunj ukan kawasan hut an di seluruh Indonesia, dengan demikian penunj ukan kawasan hut an t ersebut dapat menj adi acuan yang past i bagi pengelolaan hut an lest ari.
f . Selesainya proses penet apan kawasan hut an pada kawasan-kawasan hut an yang t el ah dit at a bat as t emu gelang sehingga keberadaan kawasan hut an t ersebut diakui oleh semua pihak.
3. 2. SOSIAL
Terdist ribusikannya aneka manf aat sumberdaya hut an unt uk seluruh masyarakat dengan t it ik berat pada masyarakat di dan sekit ar hut an secara berkel anj ut an. Alokasi manf aat t ersebut dapat dil akukan melalui upaya perbaikan akses oleh masyarakat t erhadap sumberdaya hut an, pelibat an masyarakat dal am kegiat an kehut anan sebagai st akehol der, sert a pemberdayaan masyarakat unt uk menangkap peluang usaha di bidang kehut anan.
Unt uk mencapai kondisi sosial yang diinginkan t ersebut , dal am perencanaan j angka menengah perlu dit et apkan t arget kondisi sosial sebagai berikut :
a. Terwuj udnya konsep konkret dari pola-pol a pendekat an "soci al f or est ry" yang dapat dit erima semua pi hak dan aplikat if di lapangan. Sehingga diharapkan dapat mencipt akan lapangan kerj a, mengurangi kesenj angan sosial, menambah penghasilan masyarakat , sekaligus dapat meingkat kan kesej aht eraan
masyarakat .
b. Meningkat nya peran sert a masyarakat dalam proses pengelol aan hut an, sehingga t imbul kesadaran masyarakat dal am menj aga keberadaan kawasan hut an.
c. Meningkat nya kualit as proses penyuluhan kehut anan sehingga dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pent ingnya keberadaan kawasan hut an.
d. Tert anganinya secara t egas permasal ahan-permasal ahan kemant apan kawasan hut an (al: konf lik lahan, konversi kawasan hut an, klaim-klaim adat ) sehingga t ercapainya penurunan j umlah permasalahan kasus-kasus kawasan hut an. 3. 3. EKONOMI
Berkembang dan meningkat nya daya saing sekt or kehut anan baik sebagai sekt or hulu penggerak ekonomi dalam negeri maupun sebagai pemain dalam f orum perdagangan int ernasional. Kemampuan t ersebut dapat dilakukan melalui upaya pengembangan
(11)
keunggulan komparat if menj adi keunggul an kompet it if dengan memanf aat kan sumberdaya yang t ersedia, kelembagaan dan sumberdaya manusia, sert a t eknologi. Unt uk mencapai kondisi ekonomi yang diinginkan t ersebut , dalam perencanaan j angka menengah perlu dit et apkan t arget kondisi ekonomi sebagai berikut :
a. Terbent uknya KPHK, KPHL, KPHP diseluruh Indonesia.
b. Mant apnya pengelol aan hut an alam (kayu maupun non kayu), t erbangunnya hut an t anaman unggulan, dan t ermanf aat kannya j asa hut an (ekowisat a, j asa lingkungan yang lain).
c. Ekonomi sekt or kehut anan dikat egorikan kepada dua kelompok yait u kelompok dengan skala usaha besar (skala indust ri) dan kel ompok usaha rakyat
(menengah dan kecil). Oleh karena it u t arget yang diinginkan : 1) Unt uk kelompok usaha besar adal ah termanfaatkannya pel uang pasar t erut ama pasar int ernasional dengan keunggulan kompet it if hut an Indonesia yang cukup luas dan kondisi alam yang menunj ang.
2) Unt uk kelompok usaha rakyat adalah tercapainya peningkat an kesej aht eraan masyarakat di dan sekit ar hut an dengan secara langsung ikut berpart isipasi dalam pengelolaan hut an sesuai dengan kemampuannya secara t ersendiri maupun sebagai bagian dari kelompok usaha besar.
d. Mencipt akan iklim usaha yang kondusif baik usaha besar maupun usaha rakyat melalui perbaikan dan peninj auan kembali sist em pengelolaan hut an produksi, sist em pengelolaan hut an lindung, sert a sist em pengelolaan hut an konservasi besert a at uran dan kelembagaannya.
e. Penerapan "sof t l andi ng" (penurunan j at ah t ebangan) unt uk memberi kesempat an hut an memperbaiki kondisinya. Sehingga t ercapai keseimbangan supply dan demand kayu bagi kelest arian pengelolaan hut an di Indonesia. f . Tercapainya opt imalisasi pengelolaan hut an produksi, melalui :
• St andarisasi dan penilaian kinerj a pelaksanaan pengelolaan hut an produksi lest ari.
• Penat aan (redesign) dan pengembangan kelembagaan usaha pemanf aat an hut an produksi.
• Peningkat an pembangunan hut an t anaman.
• Seleksi pelaku usaha bidang kehut anan yang memenuhi st andar pengelol aan hut an lest ari.
g. Rest rukt urisasi/ evaluasi indust ri primer hasil hut an kayu. Turunnya permasalahan "il l egal l ogging" dan "il l egal t r ading" melalui ant ara lain: penegakan hukum yang konsist en, peningkat an operasi-operasi pengamanan hut an dengan pihak-pihak t erkait Pusat dan Daerah, kampanye pemberant asan penebangan liar.
h. Meningkat nya pengelolaan dan pemanf aat an mult i-f ungsi hut an sebagai alt ernat if sumber devisa dan pendapat an masyarakat di dal am dan di sekit ar hut an.
3. 4. KELEMBAGAAN
Kelembagaan akan menj adi f akt or penent u bagi keberhasilan pembangunan kehut anan. Kelembagaan ini menyangkut hal-hal ant ara lain: organisasi, sumberdaya manusia (SDM), perat uran perundangan, sarana prasarana. Oleh karena it u aspek kelembagaan ini perlu j uga selalu dit ingkat kan sehingga dapat mendukung kelest arian pengelolaan hut an secara keseluruhan.
Unt uk mencapai kondisi kelembagaan yang diinginkan t ersebut , dalam perencanaan j angka menengah perlu dit et apkan t arget kondisi kelembagaan sebagai berikut :
(12)
a. Terbent uknya penat aan organisasi yang dapat memperj elas t at a hubungan kerj a Pusat -Propinsi-Kab/ Kot a, sehingga dapat dihindari t erj adinya tumpang tindih dan atau kevakuman pel aksanaan t ugas dan f ungsi.
b. Terbent uknya organisasi l ingkup Dephut (Pusat dan UPT) sert a daerah yang ef isien dan ef ekt if unt uk mendukung pencapaian pengelolaan hut an lest ari. c. Mendorong rest rukt urisasi BUMN sekt or kehut anan, unt uk mendukung era
rehabilit asi dan konservasi.
d. Tersusunnya seluruh perangkat perat uran perundangan sebagai penj abaran dari UU No. 41 t ahun 1999, ant ara l ain: PP t ent ang Perencanaan Hut an, PP t ent ang Hut an Adat . Termasuk t urunan dari PP berupa Kepmenhut mengenai beberapa krit eria dan st andar yang dapat dij adikan dasar/ pedoman bagi implement asi kegiat an di lapangan yang diselaraskan dengan desent ralisasi sekt or kehut anan. e. Terwuj udnya penyusunan rencana-rencana kehut anan yang komprehensif yang
dapat dij adikan acuan bagi pelaksanaan kegiat an pembangunan. f . Dilaksanakannya Lit bang kehut anan yang mendukung program-program
pembangunan kehut anan melalui kerj asama yang akt if ant ara penelit i calon pengguna hasil lit bang, sert a int ensif nya dukungan t erhadap penyebarluasan dan pengembangan j ej aring IPTEK.
g. Termanf aat kannya skema-skema kerj asama int ernasional, sehingga pendanaan int ernasional dapat benar-benar mendukung proses pembangunan kehut anan. h. Terselenggaranya pengembangan pendidikan/ pel at ihan sert a penyuluhan di
lingkungan Dephut maupun masyarakat . Sert a penyebaran SDM kehut anan yang proporsional.
i. Meningkat kan upaya penegakan hukum dengan mengef ekt if kan pengawasan dan pengendalian.
j . Tersedianya dat a/ inf ormasi yang memadai dan selalu up t o dat e.
4. PERMASALAHAN
Berdasarkan gambaran kondisi saat ini sert a kondisi yang diinginkan perlu diident if ikasi permasalahan-permasalahan int ernal dan ekst ernal unt uk mendukung j ust if ikasi penet apan t uj uan-sasaran-program sesuai dengan visi-misi yang ingin diwuj udkan. Disamping it u unt uk langkah kaj ian dan analisisnya diident if ikasi pula f akt or-f akt or kekuat an-kendala-t ant angan-peluang.
4. 1. FAKTOR INTERNAL
• Dalam rangka penyiapan pra kondisi, penunj ukan kawasan hut an sangat pent ing, sampai saat ini t elah diselesaikan 27 propinsi (sudah t ermasuk Propinsi-propinsi baru yang t elah t erbent uk yait u Bant en, Bangka Belit ung, Goront alo dan Maluku Ut ara), namun t iga propinsi (Sumat era Ut ara, Riau dan Kalimant an Tengah) bel um dapat diselesaikan.
• Pelaksanaan t at a bat as kawasan hut an t erealisir sepanj ang 216. 346, 78 km yang meliput i bat as luar kawasan hut an 165. 293, 62 km dan bat as f ungsi 51. 053, 16 km. Perkembangan penet apan bat as kawasan hut an (t emu gel ang) meliput i 615 unit at au sel uas 12. 003. 114, 72 hekt ar, sehingga st at us hukum kawasan hut an sebagai dasar alokasi lahan belum sepenuhnya mant ap.
• Kebij akan pengalokasian sumberdaya hut an belum sepenuhnya mendukung pembangunan wilayah dan peningkat an kesej aht eraan masyarakat di sekit ar hut an. Demikian pula dengan hak adat / ulayat yang belum t erakomodasikan secara j elas dalam sist em pengelol aan hut an selama ini. Kondisi t ersebut di at as menambah masalah perambahan kawasan hut an, pencurian kayu dan ancaman kebakaran hut an dan lahan.
• Sist em penilaian economic r ent dari sumberdaya hut an bel um didasarkan at as analisis ekonomi yang t epat sehingga belum mencerminkan nilai produk hut an yang sesungguhnya (under val ued). Ol eh sebab it u negara t elah kehilangan
(13)
pemasukan yang seharusnya dapat dit arik dan dimanf aat kan unt uk pel aksanaan pembangunan berikut nya.
• Pada saat ini IPTEK kehut anan belum sepenuhnya menj adi kekuat an
pembangunan kehut anan, karena kurangnya apresiasi t erhadap inovasi IPTEK yang t elah dihasilkan. Namun disadari j uga bahwa masih t erdapat lit bang kehut anan yang belum secara opt imal mendukung program-program pembangunan kehut anan.
• Rendahnya SDM sekt or kehut anan sangat memberat kan pembangunan kehut anan dan pengelolaan hut an yang berkelanj ut an.
• Perat uran perundangan bidang kehut anan yang ada belum sepenuhnya dapat mengant isipasi permasalahan-permasal ahan yang berkembang di l apangan.
• Kelembagaan pengelol aan hut an belum di dasari oleh mult i-f ungsi hut an,
sehingga pemanf aat an sumberdaya hut an menj adi t idak t erkelol a dengan baik. Sedangkan pengel olaan hut an konservasi dan hut an lindung masih bersif at parsial belum t erint egrasi dengan pembangunan wil ayah.
• Kelangkaan dana pembangunan kehut anan, budaya kerj a yang rendah, disipl in dan pelayanan publ ik yang lambat . Termasuk ket erbat asan sarana dan
prasarananya.
4. 2. FAKTOR EKSTERNAL
• Banyaknya konf lik sosial dalam pengel ol aan sumber daya hut an sebagaimana t erindikasi oleh banyaknya perambahan/ okupasi lahan hut an. Kesenj angan sosial dan kemiskinan yang menonj ol pada masyarakat di sekit ar hut an, demikian pul a manf aat pembangunan yang kurang dirasakan oleh daerah yang memiliki sumberdaya hut an.
• Perubahan sosial-pol it ik-ekonomi yang t elah mengakibat kan kecenderungan peningkat an kemiskinan dan pengangguran.
• Kecenderungan Pemerint ah Daerah (Propinsi/ Kab/ Kot a) unt uk merubah kawasan hut an dalam proses penat aan ruang penyusunan RTRWP dan RTRWK.
• Pengelolaan hut an belum berj alan sebagaimana mest inya sebagai akibat dari
kesadaran akan pent ingnya prinsip kelest arian yang belum membudaya, orient asi pada keunt ungan j angka pendek, t elah menyebabkan t imbulnya degradasi sumber daya hut an pada t ingkat yang mengkhawat irkan sert a menurunnya kualit as lingkungan karena pengelolaan kawasan konservasi, hut an lindung dan rehabilit asi kawasan hut an sert a pengamanan hut an kurang mendapat porsi yang memadai.
• Kebakaran hut an merupakan masalah besar yang secara nyat a mengancam pul a kelest arian sumberdaya hut an, sement ara penanganannya bel um berj al an baik.
• Kesenj angan bahan baku sebagai akibat kesenj angan ant ara kapasit as t erpasang indust ri primer hasil hut an kayu (IPHHK) yang j auh melebihi kemampuan hut an unt uk menyediakan bahan baku secara lest ari (over capacit y). Kekurangan bahan baku unt uk indust ri primer hasil hut an kayu t elah mendorong banyaknya penebangan melebihi ket ent uan (over cut ing) maupun penebangan liar. Sement ara it u upaya pengembangan sumber bahan baku melalui pembangunan hut an t anaman belum mampu memenuhi t arget yang dit et apkan, sehingga belum mampu menggant ikan peran hut an alam sebagai sumber bahan baku.
• Secara umum kondisi kelembagaan pemerint ahan di masa l alu, t ermasuk
kehut anan belum mendukung proses part isipat if yang t ransparan. Hal t ersebut cenderung t elah menimbul kan usaha yang bersif at monopolist ik dan didukung ol eh prakt ek KKN. Pada sisi lain, pemberdayaan pot ensi dan kelembagaan ekonomi masyarakat dalam penyelenggaraan kehut anan belum berj alan dengan baik.
• Perubahan t at anan polit ik dari kebij akan yang sent ralist ik selama 32 t ahun ke arah desent ralist ik, t elah menimbulkan euphoria ref ormasi dan t unt ut an yang menimbulkan ekses di berbagai bidang t ermasuk pembangunan kehut anan.
(14)
Ekses t ersebut ant ara lain dit unj ukkan oleh meningkat nya radikal isasi dan anarki sepert i perambahan, penebangan liar, okupasi lahan, penj arahan hasil hut an yang mengancam kelest arian sumberdaya hut an.
• Peran Bupat i t erhadap pengeluaran perij inan yang berkait an dengan pemanf aat an hut an t el ah menimbulkan t erj adinya t umpang t indih dengan perij inan yang t elah dikeluarkan oleh Ment eri Kehut anan. Dengan kondisi t ersebut di at as maka akan mempercepat t erj adinya degradasi sumberdaya hut an.
• Perubahan-perubahan kondisi ekonomi global (WTO, AFTAA, APEC dll), akan sangat berpengaruh proses pembangunan kehut anan dan prakt ek pengelol aan hut an pada masa yang akan dat ang.
4. 3. IDENTIFIKASI FAKTOR KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG Dalam rangka memf ormul asikan Visi dan Misi Depart emen Kehut anan sert a penet apan t uj uan dan sasaran j angka menengah unt uk mendukung visi dan misi yang t elah dit et apkan perlu mempel aj ari beberapa kekuat an, kendala, t ant angan dan pel uang yang ada, sehingga diharapkan t uj uan dan sasaran yang akan dit et apkan bersif at realist ik dan aplikat if sesuai dengan kondisi yang ada.
Beberapa Kekuat an yang perlu diperhat ikan ant ara lain:
• Hasil-hasil pembangunan kehut anan yang selama ini t elah dilaksanakan.
• Komit men pemerint ah bagi pencapaian pengelolaan hut an lest ari.
• Eksist ensi Depart emen Kehut anan dalam pengelolaan sumberdaya hut an.
• Adanya perat uran perundangan t erbaru sebagai ref ormasi perat uran
peundangan bidang kehut anan (UU. No. 41 t ahun 1999, PP 34 t ahun 2002, PP No. 35 t ahun 2002, Kepmenhut -kepmenhut pendukung lainnya).
• Komit men-komit men negara maj u unt uk mendukung kelest arian dan keberadaan hut an t ropis di Indonesia.
Beberapa kendala yang perlu diperhat ikan ant ara l ain:
• Kondisi lapangan yang cukup berat , aksesibilit as yang rendah.
• Pengalaman yang hanya t ert umpu pengel olaan hut an yang sent ralist ik selama t iga dekade.
• Penegakan hukum di bi dang kehut anan yang belum berj alan ef ekt if .
• Terj adinya konf lik sosial di berbagai daerah.
• Kemampuan penguasaan IPTEK yang belum memadai dan belum merat a di ant ara pusat dan daerah.
• Terbat asnya sarana-prasarana pendukung pelaksanaan pembangunan kehut anan.
• Gangguan al am sepert i bencana kekeringan, banj ir, t anah longsor, perubahan iklim secara radikal dsb.
Beberapa tantangan yang perlu diant isipasi ant ara lain:
• Perambahan, pencurian kayu dan penebangan liar yang belum dapat dihent ikan menyebabkan ket idak-seimbangan ant ara permint aan dan penyediaan bahan baku kayu bul at .
• Kebakaran hut an yang belum mampu diat asi dengan baik.
• Belum t erselesaikannya penunj ukan kawasan hut an dan perairan sebagai t indak lanj ut paduserasi TGHK dan RTRWP.
(15)
• Kesulit an memperol eh benih at au bahan t anaman yang bermut u t inggi dalam j umlah yang cukup pada beberapa lokasi pengembangan hut an t anaman.
• Kualit as sumberdaya manusia kehut anan yang belum memadai.
• Masih rendahnya keberhasilan pengembangan hut an t anaman.
• Kurang opt imalnya pemanf aat an Lit bang kehut anan.
• Kurang sinkronnya ant ara rencana l it bang dengan program pembangunan kehut anan yang ada.
• Adanya kecenderungan liberalisasi perdagangan int ernasional.
• Sist em pendanaan t ahunan rut in dan pembangunan mengakibat kan
t erpot ongnya kegiat an kehut anan.
• Sist em dan at uran pendanaan kurang mendukung invest asi di sekt or kehut anan.
• Kurang menariknya invest asi pada pembangunan hut an t anaman.
• Kurangnya sosialisasi skim kredit perbankan kepada masyarakat .
Sedangkan beberapa peluang yang t ersedia dan dapat dimanf aat kan, ant ara l ain:
• Tersedianya sumberdaya hut an yang memil iki pot ensi yang belum t ermanf aat kan dan t ersebar secara geograf is.
• Kecenderungan masyarakat dunia yang semakin sadar akan pent ingnya
kelest arian sumberdaya hayat i dan ekosist emnya akan menyebabkan ant ara lain meningkat nya permint aan akan j asa hut an. Hal ini t erlihat dari upaya dunia dalam menyelesaikan masalah polusi dan mempert ahankan keberadaan hut an melalui pembahasan konsep-konsep ant ara l ain Cl ean Devel opment Mechani sm (CDM), Debt f or Nat ur e Swap (DNS) dan sebagainya.
• Adanya permint aan pasar akan hasil hut an di dal am maupun di luar negeri yang cenderung meningkat .
• Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang pot ensial dal am mendukung pembangunan kehut anan melalui ket erlibat annya dalam perencanaan, pel aksanaan dan pengawasan.
5. VISI DAN MISI
5. 1. V I S IVisi Depart emen Kehut anan dit et apkan:
Terwuj udnya kelest arian hut an bagi peningkat an kesej aht eraan masyarakat .
Penet apan Visi Depart emen Kehut anan ini dilandasi :
• Bahwa kelest arian hut an harus menj adi prinsip bagi penyel enggaraan pembangunan kehut anan sert a pengurusan hut an, hal ini sej alan dengan prinsip-prinsip yang diacu secara global yait u "Sust ai nbl e Devel opment".
• Bahwa keberadaan hut an yang t erj aga kelest ariannya mut l ak harus ada karena
merupakan salah sat u sist em penyangga/ penopang kehidupan.
• Bahwa kesej aht eraan mayarakat harus diwuj udkan, karena f akt or
kesej aht eraan sangat berkait an mut lak dengan eksist ensi hut an. Kesej aht eraan masyarakat yang di peroleh sebagai akibat dari keberadaan hut an yang lest ari akan mendorong masyarakat unt uk ikut merasa memiliki dan bert anggung j awab t erhadap hut an (sense of bel onging dan sense of r esponsi bil it y).
5. 2. M I S I
(16)
Misi yang dit et apkan dal am kurun wakt u j angka menengah dalam rangka mencapai visi adal ah sebagai berikut :
• Menj amin keberadaan hutan. Misi ini bert uj uan unt uk mewuj udkan kepast ian hukum/ st at us kawasan hut an sert a mempert ahankan hut an sesuai dengan f ungsinya (konservasi, lindung, produksi). Terj aminnya keberadaan kawasan hut an akan mendukung pengelol aan kawasan hut an unt uk pencapaian kelest arian hut an.
• Mengoptimalkan manfaat hutan. Misi ini bert uj uan unt uk 1) memulihkan kondisi hut an yang t elah rusak, 2) meningkat kan manf aat sosial hut an, 3) meningkat kan upaya konservasi SDH dan 4) mengopt imalkan manf aat hasil hut an (kayu, non kayu, wisat a, j asa lingkungan dsb) pada kawasan konservasi, hut an lindung dan hut an produksi sert a hut an diluar kawasan hut an. Dengan demikian diharapkan dal am kurun j angka menengah t erwuj ud kawasan hut an yang baik kondisinya sert a dapat mendukung pengelolaan hut an lest ari dan memberikan manf aat bagi peningkat an kesej aht eraan masyarakat . Disamping it u misi ini menggambarkan int egrasi dan sinergit as kegiat an pembangunan dalam era rehabil it asi dan konservasi.
• Menguatkan kelembagaan kehutanan. Misi ini bert uj uan unt uk memperkuat landasan sert a dukungan bagi pencapaian misi menj amin keberadaan hut an dan mengopt imal kan manf aat hut an. Kuat nya kelembagaan akan memperl ancar pelaksanaan kegiat an-kegiat an yang akan dilakukan. Penguat an ini meliput i al: prof esionalisme organisasi & SDM Dephut , IPTEK, perencanaan dan perat uran perundangan kehut anan, kemit raan dan kerj asama DN/ LN, penyiapan dat a/ inf ormasi, pengawasan/ pengendalian.
6. TUJUAN DAN SASARAN
Set elah memperhat ikan kondisi kehut anan saat ini, kondisi yang diinginkan kemudian mengkaj i permasal ahan sert a kekuat an, kendala, t ant angan dan peluang yang ada, dan mengacu pada visi dan misi yang t elah dit et apkan, maka perlu dit et apkan t uj uan dan sasaran yang ingin dicapai, sehingga dapat memperj elas penet apan program dan kegiat an pokok yang akan dilaksanakan.
a. Misi : Menj amin keberadaan hutan
Tuj uan 1 : Mewuj udkan kepast ian hukum dan st at us kawasan hut an, sasaran :
• Terselesaikannya penunj ukan kawasan hut an di 4 propinsi dan beberapa review beberapa penunj ukan kawasan hut an propinsi
• Terwuj udnya kelanj ut an proses penet apan kawasan hut an
• Terwuj udnya penat aan bat as kawasan konservasi
• Terbent uknya KPHK, KPHL, KPHP
• Terselesaikannya permasal ahan perubahan perunt ukan kawasan hut an
• Terselesaikannya permasal ahan proses penggunaan kawasan hut an
• Terkendalikannya proses perubahan perunt ukan dan f ungsi kawasan
hut an
Tuj uan 2 : Mempert ahankan f ungsi hut an, sasaran :
• Terwuj udnya penegakan hukum dal am kasus pemberant asan penebangan liar
• Terwuj udnya pengendalian/ penanganan kebakaran hut an yang komprehensif
(17)
b. Misi : Mengoptimalkan manfaat hutan Tuj uan 1 : Memulihkan kondisi hut an, sasaran :
• Tersedianya MP-RHL Nasional dan Daerah
• Tersusunnya sist em pengelolaan DAS dan Rehabilit asi Lahan
• Tersedianya Lit bang peningkat an ef ekt ivit as rehabil it asi dan
pencegahan degradasi SDH
• Terlaksananya reboisasi pada areal sel uas ±927. 000 Ha dan penghij auan seluas ± 1 j ut a Ha.
• Tersedianya Lit bang unt uk peningkat an produkt ivit as dan kualit as produk.
• Terlaksananya pengembangan dan pembangunan sumber benih dan pembibit an sert a t ersedianya benih-benih t anaman hut an yang t erj amin kualit asnya
• Terlaksananya pembangunan hut an t anaman seluas 200. 000 hekt ar dan t erlaksananya penat aan kembali, pengawasan dan pengamanan areal eks HPH seluas 9 j ut a hekt ar (131 unit )
Tuj uan 2 : Meningkat kan konservasi SDH, sasaran :
• Terkelolanya kawasan konservasi sert a ket erwakilan ekosist em di dalam kawasan lindung lainnya dan kawasan budidaya secara t erpadu
• Terpel iharanya t ingkat popul asi j enis dipert ahankan diat as ambang bat as minimum kemampuan hidup alami secara berkelanj ut an sert a t ingkat keragaman dan kemurnian biol ogis sert a produkt ivit asnya
• Tersedianya Lit bang pengelolaan dan pelest arian keaneka ragaman
hayat i
Tuj uan 3 : Mengopt imalkankan manf aat hasil hut an, sasaran :
• Tersedianya inf ormasi dan Lit bang pemanf aat an dan pemasaran HHPK dan j asa hut an sert a diversif ikasi produk hasil hut an
• Tersedianya inf ormasi dan Lit bang mendukung sist em pengelol aan hut an lest ari
• Tersedianya st andarisasi pengelolaan hut an lest ari
• Tert at a dan t erselenggaranya pengelol aan hut an lest ari
• Tert at a dan t erselenggaranya pemanf aat an hut an produksi secara opt imal
• Terwuj udnya opt imalisasi mult i f ungsi hut an (eko wisat a, j asa lingkungan dsb)
• Terwuj udnya skema pendanaan pembangunan/ pengelolaan hut an melalui CDM, DNS dl l
• Terwuj udnya indust ri primer hasil hut an kayu yang t angguh dan ramah lingkungan
• Terselenggaranya penil aian kinerj a pengel olaan hut an al am produksi lest ari pada unit pengelolaan (415 unit ) dan eval uasi indust ri primer hasil hut an (47 unit )
• Terlaksananya penyeimbangan secara bert ahap "supply-demand" kayu
• Terwuj udnya peningkat an pemanf aat an hasil hut an non kayu
(18)
• Terwuj udnya peran sert a masyarakat dan perlindungan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan hut an
• Tersedianya inf ormasi dan Lit bang unt uk peningkat an kesadaran dan part isipasi masyarakat dalam mewuj udkan kelest arian SDH sekaligus peningkat an kesej aht eraan masyarakat
• Terwuj udnya pengembangan "Soci al For est r y"
• Terbangunnya pengembangan aneka usaha kehut anan
• Terbangunnya HKM, Hut an Rakyat sert a kegiat an perhut anan sosial lainnya
• Berkembangnya unit -unit usaha/ koperasi masyarakat disekit ar hut an produksi (usaha budidaya HHBK, pengolahan/ pemasaran hasil hut an bukan kayu dan limbah kayu) sebanyak 65 unit .
c. Misi : Menguatkan kelembagaan kehutanan
Tuj uan 1 : Meningkat kan prof esionalisme Organisasi dan SDM Depart emen Kehut anan, sasaran :
• Terbent uknya pola karir pegawai
• Terwuj udnya Diklat kehut anan yang memadai
• Terwuj udnya inst it usi/ organisasi kehut anan yang ef ekt if dan ef isien
• Tersedianya sarpras pendukung pelaksanaan kegiat an sesuai dengan
kebut uhan organisasi
• Terwuj udnya peningkat an pelayanan kepada masyarakat
Tuj uan 2 : Meningkat kan peran IPTEK Kehut anan, sasaran :
• Tercapainya diseminasi yang ef ekt if sert a pemanf aat an Lit bang dalam pembangunan kehut anan
• Terwuj udnya sist em inf ormasi Lit bang dan j ej aring IPTEK Kehut anan
Tuj uan 3 : Memant apkan perencanaan dan perat uran perundangan bidang kehut anan, sasaran :
• Terselenggaranya proses NFP
• Tersedianya Sisperhut , RUJP, Renst ra dan REPETA Kehut anan
• Terkendalikannya pel aksanaan kebij akan dan rencana kehut anan
• Tersusunnya rencana yang komprehensif unt uk pengelolaan kawasan
hut an wilayah perbat asan
• Terwuj udnya perat uran perundangan t urunan UU. No. 41 t ahun 1999 yang mendukung desent ralisasi/ ot onomi daerah
Tuj uan 4 : Meningkat kan kemit raan dan kerj asama DN/ LN dal am pengurusan hut an, sasaran :
• Terwuj udnya pola-pol a kemit raan dalam pengelolaan hut an
• Terwuj udnya opt imalisasi kerj asama DN/ LN dal am mendukung
pengurusan hut an
Tuj uan 5 : Mengint ensif kan pengawasan dan pengendalian pembangunan kehut anan, sasaran :
(19)
Tuj uan 6 : Menyediakan dat a/ inf ormasi yang up t o dat e dan akurat , sasaran : • Tersedianya dat a/ inf ormasi spat ial dan non spat ial
• Tersedianya NSDH Nasional dan Daerah
7. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
7. 1. KEBIJAKANBerdasarkan kondisi yang ada Depart emen Kehut anan t el ah menet apkan 5 (l ima) kebij akan priorit as (sesuai Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor 7501/ Kpt s-II/ 2002) yang harus menj adi landasan ut ama bagi penyusunan program dan rencana pelaksanaan kegiat an lingkup Dephut , l ima kebij akan t ersebut adalah:
• Pemberant asan Penebangan Liar;
• Penanggulangan Kebakaran Hut an;
• Rest rukt urisasi Sekt or Kehut anan;
• Rehabilit asi dan Konservasi Sumber Daya Hut an;
• Desent ralisasi Sekt or Kehut anan.
Disamping it u t erdapat kebij akan pendukung unt uk pencapaian kebij akan 5 kebij akan priorit as t ersebut ant ara l ain: Penerapan social f orest ry yang menj iwai lima kebij akan t ersebut ; Penyiapan prakondisi pengelolaan hut an; Pemanf aat an hut an harus
memperhat ikan f ungsi dan daya dukungnya; Peningkat an peran sert a masyarakat dal am pengelol aan hut an; Penguat an kelembagaan kehut anan.
7. 2. STRATEGI
Unt uk mendukung kebij akan priorit as yang t elah dit et apkan maka dipilih st rat egi-st rat egi ant ara lain sebagai berikut :
a. Pemberant asan penebangan liar, st rat eginya :
• Penerapan prinsip soci al f or est r y pada wilayah rawan penebangan liar • Tegaknya l aw enf or cement bidang kehut anan sert a peningkat an upaya
penegakan hukumnya
• Pengembangan kelembagaan pengamanan hut an b. Penanggulangan/ pengendalian kebakaran hut an, st rat eginya :
• Penerapan prinsip "social f orest ry" pada wilayah rawan kebakaran hut an • Tegaknya l aw enf or cement bidang kehut anan
c. Rest rukt urisasi sekt or kehut anan, st rat eginya:
• Paradigma yang digunakan dalam pembangunan kehut anan di masa yang akan dat ang adalah "resour ces based management"
• Penerapan "sof t l andi ng" unt uk memberi kesempat an hut an memperbaiki kondisinya
• Rest rukt urisasi indust ri kehut anan
• Penyeimbangan supply-demand kayu unt uk memperoleh kelest arian hasil
• Peningkat an pemanf aat an hasil hut an non kayu
• Peningkat an pemanf aat an eko-wisat a, j asa lingkungan dll
• Pendekat an-pendekat an pengel olaan hut an (konservasi, lindung dan produksi) harus berprinsip pada "soci al f or est r y"
d. Rehabilit asi dan Konservasi SDH, st rat eginya:
• Pembangunan di era mendat ang mengacu pada era rehabilit asi dan konservasi
(20)
• Pengembangan kolaborasi managemen pada pengelolaan TN • Pengembangan dan peningkat an upaya rehabilit asi hut an dan lahan
sert a konservasi SDH.
• Pendekat an prinsip "soci al f or est ry" pada upaya rehabilit asi dan konservasi.
e. Desent ralisasi sekt or kehut anan, st rat eginya:
• Peningkat an t ransparansi kebij akan melalui ket erlibat an mult i st ake holder dal am proses pengambilan keput usan
• Menf asilit asi proses desent ralisasi dal am pengelol aan hut an yang bert anggung j awab.
f . Kebij akan Pendukung, st rat eginya:
• Penerapan pendekat an ket erpaduan dan sinergit as kegiat an pendukung unt uk mencapai kesuksesan lima kebij akan priorit as.
• Peningkat an hasil lit bang kehut anan dalam proses pengambil an kebij akan
7. 3. PROGRAM
Dalam PROPENAS 2001-2004 pembangunan bidang kehut anan t erdapat di bidang: Pembangunan Ekonomi (5 program), Pembangunan Polit ik (3 Program), Pembangunan Pendidikan (1 Program), Pembangunan Sosial Budaya (1 Program), Pembangunan Daerah (6 program) dan Pembangunan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (5 program). Program-program t ersebut menj adi acuan Depart emen Kehut anan dalam menet apkan program-program ut ama lingkup Dephut , yang selanj ut nya akan dij abarkan lebih lanj ut dalam program-program Esel on I Dephut .
Namun demikian mengingat bahwa penet apan program-program di Propenas merupakan program lint as sekt or yang t idak dapat secara mut lak bisa menggambarkan cerminan rencana kegiat an dari masing-masing sekt or, maka dalam RENSTRA Dephut , dit et apkan program t ersendiri. Walaupun demikian ket erkait an ant ar program di PROPENAS dan RENSTRA dapat dit elusuri melalui ket erkait annya (cr oss mat r i ks).
Disadari bahwa pembangunan kehut anan sangat dinamis sert a sangat dipengaruhi oleh f akt or l uar (ekst ernal ) khususnya perubahan dan perkembangan ekonomi dan polit ik global maupun nasional, ol eh karena it u dapat dimungkinkan munculnya kegiat an-kegiat an t ambahan pada t ahun berj alan asalkan an-kegiat an-an-kegiat an t ersebut t idak menyimpang dari Visi-Misi-Tuj uan dan Sasaran yang t elah dit et apkan dan at au dilandasi oleh j ust if ikasi yang j elas (misal: komit men Pemerint ah dengan DPR, Keppres, Inpres, Komit men Pemerint ah dengan Lembaga Int ernasional yang t erbit pada t ahun berj alan). Perubahan t ersebut dapat di t empuh melal ui proses review/ penyesuaian t ahunan. Berdasarkan Visi, Misi, Tuj uan dan Sasaran yang t el ah dit et apkan, kemudian mengacu pada kebij akan dan st rat egi yang dipilih sert a memperhat ikan PROPENAS, maka dit et apkan 5 program ut ama, yang menj adi dasar penet apan kegiat an s/ d 2005, yait u sebagai berikut :
1. Program Pemant apan Kawasan Hut an.
Program ini didasari pada kebij akan pendukung dalam mempersiapkan prakondisi bagi pengelol aan hut an lest ari sert a unt uk mewuj udkan t uj uan t ercapainya kepast ian hukum/ st at us kawasan hut an, sehingga mi si "menj amin keberadaan kawasan hut an" akan t erl aksana.
(21)
Program ini didasari ol eh kebij akan priorit as unt uk memberant as penebangan liar dan menanggulangi/ mengendalikan kebakaran hut an, dengan demikian diharapkan dapat mendukung misi "Menj amin keberadaan kawasan hut an"
3. Program Rehabilit asi Hut an dan Lahan Sert a Konservasi SDH
Program ini didasari ol eh kebij akan priorit as melakukan upaya rehabilit asi dan konservasi SDH bagi pencapaian t uj uan memulihkan kondisi hut an dan meningkat kan konservasi SDH. Sehingga misi "Mengopt imalkan manf aat hut an" dapat diwuj udkan.
4. Program Pengembangan Pengelolaan Hut an Lest ari
Program ini didasari ol eh kebij akan "social f orest ry", penyeimbangan supply-demand melalui sof t landing, rest rukt urisasi indust ri kehut anan, pemanf aat an hut an sesuai f ungsi (konservasi, lindung dan produksi) dan daya dukungnya sert a peningkat an peran sert a masyarakat . Disamping it u program ini dapat j uga menampung inovasi alt ernat if penerapan skema-skema pengelolaan, pengawasan dan pendanaan penanganan kehut anan yang dit erapkan di beberapa negara, Sehingga misi "Mengopt imalkan manf aat hut an" dapat diwuj udkan.
5. Program Pengembangan Kelembagaan Kehut anan
Pada dasarnya program ini merupakan program kompl emen, dimana penet apannya didasari oleh kebij akan-kebij akan 1) peningkat an prof esionalisme SDM kehut anan, 2) penat aan organisasi bidang kehut anan, 3) peningkat an peran IPTEK, 4) kemit raan dan kerj asama DN/ LN, 5) pembuat an perencanaan yang komprehensif , 6) penyusunan perat uran perundangan yang selaras dengan desent ralisasi sekt or kehut anan, 7) pengawasan/ pengendalian, 8) penyusunan dan penat aan dat a/ inf ormasi. Target dari penet apan program ini unt uk mencapai t erwuj udnya misi "Penguat an kelembagaan kehut anan", dengan t erbent uknya kelembagaan kehut anan yang kuat dapat menopang dan mendukung pencapaian dua misi yang lain.
(1)
Misi yang dit et apkan dal am kurun wakt u j angka menengah dalam rangka mencapai visi adal ah sebagai berikut :
• Menj amin keberadaan hutan. Misi ini bert uj uan unt uk mewuj udkan kepast ian
hukum/ st at us kawasan hut an sert a mempert ahankan hut an sesuai dengan f ungsinya (konservasi, lindung, produksi). Terj aminnya keberadaan kawasan hut an akan mendukung pengelol aan kawasan hut an unt uk pencapaian kelest arian hut an.
• Mengoptimalkan manfaat hutan. Misi ini bert uj uan unt uk 1) memulihkan
kondisi hut an yang t elah rusak, 2) meningkat kan manf aat sosial hut an, 3) meningkat kan upaya konservasi SDH dan 4) mengopt imalkan manf aat hasil hut an (kayu, non kayu, wisat a, j asa lingkungan dsb) pada kawasan konservasi, hut an lindung dan hut an produksi sert a hut an diluar kawasan hut an. Dengan demikian diharapkan dal am kurun j angka menengah t erwuj ud kawasan hut an yang baik kondisinya sert a dapat mendukung pengelolaan hut an lest ari dan memberikan manf aat bagi peningkat an kesej aht eraan masyarakat . Disamping it u misi ini menggambarkan int egrasi dan sinergit as kegiat an pembangunan dalam era rehabil it asi dan konservasi.
• Menguatkan kelembagaan kehutanan. Misi ini bert uj uan unt uk memperkuat
landasan sert a dukungan bagi pencapaian misi menj amin keberadaan hut an dan mengopt imal kan manf aat hut an. Kuat nya kelembagaan akan memperl ancar pelaksanaan kegiat an-kegiat an yang akan dilakukan. Penguat an ini meliput i al: prof esionalisme organisasi & SDM Dephut , IPTEK, perencanaan dan perat uran perundangan kehut anan, kemit raan dan kerj asama DN/ LN, penyiapan dat a/ inf ormasi, pengawasan/ pengendalian.
6. TUJUAN DAN SASARAN
Set elah memperhat ikan kondisi kehut anan saat ini, kondisi yang diinginkan kemudian mengkaj i permasal ahan sert a kekuat an, kendala, t ant angan dan peluang yang ada, dan mengacu pada visi dan misi yang t elah dit et apkan, maka perlu dit et apkan t uj uan dan sasaran yang ingin dicapai, sehingga dapat memperj elas penet apan program dan kegiat an pokok yang akan dilaksanakan.
a. Misi : Menj amin keberadaan hutan
Tuj uan 1 : Mewuj udkan kepast ian hukum dan st at us kawasan hut an, sasaran :
• Terselesaikannya penunj ukan kawasan hut an di 4 propinsi dan beberapa review beberapa penunj ukan kawasan hut an propinsi
• Terwuj udnya kelanj ut an proses penet apan kawasan hut an
• Terwuj udnya penat aan bat as kawasan konservasi
• Terbent uknya KPHK, KPHL, KPHP
• Terselesaikannya permasal ahan perubahan perunt ukan kawasan hut an
• Terselesaikannya permasal ahan proses penggunaan kawasan hut an
• Terkendalikannya proses perubahan perunt ukan dan f ungsi kawasan
hut an
Tuj uan 2 : Mempert ahankan f ungsi hut an, sasaran :
• Terwuj udnya penegakan hukum dal am kasus pemberant asan penebangan liar
• Terwuj udnya pengendalian/ penanganan kebakaran hut an yang komprehensif
(2)
b. Misi : Mengoptimalkan manfaat hutan Tuj uan 1 : Memulihkan kondisi hut an, sasaran :
• Tersedianya MP-RHL Nasional dan Daerah
• Tersusunnya sist em pengelolaan DAS dan Rehabilit asi Lahan
• Tersedianya Lit bang peningkat an ef ekt ivit as rehabil it asi dan
pencegahan degradasi SDH
• Terlaksananya reboisasi pada areal sel uas ±927. 000 Ha dan penghij auan seluas ± 1 j ut a Ha.
• Tersedianya Lit bang unt uk peningkat an produkt ivit as dan kualit as produk.
• Terlaksananya pengembangan dan pembangunan sumber benih dan pembibit an sert a t ersedianya benih-benih t anaman hut an yang t erj amin kualit asnya
• Terlaksananya pembangunan hut an t anaman seluas 200. 000 hekt ar dan t erlaksananya penat aan kembali, pengawasan dan pengamanan areal eks HPH seluas 9 j ut a hekt ar (131 unit )
Tuj uan 2 : Meningkat kan konservasi SDH, sasaran :
• Terkelolanya kawasan konservasi sert a ket erwakilan ekosist em di dalam kawasan lindung lainnya dan kawasan budidaya secara t erpadu
• Terpel iharanya t ingkat popul asi j enis dipert ahankan diat as ambang bat as minimum kemampuan hidup alami secara berkelanj ut an sert a t ingkat keragaman dan kemurnian biol ogis sert a produkt ivit asnya
• Tersedianya Lit bang pengelolaan dan pelest arian keaneka ragaman
hayat i
Tuj uan 3 : Mengopt imalkankan manf aat hasil hut an, sasaran :
• Tersedianya inf ormasi dan Lit bang pemanf aat an dan pemasaran HHPK dan j asa hut an sert a diversif ikasi produk hasil hut an
• Tersedianya inf ormasi dan Lit bang mendukung sist em pengelol aan hut an lest ari
• Tersedianya st andarisasi pengelolaan hut an lest ari
• Tert at a dan t erselenggaranya pengelol aan hut an lest ari
• Tert at a dan t erselenggaranya pemanf aat an hut an produksi secara opt imal
• Terwuj udnya opt imalisasi mult i f ungsi hut an (eko wisat a, j asa lingkungan dsb)
• Terwuj udnya skema pendanaan pembangunan/ pengelolaan hut an melalui CDM, DNS dl l
• Terwuj udnya indust ri primer hasil hut an kayu yang t angguh dan ramah lingkungan
• Terselenggaranya penil aian kinerj a pengel olaan hut an al am produksi lest ari pada unit pengelolaan (415 unit ) dan eval uasi indust ri primer hasil hut an (47 unit )
• Terlaksananya penyeimbangan secara bert ahap "supply-demand" kayu
• Terwuj udnya peningkat an pemanf aat an hasil hut an non kayu
(3)
• Terwuj udnya peran sert a masyarakat dan perlindungan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan hut an
• Tersedianya inf ormasi dan Lit bang unt uk peningkat an kesadaran dan part isipasi masyarakat dalam mewuj udkan kelest arian SDH sekaligus peningkat an kesej aht eraan masyarakat
• Terwuj udnya pengembangan "Soci al For est r y"
• Terbangunnya pengembangan aneka usaha kehut anan
• Terbangunnya HKM, Hut an Rakyat sert a kegiat an perhut anan sosial lainnya
• Berkembangnya unit -unit usaha/ koperasi masyarakat disekit ar hut an produksi (usaha budidaya HHBK, pengolahan/ pemasaran hasil hut an bukan kayu dan limbah kayu) sebanyak 65 unit .
c. Misi : Menguatkan kelembagaan kehutanan
Tuj uan 1 : Meningkat kan prof esionalisme Organisasi dan SDM Depart emen Kehut anan,
sasaran :
• Terbent uknya pola karir pegawai
• Terwuj udnya Diklat kehut anan yang memadai
• Terwuj udnya inst it usi/ organisasi kehut anan yang ef ekt if dan ef isien
• Tersedianya sarpras pendukung pelaksanaan kegiat an sesuai dengan
kebut uhan organisasi
• Terwuj udnya peningkat an pelayanan kepada masyarakat
Tuj uan 2 : Meningkat kan peran IPTEK Kehut anan, sasaran :
• Tercapainya diseminasi yang ef ekt if sert a pemanf aat an Lit bang dalam pembangunan kehut anan
• Terwuj udnya sist em inf ormasi Lit bang dan j ej aring IPTEK Kehut anan
Tuj uan 3 : Memant apkan perencanaan dan perat uran perundangan bidang kehut anan,
sasaran :
• Terselenggaranya proses NFP
• Tersedianya Sisperhut , RUJP, Renst ra dan REPETA Kehut anan
• Terkendalikannya pel aksanaan kebij akan dan rencana kehut anan
• Tersusunnya rencana yang komprehensif unt uk pengelolaan kawasan
hut an wilayah perbat asan
• Terwuj udnya perat uran perundangan t urunan UU. No. 41 t ahun 1999 yang mendukung desent ralisasi/ ot onomi daerah
Tuj uan 4 : Meningkat kan kemit raan dan kerj asama DN/ LN dal am pengurusan hut an, sasaran :
• Terwuj udnya pola-pol a kemit raan dalam pengelolaan hut an
• Terwuj udnya opt imalisasi kerj asama DN/ LN dal am mendukung
pengurusan hut an
Tuj uan 5 : Mengint ensif kan pengawasan dan pengendalian pembangunan kehut anan,
sasaran :
(4)
Tuj uan 6 : Menyediakan dat a/ inf ormasi yang up t o dat e dan akurat , sasaran : • Tersedianya dat a/ inf ormasi spat ial dan non spat ial
• Tersedianya NSDH Nasional dan Daerah
7. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
7. 1. KEBIJAKANBerdasarkan kondisi yang ada Depart emen Kehut anan t el ah menet apkan 5 (l ima) kebij akan priorit as (sesuai Keput usan Ment eri Kehut anan Nomor 7501/ Kpt s-II/ 2002) yang harus menj adi landasan ut ama bagi penyusunan program dan rencana pelaksanaan kegiat an lingkup Dephut , l ima kebij akan t ersebut adalah:
• Pemberant asan Penebangan Liar;
• Penanggulangan Kebakaran Hut an;
• Rest rukt urisasi Sekt or Kehut anan;
• Rehabilit asi dan Konservasi Sumber Daya Hut an;
• Desent ralisasi Sekt or Kehut anan.
Disamping it u t erdapat kebij akan pendukung unt uk pencapaian kebij akan 5 kebij akan priorit as t ersebut ant ara l ain: Penerapan social f orest ry yang menj iwai lima kebij akan t ersebut ; Penyiapan prakondisi pengelolaan hut an; Pemanf aat an hut an harus
memperhat ikan f ungsi dan daya dukungnya; Peningkat an peran sert a masyarakat dal am pengelol aan hut an; Penguat an kelembagaan kehut anan.
7. 2. STRATEGI
Unt uk mendukung kebij akan priorit as yang t elah dit et apkan maka dipilih st rat egi-st rat egi ant ara lain sebagai berikut :
a. Pemberant asan penebangan liar, st rat eginya :
• Penerapan prinsip soci al f or est r y pada wilayah rawan penebangan liar • Tegaknya l aw enf or cement bidang kehut anan sert a peningkat an upaya
penegakan hukumnya
• Pengembangan kelembagaan pengamanan hut an b. Penanggulangan/ pengendalian kebakaran hut an, st rat eginya :
• Penerapan prinsip "social f orest ry" pada wilayah rawan kebakaran hut an • Tegaknya l aw enf or cement bidang kehut anan
c. Rest rukt urisasi sekt or kehut anan, st rat eginya:
• Paradigma yang digunakan dalam pembangunan kehut anan di masa yang akan dat ang adalah "resour ces based management"
• Penerapan "sof t l andi ng" unt uk memberi kesempat an hut an memperbaiki kondisinya
• Rest rukt urisasi indust ri kehut anan
• Penyeimbangan supply-demand kayu unt uk memperoleh kelest arian hasil
• Peningkat an pemanf aat an hasil hut an non kayu
• Peningkat an pemanf aat an eko-wisat a, j asa lingkungan dll
• Pendekat an-pendekat an pengel olaan hut an (konservasi, lindung dan produksi) harus berprinsip pada "soci al f or est r y"
d. Rehabilit asi dan Konservasi SDH, st rat eginya:
• Pembangunan di era mendat ang mengacu pada era rehabilit asi dan konservasi
(5)
• Pengembangan kolaborasi managemen pada pengelolaan TN • Pengembangan dan peningkat an upaya rehabilit asi hut an dan lahan
sert a konservasi SDH.
• Pendekat an prinsip "soci al f or est ry" pada upaya rehabilit asi dan konservasi.
e. Desent ralisasi sekt or kehut anan, st rat eginya:
• Peningkat an t ransparansi kebij akan melalui ket erlibat an mult i st ake holder dal am proses pengambilan keput usan
• Menf asilit asi proses desent ralisasi dal am pengelol aan hut an yang bert anggung j awab.
f . Kebij akan Pendukung, st rat eginya:
• Penerapan pendekat an ket erpaduan dan sinergit as kegiat an pendukung unt uk mencapai kesuksesan lima kebij akan priorit as.
• Peningkat an hasil lit bang kehut anan dalam proses pengambil an kebij akan
7. 3. PROGRAM
Dalam PROPENAS 2001-2004 pembangunan bidang kehut anan t erdapat di bidang: Pembangunan Ekonomi (5 program), Pembangunan Polit ik (3 Program), Pembangunan Pendidikan (1 Program), Pembangunan Sosial Budaya (1 Program), Pembangunan Daerah (6 program) dan Pembangunan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (5 program). Program-program t ersebut menj adi acuan Depart emen Kehut anan dalam menet apkan program-program ut ama lingkup Dephut , yang selanj ut nya akan dij abarkan lebih lanj ut dalam program-program Esel on I Dephut .
Namun demikian mengingat bahwa penet apan program-program di Propenas merupakan program lint as sekt or yang t idak dapat secara mut lak bisa menggambarkan cerminan rencana kegiat an dari masing-masing sekt or, maka dalam RENSTRA Dephut , dit et apkan program t ersendiri. Walaupun demikian ket erkait an ant ar program di PROPENAS dan RENSTRA dapat dit elusuri melalui ket erkait annya (cr oss mat r i ks).
Disadari bahwa pembangunan kehut anan sangat dinamis sert a sangat dipengaruhi oleh f akt or l uar (ekst ernal ) khususnya perubahan dan perkembangan ekonomi dan polit ik global maupun nasional, ol eh karena it u dapat dimungkinkan munculnya kegiat an-kegiat an t ambahan pada t ahun berj alan asalkan an-kegiat an-an-kegiat an t ersebut t idak menyimpang dari Visi-Misi-Tuj uan dan Sasaran yang t elah dit et apkan dan at au dilandasi oleh j ust if ikasi yang j elas (misal: komit men Pemerint ah dengan DPR, Keppres, Inpres, Komit men Pemerint ah dengan Lembaga Int ernasional yang t erbit pada t ahun berj alan). Perubahan t ersebut dapat di t empuh melal ui proses review/ penyesuaian t ahunan. Berdasarkan Visi, Misi, Tuj uan dan Sasaran yang t el ah dit et apkan, kemudian mengacu pada kebij akan dan st rat egi yang dipilih sert a memperhat ikan PROPENAS, maka dit et apkan 5 program ut ama, yang menj adi dasar penet apan kegiat an s/ d 2005, yait u sebagai berikut :
1. Program Pemant apan Kawasan Hut an.
Program ini didasari pada kebij akan pendukung dalam mempersiapkan prakondisi bagi pengelol aan hut an lest ari sert a unt uk mewuj udkan t uj uan t ercapainya kepast ian hukum/ st at us kawasan hut an, sehingga mi si "menj amin keberadaan kawasan hut an" akan t erl aksana.
(6)
Program ini didasari ol eh kebij akan priorit as unt uk memberant as penebangan liar dan menanggulangi/ mengendalikan kebakaran hut an, dengan demikian diharapkan dapat mendukung misi "Menj amin keberadaan kawasan hut an"
3. Program Rehabilit asi Hut an dan Lahan Sert a Konservasi SDH
Program ini didasari ol eh kebij akan priorit as melakukan upaya rehabilit asi dan konservasi SDH bagi pencapaian t uj uan memulihkan kondisi hut an dan meningkat kan konservasi SDH. Sehingga misi "Mengopt imalkan manf aat hut an" dapat diwuj udkan.
4. Program Pengembangan Pengelolaan Hut an Lest ari
Program ini didasari ol eh kebij akan "social f orest ry", penyeimbangan supply-demand melalui sof t landing, rest rukt urisasi indust ri kehut anan, pemanf aat an hut an sesuai f ungsi (konservasi, lindung dan produksi) dan daya dukungnya sert a peningkat an peran sert a masyarakat . Disamping it u program ini dapat j uga menampung inovasi alt ernat if penerapan skema-skema pengelolaan, pengawasan dan pendanaan penanganan kehut anan yang dit erapkan di beberapa negara, Sehingga misi "Mengopt imalkan manf aat hut an" dapat diwuj udkan.
5. Program Pengembangan Kelembagaan Kehut anan
Pada dasarnya program ini merupakan program kompl emen, dimana penet apannya didasari oleh kebij akan-kebij akan 1) peningkat an prof esionalisme SDM kehut anan, 2) penat aan organisasi bidang kehut anan, 3) peningkat an peran IPTEK, 4) kemit raan dan kerj asama DN/ LN, 5) pembuat an perencanaan yang komprehensif , 6) penyusunan perat uran perundangan yang selaras dengan desent ralisasi sekt or kehut anan, 7) pengawasan/ pengendalian, 8) penyusunan dan penat aan dat a/ inf ormasi. Target dari penet apan program ini unt uk mencapai t erwuj udnya misi "Penguat an kelembagaan kehut anan", dengan t erbent uknya kelembagaan kehut anan yang kuat dapat menopang dan mendukung pencapaian dua misi yang lain.