18
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Faktor Fisik Kimia Lingkungan
Hasil nilai faktor fisik kimia sungai Batang Toru pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai Faktor FisikKimia Perairan
No. Parameter
Fisik – Kimia
Satuan Stasiun
1 2
3
1 Suhu
C 26,9
23,2 23,3
2 Penetrasi
Cm 38
63,3 40
3 pH
- 7,19
7,21 7,32
4 DO
mgl 6,8
7,27 7,1
5 BOD
5
mgl 1,8
1,73 1,9
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa suhu pada masing-masing stasiun berkisar antara 23,3-26,9
C. Secara umum kisaran suhu ini merupakan suhu yang normal bagi kehidupan organisme air di daerah tropis. Temperatur suatu perairan sangat
mempengaruhi keberadaan ikan, temperatur air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Temperatur air yang cocok untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis adalah berkisar antara 15-30ºC dan perbedaan temperatur antara
siang dan malam kurang dari 5ºC Cahyono, 2000. Kisaran temperatur yang optimum bagi kehidupan plankton adalah 22-300C Isnansetyo et al., 1995.
Menurut Barus 2004 temperatur air sangat mempengaruhi aktivitas fisiologis dari organisme air, seperti dijelaskan oleh
hukun Van’t Hoffs,kenaikan temperatur sebesar 10
C akan meningkatkan metabolisme sebesar 2-3 kali lipat, yang menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara dilain pihak dengan
naiknya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen didalam air menjadi berkurang. Selanjutnya harus diketahui bahwa setiap organisme air mempunyai
kisaran toleransi yang berbeda terhadap nilai temperatur air.Organisme yang mempunyai kisaran toleransi yang luas euryterm dan ada jenis yang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
19
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
kisaran toleransi yang sempit stenoterm. Satu hal yang pasti bahwa tidak ada satu jenispun organisme air yang mampu hidup dalam kisaran temperatur yang
sangat luas. Penetrasi cahaya pada setiap satsiun berkisar antara 38-63,3 cm. Perbedaan
nilai ini disebabkan karena adanya perbedaaan intensitas cahaya di setiap stasiun yang dipengaruhi beberapa faktor seperti kedalam sungai, faktor cahaya dan
tutupan kanopi di sekitar badan sungai. Menurut Barus 2004 vegetasi yang ada di sepanjang aliran sungai dapat mempengaruhi intensitas cahaya, karena tumbuh-
tumbuhan tersebut mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari. Menurut Tarumingkeng 2001 antara penetrasi cahaya dan intensitas cahaya
saling mempengaruhi. Semakin maksimal intensitas cahaya, maka semakin tinggi penetrasi cahaya. Jumlah radiasi yang mencapai permukaaan perairan sangat
dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan air, letak geografis dan musiman.
Nilai pH pada setiap satsiun berkisar antara 7,19-7,32. Secara umum kisaran pH ini merupakan pH yang tergolong normal bagi kehidupan organisme
air. Menurut Kristanto 2002 bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang
bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan
respirasi. Menurut Barus 2004 organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah
sampai basah lemah 6,2-8,5. Nilai pH air sangat berpengaruh terhadap organisme air, baik tumbuhan
maupun hewan yang hidup di dalamnya. Nilai pH air dapat digunakan untuk menyatakan baik buruknya kondisi suatu perairan sebagai lingkungan hidup.
Adapun pH air yang dapat menjadikan ikan dapat tumbuh secara optimal yaitu berkisar antara 6,5-9,0 Cahyono, 2000.
Nilai DO pada setiap satsiun berkisar antara 6,8-7,27 mgL . Secara umum kisaran nilai ini merupakan DO yang tergolong normal bagi kehidupan organisme
air. Basmi 1991 menjelaskan bahwa perairan dengan kandungan oksigen terlarut kurang dari 3 mgl akan mengganggu kehidupan biota perairan, antara 5-7 mgl
Universitas Sumatera Utara
20
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
adalah perairan yang kurang produktif, sedangkan kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 7 mgl adalah perairan yang tergolong produktif. Toleransi
kelompok makrozoobenthos terhadap oksigen terlarut sangat bervariasi, Pada umumnya makrozoobenthos invertebrata di perairan memerlukan oksigen untuk
melakukan aktivitas metabolisme. Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh
terhadap hewan air. Oksigen di dalam air berguna untuk menunjang kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Sumber oksigen terlarut dalam air adalah
penyerapan oksigen dari udara, melalui kontak antara permukaan dengan udara, dan dari proses fotosintetik tumbuhan. Organisme air akan hidup dengan baik jika
nilai oksigen terlarut lebih besar dari 5,0 mgl air Barus, 2004. Menurut Effendi 2002 kadar oksigen terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada
suhu, salinitas, turbulensi air. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman bergantung pada pencampuran, dan pergerakan massa air,
respirasi dan limbah yang masuk kedalam suatu perairan. Pada penelitian ini nilai BOD
5
pada setiap satsiun berkisar antara 1,73 -1,9 mgL . Menurut Barus 2004 bahwa nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobi dalam proses penguraian senyawa organik yang diukur pada suhu 20°C. Pengukuran BOD didasarkan pada
kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, artinya hanya terhadap senyawa yang mudah diuraikan secara biologis seperti senyawa yang
umumnya terdapat dalam limbah rumah tangga. Lee et al., 1978 menjelaskan bahwa besarnya nilai BOD
5
, menunjukkan makin besarnya aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik. Nilai BOD yang besar tidak
baik untuk kehidupan organisme perairan. Menurut Kristanto 2002 menyatakan konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen
terlarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi.
Universitas Sumatera Utara
21
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
4.2 Hubungan Panjang Berat Ikan