BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN MUDHARABAH
PADA BANK SYARIAH
A. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah merupakan salah satu bentuk pengelolaan uangharta yang dibenarkan oleh Allah yakni dengan cara memberikan modal kepada seseorang
atau lembaga. Modal tersebut kemudian dikelola dalam suatu usaha yang layak. Sistem pemberian dana melalui mudharabah adalah salah satu sistem pemberian
dana yang paling penting dalam syariat Islam. Mudharabah yang terdiri dari dua unsur yaitu produksi dan usaha yaitu dana dan kerja. Banyak orang yang memiliki
dana tetapi tidak mampu mengeksploitasikan dan menginvestasikannya karena kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh si pemilik dana. Sementara yang lain
memiliki dana dan mampu melaksanakan usaha, tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk keperluan usaha.
33
Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada manusia. Dengan akad mudharabah kedua belah pihak yakni antara pemilik dana
dan pengelola dana dapat mengambil manfaat dari kerjasama yang terbentuk. Pemilik dana mendapatkan manfaat dengan pengalaman pengelola dana,
sedangkan pengelola dana dapat memperoleh manfaat dengan harta sebagai
33
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta, 1999, hal 4
Universitas Sumatera Utara
modal. Dengan demikian, dapat tercipta kerjasama antara modal dan kerja, sehingga dapat tercipta kesejahteraan umum.
Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk mengelola harta yang dimilikinya dengan cara yang benar, apabila bertentangan dengan aturan yang
ditetapkan akan memberikan dampak yang negatif bagi dirinya dan berpengaruh terhadap orang lain, baik dampak yang ada di dunia maupun di akhirat nanti.
Sesungguhnya Islam menganjurkan manusia untuk mencari harta sebanyak- banyaknya dan bebas ke segala daerah tidak hanya di dalam negeri saja.
Mudharabah pada bank Islam adalah suatu sistem pendanaan operational realitas bisnis, bersaham mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh
karena itu mudharabah termasuk dalam kategori bekerja yang merupakan salah satu sebab kepemilikan yang sah menurut syara’. Maka seorang pengelola berhak
memiliki harta yang merupakan hasil keuntungan dan transaksi mudharabah karena kerjanya sesuai dengan presentasi yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak.
34
Mudharabah memiliki pengertian bepergian untuk urusan dagang. Mudharabah sering juga disebut dengan qiradh dimana keduanya memiliki makna
yang sama. Mudharabah merupakan akad yang telah dikenal umat muslim sejak zaman Nabi. Pada saat itu Nabi berprofesi sebagai pedagang beliau melakukan
kerjasama dengan Khadijah dimana pada saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad SAW ke luar negeri.
Dalam kerjasama ini Khadijah berperan sebagai pemilik modal sedangkan Nabi
34
Prof. Dr. H.M. Hasballah Thaib, MA, Hukum aqad dalam fiqih Islam dan praktek di Bank Sistem Syariah, Medan, 2004, hal 113
Universitas Sumatera Utara
Muhammad SAW sebagai pelaksana usaha. Dengan demikian, jika dilihat dari segi hukum Islam maka akad mudharabah ini diperbolehkan.
35
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur yang paling
penting dalam akad mudharabah yaitu kepercayaan yang diberikan oleh si pemilik dana kepada si pengelola dana. Kepercayaan ini sangat penting karena si pemilik
dana tidak boleh terlalu ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayainya kecuali hanya sebatas memberikan masukan ataupun saran-saran
dan melakukan pengawasan terhadap pengelola dana. Apabila usaha tersebut mengalami kerugian yang mengakibatkan sebagian atau seluruh modal si pemilik
dana habis maka yang menanggung kerugian adalah si pemilik dana. Sedangkan si pengelola dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus mengganti
kerugian atas modal yang hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi akibat kesengajaan, kelalaian, atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh si pengelola
dana. Pengelola dana hanya menanggung kehilangan atau risiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah dilakukannya selama mengelola proyek atau
Dilihat secara teknis mudharabah merupakan suatu akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha,
keuntungan dibagi atas dasar sistem bagi hasil yang mana sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah pihak, apabila terjadi kerugian maka akan ditanggung
oleh si pemilik dana kecuali apabila disebabkan oleh si pengelola dana.
35
Ir.adiwarman A. Karim,S.E.,M.B.A.,M.A.E.P, Op.cit., hal 204.
Universitas Sumatera Utara
usaha tersebut, serta kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan sesuai yang telah ditetapkan dalam perjanjian mudharabah.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi harus secara bersama-sama
menanggung risiko, dalam hal transaksi mudharabah pemilik dana akan menanggung risiko finansial sedangkan pengelola dana akan memiliki risiko
nonfinansial. Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk bagiannya karena dapat disamakan dengan riba yaitu
meminta kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang yang diperbolehkan syariah.
36
1. Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, di mana mereka
tidak saling mengenal. Jadi sangat kecil kemungkinan terjadi hubungan yang langsung dan personal.
Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh si pemilik dana dengan si pengelola dana kecil kemungkinannya untuk dapat dilakukan oleh bank, karena
disebabkan oleh beberapa hal:
2. Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar,
sehingga memerlukan puluhan bahkan ribuan pemilik dana untuk sama- sama menjadi penyandang dana untuk satu proyek tertentu.
3. Lemahnya disiplin terhadap ajaran Islam menyebabkan sulitnya bank
memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya.
37
Untuk menghindari adanya perselisihan dalam kontrak mudharabah di kemudian hari sebaiknya dilakukan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dalam
perjanjian harus mencakup berbagai aspek yaitu tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian keuntungan, biaya-biaya yang boleh
36
Sri Nurhayati, S.E., M.M, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2009, hal 112
37
Ir.adiwarman A. Karim,S.E.,M.B.A.,M.A.E.P, Op.cit., hal 210
Universitas Sumatera Utara
dikurangkan dari pendapatan, ketentuan pengembalian modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola dana dan sebagainya. Apabila terjadi hal
yang tidak diinginkan di kemudian hari maka kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang telah disepakati bersama. Jika terjadi perselisihan diantara
kedua belah pihak maka dapat diselesaikan secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan arbitrase syariah. Usaha mudharabah dianggap mulai
berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. Sedangkan pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap
bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah berakhir sesuai dengan kesepakatan pemilik dana dan pengelola
dana. Modal dapat direalisasikan dalam bentuk sejumlah mata uang yang
beredar. Modal dalam kontrak mudharabah tidak dapat dijadikan sebagai hutang bagi pihak pengelola dana pada waktu terjadinya kontrak. Modal tidak
diperbolehkan sebagai hutang bagi pihak pengelola dana kepada pemilik dana alasannya adalah kalau pemilik dana investor menjadikan modal dalam kontrak
mudharabah dalam bentuk hutang, dimungkinkan akan menggunakannya sebagai tujuan untuk memperoleh keuntungan darinya. Sedangkan mengambil keuntungan
dari hutang adalah termasuk riba yang dilarang dalam agama Islam ataupun dalam hukum Islam.
Mudharib atau sering disebut juga dengan pengelola dana mulai mengelola kontrak mudharabah semenjak menerima modal untuk aktivitas usahanya.
Mudharib memiliki kebebasan dalam mengelola usahanya dan semua keputusan
Universitas Sumatera Utara
yang berkaitan dengan kontrak tersebut. Mudharib dalam mengelola kontrak, membagi kontrak mudharabah ke dalam dua bentuk, yaitu: kontrak mudharabah
yang tidak terlarang dan kontrak mudharabah yang terlarang. Kontrak mudharabah yang tidak terlarang adalah kontrak dimana pihak mudharib diberi
kebebasan yang luas dalam mengelola usahanya serta menentukan keputusan yang menurutnya dianggap paling tepat. Ia diperbolehkan menjalankan usahanya
dengan modal tersebut, bahkan dibolehkan memberikan modal tersebut kepada pihak ketiga untuk dijalankan dalam lapangan usaha atau mengadakan kerjasama
dengan pihak lain dalam bentuk kontrak musyarakah. Sedangkan kontrak mudharabah yang terlarang adalah bahwa mudharib bebas menjalankan usahanya
sesuai dengan prakteknyang umumnya berlaku dalam perdagangan. Campur tangan investor dalam mengelola kontrak mudharabah akan menghalangi
efektifitas kerja mudharib dan hal tersebut harus dihindari.
38
B. Gambaran Umum Tentang Bank Sumut Syariah