Fungsi Komunikasi Pola Komunikasi

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Secara umum terdapat lima kategori fungsi tujuan utama komunikasi, yaitu a. Sumber atau pengiriman menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui penerima. b. Sumber menyebarluaskan informasi danm rangka mendidik penerima. c. Sumber memberikan interuksi agar dilaksanakan penerima. d. Sumber mempengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasive untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima. e. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambil mempengaruhi penerima.

2.1.5 Pola Komunikasi

Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas seseorang, tentu masing-masing memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi untuk mendapatkan suatu tujuan. Oleh karena itu, dalam komunikasi dikenal pola-pola tertentu sebagai manifestasi perilaku manusia dalam berkomunikasi. Ada beberapa buku yang menerangkan beberapa jenis pola komunikasi keluarga dengan orangtua tunggal diantaranya : Universitas Sumatera Utara a. Berdasarkan kasuistik perilaku orangtua dan anak yang sering muncul dalam keluarga, maka komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah berkisar disekitar model Stimulus –Reapons S-R, model ABX, dan model interaksional. 1. Model Stimulus-Respons Merupakan Pola komunikasi yang paling sering terjadi didalam keluarga. Pola ini menunjukkan pola komunikasi sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal lisan- tulisan, isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Orangtua tampaknya harus lebih proaktif dan kreaktif untuk memberikan rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan anak atas rangsangan yang diberikan semakin membaik. 2. Model ABX Merupakan pola komunikasi lain yang sering terjadi dalam komuniksi antar keluarga yang dikemukakan oleh Newcomb dari perfektif psiko-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang A menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya B mengenai sesuatu X, bila A dan B mempunyai sifat positif terhadap satu sama lain dan terhadap X orang, gagasan, atau benda hubungan ini merupakan simetri. Bila A dan B saling membenci, dan salah satu menyukai X, sedangkan lainnya tidak, hubungan ini juga merupakan simetri. Universitas Sumatera Utara Akan tetapi, bila A dan B saling menyukai, namun mereka tidak sependapat mengenai X, maka hubungan mereka bukan simetris Djamarah dalam Mulyana, 2004. Banyak sebenarnya permasalahan yang dijadikan objek pembicaraan dalam kehidupan ini. Mulai objek yang disenangi sampai yang dibenci. Terkadang objek tertentu disenangi oleh seseorang, tetapi belum tentu disenangi oleh orang lain. Atau dua orang yang terlibat pembicaraan sama-sama menyenangi atau membenci suatu objek. Silang pendapat atau kesamaan pendapat adalah manusiawi. Maka dari itu jangan bermusuhan hanya karena perbedaan pendapat, tetapi perbedaan pendapat harus dimusyawarahkan untuk mufakat. 3. Model Interaksional Model Interaksional berlawanan dengan model S-R. Sementara model S- R mengasumsikan manusia adalah pasif, sedangkan model Interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri dan diri orang lain, simbol, makna, penafsiran dan tindakan. Interaksi yang terjadi antar individu tidak sepihak. Antar individu saling aktif, reflektif, dan kreatif dalam memakai dan menafsirkan pesan yang dikomunikasikan. Semakin cepat memberikan pemaknaan dan penafsiran terhadap pesan yang disampaikan semakin lancar komunikasi. Dalam Universitas Sumatera Utara komunikasi individu yang satu tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada individu atau kelompok lainnya untuk melakukan pemaknaan dan penafsiran secara tepat Djamarah dalam Hutabarat 2009. b. Jika ditinjau menurut Friedman 1998, membagi pola komunikasi menjadi dua jenis yaitu pola komunikasi fungsional dan pola komunikasi nonfungsional. 1. Pola Komunikasi Fungsional Pola komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci bagi sebuah keluarga yang berhasil dan sehat dan didefenisikan sedemikian rupa, transmisi langsung, dan penyambutan terhadap pesan, baik pada tingkat instruksi maupun isi Sell, 1993 dalam Friedman, 1998 dan juga kesesuaian antara tingkat perintahinstruksi dan isi Sattir, 1983 dalam Friedman, 1998. Dengan kata lain komunikasi fungsional dalam lingkungan keluarga menuntut bahwa maksud dan arti dari pengiriman yang dikirim lewat saluran-saluran yang relative jelas dan bahwa penerima pesan mempunyai suatu pemahaman terhadap arti dari pesan itu mirip dengan pengirim Sells, 1973 dalam Friedman 1998. Karakteristik Interaksional Dari Keluarga Fungsional 1. Interaksinya menyatakan adanya suatu toleransi dan memahami ketidaksempurnaan dan individualitas anggota. Universitas Sumatera Utara 2. Dengan adanya suatu keterbukaan dan kejujuran yang cukup jelas, anggota keluarga mampu mengakui kebutuhan dan emosi satu sama lain. 3. Pola-pola komunikasi dalam sebuah keluarga fungsional menunjukkan adanya penyambutan terhadap perbedaan, dan juga penilaian minimum dan kritik tidak realistis yang dilontarkan satu sama lain. 4. Penilaian terhadap perilaku individual diharuskan oleh tekanan tuntutan sosial eksternal atau perlunya sistem keluarga atau perkembangan pribadi, melahirkan penilaian yang sehat dalam keluarga secara keseluruhan. Pola pola fungsional dari komunikasi Curran 1983 dalam friedman adalah orang yg mempelajari secara ekstensif dan menggambarkan keluarga sehat, ia menulis bahwa ciri pertama dari keluarga sehat adalah komunikasi yang jelas dan kemampuan mendengar satu sama lain. Komunikasi sangat penting bagi kedekatan hubungan agar berkembang dan terpelihara. Kemampuan anggota keluarga untuk mengenal dan memberi respons terhadap peran-peran non verbal. Diidentifikasikan sebagai suatu atribut penting keluarga sehat. 1. Komunikasi emosional Universitas Sumatera Utara Komunikasi emosional berkenaan dengan ekspresi berbagai emosi atau perasaan, mulai dari ungkapan kemarahan, sakit hati, sedih dan cemburu, hingga bahagia, kasih saying, kelembutan hati. 2. Area-area terbuka dari komunikasi dan membuka diri Keluarga-keluarga fungsional adalah keluarga-keluarga dengan pola- pola komunikasi fungsional, keterbukaan nilai, saling hormat menghormati perasaan, pikiran dan perhatian, spontanitas, dan membuka diri. 3. Hirarki kekuasaan dan aturan-aturan keluarga Sistem keluarga didasarkan pada hirarki kekuasaan atau urutan kekuasaan dimana komunikasi mengandung perintah dan kewajiban. Interaksi fungsional dan hirarki kekuasaan terjadi ketika kekuasaan didistribusikan menurut kebutuhan perkembangan, atau ketika kekuasaan dukuasakan menurut kemampuan dan sumber-sumber dari anggota keluarga dan sesuai dengan ketentuan budaya kekuasaan keluarga. 4. Konflik keluarga dan resolusi konflik Konflik dirancang memecahkan dualisme yang berbeda, konflik merupakan suatu cara untuk mencapai beberapa jenis persatuan. Sebagai seorang penerima pesan dalam pola komunikasi fungsional harus memiliki kemampuan mendengar secara efektif yang berarti dapat memusatkan perhatian secara penuh terhadap apa yang sedang dikomunikasikan. Universitas Sumatera Utara Mendengar secara aktif berarti menjadi sungguh-sungguh, memikirkan kebutuhan, keinginan orang lain, dan tidak mengganggu komunikasi pengirimFriedman, 1998. 2. Pola komunikasi disfungsional Berbeda dengan pola komunikasi disfungsional didefenisikan sebagai pengirim transmisi dan penerima isi dan perintah dari pesan yang tidak jelastidak langsung atau ketidak- sepadanan antara tingkat isi dan perintah dari pesan. Aspek tidak langsung dari komunikasi disfungsional menunjuk kepada pesan-pesan menuju sasaran yang tepat langsung atau dibelokkan dan menuju orang lain dalam keluarga tidak langsung. Jika penerimanya tidak berfungsi disfungsional, maka akan terjadi kegagalan penerima mendengar, menggunakan diskualifikasi, memberikan respons yang tidak sesuai, gagal menggali pesan pengirim, gagal menvalidasi pesan. Faktor-faktor yang melahirkan pola-pola komunikasi yang tidak berfungsi disfungsional adalah : 1. Harga diri yang rendah dari keluarga maupun anggota, khususnya orangtua. Tiga nilai terkait yang terus menerus menghidupkan harga diri rendah adalah pemusatan pada diri sendiri, perlunya persetujuan total, dan kurangnya empati. Universitas Sumatera Utara 2. Pemusatan pada diri sendiri dicirikan oleh memfokuskan pada kebutuhan sendiri, mengesampingkan kebutuhan, perasaan dan perfektif orang lain. 3. Kurangnya empati, keluarga yang berpusat pada diri sendiri dan tidak dapat mentoleransi perbedaan juga tidak dapat mengenal efek dari pikiran perasaan dan perilaku mereka sendiri terhadap anggota keluarga yang lain, dan juga mereka tidak dapat memahami pikiran, perasaan dan perilaku dari anggota keluarga lain. Mereka begitu menghabiskan waktu hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri sehingga mereka tidak mempunyai kemapuan untuk menjadi empatis. 4. Ekspresi perasaan tak jelas, dari komunikasi disfungsional yang dilakukan oleh pengirim adalah pengungkapan perasaan yang tidak jelas karena takut ditolak, pengungkapan perasaan dari pengirim harus diluar kebiasaan atau diungkapkan dengan suatu cara yang tidak jelas sehingga perasaan tersebut tidak dapat diketahui. 5. Kemarahan terpendam, ungkapan perasaan yang tidak jelas, pengirim merasa marah dengan penerima tetapi ia tidak mengungkapkan marahnya secara jelas dan bias saja ia melampiaskannya kepada orang lain atau barang. 6. Ekspresi menghakimi, pernyataan menghakimi selalu membawa kesan penilaian moral dimana jelas bagi penerima bahwa pengirim sedang mengevaluasi nilai dari pesan orang lain. Universitas Sumatera Utara 7. Ketidakmampuan mengungkapkan kebutuhan, pengirim yang disfungsional tidak hanya dapat mengungkapkan kebutuhannya, tapi karena takut ditolak, maka ia tidak mampu mendefenisikan prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan tersebut. 8. Penerima disfungsional, jika penerima tidak berfungsi maka akan terjadi kegagalan komunikasi karena pesantidak diterima sebagai mana diharapkan, mengingat kegagalan penerima mendengar. 2.2 Keluarga 2.2.1 Pengertian keluarga