Suku Batak .1 Komunikasi Suku Batak Toba
Banyak orang yang kesulitan berkomunikasi dengan anak-anak remaja karena tidak saling memahami pola komunikasi yang sedang mereka gunakan.
Terkadang mereka saling mempertahankan pola komunikasinya masing-masing. Remaja sedang berada dalam taraf pencarian identitas, pengembangan, dan coba-
coba. Ketidakstabilan remaja tampak dari perilaku mereka yang mudah terinfeksi oleh berbagai pola komunikasi yang menurut mereka menarik meskipun belum
tentu bermanfaat bahkan membingungkan orang lain termasuk orang tua mereka sendiri.
Pola komunikasi remaja umumnya penuh dengan dinamika, terkadang disertai sinisme atau sarkasme terhadap situasi hidup sehari-hari. Istilah-istilah
yang mereka gunakan sering kali yang semakin hari semakin timpang atau karena mereka merasakan sendiri betapa mereka mendapat tekanan dari sistem yang
mengatur kehidupan mereka sebagai remaja yang semakin hari semakin berat dan mengekang kebebasan mereka. Untuk melampiaskan kekesalan atau tekanan
tersebut, mereka sering kali menggunakan simbol-simbol komunikasi yang keluar dari aturan berbahasa.
2.4 Suku Batak 2.4.1 Komunikasi Suku Batak Toba
Suku Batak Toba yang merupakan cabang dari suku Batak seperti Batak Karo, Batak Simalungun, Batak AngkolaMandailing, Batak PakpakDairi, Batak
Toba. Suku Batak dewasa ini dalam kehidupan sehari-hari sudah dapat hidup rukun dan saling berdampingan karena mereka sebagai penduduk Batak Toba
Universitas Sumatera Utara
yang hidup mandiri dan sudah memiliki adat istiadat sebagai satu etnik. Adat istiadat itu dilestarikan dan diturunkan kepada generasi penerus karena dipercayai
adat istiadat dapat memberi kebahagiaan. Dalihan Natolu merupakan suatu hubungan dan pedoman sekaligus hidup
bagi warga bagi masyarakat Batak Toba, atau juga sebagai lambang demokrasi dan falsafah hidup. Apabila ada dalam masyarakat perselisihan keluarga, maka
dalihan natolu dapat langsung terjun mengatasi masalah tersebut yang harus dapat diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Dalam musyawarah itu
berbagai pihak, dari unsur hula-hula, dongan tubu,dan boru dapat mengeluarkan pendapatnya masing-masing dalam mencapai suatu kata sepakat untuk mencari
penyelesaian suatu masalah tersebut Suwardi, 1999. Walaupun di luar upacara adat. Di samping itu juga kesatuan yang dimiliki
masyarakat sangat erat dalam berbagai bentuk kegiatan organisasi, seperti dalam pelaksanaan upacara adat masyarakat dari golongan Dalihan Na Tolu mengambil
peranya masing-masing. Jadi dari falsafah Dalihan Na Tolu dapat disimpulkan bahwa masyarakat Batak Toba adalah masyarakat yang beradat istiadat dan
memiliki sifat kebersamaan yang kuat. Bahasa dan adat istiadat adalah bagian dari kebudayaan dan kebudayaan inilah yang dimiliki oleh penduduk masyarakat
Batak Toba. Penduduk di Desa Gempolan secara khusus dalam kehidupan sehari- hari adalah memakai bahasa Batak Toba karena bahasa Batak Toba adalah bahasa
ibu yang mudah dipahami masyarakat pemakainya. Bahasa ibu yang dimaksudkan adalah salah satu sarana untuk komunikasi yang dapat mengungkapkan perasaan
dan pikiran orang terhadap orang lain, terutama untuk mematuhi seluruh peraturan
Universitas Sumatera Utara
tata hidup masyarakat yang telah dituangkan dalam bentuk budaya. Oleh karena itu, bahasa bagi penduduk daerah setempat merupakan pencerminan hidup. Hal ini
terlihat dengan istilah panggilan dalam rangka partuturan yang menjalin rasa persaudaraan demi kelangsungan pergaulan secara tertib.
Penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi sesama suku Batak Toba, senantiasa berlangsung dalam hidup sehari-hari misalnya dalam
upacara adat, kebaktian gereja, rapat penatua adat, dengan kata lain bahasa daerah dipakai dalam membicarakan hal-hal yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama,
dalam percakapan sehari-hari termasuk dalam sastra lisan dan tulisan Suwardi, 1999.
Universitas Sumatera Utara