asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya gula.
3.7.6. Pemeriksaan Antrakinon
Sebanyak 0,2 g serbuk simplisia dicampur dengan 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, lalu didinginkan, ditambahkan 10 ml benzena, dikocok,
didiamkan. Lapisan benzena dipisahkan dan disaring. Kocok lapisan benzena dengan 2 ml NaOH 2 N, diamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan
benzena tidak berwarna menunjukkan adanya glikosida antrakinon.
3.7.8. Pemeriksaan Steroidatriterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya
ditambahkan 2 tetes Liebermann-Burchard. Apabila terbentuk warna ungu atau merah berubah menjadi ungu atau biru hijau menunjukkan adanya
steroidatriterpenoida.
3.8. Pembuatan Ekstrak
Cara kerja : Sebanyak 200 g kulit bawang merah yang telah diserbukkan dimasukkan
ke dalam bejana tertutup, lalu dibasahi dengan cairan penyari selama 3 jam. Kemudian massa dimasukkan ke dalam perkolator, lalu cairan penyari n-heksan
dituang secukupnya sampai terdapat selapis larutan penyari diatas serbuk simplisia, mulut perkolator ditutup dengan plastik dan aluminium foil dan
dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam keran perkolator dibuka dan cairan perkolat dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per detik dan ditampung dalam
botol berwarna bening. Perkolasi dihentikan setelah tetesan terakhir perkolat tidak
Universitas Sumatera Utara
berwarna lagi atau apabila sebanyak 500 mg cairan perkolat diuapkan di atas penangas air tidak meninggalkan sisa. Perkolat dipekatkan dengan bantuan alat
penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40 C, lalu ampas
dikeluarkan dari alat perkolator dan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan selama 1 jam. Ampas yang telah dikeringkan, disari kembali dengan cairan
penyari etilasetat. Ampas dari perkolasi etilasetat dikeringkan lalu disari kembali dengan cairan penyari etanol 96. Setiap perkolasi dilakukan dengan cara yang
sama seperti perkolasi menggunakan n-heksan. Bagan pembuatan ekstrak dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 49.
3.9. Analisis Ekstrak n-heksan, etilasetat dan etanol secara KLT
Terhadap ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol dilakukan analisis secara KLT menggunakan fase diam silika gel F
254
dan fase gerak campuran n-heksan – etilasetat dengan perbandingan 80:20, 60:40, 40:60 dan 20:80. Sebagai
penampak bercak digunakan pereaksi asam sulfat 50 dalam metanol. Cara kerja :
Ekstrak ditotolkan pada plat lapis tipis, kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase gerak. Setelah pengembangan selesai
plat dikeluarkan dan dikeringkan, plat disemprot dengan penampak bercak asam sulfat 50 dalam metanol dan dipanaskan dalam oven pada suhu 105
C selama 5 menit lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Hasil analisis ekstrak n-heksan
secara KLT dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 50, analisis ekstrak etilasetat secara KLT dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 51 dan analisis ekstrak etanol
secara KLT dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 52.
Universitas Sumatera Utara
3.10. Uji Toksisitas