56
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perhatian terhadap eksistensi pelayanan semakin berkembang seiring dengan munculnya berbagai masalah dalam pelayanan pemerintah kepada rakyat, seperti
pembuatan Kartu Tanda Penduduk KTP, akta, perizinan sampai pada penyediaan sarana dan prasarana umum dan sosial. Informasi yang diperoleh secara langsung dan
melalui berbagai media massa seringkali mengungkapkan berbagai kelemahan pelayanan pemerintah yang mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap
pelayanan tersebut. Pelayanan yang mahal, kaku dan berbelit-belit, sikap dan tindakan aparat, kurang ramah, arogan, lambat dan fasilitas pelayanan yang kurang
memuaskan dan sebagainya adalah merupakan fenomena-fenomena yang kerap kali mewarnai proses hubungan antara pemerintah dan masyarakat berkaitan dengan
proses pelayanan. Demikian juga halnya dengan Pemerintah Kota Pemko Medan, layanan
publik dirasakan masih kurang baik. Pelayanan publik pada Pemko Medan diantaranya adalah pengurusan KTP, dan kartu keluarga, pengurusan akta nikah dan
akta kelahiran, pengurusan perizinan usaha, pengangkutan sampah, dan sebagainya. Fenomena layanan publik yang kurang baik pada Pemko Medan dapat dilihat sebagai
berikut. Dalam pengurusan KTP dan kartu keluarga, sudah ditentukan tidak dipungut
Universitas Sumatera Utara
57
biaya, tetapi dalam kenyataannya masih dikenakan biaya dengan besaran yang bervariasi, dan waktu pengurusan juga cukup lama, sekitar 2 hingga 6 minggu.
Kecuali kepada pihak-pihak yang bersedia membayar lebih mahal, waktu pengurusan dapat dipercepat. Demikian juga halnya dalam pengurusan akta nikah dan akta
kelahiran. Dalam hal mengurus izin usaha, selain membutuhkan biaya lebih dari yang ditentukan, birokrasi yang panjang dan berbelit karena melibatkan beberapa dinas
yang berbeda dan lokasi kantor yang berbeda menyebabkan lamanya pengurusan suatu perizinan. Dalam hal pengangkutan sampah, bahwa hingga saat ini dapat dilihat
masih banyaknya sampah yang berserakan di pinggir jalan, baik di sekitar pemukiman maupun jalan-jalan utama. Hal ini bukan saja mengganggu terhadap
kesehatan, tetapi juga terhadap estetika, padahal Kota Medan merupakan Kota Adipura.
Fenomena pelayanan publik yang masih kurang baik tersebut berhubungan dengan kehandalan dan etos kerja pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Medan
yang masih kurang baik. Kehandalan menunjukkan kemampuan pegawai memberikan layanan publik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan dengan
hasil yang memuaskan bagi publik. Kehandalan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Medan masih kurang baik. Salah satu contoh kehandalan yang kurang baik
adalah dalam pengurusan KTP dan kartu keluarga, serta akta nikah dan akta kelahiran masih sering lebih lambat dari yang dijanjikan sehingga kurang memuaskan
masyarakat karena juga dikenakan biaya yang lebih besar dari ketentuan.
Universitas Sumatera Utara
58
Etos kerja para pegawai Pemerintah Kota Medan juga masih kurang tinggi. Etos kerja yang rendah dapat dilihat dari masih seringnya pegawai terlambat masuk
kantor sebaliknya pulang lebih cepat dari jam kerja. Selain itu, para pegawai terlihat santai dalam melakukan suatu pekerjaan, seperti tidak ada beban kerja sama sekali.
Pada hakekatnya suatu individu atau kelompok dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia. b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia. c. Kerja dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan, dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita.
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. Hal ini mengandung maksud seseorang bersikap yang baik terhadap kerja dan
hasilnya, sehingga orang selalu bergairah dalam menjalankan roda organisasi yang bernilai ibadah. Pendapat ini mengisyaratkan betapa pentingnya kesuksesan
organisasi yang harus didukung oleh beberapa faktor, diantaranya etos kerja. Etos memang perlu dimiliki oleh setiap orang agar kehidupan organisasi bisa aman, tertib
dan lancar. Etos kerja sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor religius, faktor budaya, faktor individu, dinamika kelompok, dan faktor organisasi.
Universitas Sumatera Utara
59
I.2. Perumusan Masalah