Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan

(1)

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR CAMAT

MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN

SKRIPSI

Disusun Oleh:

ROMADHANA ALHADI LUBIS NIM: 080903090

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

ABSTRAK

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR CAMAT MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN

Oleh:

ROMADHANA ALHADI LUBIS NIM: 080903090

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan, untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan publik pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan dan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisis kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Sampel yang diajukan berjumlah 44 orang atau 10% dari jumlah populasi 440 pegawai negeri sipil dan masyarakat. Tehnik analisa data yang dipergunakan adalah dengan cara mempergunakan produk moment dan selanjutnya diuji melalui uji t dan selanjutnya diuji kembali dengan memakai uji diterminasi.

Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran secara menyeluruh ada terdapat hubungan meskipun rendah antara disiplin kerja terhadap pelayanan publik di Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung. Hal ini dibuktikan

dengan antara variabel X (disiplin kerja) dengan variabel Y (pelayanan publik), yang menghasilkan harga r xy adalah 0,343. Maka harga X (disiplin kerja) dengan Y (pelayanan publik) sebesar 0,343 menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bervariasi secara positif dan signifikan. Dari Uji diterminasi maka didapatkan D = 11,56. Ini berarti bahwa kira-kira 11,76% dari variasi Y yaitu pelayanan publik dapat diterangkan oleh X yang dalam hal ini disiplin kerja. Jadi 88,24% yang tidak diteliti. Dari hasil uji t didapatkan hasil bahwa t-hitung = 2,52 > t tabel = 1,68195, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan antara disiplin kerja terhadap peningkatan pelayanan publik di Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung.


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum . Warahmatullahi.. Wabarakatuh…

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat berfikir dan merasakan segalanya. Salah satu dari sekian banyak nikmat dan karunianya adalah penuis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Kedua orang tua tercinta, Ayah (Syafruddin lubis,Alm.) dan Mamak (Nuraini) yang selalu memberikan doa yang tulus, dukungan dan pengertian dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bapak Robinson , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku dosen pembimbing saya yang telah sabar menuntun dan member masukan dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera utara.

Bapak/Ibu dosen dan Staf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis dalam kegiatan akademis.

Kepada pegawai-pegawai Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada Udak (H. Taufik Rahim Lbs) dan ocik (Leli Suryani) yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan atas penyelesaian skripsi ini.

Kepada seluruh saudara-saudara, sepupu dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada saya dalam menyusun skripsi ini. Kepada sahabat-sahabat saya semasa kuliah terima kasih telah setia menemani

dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada yang terkasih istri saya Nina irvindyati Hrp, Rania Talita Ramadhani Lbs dan Raziq Zuhdi Yahya Lbs terima kasih telah menemani dan saling memotivasi dalam segala hal.

Penulis telah berupaya secara maksimal dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa yang digunakan, untuk itu penulis memohon maaf atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang


(5)

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu.

Medan, Januari 2015 Hormat Saya,


(6)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Kerangka Teori ... 8

1.5.1. Kedisiplinan ... 8

1.5.1.1. Pengertian Disiplin ... 8

1.5.1.2. Jenis-Jenis Disiplin ... 11

1.5.1.3. Prinsip-Prinsip Pendisiplinan ... 13

1.5.1.4. Alat Untuk Mengukur Disiplin Kerja ... 14

1.5.2. Pelayanan Publik ... 15

1.5.2.1. Pengertian Pelayanan Publik ... 15


(7)

1.5.2.3. Azas, Prinsip Dan Standar Pelayanan

Publik ... 18

1.5.2.4. Jenis-Jenis Pelayanan Publik ... 22

1.5.2.5. Penyelenggaraan Pelayanan Publik ... 23

1.5.3. Hubungan Kedisiplinan Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik ... 26

1.6. Hipotesis ... 27

1.7. Definisi Konsep ... 27

1.8. Definisi Operasional ... 28

1.9. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II METODE PENELITIAN ... 32

2.1. Bentuk Penelitian ... 32

2.2. Lokasi Penelitian ... 32

2.3. Populasi dan Sampel ... 32

2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 33

2.5. Teknik Penentuan Skor ... 34

2.6. Teknik Analisa Data ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEDAN TEMBUNG 39 3.1. Sejarah Singkat Kecamatan Medan Tembung ... 39

3.2. Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung ... 40

3.3. Perekonomian dan Kependudukan ... 41 3.4. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Medan Tembung 45


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Gambaran Umum Responden ... 52

4.2. Disiplin Kerja ... 54

4.3. Pelayanan publik ... 61

4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden ... 69

4.5. Uji Hipotesis ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1. Kategori Jawaban Responden Untuk Masing-Masing Variabel ... 35

Tabel 2.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ... ... 37

Tabel 3.1. Luas Wilayah Menurut Kelurahan Tahun 2013 ... 41

Tabel 3.2. Banyaknya Penduduk Menurut Umur Tahun 2013 ... 42

Tabel 3.3. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Tahun 2013 ... 42

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2013 ... 43

Tabel 3.5. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Tahun 2013 ... 44

Tabel 3.6. Jumlah Sarana Ibadah Tahun 2013 ... 44

Tabel 3.7. Jumlah Sarana Perekonomian Tahun 2013 ... 45

Tabel 4.1. Umur Responden ... 52

Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden ... 53

Tabel 4.3. Pendidikan Terakhir Responden ... 53

Tabel 4.4. Absensi Kehadiran Sangat Penting Dalam Penegakan Disiplin Kerja ... 54

Tabel 4.5. Bapak/Ibu Harus Hadir Tepat Waktu Di Kantor Setiap Hari Jam Kerja ... 55

Tabel 4.6. Bapak/Ibu Harus Pulang Dari Kantor Sesuai Dengan Jam Kantor ... 56

Tabel 4.7. Bapak/Ibu Harus Melaksanakan Tugas-Tugas Dengan Tanggung Jawab Dan Sesuai Dengan Waktu Yang Telah Ditentukan. ... 57


(10)

Tabel 4.8. Bapak/Ibu Selalu Mengenakan Seragam Kerja Sesuai Hari

Yang Telah Ditentukan ... 58 Tabel 4.9. Bapak/Ibu Harus Mengenakan Tanda Pengenal Di Kantor Ini. 59 Tabel 4.10. Peraturan Yang Ditetapkan Menjadikan Bapak/Ibu

Termotivasi Dalam Menyelesaikan Tugas Yang Diberikan

Pimpinan ... 60 Tabel 4.11. Bapak/Ibu Harus Bersedia Dikenakan Sanksi Sesuai Dengan

Peraturan Jika Melanggar Peraturan Tersebut ... 61

Tabel 4.12. Bapak/Ibu Bekerja Sesuai Pelayanan Publik Yang Ditetapkan Oleh

Instansi ... 62 Tabel 4.13. Pelayanan Publik Yang Dilakukan Sesuai Dengan Kepuasan Dari

Masyarakat ... 63 Tabel 4.14. Bapak Ibu Memiliki Kriteria Yang Spesifik Tentang Pelayanan Publik

Selain Yang Ditetapkan Oleh Instansi ... 64

Tabel 4.15. Antara Bagian Yang Satu Dengan Bagian Yang Lain Dalam Instansi Kecamatan Memiliki Kriteria Pelayanan Publik

Yang Berbeda ... 65 Tabel 4.16. Dalam Mendukung Pelayanan Publik Yang Dilakukan

Instansi Memberikan Pelatihan Terhadap Pegawainya ... 66 Tabel 4.17. Pelayanan Publik Yang Dihasilkan Didukung Oleh Teknologi

Dan Sarana Serta Prasarana Pekerjaan Yang Lengkap... 67 Tabel 4.18. Pelayanan Publik Yang Dihasilkan Memberikan Kepuasan

Kepada Pegawai Pelayanan ... 68 Tabel 4.19. Pengaturan Disiplin kerja Memberikan Andil Dalam

Meningkatkan Pelayanan publik ... 69 Tabel 4.20. Rekapitulasi Jawaban responden Terhadap Variabel X


(11)

Tabel 4.21. Rekapitulasi Jawaban responden Terhadap Variabel Y (Pelayanan Publik) ... 71 Tabel 4.22. Kalkulasi Harga r xy ... 72


(12)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 3.1. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Medan Tembung Kota


(13)

ABSTRAK

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR CAMAT MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN

Oleh:

ROMADHANA ALHADI LUBIS NIM: 080903090

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan, untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan publik pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan dan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan.

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisis kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Sampel yang diajukan berjumlah 44 orang atau 10% dari jumlah populasi 440 pegawai negeri sipil dan masyarakat. Tehnik analisa data yang dipergunakan adalah dengan cara mempergunakan produk moment dan selanjutnya diuji melalui uji t dan selanjutnya diuji kembali dengan memakai uji diterminasi.

Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran secara menyeluruh ada terdapat hubungan meskipun rendah antara disiplin kerja terhadap pelayanan publik di Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung. Hal ini dibuktikan

dengan antara variabel X (disiplin kerja) dengan variabel Y (pelayanan publik), yang menghasilkan harga r xy adalah 0,343. Maka harga X (disiplin kerja) dengan Y (pelayanan publik) sebesar 0,343 menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bervariasi secara positif dan signifikan. Dari Uji diterminasi maka didapatkan D = 11,56. Ini berarti bahwa kira-kira 11,76% dari variasi Y yaitu pelayanan publik dapat diterangkan oleh X yang dalam hal ini disiplin kerja. Jadi 88,24% yang tidak diteliti. Dari hasil uji t didapatkan hasil bahwa t-hitung = 2,52 > t tabel = 1,68195, maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan antara disiplin kerja terhadap peningkatan pelayanan publik di Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Birokrasi pemerintahan tidak pernah menyadari bahwa ada perubahan besar di dunia ini. Di mana semua hal harus mengacu kepada pasar, bisnis harus mengacu kepada permintaan pasar dan kalau mau berhasil dalam kompetisi ini, pelaku harus mampu melayani pasar. Pasar birokrasi adalah seluruh masyarakat yang dilayani oleh birokrasi bukannya pejabat pemerintahan dan pimpinan birokrasi itu sendiri, tetapi rakyat. Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Perbaikan pelayanan publik di era reformasi ini merupakan harapan seluruh masyarakat, namun dalam perjalanan reformasi ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berbagai tanggapan masyarakat justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan publik mengalami kemunduran yang utamanya ditandai dengan banyaknya penyimpangan dalam layanan publik tersebut. Sistem dan prosedur pelayanan yang berbelit-belit, dan sumber daya manusia yang lamban dalam memberikan pelayanan, mahal, tertutup, dan diskriminatif serta berbudaya bukan melayani melain dilayani juga merupakan aspek layanan publik yang banyak disoroti.

Rendahnya kualitas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh sebagian aparatur pemerintahan atau administrasi negara dalam menjalankan tugas dan


(15)

fungsinya. Kondisi ini karena di dalam kepatuhan dan disiplin terhadap standar minimum pelayanan publik masih belum terlaksana dalam pelaksanaan tugas aparatur pemerintah. Ini menyebabkan penyelenggaraan pelayanan publik menjadi panjang dan melalui proses yang berbelit-belit, sehingga besar kemungkinan timbul ekonomi biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang korupsi, kolusi dan nepotisme, perlakuan diskriminatif dan lain-lain.

Sementaa itu, dari sisi kelembagaan, kelemahan utama terletak pada desain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh pemerintah yang juga menyebab pelayanan publik menjadi tidak efisien, sementara karakteristik pelayanan pemerintah yang sebagian bersifat monopoli sehingga tidak menghadapi permasalahan persaingan pasar menjadikan lemahnya perhatian pengelola pelayanan publik akan penyediaan pelayanan yang berkualitas. Lebih buruk lagi kondisi ini menjadikan sebagian pengelola pelayanan memandaatkan untuk mengambil keuntungan pribadi, dan cenderung mempersulit prosedur pelayanannya. Akibat permasalahan tersebut, citra buruk pada pengelolaan pelayanan publik masih melekat sampai saat ini sehingga tidak ada kepercayaan masyarakat pada pengelola pelayanan. Kenyataan ini merupakan tantangan yang harus segera diatasi pada era persaingan bebas pada saat ini.


(16)

Indonesia saat ini dihadapkan oleh berbagai tantangan yang muncul sebagai akibat dari perkembangan global, regional, nasional dan lokal pada hampir seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari sisi manajemen pemerintahan, penerapan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan instrumen utama untuk mencapai suatu negara yang mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Membawa konsekuensi dan implikasi yang cukup besar terhadap perubahan paradigma pembangunan daerah. Daerah dituntut untuk mengurus rumah tangganya sendiri, baik dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Khusus dalam pelaksanaan tugas pemerintahan di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dituntut kepada aparatur negara selaku penyelenggara pemerintahan harus mampu melakukan inovasi diri guna meningkatkan kinerja, baik untuk diri pribadinya maupun untuk instansi tempat dimana dia bekerja. Oleh karena itu pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat harus menyelenggarakan pelayanan secara adil kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang DAsar 1945.

Namun berbagai tuntutan tersebut tidaklah akan terbentuk secara otomatis. Banyak langkah yang harus direncanakan, dilakukan dan dinilai secara sistematis dan konsistensi. Penataan sumber daya aparatur yang disiplin harus diprioritaskan, karena reformasi di bidang administrasi pemerintahan mengharapkan hadirnya pemerintah yang lebih berkualiitas dan mampu mengemban fungsi-fungsi pelayanan publik.


(17)

Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik maka pembinaan pegawai negeri sipil diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki sikap dan perilaku yang berintikan pengabdian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, serta berwibawa, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal tanpa adanya keluhan dari masyarakat. Tumpuan dan harapan masyarakat tentu tertuju kepada aparatur pemerintah, karena aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan umum di Indonesia yang mengarahkan tujuannya kepada public service, memikirkan dan mengupayakan tercapainya sasaran pelayanan kepada seluruh masyarakat dalam berbagai lapisan. Hal tersebut merupakan hal yang beralasan karena secara empiris masyarakat di daerah menginginkan agar aparatur pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat bekerja secara optimal yang akhirnya dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Untuk dapat menciptakan pelayanan yang baik bagi masyarakat, diperlukan aparatur yang disiplin dalam mengemban tugasnya, hal ini merupakan prasyarat dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat.

Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah atas kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat. Tugas pokok aparatur pemerintah pada hakikatnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan tersebut mengandung adanya unsur-unsur perhatian dan kesediaan serta kesiapan dari pegawai pemerintah dalam menghadapi perubahan sosial dan dinamika masyarakat sebagai sasaran pelayanannya, rasa puas masyarakat dalam pelayanan publik akan terpenuhi jika apa


(18)

diberikan oleh pegawai kantor pemerintah sesuai dengan apa yang mereka harapkan selama ini. Namun hal tersebut hanya dapat dicapai apabila kinerja pegawai negeri sipil dapat diandalkan melalui pembinaan secara berkelanjutan, dan salah satu usaha pembinaan untuk dapat mencapai kinerja tersebut dilakukan dengan peningkatan kedisiplinan pegawai negeri sipil.

Kondisi mengenai pelayanan pegawai di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan sejauh ini masih belum maksimal, diantaranya sebagai berikut:

1. Kualitas pelayanan yang diberikan belum memenuhi kriteria kepastian waktu, sebab seringkali pelaksanaan tugas pemberian pelayanan masih membutuhkan prosedur atau proses yang tidak sebentar. Hal tersebut seolah menunjukkan bahwa para pegawai seolah belum handal dan efektif dalam menangani suatu pekerjaan. 2. Rasa ketergantungan pegawai yang satu dengan pegawai yang lainnya masih

tinggi, sehingga hasil kerja tidak memenuhi harapan, misalnya pelaksanaan tugas yang tidak jelas siapa yang menanganinya sehingga pada saat tugas tersebut tersendat, tidak jelas siapa yang dapat dimintai pertanggungjawaban.

3. Sebagian pegawai dapat dikatakan masih belum mampu mempergunakan fasilitas kerja dengan lancar akibat masih kurangnya keterampilan yang dimiliki.

4. Beberapa pegawai terkadang masih belum mematuhi jam kerja yang berlaku, akibat belum tegasnya penerapan sanksi atas pelanggaran disiplin.

Berdasarkan beberapa permasalahan yang dikemukakan dalam observasi tersebut, maka penulis mengasumsikan bahwa pegawai pada Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan belum sepenuhnya dapat menjalankan tugas pekerjaannya


(19)

dengan baik atau dengan kata lain produktivitas kerjanya masih kurang sehingga kemudian tentunya akan berpengaruh terhadap pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Satu hal yang diasumsikan kemudian sebagai faktor penyebab rendahnya pelayanan publik pada kantor Camat Medan Tembung Kota Medan tersebut adalah faktor motivasi kerja yang merupakan hal paling mendasar dalam perilaku manusia dalam melakukan sesuatu pekerjaan.

Dengan demikian disiplin pegawai negeri sipil akan menentukan kinerja,dimana kinerja tersebut ditunjukkan kepada kualitas pelayanan untuk masyarakat dan selanjutnya akan menentukan tingkat prestasi kerja. oleh karena itu disiplin kerja memegang peranan yang sangat penting dan mutlak diperlukan, khususnya pada kantor camat yang berfungsi sebagai unit pelayan langsung kepada masyarakat sehingga dapat memberikan pelayanan langsung yang terbaik kepada masyarakat, sehingga pada hal ini disiplin kerja perlu mendapat perhatian. Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul "Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan".

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengaruh disiplin kerja pegawai negeri sipil pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan terhadap kualitas pelayanan publik ?


(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan,dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri. penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan suatu prosedur aparatur negara dalam menjalankan tugasnya.

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan publik pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kamempuan berfikir dalam menulis karya ilmiah.

2. Secara praktis, sebagai masukan dan sumbangan pikiran bagi para kepala satuan kerja perangkat daerah, khususnya pada untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja pada kantor camat Medan Tembung Kota Medan dalam mengambil kebijakan kedisiplinan kerja pegawai dan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik.


(21)

3. Secara akademis,sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan perbandingan,serta dapat memberikan kontribusi keilmuan pada civitas akademika.

1.5. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kerangka yang asumsi, konsep, kontruksi, defenisi, proporsi untuk menerangkan hubungan antara konsep.1

Kedisiplinan sering diartikan sebagai kepatuhan seseorang atau organisasi terhadap sesuatu perintah dan berinisiatif untuk melaksanakannya. Disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah.

Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk melakukan penelitian dan teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Namun karena didalam teori juga terkandung konsep teoritis, maka teori juga berfungsi untuk menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang diobservasi.

1.5.1. Kedisiplinan

1.5.1.1. Pengertian Disiplin

2

1

Singarimbun, Metode Survey Penelitian, (Jakarta: LP3ES, 1995), hal. 37. 2


(22)

Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin “discipline” yang berarti “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”. Hal ini menekankan pada bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan merupakan cara pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungannya dengan disiplin.

Menurut Keith David dalam Mangkunegara menyatakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.3

Sedangkan pendapat Sastrohadiwiryo disiplin kerja dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. 4

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik

3

A.A. Anwar Prabu. Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 129). 4

B. Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif Dan Operasional. (Jakarta: Bumi Aksara. 2003), hal. 291.


(23)

yang tertulis maupun tidak tertulis.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Disiplin kerja pegawai negeri sipil merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien.

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok. Menurut Sastrohadiwiryo secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain :

1. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.

2. Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3. Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.

4. Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada organisasi.


(24)

5. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 5

Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini berupa suatu bentuk hukuman atau tindakan pendisiplinan (disciplinary action), yang wujudnya dapat berupa “peringatan” ataupun berupa “schorsing”. Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus positif, bersifat mendidik dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak terulang kembali.

1.5.1.2. Jenis-Jenis Disiplin

T. Hani Handoko dalam Martoyo menggolongkan jenis-jenis disiplin antara lain:

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk mendorong para pegawai agar sadar mentaati berbagai standar dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah ditumbuhkannya “self discipline” pada setiap pegawai tanpa kecuali.

2. Disiplin Korektif

6

5

Ibid., hal. 292.

6


(25)

Sedangkan menurut Keith Davis dan John W. Newstrom dalam Triguno, menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga) macam bentuk, yaitu:

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi SDM.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara lain berupa peringatan, skors, pemecatan.

3. Disiplin Progesif

Disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.7

7

Triguno. Budaya Kerja Menciptakan Lingkungan yang Kondusive untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. (Jakarta: Golden Terayon Press. 1997), hal. 50.


(26)

1.5.1.3. Prinsip-Prinsip Pendisiplinan

Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan Ranupandojo adalah: 1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi.

Pendisiplinan seharusnya dilakukan dengan memberikan teguran kepada pegawai. Teguran jangan dilakukan di hadapan orang banyak. Karena dapat menyebabkan pegawai yang ditegur akan merasa malu dan tidak menutup kemungkinan menimbulkan rasa dendam yang dapat merugikan organisasi.

2. Pendisiplinan harus bersifat membangun.

Selain memberikan teguran dan menunjukkan kesalahan yang dilakukan pegawai, harus disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.

3. Pendisiplinan harus dilakukan sacara langsung dengan segera.

Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa pegawai telah melakukan kesalahan. Jangan membiarkan masalah menjadi kadaluarsa sehingga terlupakan oleh pegawai yang bersangkutan.

4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan.

Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih. Siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapat tindakan pendisiplinan secara adil tanpa membeda-bedakan.

5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu pegawai absen. Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan pegawai yang bersangkutan secara pribadi agar ia tahu telah melakukan kesalahan. Karena akan percuma


(27)

pendisiplinan yang dilakukan tanpa adanya pihak yang bersangkutan. 6. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali.

Sikap wajar hendaknya dilakukan pimpinan terhadap pegawai yang telah melakukan kesalahan tersebut. Dengan demikian, proses kerja dapat lancar kembali dan tidak kaku dalam bersikap.8

8

Heidjrachman Ranupandojo, Tanya Jawab Manajemen. (Yogyakarta: AMP YKPN. 1990), hal. 241.

1.5.1.4. Alat Untuk Mengukur Disiplin Kerja

Menurut Alfred R. Lateiner dalam Edy Suwardi (1983 : 72), umumnya disiplin kerja pegawai dapat diukur dari :

1. Para pegawai datang ke kantor dengan tertib, tepat waktu dan teratur.

Dengan datang ke kantor secara tertib, tepat waktu dan teratur maka disiplin kerja dapat dikatakan baik.

2. Berpakaian rapi di tempat kerja.

Berpakaian rapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai, karena dengan berpakaian rapi suasana kerja akan terasa nyaman dan rasa percaya diri dalam bekerja akan tinggi.

3. Menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati.

Sikap hati-hati dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik karena apabila dalam menggunakan perlengkapan kantor tidak secara hati-hati, maka akan terjadi kerusakan yang mengakibatkan kerugian.


(28)

4. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi.

Dengan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi maka dapat menunjukkan bahwa pegawai memiliki disiplin kerja yang baik, juga menunjukkan kepatuhan pegawai terhadap organisasi.

5. Memiliki tanggung jawab.

Tanggung jawab sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja, dengan adanya tanggung jawab terhadap tugasnya maka menunjukkan disiplin kerja pegawai tinggi.9

Pengertian pelayanan publik secara lengkap menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebuuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang dan jasa, dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

1.5.2. Pelayanan Publik

1.5.2.1. Pengertian Pelayanan Publik

10

9

Edy Suwardi, Aspek-aspek Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Bandung: Alumni Universitas. 1992), hal. 72.

10

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Sedangkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat


(29)

maupun dalam rangka pelayanan ketentuan peraturan perundang-undangan.11

4. Publik berarti orang banyak (umum).

Dalam kamus Bahasa Indonesia, pelayanan publik dirumuskan sebagai berikut :

1. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.

2. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan jasa.

3. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.

12

Pengertian publik menurut Inu Kencana Syafi’ie, dkk yaitu: “Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka miliki”.13

Pengertian lain berasal dari pendapat A.S. Moenir menyatakan bahwa : “Pelayanan umum adalah suatu usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu”.14

Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial.

11

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003. 12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 641.

13

Inu Kencana Syafiie dkk, Ilmu Administrasi Publik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal. 18. 14


(30)

Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang bersifat non- komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.5.2.2.Unsur-unsur Pelayanan Publik

Dalam proses kegiatan pelayanan publik terdapat beberapa faktor atau unsur yang mendukung jalannya kegiatan. Menurut A.S. Moenir, unsur-unsur tersebut antara lain:

a. Sistem, Prosedur dan Metode

Yaitu di dalam pelayanan publik perlu adanya sistem informasi, prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan. b. Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur; dalam pelayanan


(31)

publik aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional, disiplin dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.

c. Sarana dan prasarana

Dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang kerja serta fasilitas pelayanan publik. Misalnya ruang tunggu, tempat parkir yang memadai.

d. Masyarakat sebagai pelanggan

Dalam pelayanan publik masyarakat sebagai pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.15

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang profesional, kemudian Lijan Poltak Sinambela mengemukakan azas-azas dalam pelayanan publik tercermin dari:

1.5.2.3.Azas, Prinsip Dan Standar Pelayanan Publik

16

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

15Ibid

., hal. 8. 16


(32)

undangan. c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Keamanan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Dalam proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip pelayanan sebagai pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan. Adapun prinsip pelayanan publik menurut keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 antara lain adalah :

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan


(33)

yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

c. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

f. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.

h. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. i. Kedisiplinan, kesopan dan keramahan


(34)

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. “Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib diataati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.” Kep. MENPAN No. 63 Th 2003:VB, meliputi:

1) Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengadaan.

2) Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3) Biaya pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang dititipkan dalam proses pemberian pelayanan.

4) Produk Pelayanan


(35)

ditetapkan.

5) Sarana dan prasarana

Penyedia sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

Azas, prinsip, dan standar pelayanan tersebut diatas merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga berfungsi sebagai indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi penyelenggara pelayanan publik. Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan prosesnya memuaskan dan tidak menyulitkan masyarakat.

1.5.2.4.Jenis-Jenis Pelayanan Publik

Timbulnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam- macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang dilakukan juga ada beberapa macam. Berdasarkan keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 kegiatan pelayanan umum atau publik antara lain:

a. Pelayanan administratif


(36)

dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumendokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan (KTP), akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya.

b. Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.

c. Pelayanan jasa

Yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

1.5.2.5.Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan orang kementrian, departemen, lembaga, pemerintahan non departemen, kesekertariatan lembaga tertinggi dan tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat


(37)

maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik Daerah. Sebagai penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum.

Kegiatan pelayanan publik atau disebut juga dengan pelayanan umum, yang biasanya menempel di tubuh lembaga pemerintahan dinilai kurang dapat memenuhi tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat, sebgai konsumen mereka. Salah satu yang dianggap sebagai biang keladinya adalah bentuk orang birokrasi, sehingga birokrasi seperti dikemukakan oleh Achmat Batinggi adalah : “Merupakan tipe dari orang yang dimaksudkan untuk mencapai tugas- tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang.”17

Adapun yang menjadi ciri ideal birokrasi menurut Max Weber seperti yang Konsep birokrasi bukan merupakan konsep yang buruk. Organisasi birokrasi mempunyai keteraturan dalam hal pelaksanaan pekerjaan karena mempunyai pembagian kerja dan struktur jabatan yang jelas sehingga komponen birokrasi mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kewajibannya. Pelaksanaan pekerjaan dalam orang birokrasi diatur dalam mekanisme dan prosedur agar tidak mengalami penyimpangan dalam mencapai tujuan orang. Dalam organisasi birokrasi segala bentuk hubungan bersifat resmi dan berjenjang berdasarkan struktur orang yang berlaku sehingga menuntut ditaatinya prosedur yang berlaku pada orang tersebut.

17

Ahmad Batinggi, Manajerial Pelayanan Umum. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hal. 53.


(38)

dikutip dan diterjemahkan oleh Ahmad Batingi antara lain adalah : a) pembagian kerja yang kurang jelas, b) Adanya hierarki jabatan, c) Adanya pengaturan sitem yang konsisten, d) Prinsip formalistic impersonality, e) Penempatan berdasarkan karier, f) Prinsip rasionalitas, Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan memberikan dampak nyata yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.18

18Ibid.

Dengan demikian pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan.

Untuk menciptakan kegiatan pelayanan publik yang berkualitas, maka Menteri Pendayagunaan Negara menerbitkan keputusan No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 mengenai pola penyelenggaraan pelayanan publik, yang antara lain :

a. Fungsional

Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

b. Terpusat

Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.


(39)

1) Terpadu Satu Atap

Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melelui beberapa pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatu atapkan.

2) Terpadu Satu pintu

Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.

3) Gugus Tugas

Petugas pelayanan secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian pelayanan tertentu.

1.5.3. Hubungan Kedisiplinan Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik

Kedisiplinan merupakan suatu kewajiban dan kesadaran serta kesediaan seseorang atau organisasi untuk melaksanakan tugas dengan baik, tepat waktu yaitu bilamana pegawai datang dan pulang tepat pada waktunya, mematuhi semua aturan yang ditetapkan, serta tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku.

Berdasarkan pengertian disiplin ini, maka salah satu indikator yang umum digunakan untuk menilai disiplin kerja pegawai adalah ketidakhadiran (absensi) kerja


(40)

yang diberlakukan dimana tempat pegawai tersebut bekerja. Sementara pengertian dari pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan masyarakat baik berupa barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah ditetapkan.

Sehingga terbentuklah suatu hubungan yang sangat erat antara disiplin pegawai akan peningkatan pelayanan publik, dimana pelayanan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta memuaskan masyarakat dengan adanya peningkatan kinerja pegawai sebagai suatu hasil usaha disiplin pegawai sebagai penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini disiplin pegawai diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang akan membawa masyarakat agar tidak jenuh dan bisan untuk berurusan dengan pegawai pemerintah. Dengan terciptanya disiplin kerja pegawai diharapkan terciptanya pula hasil pelayanan yang berkualitas dimana kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas utama penyelenggara pelayanan publik.

1.6. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara adalah karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang


(41)

diperoleh melalui pengumpulan data.19

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu sama lainnya, tujuannya adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari variabel yang akan diteliti.

Adapun hiptesa yang dirumuskan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesa alternatif (Ha), yaitu terdapat pengaruh yang positif antara disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik.

2. Hipotesa Nol (Ho), yaitu tidak adanya terdapat pengaruh yang positif antara disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik.

1.7. Definisi Konsep

20

1. Kedisiplinan merupakan suatu kewajiban dan kesadaran serta kesediaan seseorang atau organisasi untuk melaksanakan tugas dengan baik, tepat waktu

Untuk dapat menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas dari setiap variabel yang akan diteliti, maka peneliti mengemukakan beberapa konsep dalam penelitian ini. Maka yang menjadi konsep pada penelitian ini adalah:

19

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hal. 70. 20


(42)

yaitu bilamana pegawai datang dan pulang tepat waktunya, mematuhi semua aturan yang ditetapkan, serta tidakmelanggar norma-norma sosial yang berlaku. 2. Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi

publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan masyarakat baik berupa barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah ditetapkan.

1.8. Definisi Operasional

Operasional secara sederhana mengacu pada langkah-langkah, prosedur atau operasi-operasi yang akan melalui pengukuran dan identifikasi variabel-variabel yang akan diobservasi. Definisi operasional menurut identifikasi variabel-variabel yang akan diobservasi. Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang menjadi pendukung, penganalisaan dari variabel-variabel tersebut.

Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengetahui, mengukur dan mengidentifikasikan suatu variabel, sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel.21

21Ibid

., hal. 33.


(43)

1. Variabel Bebas (X), yaitu Disiplin kerja pegawai dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut:

a. Penerapan sanksi.

Penerapan sanksi akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena dengan sanksi hukum ini karyawan akan menjadi takut melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan dan norma-norma sosial yang berlaku.

b. Kepatuhan terhadap peraturan.

Kepatuhan terhadap peraturan merupakan cara yang efektif dalam mempengaruhi kedisiplinan karyawan serta adanya upaya dan tindakan perusahaan atau organisasi untuk mengetahui hasil kerja karyawan sesuai rencana, perintah, tujuan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.

2. Variabel Terikat (Y), yaitu Kualitas Pelayanan Publik dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Jaminan: meliputi terpercaya, reputasi yang baik dalam hal pelayanan, pegawai yang kompeten.

b. Daya tanggap: meliputi dapat diakses, tidak lama menunggu, respon yang baik terhadap permintaan.

c. Keandalan: Meliputi penyelesaian pelayanan dengan cepat dan selesai pada waktunya yang dijanjikan.

d. Empati: meliputi pengenalan pelanggan, pendengar yang baik dan sabar. e. Bukti langsung: meliputi tersedianya ruang tunggu, seragam, perlengkapan


(44)

dan sarana komunikasi.

1.9. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Hipotesis, Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Sistematika Penulisan.

BAB II. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Penentuan Skor dan Analisa Data.

BAB III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Gambaran atau Karakteristik Lokasi Penelitian: Berupa Sejarah Singkat, Kondisi Geografis KAntor Camat Medan Tembung Kota Medan, Kependudukan, Sosial, Visi dan Misi dan Arah Pembangunan Daerah, Struktur Organisasi KAntor Camat Medan Tembung Kota Medan dan Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan.

BAB IV. PENYAJIAN DATA

Bab ini menguraikan hasil data penelitian yang diperoleh dari lapangan berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V. ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian atau pembahasan data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian.


(45)

BAB VI. PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisis kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.

2.2. Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan pada Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung Kota Medan.

2.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek penelitian yang di dalamnya terdapat sejumlah data yang diharapkan dapat memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang berjumlah 21 orang dan masyarakat yang berurusan di Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung Kota Medan yang berjumlah 440 orang dalam rentang waktu 08 Maret sampai dengan 20 Maret 2014.

2. Sampel


(46)

merupakan unit-unit yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Menurut Sugiyono bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.22

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Maka berdasarkan pendapat di atas sampel berjumlah 44 orang atau 10% dari jumlah populasi 440 pegawai negeri sipil dan masyarakat.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner, yaitu dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket yang berkaitan dengan disiplin kerja dan pelayanan publik yang ditujukan kepada pegawai negeri sipil dan masyarakat. 2. Studi dokumentasi yaitu teknik yang digunakan dengan mengambil data berdasarkan

dokumen-dokumen atau laporan-laporan yang ada pada instansi Kantor Camat yang berhubungan dengan penelitian seperti sejarah instansi, struktur organisasi, uraian tugas dan lain-lainnya.

3. Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak Kantor Camat maupun masyarakat sipil yang berhubungan dengan penelitian ini dalam hal ini dengan staf personalia.

2.5. Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik pengukuran skor yang digunakan adalah skala ordinal untuk menilai jawaban responden.

Adapun format jawaban dari kuesioner menurut skala ordinal dengan lima alternatif jawaban. Tiap alternatif itu diberikan skor dengan penilaian nilai skala sebagai berikut:

a. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 5. b. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 4 c. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3 d. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 2 e. Untuk alternatif jawaban E diberi skor 1.

Untuk penentuan klasifikasi jawaban variabel didasarkan atas skala interval dengan cara sebagai berikut:

Skor Tertinggi - Skor Terendah

22Ibid


(47)

Interval =

Banyaknya bilangan Maka diperoleh

5 - 1 = 5

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu: Tabel 2.1. Kategori Jawaban Responden Untuk Masing-Masing Variabel

Kategori Nilai

Sangat Tinggi 4,24 - 5,00

Tinggi 3,43 - 4,23

Sedang 2,62 - 3,42

Rendah 1,81 - 2,61

Sangat Rendah 1,00 - 1,80

2.6. Teknik Analisa Data

Tehnik analisa data yang dipergunakan adalah dengan cara mempergunakan produk moment dan selanjutnya diuji melalui uji t dan selanjutnya diuji kembali dengan memakai uji diterminasi.

Adapun rumus masing-masing uji di atas adalah : 1. Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(48)

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− −

− =

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

rXY 23

Keterangan :

rXY = Koefisien korelasi X = variabel bebas (X)

Y = variabel terikat (Y)

N = Jumlah Sampel

Kemudian untuk mengetahui apakah hubungan variabel bebas dengan variabel terikat tersebut merupakan hubungan signifikan atau tidak, maka harus diuji dengan menggunakan nilai r product moment yang terlampir pada bagian akhir skripsi ini. Dengan ketentuan :

Apabila rxy < dari nilai r product moment maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, serta Apabila rxy > dari nilai r product moment maka ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

Hubungan dikatakan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% apabila : ttest > r

tabel atau sebaliknya, hubungan tidak signifikan bila : ttest < r tabel.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi). digunakan penafsiran atau interpretasi yaitu:

23

Sanapiah Faisal, Format – format Penelitian Sosial Dasar–dasar dan Aplikasi, (JAkarta: Rajawali Pers, 1992), hal. 236.


(49)

Tabel 2.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Antara 0,00 - 0,199 Sangat Rendah

Antara 0,20 - 0,399 Rendah

Antara 0,40 - 0,599 Sedang

Antara 0,60 - 0,799 Kuat

Antara 0,80 - 1,00 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2005:214)

2. Koefisien Determinasi

Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungannya dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien product moment (r xy) dan dikalikan dengan 100% (seratus persen).

D = (rXY)2 x 100 % 24

2. Uji-t. Keterangan :

D = Koefisien determinasi

rXY = Koefisien korelasi product moment antara X dengan Y.

Uji – t adalah rumus untuk menguji tingkat signifikan hubungan antara kedua variabel yang diajukan sebagai pedoman penelitian.25

24

Fred N. Kelinger, Elazar J. Pedhazur, Korelasi dan Analisa Regresi Ganda, (Semarang: Nurcahaya, 1987), hal. 218.

25


(50)

Pada taraf signifikan dan derajat kebebasan dk = n-2 ,maka dapat dilihat pengujian hipotesis penelitian dan melihat signifikan variabel bebas dan variabel terikat dengan ketentuan:

• Bila t hitung > t tabel, maka ada pengaruh signifikan antara x dan y

• Bila t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh signifikan antara x dan y

t r n

r

= −

− 2


(51)

BAB III

GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

3.1. Sejarah Singkat Kecamatan Medan Tembung

Seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, nama suatu wilayah kadang-kadang mempunyai keterkaitan dengan berbagai cerita rakyat atau legenda rakyat yang ada di daerah itu.

Nama Tembung mempunyai kisah rakyat yang cukup menarik untuk diungkap, dan cerita tentang itu sendiri terdiri dari berbagai versi. Menurut cerita rakyat, bahwa asal kata Tembung berasal dari kata Tambun yang berarti gemuk atau subur. Pada cerita versi ini diasumsikan tanah disini dianggap gemuk atau subur. Arti kata bahwa tanaman apapun yang ditanam akan tumbuh dengan suburnya.

Pada versi lain Tembung berasal dari kata atau nama seorang Datuk yang cukup tersohor pada zamannya. Di mana Datuk tersebut bernama Tambun. Datuk ini menguasai wilayah yang cukup luas, wilayah ini sekarang telah terbagi menjadi beberapa desa.

Setelah mengalami proses linguistik dalam kurun waktu tertentu, kemudian kata Tembun atau Nama Tambun ini berubah menjadi kata atau nama Tembung. Pada masa terjadinya berbagai pemberontakan di beberapa wilayah di Indonesia,. pada saat itu dibeberapa daerah tertentu mendirikan negara tersendiri. Tembung pada masa itu masuk dalam wilayah negara Sumatera Timur atau NST.


(52)

Luas wilayah Tembung pada masa awal berdirinya mencakup daerah Mandala, Bandar Selamat, Tembung Kota, Kelurahan Bantan, sebahagian Denai, Desa Sambirejo Timur, dan sebagian Bandar Klippa.

Kecamatan Medan Tembung saat ini terdiri dari pada beberapa kelurahan yang dipimpin oleh seorang lurah. Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan yang terletak pada ketinggian 7 sampai dengan 25 meter di atas permukaan laut, beriklim panas dan sedang, suhu udara antara 24 0 C sampai dengan 32 0 C dengan batas –batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Medan Perjuangan b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Secara keseluruhan Wilayah Kecamatan Medan Tembung ini mempunyai luas areal 7,78 Ha. Dengan luas daerah tersebut maka Kecamatan Tembung membawahi 7 wilayah kelurahan. Untuk mengetahui jumlah kelurahan beserta luasnya, maka pada tabel dibuat secara sistematis sebagai berikut :

Tabel 3.1. Luas Wilayah Menurut Kelurahan Tahun 2013

No. Kelurahan Luas Desa (Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Bandar Selamat Bantan

Bantan Timur Tembung Sidorejo Hulu Sidorejo Hilir Indrakasih

0,90 1,51 0,89 0,64 1,19 1,6 1,49

J u m l a h 7,78

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung

3.3. Perekonomian dan Kependudukan

Problem kependudukan sudah merupakan masalah sosial yang sangat perlu diperhatikan, baik secara nasional maupun internasional. Maka dengan demikian, yang dimaksud dengan keadaan


(53)

penduduk adalah suatu uraian tentang susunan penduduk, baik dari segi umur, jenis kelaminnya, dalam hal ini yang terdapat di Kecamatan Medan Tembung.

Penduduk Kecamatan Medan Tembung menurut data terakhir bulan Nopember 2013 berjumlah sekitar 109.337 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 27.133 dan jumlah kepadatan penduduk sekitar 1.249 jiwa/km. Sebagian besar penduduknya terdiri dari Suku Mandailing, sedangkan sebagian kecil adalah pendatang dari luar daerah seperti Suku Jawa, melayu, Karo, Kalimantan, Minang, Nias, Cina dan lain-lain.

Tabel berikut akan menerangkan keberadaan kependudukan di Kecamatan Medan Tembung menurut usia.

Tabel 3.2. Banyaknya Penduduk Menurut Umur Tahun 2013

No. U m u r Jumlah %

1. 2. 3. 4. 5. 6.

- 6 tahun - 12 tahun 13 - 18 tahun 19 – 24 tahun 25 – 55 tahun 56 tahun ke atas

15.365 18.297 18.050 14.897 28.377 14.351 14,05 16,7 16,5 13,6 25,95 13,12

J u m l a h 109.337 100

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung

Dari data tabel di atas maka dapat dilihat bahwa golongan penduduk yang berumur antara 25 sampai dengan 55 tahun adalah yang terbesar, hal tersebut menandakan bahwa potensi kependudukan di Kecamatan Medan Tembung sangat mendukung pelaksanaan pembangunan yang dijalankan. Tabel 3.3. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Tahun 2013

No. Agama Jumlah %

1. 2. 3. 4. 5. Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu Budha 76.227 9.972 15,368 2.867 4.903 69,7 9,2 14 2,6 4,5

J u m l a h 109.337 100

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung


(54)

Islam adalah mayoritas, yang kemudian diikuti oleh agama Kristen Protestan.

Tabel berikut ini akan menerangkan keadaan kependudukan dengan jenis mata pencahariannya.

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2013

No. Mata Pencaharian Jumlah %

1. 2. 3. 4. 5. 6. Karyawan Perusahaan Bertani Buruh Pegawai Negeri/TNI/Pensiunan Dagang Nelayan 19.926 6.901 3.115 2.267 1.425 4 18,2 6,3 2,8 2,1 1,3 0,003

J u m l a h 33.638 100

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung

Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa penduduk di Kecamatan Medan Tembung terbesar bekerja di sektor swasta sebagai karyawan perusahaan yaitu sekitar 18,2 %. Dan apabila ditotal jumlah keseluruhan penduduk dengan jumlah mereka yang telah bekerja maka dapat diketahui bahwa sekitar 1 orang pekerja menanggung hidup 2 orang .

Tabel 3.5. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Tahun 2013

No. S u k u Jumlah %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mandailing Karo Tapanuli Utara Melayu Jawa Kalimantan Cina Minang Nias 54.041 15.266 12.154 8.253 7.090 4.401 3.381 3.227 1.524 49,4 14 11,1 7,5 6,5 4 3.1 2,9 1,4

J u m l a h 109.337 100

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung


(55)

adalah suku Mandailing sebesar 54.041 jiwa atau sekitar 49,4 %. Sedangkan penduduk Melayu berkisar 8.253 jiwa atau sekitar 7,5%. Dengan demikian telah tercipta asimilasi yang baik di wilayah kecamatan tersebut.

Selanjutnya pada bagian berikut ini akan diuraikan sarana-sarana yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Tembung,

Tabel 3.6. Jumlah Sarana Ibadah Tahun 2013

No. Sarana Ibadah Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. Mesjid Mushollah Langgar Gereja Kuil Klenteng 67 43 14 47 1 1

J u m l a h 173

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung

Sesuai dengan jumlah pemeluk agama terbanyak di Kecamatan Medan Tembung maka dalam hal sarana iabadah tentulah pula harus diimbangi, sehingga dengan demikian sarana ibadah yang terbanyak jumlahnya di Kecamatan Medan Tembung adalah mesjid dan musholah.

Sedangkan potensi perekonomian di Kecamatan Medan Tembung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.7. Jumlah Sarana Perekonomian Tahun 2013

No. Sarana Perekonomian Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. Bank Pasar Umum Koperasi Unit Desa Jumlah Toko/Kios/Warung Telepon Umum 6 3 3 215 9

J u m l a h 236

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Tembung

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana perekonomian yang terbesar dijumpai di Kecamatan Medan Tembung berupa toko/kios dan warung. Dengan jumlah sarana perekonomian tersebut maka dapat juga dirasakan bahwa jumlah bank dirasakan lebih dari cukup guna menopang perekonomian di Kecamatan Medan Tembung.


(56)

3.4. Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Medan Tembung

Bahwa sebagaimana diketahui bahwa Camat mempunyai kedudukan sebagai Kepala Kecamatan yang memimpin penyelenggaraan Pemerintahan di Tingkat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Oleh karenanya Camat sebagai wakil walikota di bidang Pemerintahan dan sekaligus sebagai pejabat tertinggi di wilayah Kecamatan yang lepas dari persoalan pangkat, yang bertanggung-jawab dan berkewajiban untuk memimpin dan menyelenggarakan pemerintahan serta membina kehidupan masyarakat dalam segala bidang.

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan : a. Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh kepala

kecamatan,

b. Kepala Kecamatan disebut camat

c. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat,

d. Camat bertanggung jawab kepada Bupati atau walikota, e. Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan maka Struktur Organisasi Kantor Kecamatan terdiri dari :

a. Camat b. Sekretariat

c. Seksi Pemerintahan

d. Seksi Pembangunan masyarakat Desa/kelurahan e. Kelompok Jabatan Fungsional.

f. Seksi Ketentraman dan Ketertiban g. Seksi Kesejahteraan Sosial h. Seksi Pelayanan Umum.

Adapun pola pembagian tugas di Kantor Camat Kecamatan Tembung adalah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 sebagai berikut :

a. Camat

1) Camat adalah kepala pemerintah kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

2) Camat mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Camat mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum dan pembinaan keagraraian dan pembinaan politik dalam negeri,

2) Pembinaan pemerintahan Kelurahan.


(57)

4) Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan sosial.

5) Penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan dan rumah tangga. b. Sekretaris Camat

1) Sekretaris Camat adalah unsur staf. Sekretariat Camat dipimpin oleh seorang sekretaris, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat.

2) Sekretaris Camat mempunyai tugas pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi Pemerintah Kecamatan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut , Sekretaris Camat mempunyai fungsi : 1) Penyusunan rencana, pengendalian dan mengevaluasi pelaksanaannya, 2) Urusan administrasi keuangan,

3) Urusan tata usaha, administrasi kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga. c. Seksi Pemerintahan.

1) Seksi Pemerintahan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kecamatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan. Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat.

2) Seksi Pemerintahan mempunyai tugas melakukan urusan pemerintahan umum dan pemerintahan Kelurahan serta ketenteraman dan ketertiban.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi : 1) Penyelenggaraan pemerintahan umum dan pemerintahan Kelurahan,

2) Pengadministrasian kependudukan dan catatan sipil,

3) Pembinaan ketenteraman dan ketertiban wilayah serta pembinaan satuan polisi pamong praja. d. Seksi Ketenteraman dan Ketertiban.

Seksi Ketenteraman dan Ketertiban mempunyai tugas menyiapkan bahan pembinaan ketenteraman dan ketertiban serta pembinaan satuan polisi pamong praja.

e. Seksi Pembangunan Masyarakat Kelurahan

Seksi Pembangunan Masyarakat Kelurahan mempunyai tugas melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik, pelayanan umum, perekonomian, produksi dan distribusi serta kesejahteraan sosial.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Seksi pembangunan masyarakat Kelurahan mempunyai fungsi :

1) Penyusunan program dan pembinaan pembangunan sarana dan prasarana dan pembinaan pelayanan umum.

2) Penyusunan program dan pembinaan dalam rangka meningkatkan pertumbahan perekonomian, produksi dan distribusi.

3) Penyusunan program dan pembinaan kesejahteraan sosial.

f. Seksi Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan program, pembinaan kesehatan, pendidikan, keluarga berencana, keagamaan, sosial dan budaya, bantuan dan pelayanan sosial, pembinaan generasi muda dan kewanitaan serta pembinaan pelestarian lingkungan hidup.


(58)

g. Seksi Pelayanan Umum mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan program pelaksanaan pembinaan pembangunan sarana dan prasarana serta pelayanan umum.

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

a. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan sebagian tugas dan fungsi Camat sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

b. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya,

c. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Camat, dan bertanggung jawab kepada Camat.

d. Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. e. Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional tersebut diatur sesuai dengan perundang-undangan yang

berlaku.

Gambar 3.1.

Struktur Organisasi Kantor Kecamatan Medan Tembung Kota Medan

Sumber: PERDA Nomor 3 Tahun 2009

WALIKOTA

CAMAT

SEKRETARIS CAMAT

SEKSI

PEMERINTA-HAN

SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN

SEKSI PEMB. MASYARAKAT

KELURAHAN

SEKSI KESEJAHTERAAN

SOSIAL

SEKSI PELAYANAN

UMUM

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Responden 1. Umur Responden.

Umur merupakan hal yang sangat mutlak dalam berkarir, beraktivitas dan juga melakukan berbagai hal. Dalam penelitian maka point yang pertama yang dipertanyakan tentang gambaran umum responden adalah umur.

Tabel 4.1. Umur Responden

No. Keterangan F %

1. 2. 3. 4. 5.

25 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50

9 10

9 8 8

20,45 22,7 20,45

18,2 18,2

Jumlah 44 100,00

Sumber : Penelitian 2014

Melihat tabel di atas maka dapat dikatakan responden yang menjadi penelitian ini pada dasarnya memiliki karekteristik usia yang berimbang, dimana usia responden antara 25 – 30 sebanyak 20,45%, usia antara 31 – 35 tahun sebanyak 22,7%, usia antara 36 – 40 tahun sebanyak 20,45%, usia sebanyak 41 – 45 tahun sebanyak 18,2%, demikian juga yang berusia antara 46 – 50 tahun sebesar 18,2%.

2. Jenis Kelamin Responden


(60)

Untuk mengetahui jenis kelamin para responden yang dijadikan sampel penelitian, maka dapat dilihat dari uraian tabel berikut ini :

Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden

No. Keterangan F %

1. 2.

P r i a Wanita

32 12

72,73 27.27

Jumlah 44 100,00

Sumber : Penelitian 2014

Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini pria lebih besar daripada wanita dimana pria sebesar 72,73%, sedangkan wanita sebesar 27,27%. Ini menandakan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian lebih besar pria dibandingkan wanitanya.

3. Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir para responden dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.3. Pendidikan Terakhir Responden

No. Keterangan F %

1. 2. 3 4. 5. Sekolah Dasar SLTP SLTA Sarjana Muda Sarjana - - 37 4 3 - - 84,1 9,09 6,81

Jumlah 44 100,00

Sumber : Penelitian 2014

Tabel di atas memperlihatkan bahwa responden lebih besar yang berpendidikan SLTA yaitu sebesar 84,1%, sedangkan yang memiliki pendidikan terakhir sarjana muda sebesar 9,09%, dan sisanya sarjana sebesar 6,81%. Responden yang memiliki pendidikan SD dan SLTP dalam penelitian ini tidak ada.


(61)

Disiplin kerja dalam penelitian ini adalah merupakan variabel X. Dimana dalam variabel ini akan diajukan 8 (delapan) buah pernyataan kepada responden yang menyangkut sekitar pelaksanaan disiplin kerja di Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung Kota Medan.

1. Absensi kehadiran sangat penting dalam penegakan disiplin kerja

Dari sebaran angket kepada responden tentang pernyataan absensi kehadiran menurut anda sangat penting dalam penegakan disiplin kerja, maka dapat diketahui dari tabel berikut ini :

Tabel 4.4. Absensi Kehadiran Sangat Penting Dalam Penegakan Disiplin Kerja

No. Jawaban F %

1. 2. 3. 4. 5. Sangat setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

27 16 1 - - 61,4 36,4 2,2 - -

Jumlah 44 100,00

Sumber : Penelitian 2014

Dari sebaran angket di atas dapat dilihat bahwa semua responden memberikan jawaban positif meskipun bervariasi, dimana responden yang menjawab sangat setuju sebesar 61,4%, sedangkan responden yang mengatakan setuju sebesar 36,4% sedangkan sisanya mengatakan kurang setuju sebesar 2,2%.

2. Bapak/Ibu harus hadir tepat waktu di kantor setiap hari jam kerja

Dari sebaran angket kepada responden tentang pernyataan Bapak/Ibu harus hadir tepat waktu di kantor setiap hari jam kerja, maka dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.5. Bapak/Ibu Harus Hadir Tepat Waktu Di Kantor Setiap Hari Jam Kerja

No. Jawaban f %

1. 2. 3. 4. Sangat setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju 24 13 7 - 54,55 29,55 15,90 -


(1)

Dengan menggunakan perhitungan rumus korelasi product moment, maka didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,345. Dan untuk menentukan signifikansi antara pengaruh disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan. Jika dilihat pada r tabel koefisien korelasi product moment (Lampiran) dengan taraf signifikansi 5% untuk N = 44 maka diperoleh nilai r tabel adalah 0,291.

Jika dibandingkan dengan nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan rumus korelasi product moment maka data dilihat bahwa r yang diperoleh dari hasil perhitungan rumus tersebut adalah lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel koefisien korelasi product moment (0,343 > 0,291). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengaruh disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan. Dengan demikian semakin baik pelaksanaan disiplin kerja yang dilakukan di Kantor Camat Medan Tembung maka semakin baik pula pelayanan publik yang dilakukan.

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka hipotesa yang dikemukakan dapat diterima yaitu terdapat pengaruh positif disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan.

Selanjutnya untuk dapat memberikan interpretasi data seberapa kuat hubungan tersebut, maka digunakan pedoman interpretasi korelasi menurut Sugiyono (2005:204).

{

2 2

}{

2 2

}

)

(

)

(

)

(

)

(

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

XY

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

=

{

}{

}

343

,

0

12960,29

4452

167969184

4452

)

11684

(

)

14376

(

4452

)

2280100

2291784

(

)

2408704

2423080

(

2343520

2347972

)

2280100

(

52086

44

)

2408704

(

55070

44

)

1510

(

)

1552

(

53363

44

=

=

=

=

=

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

Σ

=

XY XY XY XY XY XY

r

r

r

r

r

r


(2)

Tabel 4.23. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Interval Koefisien (rxy) Tingkat Hubungan

Antara 0,00 - 0,199 Sangat Rendah

Antara 0,20 - 0,399 Rendah

Antara 0,40 - 0,599 Sedang

Antara 0,60 - 0,799 Kuat

Antara 0,80 - 1,00 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2005:214)

Melalui interpretasi di atas maka dapat diketahui tingkat pengaruh disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan berada pada kategori rendah, dari hasil rxy sebesar 0,343 maka menurut interpretasi di atas jelas menunjukkan adanya korelasi yang berada di antara 0,20 - 0,399.

Uji signifikansi yang digunakan untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Uji signifikansi yang dilakukan terhadap hipotesis nihil yang mengatakan: tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Ho ditolak apabila nilai t hitung lebih besar dari harga t tabel (hitung > t tabel), dan diterima bila harga t hitung lebih kecil dari t tabel (hitung < t-tabel).

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji hal tersebut adalah:

52

,

2

88

,

0

2,22264

)

343

,

0

(

1

2

44

343

,

0

1

2

2 2

=

=

=

=

h h h

XY h

t

t

t

r

n

r

t


(3)

Berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis: - Jika harga t-hitung < t-tabel maka hipotesis alternative ditolak.

- Jika harga t-hitung > t-tabel maka hipotesis alternative diterima.

Harga t-hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t-tabel untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan diketahui n - 2 = 42 maka diperoleh t-tabel = 1,68195 (t tabel terlampir). Dengan demikian t-hitung lebih besar daripada t-tabel (2,52 > 1,68195), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya koefisien korelasi antara disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Camat Medan Tembung Kota Medan sebesar 2,52 adalah signifikan, artinya koefisien korelasi tersebut dapat diterima dan dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel yang diajukan adalah 44 orang.

Untuk melihat berapa besar pengaruh disiplin kerja terhadap pelayanan publik maka digunakan uji determinasi :

D = (r XY) 2 x 100% D = (0,343) 2 x 100% D = 11,76%

Ini berarti bahwa kira-kira 11,76% dari variabel Y yaitu pelayanan publik dapat diterangkan oleh X yang dalam hal ini adalah disiplin kerja. Jadi 88,24% dipengaruhi oleh faktor lain (yang tidak diteliti).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka dapat

disimpulkan bahwa gambaran secara menyeluruh ada terdapat hubungan

meskipun rendah antara disiplin kerja terhadap pelayanan publik di

Kantor

Camat Kecamatan Medan Tembung. Hal ini dibuktikan dengan antara variabel

X (disiplin kerja) dengan variabel Y (pelayanan publik), yang menghasilkan


(4)

harga r xy adalah 0,343. Maka harga X (disiplin kerja) dengan Y (pelayanan

publik) sebesar 0,343 menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut bervariasi

secara positif dan signifikan.

2. Dari Uji diterminasi maka didapatkan D = 11,76. Ini berarti bahwa kira-kira

11,56% dari variasi Y yaitu pelayanan publik dapat diterangkan oleh X yang

dalam hal ini disiplin kerja. Jadi 88,24% yang tidak diteliti.

3. Dari hasil uji t didapatkan hasil bahwa t-hitung = 2,52 > t tabel = 1,68195

maka H

0

ditolak, artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan antara

disiplin kerja terhadap peningkatan pelayanan publik di Kantor Camat

Kecamatan Medan Tembung.

5.2. Saran

1. Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung hendaknya melakukan

peningkatan pengawasan bagi pegawainya dalam pelaksanaan pekerjaannya

karena terdapat pegawai yang belum melakukan kewajibannya sesuai dengan

yang diharapkan instansi.

2. Kantor Camat Kecamatan Medan Tembung hendaknya melakukan evaluasi


(5)

dan penggantian terhadap tatanan disiplin kerja baik itu alat-alat kerja maupun

penyusunan tata ruang kerja sesuai dengan perkembangan teknologi pekerjaan

seperti penggunaan alat-alat kerja yang diganti dengan yang baru.

3. Selain mengevaluasi alat-alat pekerjaan kantor, Kantor Camat Kecamatan

Medan Tembung juga hendaknya melakukan peningkatan terhadap sumber

daya manusia dengan jalan melakukan pendidikan dan latihan sesuai dengan

teknologi baru yang dipakai, sehingga pemakaian teknologi dapat dilakukan

oleh pegawai secara lebih maksimal lagi.

DAFTAR PUSTAKA

A.S. Moenir,

Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia

, Jakarta: Aksara, 2001.

Batinggi, Ahmad,

Manajerial Pelayanan Umum

. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.

Faisal, Sanapiah,

Format – format Penelitian Sosial Dasar–dasar dan Aplikasi

,

Jakarta: Rajawali Pers, 2002.

Handoko, T. Hani,

Manajemen,

Yogyakarta : BPFE. 2003.


(6)

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu.

Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Nasional, Departemen Pendidikan

Kamus Besar Bahasa Indonesia

, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Pedhazur, Fred N. Kelinger, Elazar J.

Korelasi dan Analisa Regresi Ganda

,

Semarang: Nurcahaya, 2007.

Ranupandojo, Heidjrachman dan Suad Husnan,

Manajemen Personalia

, Jakarta:

BPFE, 2001.

Ranupandojo, Heidjrachman,

Tanya Jawab Manajemen

. Yogyakarta: AMP YKPN.

2005.

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto

Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan

Administratif Dan Operasional

. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.

Sinambela. Lijan Poltak,

Reformasi Pelayanan Publik

. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Singarimbun,

Metode Survey Penelitian

, Jakarta: LP3ES, 2005.

Sugiyono,

Metode Penelitian Administrasi,

Bandung: CV. Alfabeta, 2005.

Suwardi, Edy,

Aspek-aspek Kepemimpinan Dalam Manajemen,

Bandung: Alumni

Universitas. 2002.

Triguno.

Budaya Kerja Menciptakan Lingkungan yang Kondusive untuk

Meningkatkan Produktivitas Kerja

. Jakarta: Golden Terayon Press. 2007.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.