3
obesitas yang terjadi pada umur sebelum 5 tahun maka mempunyai kecenderungan tetap gemuk pada waktu dia dewasa Budiyanto, 2004.
Prevalensi obesitas terus meningkat di Negara maju maupun berkembang. Menurut Damayanti 2004 prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di
Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir naik dari 7,6 sampai 10 menjadi 13- 14. Sedangkan anak di singapura naik dari 9 menjadi 19.
Berdasarkan hasil yang dikutip dari data Survey Kesehatan Nasional, di Indonesia prevalensi obesitas pada balita juga naik dari 1,26 menjadi 4,58.
Sedangkan data yang diperoleh dari RSU Dr. Soetomo Surabaya bagian anak menyebutkan jumlah kegemukan dari 8 menjadi 11,5.
Berdasarkan uraian masalah diatas yang terjadi adalah obesitas yang terus meningkat pada anak dan balita, serta kurangnya pengetahuan orang tua tentang
pemberian makan kepada anak. Kurangnya pengetahuan orang tua dalam pemberian asuhan pola makan kepada anak dapat menyebabkan perilaku yang salah dalam
pemberian dan pengawasan pola makan anaknya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang “ Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian
obesitas pada balita di TK Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan pada Tahun 2013”
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian obesitas pada balita di TK Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan pada
Tahun 2013?
Universitas Sumatera Utara
4
1.3. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian obesitas pada balita di TK Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan 2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi b.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan obesitas c.
untuk mengetahui berapa prevalensi obesitas
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi bidan maupun keperawatan khususnya tentang hubungan pengetahuan ibu tentang
gizi dan obesitas sekaligus sebagai masukan bagi praktek kebidanan dalam memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah obesitas pada
balita. 2.
Bagi Pendidikan Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan kepada
bidan dalam pemberian asuhan kepada balita dalam menangani obesitas pada balita dan dapat memberikan edukasi yang tepat kepada orang tua tentang
gizi yang tepat untuk balita 3.
Bagi Responden Untuk menambah pengetahuan orang tua bagaimana cara memberikan pola
asuh yang baik kepada anak dalam masa anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
5
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan sebagai data tambahan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan gizi pada balita terhadap kejadian obesitas pada balita.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba Notoatmodjo, 2007.
2.1.2. Proses yang Mempengaruhi Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Menurut Notoatmodjo, 2007 pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku
baru maka akan terjadi proses yang berkelanjutan dalam diri orang tersebut. Adapun proses itu adalah :
1. Awareness kesadaran
Yang mana orang tersebut terlebih dulu menyadari arti mengetahui terhadap rangsangan objek.
2. Interest ketertarikan,
Disini sudah adanya sikap k etertarikan subjek terhadap stimulus atau pun objek tersebut.
3. Evaluation menimbang-nimbang
Apakah stimulus objek itu baik atau tidak terhadap dirinya. Dan ini berarti sikap responden sudah lebh baik lagi.
Universitas Sumatera Utara
7
4. Trial mencoba
Melakukan sesuatu seperti apa yang diharapkan oleh stimulus objek. 5.
Adaption beradaptasi Subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadarn, dan
sikapnya terhadap stimulus. Tapi tidak semua perilaku melewati tahap-tahap seperti yang di uraika di atas
tersebut. Kesadaran dan sikap positif perilaku tersebut akan bersifat langgeng jika pengetahuan dapat mendasari setiap penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku yang melalui tahap tersebut. Dan jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo, 2003 faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah : 1.
Umur Semakin cukup umur seseorang maka akan lebih tinggi kematangan dan
kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi
dewasanya, hal ini sebagai akibat dari kematangan dan pengalaman jiwa. Sehingga, semakin cukup umur seseorang dia akan semakin matang untuk mengetahui
bagaimana pola pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas. 2.
Pendidikan Tugas dari pendidikan adalah memberikan dan meningkatkan pengetahuan,
menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau meningkatkan kemampuan masyarakat dan individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai
suatu masyarakat yang berkembang. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu, jadi tingkat pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
8
seseorang terhadap ketidaknyamanan pada saat kehamilan juga sangat dipengaruhi oleh pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas
pengetahuannya tentang pola pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas.
3. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di luar rumah akan mendapatkan pengetahuan yang berbeda-beda. Pengetahuan yang diperolehnya tergantung di lingkungan seperti apa
dia bekerja. Contohnya jika dia berada di lingkungan medis maka pengetahuan nya tentang ilmu kesehatan akan luas khususnya dalam pengetahuan tentang pola
pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas. 4.
Sumber Informasi Disebutkan bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang
memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktifitas sosial dimana media
massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, aktif. Pada fungsi kognitif, diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu. Jika seseorang mendapat sering mendapat informasi
seputar masalah kesehatan khususnya kehamilan maka dia akan mengerti cara menghadapi pola pemberian makan kepada anak terhadap kejadian obesitas.
2.1.4. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dikategorikan dalam domain kognitif mencakup enam tingkatan, yakni : Notoatmodjo, 2007
Universitas Sumatera Utara
9
a. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali recall terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ‘tahu’ ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraiakan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b.
Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelasskan secara benara
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
d. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
10
e. Sintesis Synthesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusuri formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
2.2 Status Gizi
2.2.1. Pengertian
Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh yang mana berfungsi menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur
proses-proses kehidupan. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral merupakan bagian dari zat gizi. Sedangkan zat gizi merupakan keadaan tubuh
sebagai akibat dari konsumsi makanan dan zat-zat gizi.
2.2.2. Macam-macam status gizi
Menurut Depkes status gizi terbagi atas 4 yaitu status gizi lebih, status gizi baik, status gizi kurang dan status gizi buruk.
1. Status gizi lebih
Gizi lebih pada umumnya dikaitkan dengan obesitas yaitu adanya penimbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Status gizi baik
Gizi baik adalah apabila jumlah asupan zat gizi didalam tubuh sesuai dengan yang dibutuhkan. Gizi yang baik atau gizi seimbang tidak hanya
penting bagi pertumbuhan yang normal tapi juga berfungsi bagi proses perkembangan anak, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan, dan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. 3.
Status gizi kurang Gizi kurang adalah apabila asupan gizi untuk tubuh kurang dari yang
dibutuhkan. Gizi kurang pada umumnya disebakan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer merupakan jika susunan makanan
seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, keniskinan,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyediakan zat-zat gizi tidak
sampai ke sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. 4.
Status gizi buruk Gizi buruk adalah kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.
2.2.3. Penilaian status gizi
Menurut Supariasa, 2002 penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara
1. Secara langsung
a. Antropometri yaitu suatu macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Universitas Sumatera Utara
12
Antropometri sangat lazim digunakan untuk mengukur status gizi. Adapun jenis ukuran tubuh yang lazim digunakan antara lain adalah
berat badan, tinggi badan, lila dan lingkar kepala. b.
Klinik, yaitu pemeriksaan yang dilakukan atas dasar-dasar perubahan yang terjadi yang dihubungkan atas ketidakcukupan zat gizi, seperti
tanda, gezala dan riwayat. c.
Biokimia, yaitu pemeriksaan yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagi macam jaringan tubuh.
d. Biofisik, yaitu penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi dan melihat perubahan struktur jaringan. 2.
Secara tidak langsung 1.
Survei konsumsi makanan Penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi. 2.
Statistik vital Dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian, angka kesakitan yang berhubungan dengan gizi. 3.
Faktor ekologi Untuk mengetahui penyebab dari status gizi seperti malnutrisi,
jumlah makanan yang tersedia yang tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
2.2.4. Beberapa penjelasan tentang gizi pada balita
Zat makanan bahan dasar menurut ilmu gizi atau nutrient yang kita kenal ialah karbohidrat, vitamin, mineral,protein dan lemak.
Universitas Sumatera Utara
13
Makanan yang diberikan kepada anak harus mengandung energi dari semua zat gizi yang dibutuhkan pada tingkat umur, susunan hidangan dan pola makan yang
seimbang. Gizi yang diberikan kepada anak berasal dari kebiasaan makan yang diberikan oleh orang tuanya. Kebiasaan pemberian makan kepada anaak akan
membentuk pola perilaku umum. Ini disebabkan oleh ekspresi dan pola pandang setiap individu dalam memilih makanan yang berbeda satu dengan yang lain
khomsan dkk, 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan pemberian makan kepada anak
adalah Lisdiana,1998 1.
Pengaruh Sosial Budaya pada zaman globalisasi ini, berbagai macam menu makanan dari seluruh
dunia semakin gampang untuk didapatkan seperti makanan cepat saji atau fast food dan junk food yang semakin marak dipasaran di masyarakat luas.
Hal ini berpengaruh tinggi kepada masyarakat terutama kepada anak muda dan keluarga yang sibuk sehingga tidak punya waktu untuk memasak
dirumah. Mereka akan terpen garuh dan ketagihan. Ini sangat mempengaruhi obesitas karena fast food
merupakan makanan yang memiliki susunan tidak seimbang yaitu berkalori tinggi namun rendah lemak
2. Pengaruh Agama
Agama berpengaruh dalam pemilihan makanan karena banyak agama yang menganjurkan pantangan-pantangan. Oleh karena itu, nilai gizi tidak dapat
dijadikan pertimbangan dalam agama jika makanan yang dijadikan pantangan dilarang dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
14
3. Pengaruh Psikologis
Pada dasarnya rsepon seseorang dalam memilih makanan dipengaruhi dalam pemberian makan ketika dia masih anak-anak. Apakah dia memperoleh
pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Ini menyebabkan ada orang yang suka atau tidak suka kepada suatu makanan. Hal tersebut bisa
berdampak nilai negatif atau positif terhadap suatu makanan.
2.2.5 Kebiasaan Makan Pada Anak
Kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang mengalami obesitas sering didapat pada orang yang bekerja di dapur dan senang masak. Selain itu kebiasaan
makan malam dan sukar makan diwaktu pagi. Terkadang ada anggapan orang gemuk adalah orang yang suka makan. Tetapi
orang kurus juga banyak makan dan tetap kurus Misnadiarty, 2007.
1. Kebiasaan sarapan
Menurut hayati 2009 kebiasaan mengkonsumsi sarapan pada anak dapat meningkatkan tingkah laku dan prestasi belajar anak yang lebih baik darpida tidak
mengkonsumsi sarapan di pagi hari. Sarapan bersifat mempengaruhi pengaruh terhadap ritme, pola dan siklus
waktu makan. Orang yang tidak makan pada pagi hari pada umumnya kan cenderung merasa lapar pada malam hari dan dapat melakukan penimbunan lemak disebakan
pada malam hari tidka ada aktivitas yang berarti. Sarapan biasanya dpat mengenyangkan sehingga dapat mengurangi rasa lapar pada siang dan malam hari
Albiner, 2003 .
2. Konsumsi Fast Food
Peningkatan obesitas juga banyak dipengaruhi oleh keniasaan seseorang dalam mengkonsumsi makanan yang cepat saji karena makanan cepat saji banyak
Universitas Sumatera Utara
15
mengandung energi dari lemak, karbohidrat dan gula yang mempengaruhi kualitas diet. Meningkatnya konsumsi fastfood diyakini dengan suatu masalah karena
obesitas biasanya meningkat pada keluarga yang banyak mencari makanan cepat saji. Anak-anak yang mengkonsumsi makanan cepat saji lebih dari tiga kali seminggu
cenderung menjadi tidak menyukai makanan yang lebih sehat mislanya buah, sayur, susu. Hal ini sangat tinggi dalam mempengaruhi kejadian obesitas pada anak karena
makanan cepat saji banyak mengandung lemak dan kolestrol Hayati, 2009 .
3. Kebiasaan Jajan
Pada umumnya anak-anak sangat menyukai jajanan berupa kue-kue yang sebagian besar terbuat dari tepung dna gula. Sesudah nak tersebut jajan maka selera
maka tidak akan mengkonsumsi makannya. Jika seorang anak dibiasakan untuk jajan maka anak akan menangis jika kebiasaannya jajan tidak dipenuhi. Jajan boleh saja
tapi orangtua hendaknya memperhatikan jajanan anaknya Hayati, 2009 .
4. Konsumsi sayur dan buah-buahan
Pada hakikatnya buah dan sayuran dapat mencegah terjadinya obesitas pada tubuh karena setelah kita mengkonsumsi buah dan sayuran kita akan merasa
kenyang. Selain itu buah dan sayur tidak menimbulkan kelebihan lemak, kolestrol dan sebagainya. Sayur dan buah juga banyak mengandung serat kasar yang dapat
membantu melancarkan pencernaan yang dapat mencegah konstipasi. Pada umumnya anak banyak yang tidak suka sayuran dan buah sehingga ini dpaat
menyebabkan kejadian obesitas akan semakin tinggi. Untuk itu orangtua perlu mengajarkan kepada anak untuk mengkonsumsi buah dan sayuran Hayati, 2009.
2.2.6 Pola Makan
Pola makan adalah gambaran tentang makanan apa yang dikonsumsi, dari mana sumber dan berapa banyak jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari yang
Universitas Sumatera Utara
16
telah menjadi kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu Suhardjo, 1992
Ada tiga pola makan utama yaitu pagi, siang dan malam dan ada dua pola makan selingan yaitu snack. Waktu yang diberikan untuk selingan ada di dua waktu
yaitu diantara waktu makan pagi dan makan siang serta di waktu antara makan siang dan makan malam yaitu pada pukul 10 pagi dan pukul 4 sore. Selain itu diperhatikan
menu pola makan harus menagndung nutrisi yang seimbang bukan tinggi kalori tetapi rendah nutrisi wikipedia, 2009.
2.3 Obesitas
2.3.1 Defenisi Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan patologis yang terdapat pada tubuh yaitu penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan tubuh secara normal
Soetjiningsih, 1995. Menurut WHO 2000 obesitas merupakan suatu kondisi tubuh yang abnormal atas timbunan lemak yang ekstrim pada jaringan adipose. Secara
ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang berlebih dari yang dibutuhkan tubuh.
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Obesitas
Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
2.4.1. Faktor Genetik
Pada dasarnya obesitas sudah terjadi sejak bayi. Bila kedua orang tua menderita obesitas maka 80 akan menurun kepada anak. Hal tersebut disebabkan
oleh pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata2 faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33
terhadap berat badan seseorang.
Universitas Sumatera Utara
17
a. Faktor Lingkungan
Gen merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi pada obesitas tetapi faktor lingkungan juga punya peranan yang sangat tinggi. Lingkungan berarti
pola hidup seseorang diaman dia tidak mengubah pola genetiknya tetapi pola hidupnya misalnya pola makan dan aktivitasnya sehari-hari. Pada umumnya jika pola
hidup orangtua anak tidak teratur maka akan menurun kepada anak, jika orangtua pola makannya teratur maka anak juga akan menjadi sehat dan tidak hanya memakan
makanan yang mebuat timbunan lemak didalam tubuh.
b. Faktor Psikis