Latar Belakang Pemekatan Karoten Dengan Cara Solvolytic Micellizationdari Minyak Hasil Ekstraksi Limbah Serat Pengepresan Buah Kelapa Sawit

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kelapasawit CrudePalm Oil, CPOmerupakankomoditasandalanpadasektorindustripertaniandi Indonesiadan merupakan produsen terbesar di dunia sejak 2007 dengan dominasi yang cenderung meningkat. Produksi CPO pada 2014mencapai 31,0 juta ton Indonesia investment, 2015. Melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI, pemerintah telah mencanangkan hilirisasi kelapa sawit terutama di koridor Sumatera dan Kalimantan sebagai lokasi produksi utama kelapa sawit di Indonesia. Minyak kelapa sawit dalam konsumsi minyak dunia mengalami peningkatan sekitar 9 per tahun, sedangkan pertumbuhan minyak nabati dunia hanya mampu bertumbuh rata-rata 4,1 per tahun. Peningkatan konsumsi CPO juga menunjukkan bahwa masyarakat dunia menerima minyak kelapa sawit sebagai komoditas penting dengan ditemukannya berbagai keunggulan nutrisi CPO dan keramahan produk CPO terhadap lingkungan Saragih, 1998. Produksi CPO akan melewati angka 40 juta pada 2020 sehingga Indonesia akan menguasai lebih separuh produksi minyak kelapa sawit dunia Food and Agricultural Policy Research, 2010. Serapan pasar domestik terhadap produksi CPO relatif terbatas pada angka sekitar 7 juta ton CPO karena pemanfaatannya yang terbatas dan nilai ekonomi yang diperoleh Indonesia dari kelapa sawit lebih rendah dibandingkan Malaysia. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya tingkat hilirisasi industri kelapa sawit domestik dan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar, mengalami terpaan black campaign melalui isu lingkungan dan kesehatan. Pabrik Kelapa Sawit PKS sebagai industri penghasil CPO masih sarat dengan residu pengolahan dan hanya menghasilkan 25-30 produk utama yaitu 20-23 CPO dan 5-7 inti sawit kernel. Sementara sisanya dengan jumlahlebih dari 3 kali produksi CPO atau sebanyak 70-75 dari bahan baku olah tandan buah segar adalah residu pengolahan berupa limbah Naibaho, 1998. Setiap1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit TKKS sebanyak 23 atau 23 kg, limbah cangkang shell sebanyak 6,5 atau 65 kg, wet decanter solid lumpur sawit 4 atau 40 kg, serat fiber 13 serta limbah cair sebanyak 50 Sunarwan, 2013. Berdasarkan penelitian oleh Asnawi dkk2009, limbah cair PKS umumnya mengandung minyaksekitar 0,5 dengan kadar karoten 100-3500 ppm. Menurut Choo et al 1996 limbah padat PKS yang berasal dari ampas kempa mengandung residu minyak 5-6 dengan kadar karoten 4000-6000 ppm, selain komponen minor lain seperti vitamin E 2400-3500 ppm dan sterol 4500-8500 ppm, limbah padat yang berasal dari tandan kosong hanya mengandung minyak sekitar 1,9-2. Ekstraksi minyak yang berasal dari serat pengepresan adalah salah satu cara terbaru untuk memanfaatkan limbah dan menghasilkan CPO. Minyak hasil ekstraksi dari limbah PKS tersebut masih mengandung karoten, senyawa nutrisi minor yang dapat berfungsi untuk menunjang kesehatan. Karoten yang terdapat pada CPO secara nutrisi mampu menghasilkan pro-vitamin A retinol equivalent yang sebanding dengan 15 kali lebih besar dari wortel atau 300 kali lebih besar dari tomat Sundram et al, 2003. Selain berfungsi untuk menunjang kesehatan, karoten dari limbah sawit pun berpotensi digunakan sebagai pewarna pangan food colorant bahkan kosmetik Mahfud dkk. 1991. Metode ekstraksi karoten dari minyak kelapa sawit telah banyak dilakukan menggunakan beberapa metode seperti saponifikasi, adsorpsi, solvolytic micellization Choo, 2000. Panjaitan dkk 2008 telah mengembangkan proses ekstraksi karoten dari CPO menggunakan metode solvolytic micellization yang diikuti dengan proses saponifikasi. Masni 2004, mengestraksi karotenoid dari ekstrak serat sawit dengan menggunakan kromatografi kolom adsorpsi, hasil konsentrasi karotenoid dapat ditingkatkan enam kali dari konsentrasi awal. Kembaren Saputra 2012 mengestrak karotenoid dari serat buah dengan menggunakan pelarut n-heksana–aseton 10:1 vv dan pemurnian menggunakan kromatografi kolom absorbsi. Asnawi et al 2009, melakukan ekstraksi karotenoid dari limbah cair Pabrik minyak kelapa sawit dengan mengunakan pelarut petroleum eter dan n-heksana dan pemurnian dengan menggunakan bantuan ultrasonic. Solvolytic micellization SM adalah penyisihan zat yang dikehendaki ke dalam fasa rafinat melalui penambahan suatu pelarut. Solvolytic micellization relatif lebih sederhana, mudah, dapat dilakukan dengan efektif pada kondisi kamar, dan pelarut utama yang digunakan dapat dengan mudah didaur ulang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pemekatan karoten dengan cara solvolytic micellization dari minyak hasil ekstraksi limbah serat pengepresan buah kelapa sawit.

1.2. Perumusan Masalah