Ekstraksi Minyak Limbah Kelapa Sawit

Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di srew press dan pemisahan pada fibre cyclone. Kualitas asap pembakaran pada dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Ampas serat sekarang ini telah habis terpakai di pabrik sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan pada lingkungan ialah polusi udara Naibaho,1998.

2.3.2 Limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolah kelapa sawit ialah air drab, air kondesat, air cucian pabrik, air hidrocyclone atau claybath.Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi.Air buangan sludge separator umumnya 60 terhadap TBS yang diolah, akan tetapi ini dipengaruhi oleh : a. Jumlah air pengencer yang digunakan pada vibrating screen atau pada screw press b. Sistem dan instalasi yang digunakan dalam stasiun klarifikasi yaitu klarifikasi yang menggunakan decanter menghasilkan air limbahnya kecil c. Efisensi pengamatan minyak dari air limbah yang rendah akan mempengaruhi karakteristik limbah cair yang dihasilkan Naibaho, 1998.

2.4 Ekstraksi Minyak Limbah Kelapa Sawit

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemilihan jenis pelarut didasarkan kepada kemiripan sifat bahan yang akan diesktrak dengan pelarut ekstrak like dissolved like. Ekstraksi pelarut digunakan untuk memisahkan bahan apabila dengan pemisahan mekanis sukar atau tidak dapat dilakukan karena komponen bercampur saling bercampur sempurna atau jumlah komponen terlalu sedikit Bernasconi, et. al., 1995. Berk 1983 mengatakan bahwa ekstraksi minyak dari bahan tanaman dilakukan dengan metode pengepresan dan menggunakan pelarut. Apabila bahan tanaman banyak mengandung minyak seperti biji kedelai dan buah sawit, maka ekstraksi minyak dilakukan dengan metode pengepresan. Apabila kandungan minyaknya sedikit maka metode ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi pelarut. Kandungan minyak pada limbah PKS relatif kecil dibandingkan dengan kandungan minyak pada TBS. Serat mesokarp dari buah sawit matang mengandung 49 minyak Naibaho dkk, 2006 sedangkan limbah PKS paling tinggi 5-6. Oleh karena itu proses ektraksi minyak dari mesokarp dilakukan dengan ekstraksi pengepresan, sedangkan pengambilan minyak dari limbah PKS harus dilakukan melalui ekstraksi dengan pelarut. Minyak mempunyai sifat non polar, sehingga sifat minyak ditentukan oleh sifat asam lemak penyusun. Karena minyak bersifat non polar, maka ekstraksi minyak dengan metode pelarut harus menggunakan pelarut non polar. N-heksana merupakan pelarut yang sering digunakan untuk mengektraksi minyak dari tanaman misalnya kacang kedelai, minyak kapas, minyak biji bunga matahari, dan minyak inti sawit Sivaraoet al. 2012. Supardan dkk 2011 mengatakan bahwa ekstraksi minyak dari limbah cair PKS dengan menggunakan n-heksana, menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan petroleum eter hal ini disebabkan kemampuan pelarut untuk mengekstrak minyak dipengaruhi tingkat polaritas pelarut. Semakin rendah tingkat kepolaritasan pelarut semakin non polar maka daya ekstraksinya semakin tinggi jumlah minyak yang terlarut di dalam pelarut semakin besar. Seperti disebutkan diatas bahwa minyak dan karotenoid mempunyai sifat non polar, sehingga untuk melarutkan minyak atau lemak pada proses ekstraksi selalu menggunakan pelarut non polar.

2.5 Transesterifikasi