Maddah Materi Dakwah Unsur-unsur Dakwah
b. Masalah Muamalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar porsinya dari pada urusan ibadah. Islam
lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan
seluruh bumi ini jadi masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam Mu’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang
mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.
Sehingga muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah. Hal ini beralasan diantaranya:
17
a. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifarat-nya tebusannya
ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah. Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah,
maka urusan ibadah tidak dapat menutupi. b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan
waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan bukan ditinggalkan.
c. Dalam Al-Quran atau kitab-kitab hadist, proporsi terbesar sumber hukum itu berkenaan dengan rumusan muamalah.
d. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar dari pada ibadah yang bersifat perorangan. Oleh
17
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Penada Media Group, 2009, cet. Ke-2, h.115-117
karena itu sholat jamaah lebih tinggi nilainya dari pada shalat munfarid sendirian dua puluh tujuh derajat sebagaimana
riwayat Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majjah, dan Ubai bin Ka’ab, Rasullullah SAW bersabda: Shalat seorang
laki-laki dengan seorang lain lagi lebih suci dari pada shalatnya sendirian, shalatnya dengan dua orang lain lebih
suci shalatnya lagi dengan seorang lain makin banyak kawan shalat makin dicintai oleh Allah SWT. Shalat berjamaah, shalat
Jumat, zakat karena banyak melibatkan segi sosial mendapatkan perhatian besar dari ajaran Islam.
e. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah
sebagaimana yang tertera dalam hadist-hadist berikut: 1.
Maukah kamu aku beritahukan derajat apa yang lebih utama dari pada shalat, puasa, dan shadaqah sahabat
menjawab, tentu yaitu mendamaikan kedua belah pihak yang bertengkar.
2. Mencari ilmu satu saat adalah lebih baik dari pada
sembahyang satu malam, dan mencari ilmu satu hari adalah lebih baik dari pada puasa tiga bulan.
3. Barang siapa bangun di pagi hari dan berniat menolong
orang-orang yang teraniaya dan memenuhi keperluan orang Islam, baginya ganjaran seperti haji mabrur.
Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia, dan amal yang paling utama ialah memasukan rasa bahagia pada hati orang-orang
yang beriman menutup rasa lapar, membebaskan dari kesulitan, atau membayarkan hutang.
4. Orang-orang yang bekerja untuk menyantuni janda dan
orang-orang miskin, adalah seperti pejuang di jalan Allah, Atau aku kata beliau berkata dan seperti orang
yang terus menerus shalat malam dan terus-menerus puasa.
Dari hadist-hadist di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah
sosial seperti
menyantuni kaum
dhuafa, mendamaikan pihak yang bertengkar, berpikir dan
mencari ilmu, meringankan penderitaan orang lain adalah lebih besar ganjarannya dari pada ibadah-ibadah sunah.
5. Masalah Akhlak
Pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperature batin yang memengaruhi
perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi, tidak lain dari
bahasan tentang
keutamaan yang
dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang
tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat menghalangi usaha
pencapaian tersebut.
Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal dan kalbu berupaya
untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat
kaitannya dengan akhlak. Dalam materi akhlak ini sangat luas sekali
pembahasannya, tidak hanya bersifat lahiriyah saja tetapi juga sangat melibatkan pikiran. Akhlak dunia agama
mencakup pada berbagai aspek, dimulai dari akhlak kepada Allah hingga akhlak kepada sesama, akhlak
meliputi: a.
Akhlak kepada Allah, akhlak ini bertolak pada pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.
b. Akhlak terhadap sesama manusia.
c. Akhlak terhadap lingkungan, lingkungan disini adalah
segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang
tidak bernyawa lainnya.
18