Semiotika Taubat Dalam Film “Mama Cake

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Ika Kurnia Utami NIM: 108051000094

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1433 H./2013 M.


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Ika Kurnia Utami NIM: 108051000094

Dibawah Bimbingan:

Dr. Rulli Nasrullah, M. Si NIP

:

197503182008011008

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1433 H./2013 M.


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Juli 2013


(5)

i ABSTRAK

Ika Kurnia Utami

SEMIOTIKA TAUBAT DALAM FILM MAMA CAKE

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang paling diminati masyarakat. Karena film menggabungkan audio dan visual dan juga memiliki realitas yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat. Seni film sangat mengandalkan pada kemajuan teknologi, karena untuk menambah kesan dan agar film itu menjadi menarik bagi peminatnya. Sekarang ini, film ini Indonesia mulai bangkit dari mati suri nya. Banyak sineas-sineas berlomba-lomba membuat film yang baik dan bagus, mulai dari film drama romantis, komedi, ataupun religi. Film Mama Cake merupakan film drama komedi yang memiliki unsur religi didalamnya.

Maka dalam hal ini, bagaimana tanda yang merepresentasikan taubat dalam film Mama Cake? Bagaimana petanda taubat dalam film Mama Cake?

Ideologi apa yang direpresentasikan dalam film Mama Cake?

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah model analisis semiotik Roland Barthes yang mengkaji tentang denotasi, konotasi dan mitos dalam sebuah film. Dan dikaitkan dengan komponen elemen semiotika Steven Campsall yang mengkaji tentang sinematografi pada adegan-adegan yang diteliti.

Adapun subjek penelitian ini adalah film Mama Cake karya sutradara Anggy Umbara sedangkan objek dalam penelitian ini adalah potongan gambar (scene) yang fokus pada adegan taubat dalam karya film Mama Cake.

Tanda-tanda yang merepresentasikan adegan taubat dalam film Mama Cake adalah tanda verbal dan non verbal yang terdapat pada adegan taubat yang tervisualisasi dalam pertengahan dan akhir cerita. Pemilihan tanda berfokus pada adegan ketika Rakha, Willy dan Rio mengalami perjalanan mereka masing-masing dan ketika mereka memiliki mimpi yang sama, yaitu bermimpi tentang hari kiamat. Petanda taubat dalam film Mama Cake terdapat pada unsur-unsur

mise en scene. Jadi film ini memiliki tanda dan petanda yang merepresentasikan adegan taubat, dengan melaksanakan ibadah salat dan ideologi yang berada dalam film ini adalah merupakan penggabungan antara ideologi barat dan timur, yaitu ideologi liberal dan ideologi Islam.


(6)

ii

Terukir rasa syukur kupersembahkan kepada Sang Khaliq Allah SWT, karena telah melimpahkan rezeki dan nikmat yang berlimpah sehingga masih bisa merasakan setetes ilmu yang kau titipkan, dan semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain hingga akhir hayat nanti.

Shalawat berhati salam semoga tercurahkan kepada pemimpin Islam serta idaman semua makhluk Allah di dunia, yakni Rasulullah SAW. Beliaulah yang membimbing serta mendidik makhluk-Nya dari gelapnya zaman hingga merasakan kelembutan Islam dari Iman yang menyinari hidup dan menjadi pedoman dihari pertanggungjawaban nanti.

Dengan selesainya skripsi ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal M.A, Pudek III Drs. Study Rizal LK, MA.

2. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, M.A selaku ketua dan sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Rully Nasrullah, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan tentang penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komuniksai Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah mendidik dan memberi ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh


(7)

iii

5. Ibunda tercinta Dra. Sumiah dan ayahanda tersayang Zainuddin Ahmad yang selalu memberi dukungan semangat, do’a, yang selalu sabar dan ikhlas mendidik peneliti mulai dari bersih rahim hingga detik ini. Terima kasih banyak atas semua kasih sayang yang kalian berikan.

6. Teman-teman KPI C angkatan 2008; Dina, Anis, Aim, Gana, Amel, Lala, Ipul, Ferdian, Oji, Iman, Irfan dan teman-teman yang lain yang senantiasa saling berbagi dalam suka dan duka selama menjalani perkuliahan, dukungan dan doa kalian takkan pernah terlupakan. Semangat terus yaah... 7. Teman-teman seperjuangan Abhe, Cilen, Naya, Nuris, Angel, Iis, Ka

Agung, Puja, Bobby, Ncek, Bule, Akmal, Bonte, Petruk.

8. Kakak-kakak senior yang telah memberikan semangatnya dan petuahnya ka Rezki Puji Lestari (Bundo) dan Fahdi Fahlevi. Terimakasih atas dukungannya..

9. Anggy Umbara selaku Sutradara Film Mama Cake yang telah berbaik hati memberikan dukungan

10.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, atas bantuan dan jasa-jasa yang telah terkorbankan untuk peneliti, semoga Allah SWT akan senantiasa melimpahkan rahmat serta pahala yang berlipat ganda dengan penuh keridhaan-Nya hingga akhir zaman nanti.


(8)

iv

umumnya dan bagi segenap keluarga besar Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 08 Juni 2013


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTARGAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 13

A. Film ... 13

B. Teori Semiotik Roland Barthes ... 24

C. Konsep Taubat ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM FILM ... 39

A. Sinopsis Film Mama Cake ... 39

B. Gambaran Profil Pemeran Film Mama Cake. ... 42

C. Profil Di Balik Layar... 47

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ... 48

A. Pengantar Adegan yang Diteliti ... 48

B. Narasi Adegan yang Diteliti ... 85

C. Semiotika dalam Adegan yang Diteliti ... 89

D. Interpretasi ... 106

BAB V. PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Oleh karena itu, film adalah medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara penuh (media yang komplit).1 Sebagai media komunikasi massa, film merupakan saluran menarik untuk menyampaikan pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang biasa disebut dakwah.

Saat ini berdakwah tidak hanya dapat dilakukan dari mimbar ke mimbar, namun sudah banyak sekali media untuk berdakwah. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 125:

                                          

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl:125).2

Dakwah pada dasarnya bukan hanya ceramah. Term dakwah harus dikembangkan sesuai zaman. Dakwah tidak hanya dilihat sebagai upaya untuk mengumpulkan oarang banyak untuk membuat suatu halaqah dengan jumlah

1

Onong uchajana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 2003), h. 207

2


(11)

yang terbatas. Dakwah seharusnya adalah segala sesuatu tindakan positif dalam memperkenalkan pemahaman Islam kepada ummat manusia.3

Saat ini film menjadi salah satu media dakwah yang paling efektif karena melalui film,para pembuat film dapat menuangkan ide-ide dan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki ke dalam cerita film. Film dapat pula berdakwah melalui adegan-adegan dan dialog yang ada dalam film.

Film memiliki banyak peminat karena cerita yang terkandung pada film dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Karena itulah para pembuat film berusaha membuat film-film yang ceritanya sedekat mungkin dengan masyarakat atau cerita-cerita yang menarik lainnya berdasarkan dari imajinasi si pembuat film.

Salah satu film yang sangat menarik untuk dikaji adalah film MamaCake. Film pertama karya sutradara Anggy Umbarra ini adalah sebuah film drama

comedy pop urban tentang perjalanan sehari semalam dari tiga orang sahabat. Rakha (Ananda Omesh), Willy (Boy William) dan Rio (Arie dagienkz) dalam membeli sekotak brownies Mama Cake. Yang unik dari film ini adalah jika melihat dari judulnya film ini tidak menampakkan bahwa film ini adalah sebuah film yang memuat pesan-pesan dakwah Islam. Namun ketika sudah selesai menonton film ini, isi cerita dari Mama cake sarat mengandung pesan-pesan Islami.

Film ini bercerita ketika suatu pagi ayah Rakha (Rudy Salam) menelpon Rakha untuk membeli sekotak brownies Mama Cake, permintaan dari nenek Rakha (Nani Wijaya). Nenek Rakha yang sedang sakit saat itu memiliki

3


(12)

permintaan terakhir untuk dibelikan sekotak brownies Mama Cake langsung dari pusatnya yaitu di Bandung. Rakha harus menyerahkan brownies itu pukul 13.00 siang. Pagi itu juga Rakha, Rio dan Willy langsung berangkat menuju Bandung. Pada awal perjalanan mereka sangat menikmati perjalanan itu. Namun, saat perjalanan pulang ketiga sahabat ini mengalami konflik yang hebat yang dimulai dengan hilangnya mobil Rakha. Dari sinilah konflik dimulai, Rakha, Willy dan Rio saling menyalahkan, bertengkar dan berpisah ditengah jalan.

Film yang tayang serentak pada tanggal 13 september 2012 lalu di bioskop seluruh Indonesia ini mengambil tempat di dua kota: Jakarta dan Bandung, dimana pada kedua kota besar inilah terjadi invasi besar-besaran akan arus budaya dan pemikiran barat yang telah jauh mengikis bangsa Indonesia dari nilai-nilai agama dan budaya ketimuran yang konon melekat disana.

Perbedaan karakter, pemikiran dan gaya hidup yang sangat jelas dari ketiga sahabat itu pun membawa konflik dan mengangkat isu-isu tajam seputar agama dan sosial. Hingga akhirnya mereka dihadapkan pada persimpangan dimana persahabatan, cinta, takdir dan tujuan hidup menjadi pilihan yang nyata dalam hidup mereka.

Film ini memiliki bobot yang berat namun tetap bisa dicerna anak muda karena film ini dikemas dengan elemen grafis agar para penonton tidak bosan.

Mama cake menjadi film yang ringan namun penuh dengan pesan moral dan tidak terkesan menggurui.

Film yang berdurasi 143 menit ini memiliki alur maju. Film ini bukan sekedar film untuk mendapatkan materi komersilnya saja tetapi sang sutradara ingin para penonton bisa tercerahkan setelah menonton film ini. Ada empat


(13)

unsur kehidupan yang terdapat dalam film yaitu; air, api, udara dan tanah dan pemahaman umum terhadap Islam dan mengajarkan banyak hal di antaranya keluarga, persahabatan, dan cinta kepada Sang Pencipta dan alam seisinya. Cinta, komedi dan kritik dirangkum secara apik oleh sutradara dan berbagai aspek yang mengunggulkan film ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terhadapat film tersebut.

Terutama bagaiamana tanda-tanda dalam film ini merepresentasikan Islam yang seperti apa. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Untuk mengetahui hal itu semua, kita dapat menelitinya melalui pendekatan semiotik. Karena tanda tidak pernah benar-benar mengatakan sesuatu kebenaran secara keseluruhan.4

Dari sekian banyak model semiotik yang ada, peneliti memilih model semiotik Roland Barthes, karena menurut penulis, semua objek kultural dapat diolah secara tekstual. Teks yang dimaksud bukan hanya berkaitan dengan linguistik saja, tetapi semua yang dapat terkodifikasi. Jadi semiotik dapat meneliti berbagai macam teks seperti berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi, drama.5

Dari latar belakang di atas, perlu adanya penelitian secara mendalam pada aspek cerita film ini, guna memahami denotasi, konotasi dan mitos apa yang akan di sampaikan dalam sebuah film melalui pendekatan semiotika Roland Barthes. Sebab dalam film, terutama sang sutradara ada pesan atau simbol-simbol yang ingin disampaikan untuk masyarakat luas lewat film. Berdasarkan

4

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jala Sutra, 2010) h. 21

5

Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Wacana: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 123


(14)

dari penjelasan di atas, maka penelitian ini diberi judul “SEMIOTIKA TAUBAT DALAM FILM MAMA CAKE.

B. Batasan dan Rumusan Permasalahan

Batasan dalam penelitian ini mengacu pada representasi taubat pada penggunaan simbol – simbol dalam rangkaian gambar atau adegan (scene) film yang berhubungan dengan taubat di film Mama Cake.

Agar penelitian tidak meluas keluar konteks pembahasan, maka penulis merumuskan masalah penelitian kepada tiga hal berikut:

a. Bagaimanatanda taubat dalam film Mama Cake?

b. Bagaimana petanda taubat Islam dalam film Mama Cake? c. Ideologi apa yang direpresentasikan dalam film Mama Cake?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitiannya sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana tanda yang merepresentasikan taubat dalam film Mama Cake.

b. Bagaimana petanda taubat dalam film Mama Cake.

c. Untuk mengetahui ideologi apa yang direpresentasikan dalam film

Mama Cake.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1.Manfaat Akademis


(15)

Diharapkan hasil peneltian ini dapat memperkaya literatur-literatur tentang kajian semiotik terutama semiotik film yang menggunakan model analisis semiotik Roland Barthes dan tabel analisis film Steve Campsall yang dikembangkan dalam semiotika film Christian Metz.

2. Manfaat Praktis

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi perfilman terutama untuk memberikan rujukan bagaimana membuat film yang sarat muatan makna dan memberi pencerahan. Dan dapat membuka pandangan audiens dalam memaknai pesan dalam film.

3. Manfaat Sosial

Penelitian ini diharapkan dapat membantu khalayak untuk lebih melek-media terutama dalam memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah film.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis semiotik adalah bersifat kualitatif. Analisis semiotik digunakan untuk dapat mengetahui makna yang terkandung dalam bentuk verbal dan non verbal. Semiotik diterapkan pada tanda-tanda, simbol, lambang, yang tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti dalam kaitannya dengan audiensnya. Audiens itulah yang menghubungkan tanda (significant) dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan.

Peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta bagaimana Mama Cake

merepresentasikan simbol-simbol secara utuh melalui tanda-tanda yang disebut Barthes sebagai Denotative dan Conotative sign melalui skema


(16)

analisis yang dikemas secara detail oleh Steve Campsall dengan memperjelas elemen-elemen serta komponen-komponen filmnya berdasarkan teori bahasa film Christian Metz.

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah film yang berjudul Mama Cake yang disutradarai oleh Anggy Umbarra. Adapun unit analisis penelitiannya adalah potongan gambar visual (scene) yang diambil dari film Mama Cake, yang terkait dengan perumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya oleh penulis.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan melalui observasi, yaitu mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan penulis.

a. Data Primer, data yang diperoleh dari rekaman video original berupa satu keping cakram DVD original film Mama Cake. Yang kemudian dipilih beberapa scene yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini. Analisis Data pada penelitian ini dimulai dengan mengklasifikasi adegan-adegan dalam film Mama Cake yang sesuai pada rumusan masalah.

b. Data Sekunder, data yang bersumber dari berbagai dokumen tertulis seperti, buku, resensi film Mama Cake baik dari surat kabar, wawancara-wawancara di majalah, ataupun internet, serta terbitan lain yang ada relevansinya dengan masalah penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Kemudian, data dianalisis dengan model semiotika Barthes yaitu dengan mencari unsur Denotative dan Conotative dalam setiap


(17)

masing-masing adegan, serta menggunakan tabulasi analisis film Steve Campsall sebagai pelengkap dari unsur-unsur film. indikator dari masing-masing adalah:

a. Sign

Unit makna terkecil yang dapat kita jumpai dimanapun kita berada, dapat kita dengar, kita rasa, kita hitup, dapat pulan kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan.

b. Code

Sekumpulan tanda yang nampak secara alami dan membentuk makna keseluruhan.

c. Elements

Seluruh aspek dan komponen dalam produksi film dan dapat memunculkan bebrbagai rerpresentasi makna.

d. Denotative Sign

Terdapat pada signifikasi tahap pertama, yaitu makna paling nyata dari tanda.

e. Conotative Sign

Istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari penonton serta nilai-nilai dari kebudayaannya.

f. Convention Sign

Merupakan rujukan dalam menilai suatu pekerjaan atau kebiasaan yang sudah umum di dalam masyarakat dan biasanya eksistensinya muncul dalam sebuah konsensus.


(18)

F. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini, sebagai referensi atau rujukan bagi penulis dalam merumuskan permasalahan, seperti skripsi-skirpsi berikut ini

Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta, yang ditulis oleh M. Fikri Ghazali, NIM: 206051003915, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Pisau Analisis yang digunakan sama seperti kebanyakan yaitu Roland Barthes. Hasil penelitian ini adalah mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos. Serta pesan moral yang disampaikan dalam film tersebut.

Analisis Semiotik Wajah Islam Dalam Film My Name Is Khan, yang ditulis oleh Farouk Kahlil Gibran Bagawi, NIM: 106051001762, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini menggunakan pisau analisis Roland Barthes dengan metode penelitian deskriptif analisis. Hasil penelitian ini adalah mengetahui gambaran Islam dan konstruksi pesan mengenai Islam dalam film tersebut.

Representasi Nilai-Nilai Misoginisme Dalam Film Horror Indonesia (Studi Semiotika Film Kuntilanak), yang ditulis oleh Harison, NIM: 0904210234, mahasiswa Universitas Indonesia, program studi ilmu komunikasi kekhususan komunikasi massa. Penelitian ini menggunakan strategi semiotika dan dianalisis dengan struktur triadik dari Pierce dengan metode penelitian deskriptif analisis. Hasil penelitian berupa elemen-elemen tanda yang dapat dimaknai sebagai representasi yang misoginik dalam scene

(frame-frame) film Kuntilanak yang paling menonjol adalah perempuan sebagai sosok yang lemah.


(19)

Selain itu, adapula jurnal yamg disusun oleh Lidya Ivana Rawung mahasiswa jurusan komunikasi di Universitas Sam Ratulangi yang berjudul “Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi”. Jurnal ini meneliti Semiotika Bahasa dan Gerak serta Pemaknaannya pada Film Laskar Pelangi. Dengan menggunakan model analisis semiotik Ferdinand Saussure. Hasil penelitiannya adalah walaupun menggunakan bahasa daerah, bahasa dalam film laskar Pelangi bisa dimengerti dan dimaknai oleh penontonnya. Dari semua pemaknaan gerak, menunjukkan mereka memiliki makna yang positif. Dari gerak yang menunjukkan ketulusan, semangat, kekaguman, harapan, kebersamaan dan antusias memberikan makna bahwa ditengah keterbatasan harus tetap semangat, dalam kebersamaan pasti hal yang sulit dapat dilakukan, memiliki harapan dan ketulusan dalam mendidik serta terus memiliki harapan suatu saat nanti bisa menjadi pelangi yang indah serta selalu kagum dan bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.6

Memang dari semua skripsi peneliti melihat ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun dari ke-tiga skripsi diatas, tidak ada satupun yang menganalisis judul film Mama Cake, dan juga peneliti menjelaskan kesamaan dan perbedaan dengan salah satu judul skripsi diatas yaitu skripsi M. Fikri Ghazali dan Harison yang sama-sama meneliti sebuah film drama, namun pada Skripsi Harison dia menggunakan strategi semiotika dan dianalisis dengan struktur triadik dari Pierce sedangkan M. Fikri Ghazali menggunakan teori simbol dari Roland Barthes. Dengan melihat kompleksitas tersebut, maka peneliti menggunakan dua bangunan teori yaitu signifikasi Roland Barthes, serta tabulasi

6

Sumber jurnal dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ actadiurna/article/vie w/976/791 diakses pada tanggal 10 Mei 2013.


(20)

semiotika Steve Campsall yang dikembangkan dari teori film Christian Metz. Dan inilah yang membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian lain yang juga menggunakan instrumen yang sama dalam menggunakan analisis semiotika, yaitu film.


(21)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab beserta sub-babnya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Yaitu berupa Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, serta Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan umum film sebagai media komunikasi massa : konsep film sebagai media komunikasi massa, sejarah film, jenis-jenis film, unsur-unsur pembentuk film, konsep umum semiotika, konsep semiotika model Roland Barthes dan pengertian taubat.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM MAMA CAKE

Bab ini menjelaskan secara umum segala sesuatu mengenai film

Mama Cake mengenai jalan cerita dan penokohan dan pemeran dalam film. Lalu sinopsis cerita serta profile tokoh/pemain dalam film Mama Cake.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, berupa hasil penelitian analisis Semiotika Roland Barthes terhadap film Mama Cake.

BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN

Pada bab ini berupa kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan.


(22)

viii

Tabel 4.1 Cut of Scene Perjalanan Untuk Memenuhi Amanah ... 55 Tabel 4.2 Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan Memenuhi Amanah ... 57 Tabel 4.3 Scene Perjalanan Setelah Bertengkar dan Menuju Taubat ... 70 Tabel 4.4 Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan Perjalan ... 72 Tabel 4.5 Scene menyadari kesalahan-kesalahan dan bertaubat ... 82 Tabel 4.6 Ikon, Indeks dan Simbol menyadari kesalahan dan bertaubat ... 84 Tabel 4.7 Analisis Tanda Denotasi dan Konotasi Dalam Skenario ... 91 Tabel 4.8 ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Taubat” ... 93 Tabel 4.9 Visualisasi shot dari Adegan Utama “Taubat” ... 94 Tabel 4.10 Visualisasi shot dari Adegan Pendukung “Taubat” ... 95 Tabel 4.11 Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve Campsall ... 99


(23)

ix

Gambar 3.1 Salah Satu Adegan Yang Terdapat dalam film Mama Cake ... 40 Gambar 3.2 Ananda Omesh Sebagai Rakha ... 43 Gambar 3.3 Boy William Sebagai Willy ... 45 Gambar 3.4 Arie Dagienkz Sebagai Rio ... 46 Gambar 3.5 Dinda Kanya Dewi sebagai Mawar ... 47 Gambar 4.1 Adegan Dalam Film Mama Cake yang Diberi Elemen Grafis... 104


(24)

13 A. Film

1. Definisi Film

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop), sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film memperoleh arti seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon (cerita) gambar hidup atau segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.1

Secara material film terdiri atau dibangun oleh gambar-gambar dan bukan seluloid. Gambar-gambar ini menimbulkan ilusi yang kuat sekali pada kita bahwa apa yang diproyeksikan pada layar sungguh-sungguh kenyataan. Ini disebabkan karena gambar-gambar itu berbeda dengan gambar-gambar seni lukis misalnya, tapi merupakan gambar-gambar mekanis (dibuat oleh dan dengan suatu mekanik: fototustel, kamera film).2

Pada tingkat penanda, film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata. Pada tingkat petanda, film merupakan cermin kehidupan metaforis. Jelas bahwa topik film menjadi sangat pokok dalam semiotik media karena di dalam

genre film terdapat sistem signifikasi yang ditanggapi orang-orang masa kini dan

1

Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997).

2


(25)

melalui film mereka mencari rekreasi, inspirasi, dan wawasan pada tingkat interpretant.3

Media film memiliki keampuhan yang besar untuk mempengaruhi publik. Medium ini dapat menyajikan gambar-gambar atau peragaan gerak, termasuk suara. Teknologi baru yang hampir sejenis dengan film adalah kaset video dengan piringan laser (laser disc). Teknologi baru mempunyai sifat praktis karena dengan menghubungkan melalui monitor televisi di rumah-rumah, kemudian muncul gambar dan sekaligus suaranya. Film dapat dikategorikan menjadi beberapa macam sebagai berikut:4

a. Film Berita (news reel)

Film berita atau news reel adalah film mengenai fakta peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung berita (news value).

b. Film Dokumenter

Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Membuat film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang sehingga berbeda dengan film berita yang sifatnya tegesa-gesa. Berbeda dengan film cerita yang dapat diolah dengan unsur kejahatan dan seks, film dokumenter tidak demikian. Karena itu film dokumenter sering menjemukan akal untuk mengolahnya sehingga dapat terpesona publik terbatas sekali.

c. Film Cerita (Story Film)

3

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. 2010. Yogyakarta: Jalasutra

4

Y.S. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Grasido, 1998), h. 11-12.


(26)

Film cerita adalah jenis film yang mengandung sebuah cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang terkenal. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukkan semua publik di mana saja.

d. Film Kartun

Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Dan apabila rangkaian lukisan yang 16 buah itu setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisan-lukisan itu menjadi hidup5.

2. Jenis (Genre) Film

Kehadiran film-film dengan karakter tertentu memunculkan pengelompokkan film;6

Action-Laga

Film yang bertema laga dan mengetengahkan perjuangan hidup biasanya dibumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan dalam pertarungan hingga akhir cerita.

Comedy-Humor

Comedy-humor adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor penyajian utama. Genre jenis tersebut tergolong paling disukai dan bisa merambah usia segmentasi penonton.

5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3, h. 211-217.

6

M. Bayu Widagdo dan Winastwan Gora S. Bikin Film Indie Itu Mudah!, ( Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007), h. 26-27


(27)

 Roman-Drama

Roman – Drama adalah genre yang populer di kalangan masyarakat penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang dceritakan.

Mystery- Horor

Mistery– horor adalah sebuah genre khusus dunia perfilman. Dikatakan genre

khusus karena meskipun cakupannya sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja, tetapi genre itu cukup mendapatkan perhatian dari para penonton. Hal tersebut disebabkan keingintahuan manusia pada sebuah dunia yang membuat mereka selalu bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut.

3. Unsur Pembentuk Film

Secara garis besar film terbentuk dari dua unsur utama, yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur utama ini saling berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain:

a. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Dalam hal ini unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu adalah elemen-elemennya.7

b. Adapun unsur sinematik dalam sebuah film adalah aspek teknis yang mendukung sebuah produksi film. Terdiri dari: (a) Mise en scene yang memiliki empat elemen pokok: setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan

make-up, (b) Sinematografi, (c) editting, yaitu transisi sebuah gambar

7


(28)

(shot) ke gambar lainnya, dan (d) suara, yaitu segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. 8

4. Sinematografi

Sinematografi adalah Perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil. Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu9:

Big Close Up (BCU) atau Extreme Close Up (ECU)

Ukuran Close Up dengan framing lebih memusat/ detail pada salah satu bagian tubuh atau aksi yang mendukung informasi dalam jalinan alur cerita disebut Big Close Up. Fungsinya untuk menonjolkan ekspresi yang dikeluarkan objek.

Close Up

Close Up adalah framing pengambilan gambar, di mana kamera berada dekat atau terlihat dekat dengan subjek sehingga gambar yang dihasilkan atau gambar subjek memenuhi ruang frame. Close Up disebut juga close shot. Fungsinya untuk memberi gambaran yang jelas terhadap objek.  Medium Close Up (MCU),

Medium Close Up adalah pengambilan gambar dengan komposisi framing

subjek lebih jauh dari close up, tetapi lebih dekat dari medium shot. Fungsinya untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.

8

Ibid. H.1

9

M.Bayu Widagdo dan Winastwan Gora S. Bikin Film Itu Mudah!, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2007) h. 54-59


(29)

Medium Shot (MS),

Medium shot merekam gambar subjek kurang lebih setengah badan. Pada pengambilan gambar dengan medium shot biasanya digunakan kombinasi dengan follow shot terhadap subjek bergerak. Hal itu dimaksudkan untuk memperlihatkan detail subjek dan sedikit memberi ruang pandang subjek –

nose.

Medium Full Shot (Knee Shot),

Disebut knee shot karena memberi batasan framing tokoh sampai kira-kira ¾ ukuran tubuh. Pengambilan gambar semacam itu memungkinkan penonton untuk mendapatkan informasi sambungan peristiwa dari aksi tokoh tersebut.

Full Shot (FS),

Full Shot memungkinkan pengambilan gambar dilakukan pada subjek secara utuh dari kepala hingga kakinya. Secara teknis, batasan atas diberi sedikit ruang untuk head room. Fungsi full shot untuk memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar.

Medium Long Shot,

Framing camera dengan mengikutsertakan setting sebagai pendukung suasana diperlukan karena ada kesinambungan cerita dan aksi tokoh dengan setting tersebut.

Long Shot (LS),

Subyek akan terlihat 2/3 dari tinggi layar. Dengan pengambilan gamabr

Long Shot bisa menimbulkan suatu suasana yang dapat memperlihatkan keseluruhan pemandangan subyek. Pengambilan gambar secara long shot


(30)

mempunyai definisi memperlihatkan setting dan karakter serta makna (petanda) konteks, scape, jarak publik.10

ExtremeLong Shot (ELS),

Pengambilan gambar dengan metode Extreme Long Shot yang hampir tak terlihat membuat artis tampak berada di kejauhan. Shot yang Di sini,

setting ruang ikut berperan. Shot yang diambil dari jarak yang sangat jauh, mulai dari kira-kira 200 meter sampai degan jarak yang lebih jauh lagi. Tujuannya antara lain untuk memperlihatkan situasi geografis.11

a. Pergerakan Kamera

Pergerakan kamera adalah istilah untuk memudahkan komunikasi dengan operator kamera, yakni istilah untuk menyebut arah gerak kamera yang dimaksudkan. Disebut pergerakan kamera karena posisi perangkat kamera yang berubah dalam proses pengambilan gambar. Ada beberapa istilah pergerakan kamera, antara lain sebagai berikut;12

1. Panning

Disebut panning karena kamera bergerak menyamping secara mendatar horizontal, baik ke kiri maupun kanan. Dikatakan pan right jika pergerakannya menyamping ke kanan, dan pan left jika bergerak menyamping ke kiri.

2. Tilting

Gerakan kamera secara vertikal, baik ke atas atau bawah, disebut juga tilting. Secara prinsip, tilting masih sama dengan panning, yakni posisi kamera berada di

10

Arthur Asa Berger, Media Analysis Techiniques, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2000), 33

11

Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, Jakarta: PT. Gramedia Widiawarna Indonesia,1996), 37.

12

M.Bayu Widagdo dan Winastwan Gora S. Bikin Film Itu Mudah!, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2007) h. 68-71


(31)

atas tripodnya. Disebut tilt up jika kamera bergerak vertikal ke atas, sedangkan disebut tilt down jika kamera bergerak ke bawah.

3. Tracking

Gerakan tracking kamera biasanya menggunakan alat yang disebut dolly (sebuah alat yang digunakan sebagai penyangga tripod camera dan bergerak di atas rel) atau bisa dengan hand heldcandid camera (kamera yang dipanggul). Bisa juga dilakukan dengan bantuan stabilizer (steadycam). ada 2 Istilah dalam tracking

kamera, track in dan track out. Disebut track in jika gerakan kamera menarik ke belakang, dan track out jika kamera bergerak maju mendekati objek perekaman gambar.

4. Crane

Crane adalah gerakan kamera meninggi atau merendah dari dasar pijakan objek. Gerakan itu akan membantu pergerakan kamera secara optimal yang tak mungkin dilakukan oleh kamera operator dengan hand held, dolli, maupun jimmy jip.

5. Following

Pergerakan kamera pada following lebih moveable. Artinya, kamera bergerak secara aktif mengikuti ke manapun talent bergerak.

6. Zooming-zoom

Pengertian zooming adalah fasilitas pada kamera yang memungkinkan untuk mendapatkan objek gambar yang terkesan dekat meskipun kamera berada relatif jauh dari objek, begitu juga sebaliknya.

5. Sejarah Film Indonesia

Tahun 1950 seluruh wilayah Indonesia aman dan bangsa Indonesia berdaulat penuh. Di masa itu, ada dua pribumi mendirikan perusahaan film,


(32)

Usmar Ismail (29 tahun) dan Djamaludin Malik (33 tahun). Usmar Ismail dan kawan-kawannya mendirikan Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia). Begitu juga beberapa saat kemudian Djamaludin Malik mendirikan Persari. Motivasi keduanya bertolak belakang dengan sejarah pembuatan film pada masa sebelum perang. Usmar muncul dengan konsep industri rumah (bisnis keluarga), menjadi usaha besar. Sejalan dengan perkembangan tersebut perusahaan-perusahaan film lama hidup kembali.

Tahun 1954, ketika perfilman nasional dalam keadaan yang semakin terseok karena kesulitan bahan baku dan serangan film Impor dari kawasan Asia, Djamaludin Malik justru mengajak dunia film kita masuk ke pergaulan perfilman Asia. Sebelumnya di tahun 1949, Usmar Ismail sempat melahirkan film Harta Karoen dan Tjitra, yang diproduksi South Pacific Film Corporation (SPFC). Setahun berikutnya,Usmar kembali membuat film berjudul Darah dan Doa (The Long March) yang diproduksi Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia), sebuah perusahaan Film pertama di Indonesia. Shooting hari pertama film Darah dan Doa ini pada 30 Maret 1950. Maka pemerintah pun hingga kini mencanangkan setiap tanggal 30 Maret merupakan Hari Film Nasional.

Film Indonesia sempat mati suri dalam beberapa tahun dan kemudian bangkit lagi dengan adanya Film Petualangan Sherina pada tahun 2000. Setelah itu Film Indonesia mulai bangkit dan menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

6. Film sebagai Sekumpulan Tanda

Teori mengenai film sebagai sekumpulan tanda diperkenalkan oleh Christian Metz. Menurut Metz, film adalah sekumpulan bahasa yang disampaikan dengan seperangkat tanda dan simbol.


(33)

Bahasa film berbeda dengan bahasa tutur. Bahasa film terwujud dalam kode-kode sinematik. Kode-kode sinematik film dijelaskan Metz ada dua, yaitu kode spesifik dan kode non-spesifik. Kode-kode yang spesifik terdapat pada pergerakan gambar, suara, musik dan komponen film yang lain. Sedangkan kode sinematik non-spesifik adalah kode-kode dari „bahasa‟ lain yang di antaranya sejarah, sastra atau budaya.13

Sekumpulan tanda dan simbol yang dihadirkan sineas akan mempengaruhi persepsi penonton. Tanda dan simbol yang dihadirkan sineas, akan ditangkap oleh penonton sebagai bahasa. Bahasa ini yang kemudian membentuk persepsi penonton mengenai tanda-tanda yang disajikan.

Bahasa film, menurut Metz tidaklah berada pada serangkaian gambar yang bergerak di dalam film, melainkan kode-kode yang terkandung dalam setiap gerakan gambar yang tersaji di dalam film. Kode sendiri didefinisikan Metz sebagai sekumpulan tanda yang tampak alami yang membentuk makna tertentu.14

7. Film Sebagai Media Dakwah

Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya disebut dakwah.

Sebagai agama dakwah, Islam harus dapat dihadirkan secara bersahabat oleh para pemeluknya. Sebab, pada gilirannya, upaya penyebaran pesan-pesan keagamaan itu harus mampu menawarkan satu alternatif dalam membangun dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang lentur,

13

Zuzana M. Pick, Cinema As Sign and Language, Christian Metz, Language and Cinema, translated by Donna Jean Umiker-Sebeok, Mouton: The Hague-Paris, 1974. pp. 304. h. 200.

14


(34)

kreatif, dan bijak. Kini masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, bukan lagi masyarakat yang vakum, tetapi masyarakat yang senantiasa berubah mengikuti dinamika zaman dengan segala tuntutan dan konsekuensi yang menyertainya. Untuk mengantisipasi perkembangan masyarakat seperti itu, usaha dakwah memiliki unsur-unsur: (1) transformasi, yakni bahwa dakwah Islam merupakan kegiatan mentransformasikan nilai-nilai ajaran; dan (2) adaptasi , yakni bahwa proses transformasi ajaran itu dilakukan secara adaptif, dengan memperhatikan konteks masyarakat di mana dakwah itu tetap hidup.15

Tampaknya, kini film telah mampu merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan kontribusi bagi berkembangnya dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk media massa lainnya, film memang memiliki efek eksklusif bagi para penontonnya.

Dengan film kita dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas tertentu, realitas yang sudah diseleksi. Seorang sutradara akan memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan, dan akan mengesampingkan tokoh lain yang dianggap tidak pas untuk ditampilkan. Lewat peran yang dimainkan tokoh-tokoh tersebut, film dapat menyajikan pengalaman imajiner bagi para penontonnya, merindukan pengalaman ideal yang diidamkannya, atau imajiner itu akan ikut membentuk sikap dan perilaku khalayak yang menyaksikannya. Pengalaman hidup yang dihadirkan oleh sosok pribadi terpuji yang menegakkan kebajikan serta ikut memengaruhi sikap dan konsep idealisasi hidup untuk melihatnya.

15

Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 114


(35)

Kalau harus diambil benang merah yang menghubungkan antara dua dunia

yang tampak berbeda itu, film dan dakwah adalah “semangat” dalam

menyampaikan pesan-pesan moral dan etika kehidupan. Jarak antara dua dunia kadang disikapi sebagai dua kutub yang kontroversial, padahal sebetulnya amat berdekatan, dan bahkan bisa menjalin hidup bersama. Untuk menyiasati kecenderungan masyarakat lewat kekuatan persuasi yang dimilikinya, film dapat melakukan usaha-usaha yang sulit dilakukan oleh media lain, mempermudah jalan yang semestinya dilalui oleh dakwah.16

Islamisasi melalui media film, juga merupakan wacana penting di era digital ini. Hal ini dikarenakan sifat dari penikmat film yang tergolong gencar memakai budaya konsumsi kontemporer. Islam, dalam kasus ini, dapat ditampilkan dengan segar, menarik, hybrid dan modern dalam rangka menjadikan Islam sebagai agama yang relevan dengan budaya yang saat ini sedang didominasi kaum kapitalis.17

B. Tinjauan Umum Semiotika

1. Konsep Semiotika Roland Barthes

Istilah semeiotics (dilafalkan demikian) diperkenalkan oleh Hippocrates (460-337 SM), penemu ilmu medis barat, seperti ilmu gejala-gejala. Gejala menurut Hippocrates, merupakan semeion, bahasa yunani untuk penunjuk (mark) atau tanda (sign) fisik.18

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang

berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar

16

Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakkwah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012) h. 112-113

17

Andi Faisal Bakti, Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi: Antara Tantangan dan Harapan (Lecture at Palembang), h. 59.

18


(36)

konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mengartikan semiotik sebagai ”ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya hubungannya dengan kata lain, peengirimannya, dan penerimaanya oleh mereka yang mempergunakannya.19

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, menatap, api, putih, bentuk, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semua itu dianggap sebagai tanda.20

Menurut Saussure, seperti dikutip Pradopo tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Di mana ada tanda, di sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan

signifier, bidang petanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di

19

Alex Sobur, Analisis Teks Media, ( Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006)h. 95-96

20


(37)

dalam aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, objek, dan sebagainya. Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna. Tanda akan selalu mengacu pada (mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain. Ini disebut referent. Lampu merah mengacu pada jalan berhenti. Wajah cerah mengacu pada kebahagiaan. Air mata mengacu pada kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian.21

Menilik dari sejarahnya, tradisi semiotika berkembang dari dua tokoh utama, yaitu: Charles Sanders Pierce yang mewakili tradisi Amerika dan Ferdinand de Saussure yang mewakili tradisi Eropa. Keduanya tidak pernah bertemu sama sekali, sehingga kendati keduanya sering disebut mempunyai kemiripan gagasan, penerapan konsep-konsep dari masing-masing keduanya, namun seringkali mereka mempunyai perbedaan. Barangkali keduanya berangkat dari disiplin yang berbeda, Pierce adalah seorang guru besar filsafat dan logika, sementara Saussure adalah seorang ahli linguistik. 22

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinan de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914). Kedua tokoh

21

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual. ( Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 13

22

Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika, (Terj.) oleh Okke K.S Zaimar dan Ida Sundari Husein dalam Panuti Sujiman dan Aart Van Zoest, (Ed) Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta: Gramedia, 1991), h.1.


(38)

tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan Pierce filsafat. Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistics mendefinisikan semiotika sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.23

Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang rajin mempraktikkan model linguistik semiologi Saussure.24 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of

signification”.25

Dalam terminologi Barthes, jenis budaya popular apapun dapat diurai kodenya dengan membaca tanda-tanda di dalam teks. Tanda-tanda tersebut adalah hak otonom pembacanya atau penonton. Saat sebuah karya selesai dibuat, makna yang dikandung karya itu bukan miliknya, melainkan milik pembaca atau penontonnya untuk menginterpretasikannya begitu rupa. 26

23

Yasraf Amir Pialang, Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h.256.

24

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 2, h. 63

25

Rahmat Kriyono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268

26

Ade Irwansyah, Seandainya Saya Kritikus Film, (Yoyakarta: Homerian Pustaka, 2009), h. 42


(39)

Sehingga dalam semiotik Barthes, proses representasi itu berpusat pada makna denotasi, konotasi dan mitos. Ia mencontohkan, ketika mempertimbangkan sebuah berita atau laporan, akan menjadi jelas bahwa tanda linguistik, visual dan jenis tanda lain mengenai berita itu direpresentasikan (seperti tata letak / lay out , rubrikasi, dsb) tidaklah sesederhana mendenotasikan sesuatu hal, tetapi juga menciptakan tingkat konotasi yang dilampirkan tanda-tanda.27

Tabel 2.128

Gambar Peta tanda Roland Barthes

1. Signifier

(penanda)

2. Signified

(petanda) 3. Denotative sign (tanda denotatif)

4. Connotative Signifier

(Penanda Konotatif

5. Connotative Signified

(Penanda Konotatif) 6. Connotative sign (tanda konotatif)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51).

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotative yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat

27

Jonathan Bignell, Media Semiotics: An Indtroduction, (Manchester and New York: Manchester University Press, 1997) h. 16

28


(40)

berarti bagi penyempurnaan semilogi Saussure, yang terhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.

Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingakt kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang

disebut dengan „mitos‟, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu,29 jadi mitos memiliki tugasnya untuk memberikan sebuah justifikasi ilmiah kepada kehendak sejarah, dan membuat kemungkinan tampak abadi. 30

Mitos, oleh Barthes disebut sebagai tipe wicara. Ia juga menegaskan bahwa mitos merupakan sistem komunikasi, bahwa dia adalah sebuah pesan. Hal ini memungkinkan kita untuk berpandangan bahwa mitos tak bisa menjadi sebuah objek, konsep, atau ide; mitos adalah cara penandaan (signifacition), sebuah bentuk.

Bagi Roland Barhes yang juga mengikuti Saussure, maka “secara

prospektif objek semiologi adalah semua sistem tanda, entah apapun substansinya, apapun batasannya (limit): gambar, gerak tubuh, bunyi melodis, benda-benda, dan pelbagai kompleks yang tersusun oleh substansi yang bisa ditemukan dalam ritus,

protocol, dan tontonan sekurangnya merupakan sistem signifikasi (pertandaan),

kalau bukan merupakan „bahasa‟ (language). 31 2. Film Sebagai Tanda Semiotika

29

Sobur, semiotika komunikasi

30

Roland Barthes, Mitologi, (Yogyakarta: Kreas i Wacana, 2009) h. 208.

31

Jeanne Martinet, Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran; Antara Semiologi Komunikasi dan Semiologi Signifikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), cet. 1, h.3


(41)

Christian Metz merupakan salah satu kritikus film yang berasal dari Perancis. Bukunya yang berjudul Language and Cinema memberikan pemahaman mengenai film sebagai satuan bahasa yang berbeda dari bahasa tutur. Semua komponen dalam film merupakan serangkaian kode yang merepresentasikan sebuah budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz teori film adalah teori yang mengkaji wacana-wacana sejarah film, masalah ekonomi film, estetika film dan semiotika film.32

Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution. Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan juga aspek lain di luar itu, sehingga penonton dapat menjadi salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis.

Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin utama dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu outer machine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton), third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoritikus).33

Oey Hong Lee menyebutkan mengenai perkembangan media film:

“Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai

masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin

lenyap.”

32

Zuzana M. Pick, Cinema As Sign and Language, h. 200.

33


(42)

Pernyataan tersebut mengisyaratkan, bahwasanya film mengalami perkembangan yang sangat pesat. Film saat ini tidak hanya sebagai alat hiburan semata, tetapi juga untuk berbagai kepentingan politik, ekonomi, propaganda dan berbagai kepentingan lain yang tidak kita deteksi.

Maka dari itu, semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tanda-tanda dan sistem simbolik memiliki kaitan erat dengan film sebagai sebuah produk tanda. Di lain pihak, para ahli melihat film sebagai salah satu media yang dapat mempengaruhi para khalayaknya. Dan dari sinilah asal mula dilakukannya berbagai penelitian terhadap simbol dan ikon dalam film, dan pengaruhnya terhadap masyarakat yang menyaksikan film tersebut.34

3. Analisis Film Steve Campsall

Steve Campsall merupakan salah seorang pengajar Studi bahasa Inggris dan Media di The Beauchamp College.35 Dalam tabel analisis filmnya yang diadopsi dari pemikiran Metz, Campsall melihat film sebagai kesatuan bahasa dan makna. Ini kemudian dipahami Steve sebagai Moving Image Texts: “Film

Language”. Menurutnya, seperti kata-kata, film memiliki bahasa sendiri dalam menyampaikan pesannya kepada penonton. Para kru dan sineas bekerja menciptakan makna tersebut melalui gambar bergerak di dalam film, sehingga kompleksitas komponen film membuatnya berbeda dengan media lain.

34

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 127.

35

Biografi Steve Campsall diperoleh dari http : / / educationforum . ipbhost . com / index .php?showtopic=1678 diakses pada Minggu, 01 Januari 2013.


(43)

Dalam skema analisis film Steve Campsall, menjelaskan tentang beberapa unsur untuk menganalisis film. Pergerakan audio visual yang dinamis di dalam film, memunculkan komponen sendiri di dalam kajian semiotikanya.36

a. Semiotika merupakan jalan untuk menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan damengandung sebuah ide. Ide tersebutlah yang kemudian disebut dengan „meaning’.

Salah satu pemaknaan penting, misalnya kata-kata pengecut , memiliki lawan heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir memiliki pendapat yang berbeda, dan ini dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa komponen dalam memahami semiotika film.

-Signs (tanda): unit makna terkecil yang bisa kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan.

-Code (kode): dalam semiotika, sebuah kode adalah sekumpulan tanda

yang nampak “pas” sekaligus “alami” dalam membentuk makna

keseluruhan.

-Convention (konvensi): istilah konvensi itu penting. Ia merujuk pada suatu cara yang sudah umum dalam mengerjakan sesuatu. Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang konvesional dengan hasil yang pasti.

Ada tipe tanda dan kode setidaknya terbagi atas tiga:

-Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang melekat atau identik pada sesuatu.

3636

Steve Campshall – 27/06/2002 (Rev. 17/12/2005; 14:18:24) Media - GCSEFilm Analysis Guide (3) – SJC


(44)

-Indeks : sistem penandaan yang menggunakan unsur kasualitas atau sebab-akibat

-Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang melepas secara total makna denotasi pada sesuatu tersebut.

Hal lain yang juga penting untuk memahami tanda adalah melalui konvensi. Konvensi merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi terwujud dalam suatu perbuatan.

b. Mise-En-Adegan

Mise-En-Adegan menjawab beberapa pertanyaan penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya Mise-En-Adegan merupakan segala sesuatu yang dihadirkan para Director atau sutradara ke dalam adegan-adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di dalam kamera melalui aspek Setting, kostum, tata rias, dan pencahayaan.

c. Editting

Editting merupakan suatu proses memotong dan menggabungkan beberapa potong film menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan naratif.

d. Shot Types

Shot merupakan pengambilan gambar untuk membangun sebuah potongan gambar yang naratif dan memberikan makna tersendiri terhadap objeknya.


(45)

Biasanya shot terkait dengan pengambilan kamera. Seperti Close up (CU), Point of view (POV) dan Middle Shot (MS).

e. Camera Angle

Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle shot yang mencerminkan superioritas atau kekuasaan.

f. Camera Movement

Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan dinamika makna sendiri.

g. Lighting

Pencahayaan merupakan salah satu aspek penting dalam film. pencahayaan dapat menimbulkan suasana dan mood yang menegaskan makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna ketakutan dan kengerian.

h. Dieges And Sound

Dieges atau diagenic sound di dalam film merupakan „dunia film‟. Dia merupakan bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya.

i. Visual Effects / SFX

SFX merupakan gambar generasi komputer (CGI) yang mana tujuannya untuk menciptakan sebuah realitas dan makna melalui efek-efek gambar dan suara.

j. Genre

Genre adalah ragam dari naratif yang sedang dibicarakan di dalam film. k. Iconography


(46)

Ikonografi merupakan aspek penting dari genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung genre. Seperti padang pasir yang mendukung karakter koboi.

l. The Star System

Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi bagian penting dalam ikonografi dan menjadi penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan aksi.

m. Realism

Media dapat menyuguhkan tingkat realitas yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas yang tinggi.

Demikianlah kompleksitas di dalam semiotika film. komponen tersebutlah yang dijadikan acuan untuk mengkaji lebih dalam terkait sistem tanda di dalam film. film merupakan salah satu komunikasi massa yang memiliki makna sendiri bagi penontonnya.

C. Konsep Taubat

1. Pengertian Taubat

Taubat berarti kembali kepada Allah. Proses kembali itu tidak sah dan tidak sempurna kecuali dengan mengenal Allah dengan cara mengenali bermacam nama serta beragam sifat-Nya. Pengaruh nama dalam diri kita juga penting diperhatikan. Proses kembali itu tidak sah tanpa mengetahui bahwa jika kita lari dari Allah, kita akan disandera musuh kita. Untuk bisa bertobat, kita pun harus yakin bahwa kita tidak akan terjerumus ke dalam cengkeraman musuh kita kecuali disebabkan ketidaktahuan akan Tuhan serta keberanian kepada-Nya.37 Taubat

37


(47)

hanya akan terjadi jika lebih dahulu memahami hakikat dosa, mengakui dosa, serta menjauh dampak buruk yang ditimbulkan dari dosa, baik pada masa lalu maupun masa mendatang.

Taubat ialah dengan kembali insaf dan sadar akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Lalu pusatkanlah akidah dan ibadah kepada-Nya.38

Firman Allah tentang tobat dalam surat At-Tahrim ayat 8:



























“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." ( At-Tahrim: 8)39

Nashuha berarti yang bercirikan nushh. Dari kata ini lahir kata “nasihat”, yaitu upaya untuk melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun ucapan yang membawa manfaat untuk dinasihati. Kata ini juga bermakna tulus/ ikhlas. Tobat yang disifati oleh kata ini mengilustrasikan tobat itu sebagai sesuatu yang secara ikhlas menasihati sesseorang agar ia tidak mengulangi kesalahannya. Karena tobat nashuh adalah yang pelakunya tidak terbetik lagi dalam benaknya keinginan untuk

38

Ibid, h. 158

39


(48)

mengulangi perbuatannya, karena setiap saat ia diingatkan dan dinasihati oleh tobat itu.40

Cinta terhadap sesuatu membuat buta dan tuli, cinta itu akan memperindah apa yang disenangi dan dibanggakan serta membuat benci terhadap yang berlawanan dengannya, sehingga berkumpul pada diri orang tersebut sifat sombong, angan-angan dan dengki yang di dalamnya terdapat kebencian terhadap nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambaNya, lebih-lebih lagi kepada saingannya.

Sedangkan sombong dan dengki adalah dua penyakit yang menghancurkan umat-umat terdahulu dan sekarang, keduanya adalah dosa besar pertama yang dilakukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah SWT. Iblis sombong dan dengki kepada Adam AS, demikian juga anak adam yang dengki lalu membunuh saudaranya.

Oleh karena itu sombong menghilangkan Islam, sebagaimana syirik menghilangkan Islam, karena Islam adalah menyerahkan diri seutuhnya hanya kepada Allah SWT, orang yang menyerahkan diri kepada Allah SWT dan kepada selain-Nya maka ia telah berbuat syirik adapun orang yang tidak mau menyerahkan diri kepada Allah SWT, maka ia adalah orang sombong, seperti

Fir‟aun dan para pembesarnya. 41

Di antara sekian banyak syarat-syarat tobat adalah sebagai berikut42: 1. Menyesali perbuatan dosa yang lalu

2. Berhenti dari perbuatan dosa

3. Bertekad bulat tidak akan mengulangi lagi

40

Sudirman Tebba, Nikmatnya Tobat, (Banten: Pustaka irVan, 2007) h. 142-143

41


(49)

4. Mengembalikan hak-hak atau sesuatu yang diambil dengan tidak sah kepada orang yang berhak atau minta maaf kepadanya.

2. Macam-macam Taubat:

Taubat wajib adalah bertaubat dari meninggalkan kewajiban atau melakukan larangan. Taubat ini wajib dilakukan oleh setiap hamba sebagaimana perintah Allah SWT dalam kitab-Nya melalui lidah Rasul-Nya

Taubat sunnah adalah bertaubat dan meninggalkan amalan-amalan sunnah atau melakukan amalan makruh.

Orang yang hanya melakukan taubat jenis pertama termasuk golongan moderat, dan orang yang melakukan kedua jenis taubat termasuk golongan yang berlomba dalam berbuat kebajikan. Sedangkan orang yang tidak melakukan keduanya termasuk golongan yang zhalim.43

Taubat dalam Islam bisa menimbulkan kesadaran kepada seseorang. Dengan kesadaran orang dapat menerima dirinya, menata kehidupannya kembali, dan mengadakan integrasi diri, baik dengan diri sendiri, maupun lingkungan alam sekitarnya.

43


(50)

39

GAMBARAN UMUM FILM

A. Sinopsis Film Mama Cake

Film produksi Falcon Pictures ini tayang pada tanggal 13 September 2012 yang lalu. Film ini bercerita tentang kisah tiga orang sahabat yaitu Rakha (Ananda Omesh), Willy (Boy William) dan Rio (Arie Dagienkz). Kisah ini dimulai ketika Rakha mendapatkan amanah dari neneknya yang sedang sakit parah di Rumah sakit. Neneknya memiliki permintaan terakhir yaitu sekotak brownies kesukaannya yaitu Mama Cake langsung dari tempat pembuatannya di Bandung. Pagi itu juga Rakha berangkat ke Bandung dan ditemani oleh kedua sahabatnya yaitu Willy dan Rio.

Dalam perjalanan menuju Bandung, Willy menabrak sosok pria misterius yang akhirnya ikut menumpang di mobil Rakha. Disepanjang perjalanan sosok pria misterius ini memberikan pelajaran-pelajaran hidup untuk ketiga sahabat itu. Perjalanan mereka awalnya sangat menyenangkan, sampai ketika dalam perjalanan kembali menuju Jakarta mereka mengalami pertengkaran yang hebat. Pertengkaran bermula ketika mobil Rakha hilang dan mereka saling menyalahkan atas kejadian itu. Mereka lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka masing-masing.

Rakha kembali lagi ke toko brownies Mama Cake karena brownies

yang sudah dibeli sebelumnya ikut hilang bersama mobil Rakha. Willy berjalan menyusuri kota Bandung. Dan Rio mengikuti nalurinya ke sebuah desa terpencil. Mereka mengalami peristiwa-peristiwa yang membuat cara


(51)

pandang mereka terhadap hidup berubah. Rakha bertemu dengan jodohnya di toko brownies Mama Cake. Willy yang mengalami persitiwa berat akibat sifat playboy-nya dan Rio yang bertemu kembali dengan sosok pria misterius yang ditabrak Willy ketika berangkat ke Bandung.

Pada akhirnya mereka bertemu kembali sebelum ke Jakarta dan mereka pulang ke Jakarta dengan mendapatkan pelajaran-pelajaran berharga untuk hidup mereka. Film ini juga turut diramaikan dengan aktor-aktor senior seperti Rudy Salam, Nani Wijaya, Didi Petet dan Piet Pagau. Juga ada pemeran-pemeran pembantu seperti Dinda Kanya Dewi, Candil, Bagus

„netral‟, Tyas Mirasih, Kinaryosih dan Andhara Early.

Gambar 3.11

B. Profil Anggy Umbarra Sebagai Sutradara Film Mama Cake

Anggy Umbarra pria kelahiran 21 Oktober 1980 ini memang nama yang baru di jagad perfilman Indonesia. Namun di dunia industri musik namanya sudah populer dengan menjadi salah satu anggota grup band Purgatory sekaligus sutradara video klip. Anggy Umbarra membuat video

1


(52)

klip beberapa musisi Indonesia ternama seperti Afgan, Agnes Monica, Noah hingga Presiden Susilo Bambang Yudhyono.

Anggy umbarra mengaku darah seni nya turun dari kedua orangtuanya yaitu pasangan sutradara Danu Umbara dan guru musik Nanny Sukandar.

Mama Cake adalah film pertamanya, Anggy Umbarra sendiri sudah menulis naskahnya sejak tahun 2003 namun baru berhasil di filmkan tahun 2012. Dan tiga karakter utama dalam film ini adalah nyata bukan rekaan, hal ini terungkap dalam wawancara penulis dengan subyek peneliti sebagai berikut:

“Karena Rakha di sini adalah sebenarnya karakter gue, Willy adalah kameramen gue yang suka sok gaul dan playboy namun dia perjaka sampai akhirnya menikah dan Rio adalah kakak gue yang setiap hari dia itu gak pernah pakai sendal dan setiap binatang itu dia ajak ngobrol”.2

Karakter-karekter tersebut sukses diperankan dengan baik oleh Ananda Omesh, Boy William dan Rio Dagienkz. Mereka bertiga yang berlatar belakang seorang Host namun berhasil memerankan peran mereka dengan baik di film Mama Cake. Mama Cake juga dimainkan oleh pemain pendukung yang sudah malang melintang di jagad perfilman Indonesia seperti Dinda Kanya Dewi, Renata Kusmanto, Rudy Salam, Nany Wijaya, Candil, dan Didi Petet.

Anggy Umbarra memberi judul film ini Mama Cake karena dia sangat menyukai brownies dan dia sangat menyukai filosofi dari brownies sendiri yaitu kue yang tampak sangat tidak menarik jika dilihat dari luar namun ketika dimakan itu menjadi sangat lezat. Anggy Umbarra ingin film Mama Cake ini memberi pencerahan bagi anak-anak muda dan tidak menilai sebuah film dari judulnya saja tetapi harus menonton dahulu baru menilai.

2

Anggy Umbarra, Sutradara Film Mama Cake, Wawancara Pribadi, Mampang, 18 Maret 2013.


(53)

C. Profil Pemain

1. Ananda Omesh sebagai Rakha

Ananda Omesh memulai kariernya dengan menjadi pemain Extravaganza di Trans tv. Lalu menjadi salah satu host ternama di Indonesia dengan salah satu program acaranya Indonesia Mencari Bakat (IMB) di stasiun televisi yang sama. Pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat tanggal 21 Agustus 1986 ini merupakan lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Sebelum bermain di film Mama Cake dia membintangi film Heart-Break.com dan Aku atau Dia. Omesh pernah mendapat penghargaan Panasonic Gobel Award 2011 sebagai Presenter Talent Show terfavorit. Suami dari presenter Dian Ayu ini juga menjadi ambassador iklan salah satunya adalah iklan XL. Omesh yang tidak memiliki basic akting namun dapat memerankan tokoh Rakha dengan baik. Dalam film ini Omesh harus merelakan rambutnya dicat menjadi warna merah terang.

Di film Mama Cake Omesh berperan sebagai Rakha pria berusia 24 tahun. Rakha merupakan anak satu-satunya dan dia selalu menuruti apa yang diperintahkan oleh ayahnya yang diperankan oleh Rudy Salam. Rakha kuliah dengan mengambil jurusan manajemen sedangkan dia sama sekali tidak menyukai jurusan itu, sehingga dia menjadi mahasiswa abadi. Rakha lebih suka menulis. Rakha adalah pria yang idealis dan kritis. Rakha memiliki rambut yang di cat warna merah yang menurutnya adalah ideologi dari keberanian. Dia tidak mengikuti fashion dia tetap pada prinsipnya memakai celana jeans gombrong meskipun orang-orang sudah menggunakan jeans ketat. Rakha bersahabat dengan Willy dan Rio dari SMA.


(54)

Rakha adalah orang yang paling “lurus” dan diantara kedua

temannya. Dia tidak neko-neko dalam hidupnya. Rakha tidak pernah memiliki pacar selama hidupnya, sampai dia bertemu dengan Mawar gadis cantik yang tidak sengaja bertemu di Toko kue Mama Cake. Rakha mempunyai nenek dan sedang sekarat di rumah sakit dan dia harus menuruti permintaan terakhir neneknya yaitu sekotak browniesMama Cake langsung dari tempat pembuatannya yaitu di Bandung.

Gambar 3.23

2. Boy William sebagai Willy

Boy William yang memiliki nama lengkap William Hartanto lahir di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1991. Boy William memulai kariernya saat memenangkan ajang pemilihan model Starteen pada tahun 2009. Lalu Boy mengembangkan sayapnya di dunia entertainment dengan menjadi VJ (Video Jokey). Setelah itu Boy membintangi sinetron pertamanya yaitu Cinta Cenat Cenut 2 yang juga dibintangi oleh boy band Smash. Boy merupakan

cast terakhir yang ditemukan di Mama Cake karena sangat sulit menemukan karakter Willy. Walaupun pada awalnya Boy tidak direstui untuk terjun ke

3

Sumber gambar dari http://hiburan.plasa.msn.com/berita/article.aspx?cp-documentid=251521264 diakses pada hari Rabu, tanggal 20 Maret 2013.


(1)

itu ilmu kita setetes air dan ilmu Allah seluas lautan. Jadi penginnya sih dalam film ini ada ilmunya dimana-mana bisa diambil. Ilmu ladunni.

Ika Kurnia Utami: Lalu siapakah tokoh pria misterius yang memakai jaket jeans bertuliskan18:65?

Anggy Umbarra : Dia itu orang yang gatau darimana asalnya tapi nyampe buat kasih kita ilmu. Kan sering kita temuin tuh walau kita \gak kenal tapi dia ngmong apa ada kata-katanya yang bisa kita ambil. Kan seringkan ngobrol di musholla ada siapa gatau. Sosok-sosok kaya gitu tuh sering kita temuin dimana-mana. Dia adalah sosok 18:65 yaitu surat ke-18 dalam Al-Qur’an ayat 65.

Ika Kurnia Utami : Bagaimana asal muasal ide cerita film ini?

Anggy Umbarra : Ini film pertempuran ideolologi timur dan barat. Ideologi Islam dan liberal kan terjadi terus peperangan nah ini tentang pertemuan dua itu kenapa ide ceritanya kaya gitu. Emang saya suka banget brownies jadi apa yang bisa dibikin seru ada filososfinya ada analoginya tapi bisa dibikin cerita yang entertaining

Ika Kurnia Utami : Apa Visi dan Misi yang diemban dalam film Mama Cake ini?

Anggy Umbarra : Visi nya sih untuk menjadikan diri gua sebagai manfaat aja, jadi ada manfaatnya hidup. Ada manfaatnya kerja dibidang industri perfilman. Jadi gak Cuma bikin film yang buat jualan dan kebutuhan publik dan buat duit aja. Jadi ada sesuatu yang ada manfaatnya buat yang nonton. Supaya hidup gue ada gunannya. Itu buat kedalamnya. Kalo buat keluarnya sih seomoga ada ilmu yang bisa diambil buat orang-orang, bisa tercerahkan lah.

Ika Kurnia Utami: Jadi kalo bisa diambil kesimpulannya ini film religi yah om setelah menonton?


(2)

Anggy Umbarra : Gimana sudut pandang kita terhadap agama aja. Apa itu sebagai atribut, sebagai baju yang luarnya aja atau ampe dalamnya. Disini kan banyak film-film yang pesantren atau yg look nya sangat religius tapi isinya cinta-cintaan. Ini film cinta-cinta aja kedoknya aja yang religi Cuma ada sedikit doang takaran religinya. Ini kaya eksploitasi agama. Pengen bikin satu film yang sama sekali gak keliatan religius tapi rasanya maksutnya isinya mau mencerahkan.

Ika Kurnia Utami : Ada salah satu adegan dalam film ini dimana Rakha, Willy dan Rio berkumpul dijalanan dan adegan pada scene itu seperti adegan di film 2012. Itu maksudnya gimana kenapa tiba-tiba ada adegan seperti itu?

Anggy Umbarra : itukan mimpi kiamat. Melambangkan 2 elemen.

Ika Kurnia Utami : Kenapa Rakha penampilan nya sangat nyentrik?

Anggy Umbarrra : Looknya dibikin se trendy mungkin. Segaul mungkin tapi dalemnya itu gak kebawa kesana, jadi fisiknya aja yang kebawa kebarat-baratan tapi hati dan otak tetep dengan agama kita

Ika Kurnia Utami : Rio adalah karakter yang paling unik di sini. Sebenarnya apa seperti apa sih karakter Rio?

Anggy Umbarra : Rio itu karakternya adalah seniman. Jadi kalau mau dipetain adalah tiga itu adalah, Rakha itu melambangkan ideologi, ideologi itu akal. Kalo Willy itu Sosial, dan Rio adalah hati. Dan emang karakter-karekternya inspiring dari orang-orang yang real. Rakha itu gue, gue itu selalu mempertanyakan semuanya kenapa begini kenapa begitu karena gak sesuai sama ideologi yang gue anut yang gue percaya makanya pergolakan selalu ada. Tapi emang gaya gue dari dulu kan selepas mungkin jadi mau rambutnya dimerahin tapi tetap didalamnnya jangan sampe lepas dari apa yang kita pegang karena itu gue sih ideologi. Selalu berfikir mencari tujuan kemana. Nah kalo si Willy ini dari si Dicky kameramen gue. Dia


(3)

orangnya gitu banyak cewenya tapi ujung-ujungnya dia menikah di usia 33 tahun dan masih perjaka. Cuma ngomong doang gaya doang tapi dalamnya masih orang yang taat. Somewhere within inside. Nah kalau si Rio tuh dari kakak gue si Baunty. Dia kan gitu kalo kemana-mana gak mau pake sendal, nyeker. Mau menyatu sama alam. Ketemu kucing diajak ngobrol. Senang dengan binatang. Ya pokoknya 3 karakter itu nyata bukan dibikin-bikin.

Ika Kurnia Utami : Pada adegan terakhir semua pemeran utama (Rakha, Willy dan Rio) ada buah tomat yang menyelamatkan mereka. Mengapa tomat?

Anggy Umbarra : Tomat kan yang nyelametin mereka kan? Yang ganjel ambulans, yang nimpukin Rakha. Tomat tuh simbolis dari tobat. Jadi Cuma tobat kita yang nyelametin kita entarnya. Kalo mau slamet yah tomat. Gitu sih analoginya. Trus tomat itu kan the Apple of love jadi kalo Apple itu melambangkan ilmu sains kalo tomat itu melambangkan hati. Itu terkenal dari jaman Yunani.

Ika Kurnia Utami : Mengapa film ini menggunakan format komik?

Anggy Umbarra : Karena buat mensiasati sebetulnya. Karena dari skenarionya film ini film berat. Film ngomong dan berat dan kajiannya lumayan berat buat ditonton. Makanya harus disiasati biar gak boring dan bisa ditonton sama anak-anak muda. Karena terget pasarnya adalah anak-anak muda. Itu salah satu cara jadi warna nya dibikin aneh, dikasih efek-efek komik itu supaya yang nonton juga gak boring jadi lebih kaya visualnya kalo gak digituin gak ada lucu-lucuannya gak ada joke-jokenya. Makanya nih filmnya rasanya ringan Cuma muatannya tuh berat.


(4)

i

Tim Produksi Mama Cake Director : Anggy Umbarra

Co. Director : Biunty Umbarra Executive Produser : HB Naveen Producer : Frederica

Cast : Ananda Omesh sebagai Rakha Boy William sebagai Willy Arie Dagienkz sebagai Rio

Fajar Umbarra sebagai 18:65 Dinda Kanya Dewi sebagai Mawar Renata Kusmanto sebagai Lolly Rudi Salam sebagai Ayah Rakha Nani Wijaya sebagai Nenek Rakha DOP ( CameraMan) : Dicky Maland

Art Director : Iqbal Mardjono Audio Engineer : Khikmawan Sentosa Music Scoring : Indra Q

Script Writer : Anggy Umbarra Asisten Sutradra : Gadis F


(5)

i


(6)

i