Bekerjanya Hukum Teori Efektifitas Hukum 1. Pengertian Efektifitas Hukum

58 BAB IV EFEKTIFITAS PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN KOMISI YUDISIAL DALAM MENGAWASI HAKIM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKUASAAN KEHAKIMAN

A. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Komisi Yudisial dalam Mengawasi Hakim

dan Pengaruhnya Terhadap Kekuasaan Kehakiman Posisi Komisi Yudisial di Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam undang-undang. UUD 1945 setelah amandemen. Posisi Komisi Yudisial secara hukum dinggap sama dengan Mahkamah Agung dan Pengadilan Konstitusi. Meskipun, dalam prakteknya, fungsi Komisi Yudisial kurang efektif untuk menjadi kontrol eksternal kode etik para hakim. Tiga faktor yang berperan untuk menyebabkan Komisi Yudisial gagal untuk menciptakan kontrol secara efektif. Pertama adalah berkurangnya integritas dari Komisi Yudisial berdasarkan fakta yang menunjukkan bahwa wakil ketua telah terlibat dalam praktek penyuapan. Kedua, kelemahan kepemimpinan yang ditetapkan di samping kepentingan inti Komisi Yudisial sebagai kontrol eksternal. Ketiga, pengadilan konstitusi adalah keputusan yang memimpin Komisi Yudisial untuk mengacaukan otoritasnya. Untuk meningkatkan kontrol yang efektif, diperlukan untuk mencoba upaya khusus. Di sisi lain, Komisi Yudisial meminta tidak hanya untuk menjaga integritas individu, tapi juga diperlukan upaya untuk mengubah sistem kepemimpinan. Lebih penting lagi, kemampuan Komisi Yudisial untuk menggabungkan kolaborasi dalam mendukung anggota pemerintah dan legislative dalam memperbaiki UU No. 242002 perlu dipertimbangkan.

B. Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Komisi Yudisial dalam

Mengawasi Hakim dan Pengaruhnya terhadap Kekuasaan Kehakiman Menurut Mas Achmad Santosa, bahwa lemahnya pengawasan internal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1 kualitas dan integritas pengawas yang tidak memadai, 2 proses pemeriksaan disiplin yang tidak transparan, 3 belum adanya kemudahan bagi masyarakat yang dirugikan untuk menyampaikan pengaduan, memantau proses serta hasilnya ketiadaan akses, 4 semangat membela sesama korps esprit de corps yang mengakibatkan penjatuhan hukuman tidak seimbang dengan perbuatan. Setiap upaya untuk memperbaiki suatu kondisi yang buruk pasti akan mendapat reaksi dari pihak yang selama ini mendapatkan keuntungan dari kondisi yang buruk itu, dan 5 tidak terdapat kehendak yang kuat dari pimpinan lembaga penegak hukum untuk menindak-lanjuti hasil pengawasan. Beranjak dari pendapat di atas, menunjukkan bahwa tidak efektifnya fungsi pengawasan internal badan peradilan pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu adanya semangat membela sesama korps esprit de corps dan