Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel

(1)

PENGARUH TEH KOMBUCHA TERHADAP KEKERASAN

ENAMEL DAN ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS

PADA PERMUKAAN ENAMEL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MITA ZAHARA HUTAGALUNG NIM : 060600101

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2010

Mita Zahara Hutagalung

Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel

xi + 69 halaman

Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa asam. Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam. Fluor yang terdapat di dalam teh akan mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi fluorapatit, sehingga didapat struktur enamel yang lebih padat dan lebih tahan terhadap asam. Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Catechin yang terdapat pada teh telah terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus mutans. Catechin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim glukosiltransferase, sehingga adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel dapat dicegah. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh teh kombucha dan teh hijau dalam meningkatkan kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel.

Teh kombucha terbuat dari 5 gram daun teh hijau, aquadest, gula dan jamur kombucha, kemudian di fermentasi selama 7 hari. Tiga puluh gigi premolar bawah dirandom lalu dibagi kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama direndam didalam


(3)

aquadest, kelompok kedua direndam teh hijau dan kelompok terakhir direndam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. Setiap sampel masing-masing kelompok dihitung kekerasan permukaan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness Tester sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan120 menit. Data dianalisis dengan ANOVA dan LSD. Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel diuji dengan teknik gentian violet lalu di baca dengan menggunakan Microplate Reader.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit. Ada perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0,05) pada kelompok aquadest, teh hijau dan teh kombucha terhadap adhesi Sreptokokus mutans ke permukaan enamel.

Teh kombucha dapat meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dan dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 26 AGUSTUS 2010

OLEH : Pembimbing

NIP : 19500828 197902 2 001

Prof. Trimurni Abidin,drg., M.Kes., Sp.KG(K)

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

NIP : 19500828 197902 2 001


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi berjudul

PENGARUH TEH KOMBUCHA TERHADAP KEKERASAN ENAMEL DAN ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NIM : 060600101

MITA ZAHARA HUTAGALUNG

Telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 26 Agustus 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes,Sp.KG 19500828 197902 2 001

Anggota tim penguji lain

Prof.Dr.Rasinta Tarigan,drg.,Sp.KG

NIP : 19410830 196509 1 001 NIP : 19450702 197802

1 001

Bakri Soeyono,drg

Medan, 26 Agustus 2010 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,

NIP : 19500828 197902 2 001


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Drs. H. Maulana Hutagalung dan Hj. Murni Idawani Dalimunthe, S.sos yang telah begitu banyak memberikan pengorbanan untuk membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, cinta, bimbingan dan semangat yang tidak akan terbalaskan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk kakak dan adikku yaitu Mardiana Israkiyah Htg dan M. Syukur Htg yang telah memberi banyak dukungan.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, kesabaran, dukungan, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(7)

3. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan kepada penulis.

4. Irmansyah, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Ir. Herla Roesmarilin., M.S. selaku kepala laboratorium Hasil Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut membantu dalam mengerjakan penelitian ini.

6. Bachtiar Effendi selaku kepala laboratorium Material Test PTKI yang turut membantu mengerjakan penelitian ini.

7. Prof. Dr. Dwi Suryanto, drs., B.Sc., M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas MIPA USU atas pemikirannya dalam pelaksanaan skripsi ini.

8. Drg. Boy M. Bachtiar, MS., PhD di bagian Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang memberikan bimbingan dalam melakukan penelitian ini.

9. Drs. Abdul Djalil A.A., M.Kes selaku Pembantu Dekan I di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah membimbing penulis dalam melakukan uji statistik.

10.Teman-teman terbaikku, Tika Ikke Ivanti, Erlita Sari, Dhita Kartika, Noni Harahap, Nanda Iswa Maysfera, Loviora triesti, Erwina, Risya Dini Marsa, Luki Tantri Sofan, dan Ulfa Fetriani atas dukungan, semangat, doa, harapan dan kebersamaan kita selama saya mendapat pendidikan di FKG USU ini.


(8)

11.Teman-teman angkatan 2006, Hanif, Yanci, Fauzan, Johan, dan Rozi, sahabat terbaikku Cut Desna Aptriana dan M. Reza Fahlevi atas semangat, motivasi dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta teman-teman yang menyelesaikan skripsi di bagian Konservasi Tari, Lusi, Ratih, Tiwi, dan Willi atas bantuan, dukungan, saran dan kebersamaan selama penelitian ini berlangsung.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Agustus 2010

Penulis,

Mita Zahara Hutagalung


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies... 6

2.2 Teh... 7

2.2.1 Klasifikasi Teh... 8

2.2.2 Kandungan Teh... 8

2.3 Teh Kombucha... 10

2.3.1 Kultur Kombucha... 11

2.3.2 Proses fermentasi teh kombucha... 12

2.4 Teh terhadap kekerasan enamel... 14

2.5 Adherensi Sterptokokus mutans... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep... 20


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian... 23

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 23

4.3 Populasi, sampel dan besar sampel Penelitian... 23

4.4 Variabel Penelitian... 25

4.5 Definisi Operasional... 26

4.6 Bahan dan Alat Penelitian... 27

4.7 Prosedur Penelitian... 30

4.8 Analisa Data... 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji kekerasan permukaan enamel... 37

5.2 Uji adhesi Streptokokus mutan ke permukaan enamel... 40

BAB 6 PEMBAHASAN... 44

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 52

7.2 Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA... 54


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan teh hitam, teh hijau dan teh oolong... 8 2. Komposisi aktif teh dan fungsinya terhadap gigi... 9 3. Nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam

aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit

(kg/mm2 (VHN))... 37 4. Hasil uji statistik dengan ANOVA... 39 5. Uji lsd kekerasan permukaan setelah perendaman dalam aquadest, teh

Hijau dan teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit... 40 6. Uji lsd antar kelompok teh kombucha, teh hijau dan aquadest... 41 7. Nilai rata-rata dan uji ANOVA adhesi streptokokus mutans pada

permukaan enamel... 42 8. Uji LSD adhesi streptokokus mutans pada permukaan enamel... 43


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen,

substrat dan waktu... 7

2. Kultur kombucha... 11

3. Jamur kombucha... 12

4. Fermentasi kombucha... 13

5. Tahap-tahap adherensi Sreptokokus mutans... 19

6. Mikromotor (Hnsy)... 29

7. Bur cakram... 29

8. Mikro Vickers Hardness Tester... 29

9. Autoclave (Hirayama)... 29

10. Mikroplate reader (Benchmark)... 29

11. Teh 5gr dilarutkan dan dipanaskan selama 30 menit... 30

12. Proses penyaringan daun teh... 30

13. Daun teh 5 gram dilarutkan, kemudian dipanaskan selama 30 menit... 31

14. Proses penyaringan daun teh dan penambahan 100gr gula... 31

15. Penambahan jamur kombucha dan difermentasi selama 7 hari... 31

16. Sampel gigi premolar bawah... 33

17. Pengukuran kekerasan dengan alat Micro Vickers Hardness Tester…... 33

18. Bahan pembuatan media TYS Broth... 34

19. Biakkan S.mutans dimasukkkan kedalam anaerobic jar dan diinkubator 35 20. pembacaan dengan Microplate Reader... 35

21. Grafik rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit (kg/mm2 (VHN))... 38

22. (a) hidroksiapatit (b) fluorapatit... 46


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur pikir... 57

2. Penyiapan suspensi bakteri 3.1 Pembuatan larutan teh hijau... 59

3.2 Pembuatan teh kombucha... 59

3. Uji kekerasan enamel dengan Microvicker Hardness Tester... 60

4. Penyiapan suspense bakteri 4.1 Pembuatan media pertumbuhan... 61

4.2 Pembuatan suspense bakteri... 61

5. Uji perlekatan bakteri Streptokokus mutans ke permukaan enamel... 62

6. Hasil penelitian kekerasan permukaan enamel... 63


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2010

Mita Zahara Hutagalung

Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel dan Adhesi Streptokokus mutans pada Permukaan Enamel

xi + 69 halaman

Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa asam. Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam. Fluor yang terdapat di dalam teh akan mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi fluorapatit, sehingga didapat struktur enamel yang lebih padat dan lebih tahan terhadap asam. Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Catechin yang terdapat pada teh telah terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus mutans. Catechin bekerja dengan cara menghambat kerja enzim glukosiltransferase, sehingga adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel dapat dicegah. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh teh kombucha dan teh hijau dalam meningkatkan kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel.

Teh kombucha terbuat dari 5 gram daun teh hijau, aquadest, gula dan jamur kombucha, kemudian di fermentasi selama 7 hari. Tiga puluh gigi premolar bawah dirandom lalu dibagi kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama direndam didalam


(15)

aquadest, kelompok kedua direndam teh hijau dan kelompok terakhir direndam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. Setiap sampel masing-masing kelompok dihitung kekerasan permukaan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness Tester sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan120 menit. Data dianalisis dengan ANOVA dan LSD. Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel diuji dengan teknik gentian violet lalu di baca dengan menggunakan Microplate Reader.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit. Ada perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pengukuran kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman dengan teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit. tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0,05) pada kelompok aquadest, teh hijau dan teh kombucha terhadap adhesi Sreptokokus mutans ke permukaan enamel.

Teh kombucha dapat meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dan dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas dari berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan terjadinya demineralisasi jaringan tersebut yang disertai dengan kerusakan jaringan organiknya yaitu jaringan interprismata. Mikroorganisme yang paling dominan terdapat pada pembentukan karies adalah Sterptokokus mutans.1,2 Bakteri ini mampu membuat glukosiltransferase yang menyebabkan diproduksinya glukan yang merupakan salah satu sifat virulensi bakteri ini yang berkaitan dengan pembentukan plak sehingga terjadinya karies dan fruktosiltransferase yang mensintesis pembentukan fruktan. Streptokokus mutans sangat asidogenik sehingga dapat menyebabkan demineralisasi hidroksiapatit, sehingga menyebabkan karies gigi.1

Peningkatan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari peningkatan kesehatan nasional. Jumlah penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih cukup tinggi, terutama mengenai masalah karies.3 Menurut data Depkes RI tahun 1999, kesehatan gigi dan mulut di Indonesia pada Pelita VI dilaporkan bahwa prevalensi karies adalah 90.90% dengan DMFT rata-rata 6.44.4 Mengingat penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 225 juta jiwa dan masih akan terus meningkat, maka upaya pencegahan adalah salah satu alternatif yang merupakan prioritas utama.3 Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan karies gigi sedini mungkin dan


(17)

salah satu cara adalah mengurangi jumlah mikroorganisme Streptokokus mutans di dalam rongga mulut dengan dikembangkan metode pencegahan yang sederhana dan tepat guna agar dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat untuk menurunkan prevalensi karies di Indonesia.

Di masa sekarang, dengan harga obat-obatan yang relatif mahal, Departemen Kesehatan menganjurkan untuk kembali ke obat traditional.5 Sebagaimana di ketahui, alam Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan obat. Hal ini ditujukan untuk pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Salah satu tanaman di Indonesia yang tak kalah pentingnya yaitu tanaman teh. Di antara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.6 Menurut Mc. Donald et al., 1974 cit Hardjawinata et al., 1993 teh mengandung flour yang relatif tinggi dan dapat mengurangi insidens karies.7 Kandungan fluor yang terdapat didalam teh adalah sekitar 0,1-4,2 mg/L.8 Sundoro (1988) berpendapat bahwa air teh dapat menambah kekerasan enamel yang telah mengalami demineralisasi, sehingga struktur enamel pada peminum teh berbeda dengan struktur enamel bukan peminum teh.9

Teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik. Kandungan fluor yang terdapat didalam teh sebagai komponen anorganik dapat memperkuat struktur gigi.3 Zat polifenol terbukti menghambat pertumbuhan bakteri Streptokokus mutans, merupakan salah satu bakteri penyebab karies gigi.10,11 Penelitian Sakanaka (1991) mengatakan bahwa zat polifenol tersebut, yaitu catechin dapat menghancurkan bakteri kariogenik penghasil glukan yang akan meningkatkan plak gigi.6 Catechin dapat bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri dan membran sitoplasmanya


(18)

serta menyebabkan denaturasi protein sel bakteri tersebut. Menurut Sakanaka et al., 1989 cit Smullen et al., 2007 ekstrak teh hijau menunjukkan adanya efek dalam menghambat pertumbuhan dari Streptokokus mutans secara in vitro dan mencegah perlekatan ke enamel gigi . 11 Catechin menghambat aktivitas glukosiltransferase dari Streptokokus mutans, sehingga pembentukan glukan terhambat dan mencegah adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel.10

Menurut Gunther et al., 1999 cit Kustyawati et al., 2008 teh kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter Kombucha atau Tea Fungus.12 Teh kombucha sendiri di yakini sebagai minuman

kesehatan. Minuman kesehatan teh kombucha merupakan agen penghasil senyawa biokimia yang berguna bagi tubuh seperti, asam asetat dan asam glukoronat yang berperan sebagai penangkal racun, asam laktat dan asam karbonat membantu mencegah kanker, asam folat mencegah terjadinya penyakit hati.13 Kombucha mengandung komponen yang terdapat dalam teh, juga mengandung sejumlah asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan.12

Teh kombucha merupakan teh hasil fermentasi, yang menghasilkan rasa asam.12 Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suasana yang asam. Suasana asam akan meningkatkan kosentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi.14 Sedangkan fluor yang terdapat di dalam teh akan mensubsitusi ion hidrogen yang hilang menjadi fluorapatit, sehingga didapat struktur enamel yang lebih padat dan lebih tahan terhadap asam. Maka timbul pemikiran apakah teh kombucha dapat menambah kekerasan enamel dan menghambat


(19)

perlekatan Streptokokus mutans ke gigi, mengingat sampai saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh teh kombucha terhadap enamel.

1.2Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dapat dilihat bahwa minuman kesehatan teh kombucha merupakan minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula yang menghasilkan rasa sedikit asam, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pemakaian teh kombucha dengan teh hijau dalam menambah kekerasan enamel, jika gigi direndam didalam teh kombucha dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit?

2. Apakah ada perbedaan teh kombucha dengan teh hijau dalam menghambat perlekatan dari Streptokokus mutans ke permukaan enamel?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan teh kombucha dan teh hijau dalam meningkatkan kekerasan enamel selama 30, 60 dan 120 menit.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan teh kombucha dan teh hijau terhadap daya hambat Streptokokus mutans ke permukaan enamel.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pengaruh teh kombucha terhadap kekerasan enamel dan melihat perlekatan Streptokokus mutans pada permukaan enamel.


(20)

2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi masyarakat dengan menggunakan bahan alami yang mudah didapat dengan harga terjangkau.


(21)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu tanaman di Indonesia yang tak kalah pentingnya yaitu tanaman teh. Diantara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk minuman yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena teh mempunyai potensi sebagai antikariogenik yaitu dapat mencegah terjadinya karies gigi.

2.1 Etiologi Karies

Pada prinsipnya karies terjadi akibat adanya interaksi dari empat faktor utama yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies; ke empat faktor tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling berinteraksi (multifaktorial), yaitu host yang meliputi gigi dan saliva, faktor mikroorganisme, faktor substrat dan lingkaran dan faktor waktu.1 Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu host yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.1,2 Selain faktor langsung, juga terdapat faktor luar meliputi usia, jenis kelamin, keturunan, ras, gangguan emosi, variasi geografis, pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman yang menyebabkan karies dan cara membersihkan gigi.15


(22)

Gambar 1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu2

Mikroorganisme yang paling dominan penyebab terjadinya karies adalah Streptokokus mutans.1 Patogenesis terjadinya karies meliputi tiga proses, yaitu adheren dari bakteri ke gigi, formasi dari glycocalyx untuk mensintesis glukan oleh aksi dari enzim glukosiltrasferase bakteri, dan akumulasi biofilm (plak), seperti produksi asam dari bakteri yang berlangsung terus menerus (termasuk Streptokokus dan Laktobasilus) untuk dapat memetabolisme karbohidrat menghasilkan pH yang rendah. Asam yang dihasilkan bakteri menyebabkan demineralisasi enamel.10

2.2 Teh

Teh adalah salah satu bahan minuman alami yang sangat populer di masyarakat.9 Teh merupakan fungtional food, mengingat khasiat yang terkandung di dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh.8 Menurut Graham HN 1984, Van Steenis 1987, dan Tjitrosoepomo 1989, tanaman teh dapat diklasifikasikan sebagai

HOST AGEN

SUBSTRAT

WAKTU


(23)

divisi spermatophyte, subdivisi angiospermae, kelas dicotyledoneae, ordo clusiales, familia theaceae, genus camellia, spesies camellia sinensis.5

2.2.1 Klasifikasi Teh

Saat ini Indonesia dikenal adanya tiga jenis teh, yaitu teh hitam, teh hijau dan teh oolong. Perbedaaan dari ketiga jenis teh tersebut terletak pada cara pengolahan.5,6,

8,10

Meskipun demikian, ketiga jenis teh tersebut memiliki khasiat dan potensi kesehatan yang sama.8

Tabel 1. PERBEDAAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH OOLONG5,6

Jenis teh Cara pengolahan

Teh hitam Diawali dengan proses pelayuan daun teh, kemudian proses pengilingan yang bertujuan untuk memecah sel-sel daun, agar proses fermentasi dapat berlangsung secara merata dan terakhir adalah proses pengeringan.

Teh hijau Diolah tanpa melalui proses fermentasi. Setelah daun teh dipetik dilakukan proses pemanasan selama 2-3 menit, proses ini disebut proses pelayuan yang bertujuan untuk menginaktifkan enzim

Teh oolong Teh tersebut difermentasi dengan cepat sebelum dan sesudah penggulungan. Warna daunnya setengah coklat

2.2.2 Kandungan Teh

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mc. Donald (1994), teh hijau mempunyai fungsi ganda yaitu kandungan catechin dalam teh mempunyai daya anti mikroba dan fluor yang merupakan komponen anorganik dapat memperkuat struktur gigi.3 Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat, antara lain : substansi fenol (catechins, flavanol), bukan fenol (karbohidrat, pektin, alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organik), senyawa aromatis dan


(24)

enzim. Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polyphenols, termasuk di dalamnya flavonoid.8,16

Subkelas dari polyphenols meliputi flavones, flavonols, flavanones, catechins, antocyanidin, dan isoflavones. Turunan flavonols, quercetin dan turunan catechins, epi-catechin (EC), epigallo-catechin (EGC), epigallo-catechin gallate (EGCg) umumnya ditemukan di dalam teh.8 Beberapa penelitian lain menggunakan teh menunjukkan bahwa senyawa polifenol antioksidan (seperti catechin) yang terkandung dalam teh mempunyai sifat antikariogenik dan antikarsinogenik.5,11

Tabel 2. KOMPOSISI AKTIF TEH DAN FUNGSINYA TERHADAP GIGI3,10,11,17,18

No Komposisi aktif teh Fungsi

1. Catechin • menghambat beberapa jenis bakteri, seperti

Streptokokus mutans

• menghambat pembentukan glukan dari sukrose dengan oleh glokosiltransferase dan juga menghambat aktifitas dari enzim ini, sehingga pembentukan asam dihambat.

• mencegah adhesi Streptokokus mutans dan menghambat aktivitas glukosiltrasferase sehingga mencegah terbentuknya glukan yang merupakan awal mula terbentuknya plak gigi.

• merusak dinding sel bakteri dan membran sitoplasmanya serta menyebabkan denaturasi protein.

2. Fluor • memperkuat sktruktur enamel gigi

Catechin dari ekstrak teh hijau atau teh hitam mempunyai daya hambat dan aktivitas bakterisidal dalam melawan Streptokokus mutans.10 Catechin yang terkandung dalam teh hijau dapat bersifat bakterisid atau bakteriostatik. Penelitian yang dilakukan oleh Matsumoto et al., 1999 cit Smullen et al., 2007, ekstrak teh oolong dapat mencegah akitivitas karies oleh Streptokokus mutans dengan


(25)

mengurangi produksi asam rata-rata. Teh oolong juga dapat menghambat adhesi dari Streptokokus mutans, polifenolnya mencegah aktivitas glukosiltransferase dan mencegah pembentukan glukan.11 Pada dasarnya, permukaan hidropobik merupakan salah satu faktor penting untuk bakteri rongga mulut untuk melekat ke permukaan gigi. Teh oolong dapat mengurangi permukaan hidropobik dari Streptokokus mutans, Streptokokus sobrinus dan Streptokokus yang lainnya.17

2.3 Teh Kombucha

Teh kombucha pertama sekali dikonsumsi oleh masyarakat di daratan Cina sebagai obat herbal. Teh kombucha juga dikenal dengan nama teh manchuria.12,13,19,20 Teh kombucha juga dikenalkan ke beberapa negara, termasuk Indonesia pada tahun 1930-an karena mempunyai manfaat kesehatan.12,13 Menurut Gunther et al., 1999 cit Kustyawati et al., 2008 kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter Kombucha atau Tea Fungus. Tea Fungus merupakan simbiosis antara bakteri dan yeast (khamir) dalam struktur selulosa.12,19,21 Proses fermentasi ini terjadi karena peranan jamur. Jamur yang berperan dalam pembentukan teh kombucha adalah golongan ragi. Nama ilmiahnya adalah Saccharomyces cerevisiae.13 Jenis ragi lain yang terdapat pada teh kombucha yaitu Saccharomyces ludwigii, S. apiculatus varietas dan Schizosaccharomycespombe. Bersama-sama dengan ragi, bakteri melakukan proses signifikan dalam pembuatan teh kombucha.13,20


(26)

2.3.1 Kultur Kombucha

Kultur kombucha adalah organisme berbentuk gelatin (gel) berwarna putih dengan ketebalan antara 0,3-1,2 cm dan terbungkus selaput liat yang dihasilkan dari proses bakteri Acetobacter xylinum.13 Kultur kombucha berbentuk seperti pancake yang berwarna putih (pucat) dan bertekstur kenyal seperti karet dan menyerupai gel.12,13 Kultur yang disebut pelikel ini terbuat dari selulosa hasil metabolisme bakteri asam asetat. Kultur kombucha dapat terletak mengapung di permukaan cairan atau kadang dijumpai tenggelam di dalam cairan teh kombucha. Kultur kombucha mencerna gula menjadi asam-asam organik, vitamin B dan C, serta asam amino dan enzim. Kultur ini juga berperan sebagai mikroorganisme probiotik yang baik bagi kesehatan. Kultur kombucha merupakan koloni dari ragi (yeast) dengan beberapa bakteri. Dalam istilah asing kultur kombucha disebut dengan scoby atau Symbiotic Colony of Bactery and Yeast.13 Kultur kombucha merupakan simbiosis dari beberapa bakteri antara lain: Acetobacter xylinum, Acetobacter ketogenum, Torula sp, Brettanomyces, Phicia fermentans, dan Saccharomyces ludwiggii, serta jamur-jamur lain. 13,20


(27)

Kultur kombucha hidup dilingkungan nutrisi larutan teh manis yang akan tumbuh secara terus menerus hingga membentuk susunan yang berlapis. Kultur kombucha akan memiliki bentuk menurut wadah yang digunakan (tempat pembiakan) pada proses pembuatan minuman kesehatan teh kombucha. Pada pertumbuhannya, koloni pertama kombucha akan tumbuh dilapisan paling atas dan pertumbuhannya akan memenuhi lapisan tersebut, pertumbuhan berikutnya semakin lama semakin tebal, demikian seterusnya.12

Gambar 3. jamur kombucha13

2.3.2 Proses fermentasi teh kombucha

Pembentukan kombucha pertama kali dimulai dari proses fermentasi dengan sedikit oksigen dari lingkungan. Saat terjadi proses ini, organisme menghasilkan enzim yang menguraikan senyawa glukosa menjadi alkohol (etanol) dan gas karbondioksida. Kemudian hasil ini bereaksi dengan air membentuk senyawa asam karbonat. Pada kondisi yang berkecukupan oksigen, reaksi yang terjadi bukan fermentasi. Proses ini bukan menghasilkan etanol, tetapi karbondioksida dan air.Ragi akan memulai aktifitasnya dengan memfermentasi sukrosa menjadi glukosa dan


(28)

fruktosa dengan hasil metabolit samping alkohol dan karbon dioksida. Proses fermentasi akan berlangsung selama 7-12 hari, tergantung pada berbagai faktor, termasuk diantaranya adalah suhu lingkungan, kelembaban udara, dan lain-lain. Semakin lama fermentasi, maka rasa teh kombucha akan semakin asam dan rasa manis akan semakin berkurang.13

Kombucha mengandung komponen yang terdapat dalam teh, juga mengandung sejumlah asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan.12 Komponen-komponen yang terbentuk selama proses fermentasi kombucha yang bermanfaat bagi tubuh manusia, diantaranya adalah: asam laktat, asam asetat, asam folat, asam glukonat, asam glukoronat , asam Hyaluronic dan asam Chondroitin Sulfat, asam amino Esensial, enzim, acetaminophen, antibiotik, vitamin B Kompleks, vitamin C, dan asam usnic.12,13,21

Gambar 4. Fermentasi kombucha13 2.4 Teh terhadap Kekerasan Enamel


(29)

Dari studi kua ntitatif menunjukkan bahwa minuman teh hijau mempunyai potensi dalam menghambat demineralisasi dentin, in vitro.22 Pada penilitian yang lain terungkap pula bahwa teh dapat memperkuat struktur enamel gigi karena terdepositnya fluor yang terkandung di dalam teh.18 Hayakawa (1993) melaporkan bahwa kombinasi dari ion fluor dan interaksi dari komponen-komponen lain yang memberikan pengaruh di dalam teh hijau dalam meningkatkan ketahanan asam dari hidroksiapatit.22

Sundoro (1988) berpendapat bahwa air teh dapat menambah kekerasan enamel yang telah mengalami demineralisasi, sehingga struktur enamel gigi pada peminum teh berbeda dengan struktur enamel gigi bukan peminum teh. Lapisan dalam enamel peminum teh mempunyai struktur yang lebih padat dibandingkan dengan yang bukan pemunum teh. Hal ini disebabkan oleh subsitusi ion fluor sehingga ruangan kosong akibat hilangnya ion hidrogen akan terisi oleh ion fluor. Be Kien Nio (1979), bahwa deposisi fluor dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasinya. Semakin lama pemasukan fluor maka deposisinya akan bertambah.9

Kandungan fluor yang terdapat didalam teh adalah sekitar 0,1-4,2 mg/L8. Fluor dapat menambah kekuatan email dan dentin, sehingga dapat menambah daya tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan terjadinya karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik plak.23 Komponen terbesar enamel gigi ialah hidoksiapatit (Newburn, 1978). Enamel gigi dapat mengalami proses demineralisasi, yaitu hilangnya sebagian mineral enamel karena larut dalam asam.6,14 Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5. PH


(30)

berperan pada demineralisasi karena pH yang rendah akan meningkatkan kosentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel.14

Setelah proses demineralisasi sering pula terjadi proses remineralisasi, yakni proses pengerasan enamel (Cate, 1985). Adanya penambahan unsur fluor dapat menyebabkan subsitusi ion hidorksil, sehingga terbentuk ikatan fluorapatit yang lebih sempurna dan lebih tahan asam dibandingkan hidroksiapatit. Fluor berperan dalam mengurangi kelarutan enamel terhadap asam (Konig & Hogendoorn, 1982) dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam dari bakteri akan dihambat.6

Ion-ion fluor dapat berikatan dengan hidroksiapatit lebih besar dibandingkan dengan hidroksil. Bukti kimia dan kristalografik menyatakan bahwa penggantian ion fluor dapat meningkatkan stabilitas dari struktur apatit dan dengan demikian dapat menghambat penurunan asam pada sumbu C. Hasilnya akan dapat melindungi pengkristalan untuk melawan proses demineralisasi yang meliputi karies gigi dengan meningkatkan angka remineralisasi yang artinya dapat meningkatkan kekerasan enamel.24

Kekerasan enamel umumnya diukur dengan menggunakan alat knoop (KHN) dan vickers (VHN). Variasi kekerasan enamel terjadi karena faktor gambaran histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, penyiapan sampel, beban yang digunakan pada pengukuran dan kesalahan membaca (reading error) pada intentional length (IL).25 Micro Vickers Hardness Vickers Tester adalah pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai kekerasan yang kecil dengan indenasi yang lebih kecil.26


(31)

Pengukuran kekerasan dengan Micro Vickers dilakukan dengan meletakkan bahan yang mau diuji kekerasannya pada meja Micro Vickers tersebut, lalu diamond penetrator Vickers tersebut dikenai pada bahan yang diuji. Setelah diamond penetratornya menyentuh bahan yang diuji maka terlihatlah bekas tumbukan berbentuk belah ketupat seperti bentuk diamond penetratornya. Kemudian panjang diagonalnya diukur pada mikroskop dengan mikrometer yang ada pada lensa okuler. Hasil panjang diagonalnya kemudian diambil rata-ratanya dan dimasukkan kedalam rumus yang telah ditentukan dengan satuan kg/mm2 atau VHN.14

2.5 Adherensi Streptokokus mutans

Streptokokus mutans dikemukakan pertama kali oleh Clark (1924), merupakan bakteri fakultatif anaerob gram positif.6,27 Streptokokus mutans berdiameter 0,5-0,75 μm. Streptokokus mutans adalah bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam dan bersifat asidodurik yaitu mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu polisakarida disebut dextran serta dapat memberikan sinyal antar sel bakteri.28

Streptokokus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glikosiltransferase dan fruktosiltransferase. Glukosiltransferase berfungsi mengkatalis sintesis glukan dari sukrosa dan fruktosiltransferase mensintesis pembentukan fruktan (levan), Glukan atau dekstran merupakan ikatan glikosidik alfa (1-6) dan alfa (1-3). Ikatan glukosa alfa (1-3) bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket dan tidak larut dalam air dalam kaitannya dengan pembentukan plak dan terjadinya karies gigi.29


(32)

Kemampuan bakteri Streptokokus mutans dalam mengekspresikan berbagai faktor virulensi merupakan patogen utama dalam keterlibatan karies. Faktor-faktor virulensi yang terdapat pada Streptokokus mutans antara lain: adhesin yang memiliki fungsi melekatkan Streptokokus mutans secara awal pada pelikel di permukaan gigi melalui sel reseptor saliva dan berperan dalam ko-agregasi dengan bakteri lain, glukositransferase yang berfungsi mensintesa sukrosa menjadi adhesive glukan, dan glucan-binding protein yaitu interaksi Streptokokus mutans dengan glukan. Faktor virulensi inilah yang mampu membuat Streptokokus mutans bertahan hidup didalam biofilm.28 Tahap-tahap adherensi Streptokokus mutans, yaitu:

Tahap I:Transportasi ke Permukaan

Tahap ini merupakan transportasi awal bakteri ke permukaan. Kontak acak mungkin terjadi, misalnya melalui gerak Brown (perpindahan rata-rata 40 μm/h), melalui sedimentasi, melalui aliran cairan (beberapa kali lebih cepat dari difusi), atau melalui gerak aktif bakteri (aktivitas kemotaktik).30

Tahap II: Adhesi Awal

Hasil tahap kedua dibalik awal adhesi dari bakteri, yang diawali oleh interaksi antara bakteri dan permukaan dari jarak tertentu (50nm) melalui gaya jangka panjang dan jangka pendek. 30

Tahap III: Perlekatan

Setelah adhesi awal antara bakteri dan permukaan akan dibentuk oleh interaksi spesifik (kovalen, ion atau hidrogen) setelah kontak langsung dengan atau menjembatani oleh ekstraseluler berserabut (dengan panjang sampai 10nm). Ikatan seperti itu ditengahi oleh komponen protein ekstraseluler spesifik organisme


(33)

(adhesins) dan saling melengkapi reseptor pada permukaan dan spesies-spesifik. Pellikel di rongga mulut terdiri dari mucins, glikoprotein, protein yang kaya prolin, histidin-kaya protein, enzim -amilase, dan molekul-molekul lain. Beberapa molekul dari pelikel (misalnya, prolin-kaya〈seperti protein) jelas mengalami perubahan yang sedang terjadi ketika mereka melekat ke permukaan sehingga reseptor baru telah tersedia.30

Tahap IV: Kolonisasi

Dimana mikroorganisme yang melekat erat mulai tumbuh dan sel-sel baru dibentuk tetap erat, sebuah biofilm dapat berkembang. Mulai dari sekarang, peristiwa-peristiwa baru yang terlibat, karena koneksi inbakterial (ko-agregasi) dapat terjadi. Pada permukaan kasar bakteri dilindungi terhadap gaya geser, sehingga perubahan dari perlekatan bakteri yang reversibel menjadi ireversibel lebih mudah dan lebih sering terjadi.30


(34)

Gambar 5. Tahap-tahap adherensi Streptokokus mutans30


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Teh hijau Teh kombucha

(lar. teh hijau + gula + starter kombucha di fermentasi selama 7 hari)

fluor cathecin

Struktur enamel:

Ca10(PO4)6(OH)2→ 10Ca2++ 6PO43

+ 2OH

-Penambahan ion F:

10Ca2++ 6PO43 + 2F- → Ca10(PO4)6(F)2 (fluorapatit)

Enamel tahan terhadap demineralisasi asam dan Memacu proses

remineralisasi permukaan enamel

Menambah kekerasan enamel

Menghambat beberapa jenis bakteri, seperti Streptokokus mutans

Menghambat adhesi S. mutans ke permukaan enamel

Menghambat pembentukan glukan yang merupakan hasil sintesa sukrosa oleh enzim GTF Menghambat aktifitas enzim glukosiltransferase (GTF) dari S. mutans

Menghambat glucan Binding Protein (GBP)

Struktur enamel lebih padat


(36)

Teh kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter Kombucha yang menghasilkan rasa asam. Pada penilitian sebelumnya dikatakan bahwa teh dapat memperkuat struktur enamel gigi karena terdepositnya fluor yang terkandung di dalam teh. Penyerapan fluor pada enamel terjadi karena pada waktu ion fluor dilepaskan oleh teh akan bereaksi dengan kristal-kristal hidroksiapatit yang menyusun enamel dan menggantikan posisi ion hidroksil sehingga akan terbentuk fluorapatit. Fluorapatit menjadikan enamel tahan terhadap demineralisasi asam dan memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel. Pelepasan fluor dalam jangka waktu lama akan mengurangi pembentukan plak dan mencegah demineralisasi dengan meningkatkan angka remineralisasi yang artinya dapat meningkatkan kekerasan enamel.

Pada daun teh yang termasuk golongan flavanol yang dikenal sebagai catechin dan dapat menghambat beberapa jenis bakteri, seperti Streptokokus mutans. Cathecin juga mempunyai aksi ganda yaitu menghambat pertumbuhan dan adhesi Streptokokus mutans dan menolong mencegah pembentukan plak dan menghambat produksi asam yang menyebabkan kerusakan gigi. Selain itu, catechin mampu menghambat aktifitas enzim glukosiltransferase yang akan mempengaruhi pembentukan glukan dan menghambat Glucan-Binding Protein yang bertindak sebagai mediasi pengikat sintesa glukan yang berasal dari sukrosa, sehingga secara tidak langsung teh dapat menghambat adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel.


(37)

3.2 Hipotesis Penelitian

Dengan adanya kandungan fluor dan catechin pada teh, dapat ditegakkan hipotesis :

• Ada perbedaan antara teh kombucha dengan teh hijau dalam meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman selama 30, 60, 120 menit.

• Ada perbedaan teh kombucha dengan teh hijau terhadap perlekatan Streptokokus mutans ke permukaan enamel


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Eksperimental Laboratorium

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

1. Laboratorium Hasil Pangan FPertanian USU 2. Laboratorium Material test PTKI Medan 3. Laboratorium Biologi Oral FKG UI 4.2.2 Waktu Penelitian

Enam bulan (Februari 2010 – Juni 2010)

4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Gigi premolar manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti. 4.3.2 Sampel penelitian

Gigi premolar bawah manusia yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti dan diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi di kota Medan, dengan kriteria sampel sebagai berikut :

- Tidak ada karies - Tidak ada fraktur


(39)

- Belum pernah direstorasi 4.3.3 Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Steel & Torrie (1995):

n = (Zα + Zβ)2 2δ2 = (1,96 + 1,64)2 2(3,55)2 = 8,83

d2 (6,08)2

Keterangan : n = besar sampel

Zα = harga standar normal dari α = 0,005 Zβ = harga standar normal dari β = 0,10 d = penyimpangan yang bisa ditolerir

δ = simpangan baku kelompok kontrol

Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas adalah 8,83. Namun, untuk menggenapkan sampel, maka jumlah sampel yang dipakai untuk setiap kelompok perlakuan adalah 10. Selain berdasarkan perhitungan sampel di atas, besar sampel juga disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo EA (2005), yaitu 30 buah gigi premolar.13 Gigi premolar tersebut dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan.

Kelompok I

Direndam didalam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit (10 sampel) Kelompok II


(40)

Kelompok III

Direndam didalam aquadest selama 30, 60 dan 120 menit (10 sampel) 4.4 Variabel Penelitian

Variabel Bebas

• Larutan Teh kombucha

• Larutan Teh hijau Variabel tergantung

• Kekerasan enamel

• Adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel Variabel bebas

• Teh kombucha

• Teh hijau

Variabel tergantung

• Kekerasan enamel

• Adhesi S.mutans ke permukaan enamel

Variabel terkendali

• Lama fermentasi teh kombucha selama 7 hari

Perendaman gigi dalam saline setelah ekstraksi

• Gigi premolar bawah

• Media pertumbuhan S. mutans

• Suhu inkubasi 370c

• Waktu inkubasi 24 jam

• Teknik pengkulturan

• Sterilisasi alat dan bahan

• Keterampilan operator

• Sampel gigi yang di pakai

• Kosentrasi larutan teh hijau 0,5%

• Waktu pengamatan 24 jam

Variabel tidak terkendali

• Asal teh hijau (geografis)

• Struktur enamel permukaan gigi


(41)

Variabel terkendali

• Lama fermentasi teh kombucha selama 7 hari

Perendaman gigi dalam saline setelah ekstraksi

• Gigi premolar bawah

Media pertumbuhan Streptokokus mutans yaitu media TYS Broth

• Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Streptokokus mutans 37oC

• Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan atau pembiakan Streptokokus mutans yaitu 24 jam

• Teknik pengkulturan

• Sterilisasi alat dan bahan

• Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian

• Sampel gigi yang dipakai

• kosentrasi larutan teh hijau 0,5%

• Waktu pengamatan 24 jam Variabel tidak terkendali

• Asal teh hijau (geografis) berhubungan dengan keadaan tanah, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman

• Struktur enamel permukaan gigi 4.5 Defenisi Operasional

• Larutan teh hijau 0,5% adalah larutan teh yang dibuat dengan cara melarutkan 5 gram serbuk kering teh cap Kepala Djenggot dalam 1000 ml aquadest mendidih.


(42)

• Larutan teh kombucha adalah larutan teh yang dibuat dengan cara melarutkan 5 gram serbuk kering teh cap Kepala Djenggot dalam 1000 ml aquadest mendidih kemudian ditambahkan 100 gram gula dan jamur kombucha, lalu di fermentasi selama 7 hari.

• Aquadest adalah air aquadest steril yang digunakan untuk mendapatkan larutan teh hijau yang murni.

• Tes kekerasan adalah mengukur kekerasan permukaan enamel gigi dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester dengan satuan kg/mm2(VHN).

• Tes adhesi streptokokus mutans adalah melihat perlekatan bakteri Streptokokus mutans ke permukaan enamel gigi dengan menggunakan Microplate Reader.

4.6 Bahan dan Alat Penelitian 4.6.1 Bahan Penelitian

- Gigi premolar bawah 30 buah - Gula 100 gram

- Koloni kombucha (jamur kombucha) - Teh hijau cap Kepala Djenggot - Aquadest

- Saline - Gips

- Media TYS Broth - Sukrosa


(43)

- Yeast Extract - Bacitracin

- Biakan Streptokokus Mutans - Gentian violet 3%

- Alkohol 96% - Alumunium foil

4.6.2 Alat Penelitian

- Micro Vickers Hardness Tester - Panci yang terbuat dari stainless steel - Toples kaca

- Kain kasa - Saringan

- Timbangan gram (Adventurer) - Alat pengaduk

- Kompor gas

- Beker glass (Pyrex) - Bur cakram

- Mikromotor (Hnsy) - Rubbel bow dan spatel - Erlemeyer (Pyrex) - Stir Plate (Thermolyne) - Autoclave (Hirayama)


(44)

- Tabung reaksi (Pyrex) - Pipet µl (Finnpipette) - Vortex (Bio-Rad) - Anaerobic Jar

- Inkubator (Memmert) - Tube 15 ml

- 24 well plate (Costar) - 96 well plate (Costar)

- Microplate Reader (Benchmark)

Gambar 6. Mikromotor (Hnsy) Gambar 7. Bur cakram

Gambar 8. Microvickers Gambar 9. Autoclave Gambar 10. Microplate


(45)

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur pembuatan larutan teh hijau

Larutan teh hijau 0,5% dibuat dengan cara melarutkan 5 gram serbuk kering teh hijau dalam 1000 ml aquadest mendidih dalam wadah stainless steel.

4.7.2 Pembuatan larutan teh kombucha

Pembuatan teh kombucha dengan 5 gr teh hijau dimasukkan ke dalam satu liter aquadest mendidih dalam wadah stainless steel. Lalu dilakukan penyaringan dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan teh dengan air seduhan. Ekstrak teh ditambahkan gula pasir 100 gram, lalu aduk sampai gula melarut sempurna. Biarkan

Gambar 12. Proses penyaringan daun teh


(46)

suhu larutan teh manis turun hingga mencapai suhu ruangan (sekitar 25-27oC). Lalu masukan larutan teh kedalam toples kaca. Lalu kombucha 50 gram di masukkan kedalam larutan teh yang telah disiapkan sebelumnya. Toples ditutup kembali dengan kain kasa dan disimpan pada suhu kamar selama 7 hari. Lalu teh kombucha dapat di pindahkan ke dalam botol.

Gambar 13. Daun teh 5 gram dilarutkan, kemudian dipanaskan selama 30 menit

Gambar 14. Proses penyaringan daun teh dan penambahan 100 gr gula


(47)

4.7.3 Uji kekerasan gigi

Pembuatan sampel dilakukan dengan cara: 30 gigi Premolar bawah dipotong bagian mahkota dari akarnya, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok ( larutan teh kombucha, larutan teh hijau dan aquadest) yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 sampel. Setiap sampel diberi tanda (nomer urut) untuk setiap kelompok. Selanjutnya sampel ditaman dalam balok gips dengan ukuran 2 × 3 cm. Permukaan bagian bukal menghadap ke atas bagian tengah balok gips diberi tanda dengan garis guratan. Kemudian dilakukan pengukuran kekerasan permukaan dan dicatat, yang merupakan kekerasan awal sebelum diberi perlakuan perendam dengan cara sebagai berikut: balok gips dijepit dengan permukaan gigi menghadap ke atas kemudian dijepit dengan alat penjepit pada meja alat Mikro Vickers Hardness Tester. Selanjutnya sampel diatur supaya tepat di tengah lensa obyektif dan difokuskan dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat, searah dengan jarum jam, setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindah dengan cara menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah diamond penetrator, lalu tombol penetrator ditekan, diamond penetrator akan turun, ini ditandai lampu hijau akan menyala, bila diamond penetrator telah menyentuh sampel, maka lampu merah akan menyala. Setelah 30 detik diamond penetrator akan naik, lalu ditunggu sampai lampu merah dan hijau padam. Sampel digeser kembali ke tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, maka akan terlihat gambar bentukan belah ketupat, kemudian panjang diagonalnya diukur langsung dengan mikrometer yang ada pada lensa okuler. Hasil pengukuran panjang diagonal kemudian diambil rata-ratanya. (d) dimasukkan ke dalam rumus:


(48)

NVH = d 2

1,854 × P

NVH = kekerasan sampel (kg/mm2) P = berat beban (100 gram)

d = panjang diagonal (1/1000 mm)

Ketiga kelompok masing-masing direndam selama 30 menit, 60 menit dan 120 menit, lalu dilakukan pengukuran kekerasan.

Gambar 16. Sampel gigi premolar bawah

Gambar 17. Pengukuran kekerasan dengan alat Micro Vickers Hardness Tester


(49)

4.7.4 Pembuatan media

Sebelum spesimen di biakkan, di buat media Trypticase Soya Broth, sebanyak 6 gram Trypticase Soya Broth, ditambahkan yeast extract 1,2 gram, dan sukrosa 28 gram, kemudian dilarutkan ke dalam 200 ml aquadest, lalu dilarutkan di atas stir plate. Kemudian media disterilkan di dalam autoklaf selama 2 jam dengan tekanan udara 2ATM suhu 121oC. Setelah disterilkan, media di didinginkan, lalu ditambahkan bacitracin 4 ml dan disimpan ke dalam lemari pendingin.

4.7.5 Pembiakan spesimen

Bakteri yang digunakan adalah bakteri Streptokokus mutans serotype c yang diisolasi dari karies.sebanyak 9 ml media TYS Broth dan 1 ml biakkan bakteri Streptokokus mutans di pipet ke dalam tabung reaksi, lalu di vortex. Setelah itu, media TYS broth tersebut dimasukkan ke dalam anaerobic jar. Kemudian di inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC dalam suasana anaerob. Setelah 24 jam bakteri akan tumbuh.


(50)

4.7.6 Uji adhesi Streptokokus mutans

Biakan uji bakteri yang digunakan pada penelitian Streptokokus mutans diambil dari Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Kultur bakteri yang dihasilkan diencerkan sampai didapatkan konsentrasi 106 CFU/ml. Setelah itu kultur yang telah diencerkan dimasukkan pada 24well sebanyak 1ml tiap well. Kemudian dimasukkan sampel dan kontrol pada masing-masing well, lalu well ditaruh padah wadah diinkubasi selama 24 jam. Sampel dipindahkan ke 24well yang lain kemudian dimasukkan 500 mikroliter larutan gentian violet 3% dan dinkubasi selama 30 menit. Gentian violet dibuang dan di fiksasi dengan alcohol 96% 0,1 ml pada masing-masing well. Cairan alcohol pada 24well dipindahkan ke 96well. Kemudian 96well di letakkan di microplate reader untuk di baca.

Gambar 20. Pembacaan dengan microplate reader


(51)

Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing well, kemudian dibuat jumlah rata-ratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor pengali untuk mendapatkan hasil sesuai satuan standard (Colony Forming Unit) / ml cairan (suspensi) atau (CFU/ml).

4.8 Analisa Data

Data hasil penelitian Data dari hasil penelitian ini dianalisis secara statistik menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) untuk melihat adanya perbedaan kekerasan. Selanjutnya dilakukan uji LSD untuk mengetahui perbedaan pengaruh diantara kelompok perlakuan.


(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Uji kekerasan permukaan enamel

Dilakukan prosedur pengujian kekerasan enamel pada 30 gigi premolar bawah yang dibagi secara random menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok I direndam didalam teh kombucha selama 30, 60 dan 120 menit, kelompok II direndam didalam teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit dan kelompok III direndam didalam aquadest selama 30, 60 dan 120 menit. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian kekerasan enamel dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester sebelum perlakuan perendaman dan setelah perendaman, selama 30 menit, 60 menit dan 120 menit.

Hasil pengukuran rata-rata kekerasan permukaan enamel pada masing-masing sampel setiap kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau dan teh kombucha) sebelum dan sesudah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. NILAI RATA-RATA KEKERASAN PERMUKAAN ENAMEL SETELAH DIRENDAM DALAM AQUADEST, TEH HIJAU DAN TEH KOMBUCHA SELAMA 30,60, DAN 120 MENIT (KG/MM2 (VHN))

Lama perlakuan n Teh kombucha x±SD

Teh hijau x±SD

Aquadest x±SD

0 (kontrol) 10 321.456±27.761 301.731±64.928 311.052±41.392 30 menit 10 332.858±31.793 321.219±80.2 310.191±42.242 60 menit 10 348.375±33.381 329.578±91.427 309.783±45.846 120 menit 10 376.340±30.368 354.834±78.355 310.585±53.604


(53)

Gambar 21. Grafik rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam aquadest, teh hijau dan teh kombucha selama 30,60, dan 120 menit (kg/mm2 (VHN))

Dari tabel 3 dan gambar 21 diatas pada perendaman dalam teh kombucha terjadi kenaikan kekerasan enamel. Hal ini dapat dilihat dengan naiknya rata-rata kekerasan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dibandingkan dengan rata-rata kekerasan sebelum perlakuan perendaman. Pada perendaman sampel di dalam teh hijau juga terjadi kenaikan kekerasan permukaan enamel. Hal ini dapat dilihat dengan naiknya rata-rata kekerasan permukaan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dibandingkan dengan rata-rata kekerasan sebelum perlakuan perendaman. Pada kelompok aquadest menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna sebelum dilakukan perendaman maupun setelah dilakukan perendaman selama 30, 60 dan 120 menit.

Hasil data kekerasan enamel pada masing-masing kelompok perlakuan baik sebelum dan sesudah perendaman dalam teh kombucha, teh hijau dan aquadest selama 30, 60 dan 120 menit yang diperoleh dilakukan analisis dengan uji ANOVA.


(54)

Tabel 4. HASIL UJI STATISTIK DENGAN ANOVA

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0.05) di antara kelompok aquadest dan teh hijau, tetapi terlihat perbedaan yang signifikan (p < 0.05) pada kelompok teh kombucha. Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan antara kelompok lama perendaman.

Bahan coba Sig.

Aquadest Teh hijau Teh kombucha

1.000 .515 .002*


(55)

Tabel 5. UJI LSD KEKERASAN PERMUKAAN SETELAH PERENDAMAN DALAM AQUADEST, TEH HIJAU DAN TEH KOMBUCHA SELAMA 30, 60 DAN 120 MENIT

(I) waktu perlakuan

(J) waktu perlakuan

Teh kombucha Teh hijau aquadest signifikan

0 menit 30 menit .415 .585 .967

60 menit .059 .436 .951

120 menit .000* .142 .982

30 menit 0 menit .415 .585 .967

60 menit .269 .814 .984

120 menit .003* .348 .985

60 menit 0 menit .059 .436 .951

30 menit .269 .814 .984

120 menit .050 .480 .969

120 menit 0 menit .000* .142 .982

30 menit .003* .348 .985

60 menit .050 .480 .969

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0.05). Perendaman dengan teh kombucha pada α = 0,05 kekerasan enamel sebelum dengan setelah perendaman 120 menit dan perendaman 30 menit dengan 120 menit menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05).


(56)

Tabel 6. UJI LSD ANTAR KELOMPOK TEH KOMBUCHA, TEH HIJAU DAN AQUADEST (I) Kelompok perlakuan (J) Kelompok perlakuan 0 menit 30 menit 60 menit 120 menit

Aquadest teh hijau .663 .660 .482 .094

teh kombucha .627 .369 .176 .016*

teh hijau aquadest .663 .660 .482 .094

teh kombucha .359 .643 .504 .406 teh kombucha aquadest .627 .369 .176 .016*

teh hijau .359 .643 .504 .406

*ada perbedaan signifikan pada level 0,05

Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel antara kelompok aquadest dengan teh hijau, serta teh kombucha dengan teh hijau sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0.05). Kekerasan enamel antara aquadest dan teh kombucha menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05) pada perendaman selama 120 menit.

5.2 Uji adhesi Streptokokus mutans

Dilakukan prosedur pengujian adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel pada gigi premolar bawah yang telah dilakukan uji kekerasan sebelumnya. Sebanyak dua buah sampel dipilih secara random dari masing-masing kelompok yang telah dilakukan pengujian kekerasan, serta dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel dengan teknik perendaman dengan gentian violet lalu hasilnya dibaca menggunakan alat Microplate reader.


(57)

Hasil pengukuran rata-rata adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel masing-masing sampel setiap kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau, teh kombucha dan kontrol) dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. NILAI RATA-RATA DAN UJI ANOVA ADHESI STREPTOKOKUS

MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL (107CFU/ML)

N Aquadest Teh hijau

Teh kombucha

kontrol (gigi tanpa perlakuan)

Sig.

12 .0240 .0143 .0200 .0362 0.474

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai rata-rata adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel tidak jauh berbeda. Hal ini juga dapat dilihat dari kelompok kontrol (gigi tanpa perlakuan perendaman). Hasil data adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel masing-masing kelompok perlakuan dilakukan analisis dengan uji ANOVA.

Hasil uji statistik ANOVA dapat dilihat tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0.05) pada masing-masing kelompok perlakuan (aquadest, teh hijau, teh kombucha dan kontrol). Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan.


(58)

Tabel 8. UJI LSD ADHESI STREPTOKOKUS MUTANS PADA PERMUKAAN ENAMEL

(I) perlakuan (J) perlakuan Sig.

aquadest teh hijau .499

teh kombucha .779

kontrol .396

teh hijau aquadest .499

teh kombucha .692

kontrol .131

teh kombucha aquadest .779

teh hijau .692

kontrol .261

kontrol aquadest .396

teh hijau .131

teh kombucha .261

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel antar kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0.05).


(59)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium mengenai pengaruh teh kombucha terhadap kekerasan enamel dan adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel adalah untuk membuktikan bahwa teh kombucha memiliki efek dalam menambah kekerasan enamel dan menghambat adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel. Pengujian kekerasan enamel dilakukan dengan alat Micro Vicker Hardness Tester pada gigi premolar bawah, sebelum dan sesudah dilakukan perendaman selama 30, 60 dan 120 menit. Hasil perhitungan yang di dapat, dimasukkan ke dalam rumus yang telah ditentukan untuk mendapatkan nilai kekerasan enamel dengan satuan VHN (kg/mm2). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2005).14

Menurut Gunther et al., 1999 cit Kustyawati et al., 2008 kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter Kombucha atau Tea Fungus. Teh kombucha sendiri di yakini sebagai minuman kesehatan. Minuman kesehatan teh kombucha merupakan agen penghasil senyawa biokimia yang berguna bagi tubuh.12 Pembuatan teh kombucha dilakukan dengan melarutkan daun teh ke dalam satu liter aquadest. Jenis teh yang digunakan adalah teh hijau, karena jenis teh ini diyakini dapat mengurangi penimbunan lemak dan mengurangi kadar kolesterol didalam tubuh.18

Pada penelitian ini terlihat persentase rata-rata kekerasan enamel dengan aquadest sebelum perlakuan dan setelah perlakuan selama 30, 60 dan 120 menit tidak


(60)

mengalami kenaikan, sedangkan perendaman sampel dengan teh hijau dan teh kombucha mengalami kenaikan kekerasan permukaan baik sebelum perendaman maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit. Perendaman dengan aquadest baik sebelum perendaman maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit kekerasan permukaan enamel tidak mengalami perubahan. Hal ini mungkin karena aquadest mempunyai pH yang netral sehingga tidak menyebabkan terjadinya perubahan atau kelarutan dari enamel.14 Pada perendaman dengan teh hijau dan teh kombucha baik sebelum perendaman maupun setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit mengalami kenaikan kekerasan enamel. Hal ini dimungkinkan karena teh hijau mempunyai kandungan fluor yang terdapat di dalam daun teh.3

Mc. Donald (1994), teh hijau mempunyai fungsi ganda yaitu kandungan catechin dalam teh mempunyai daya anti mikroba dan fluor yang merupakan komponen anorganik dapat memperkuat struktur gigi.3 Fluor berperan dalam mengurangi kelarutan enamel terhadap asam Konig & Hogendoorn (1982) dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam dari bakteri akan dihambat.6

Kandungan fluor dapat menambah kekerasan enamel sehingga dapat mengurangi insidens karies. Fluor dapat menambah kekuatan email dan dentin, sehingga dapat menambah daya tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan terjadinya karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik plak. Sifat fluor mudah bereaksi dengan semua unsur kimia sedangkan sifat enamel mudah tembus oleh bahan atau unsur kimia tertentu, hal ini memungkinkan adanya fluor pada enamel.23


(61)

(a) (b)

Dengan adanya bahan fluor dalam enamel daya tahan enamel terhadap asam lebih tinggi.23 Penyerapan fluor pada enamel terjadi karena pada waktu ion fluor dilepaskan oleh teh akan bereaksi dengan kristal-kristal hidroksiapatit yang menyusun enamel dan menggantikan posisi ion hidroksil sehingga akan terbentuk fluorapatit (gambar 22). Bukti kimia dan kristalografik menyatakan bahwa penggantian ion fluor dapat meningkatkan stabilitas dari struktur apatit dan dengan demikian dapat menghambat penurunan asam. Fluorapatit menjadikan enamel tahan terhadap demineralisasi asam dan memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel. Hasilnya akan dapat melindungi pengkristalan untuk melawan proses demineralisasi yang meliputi karies gigi dengan meningkatkan angka remineralisasi yang artinya dapat meningkatkan kekerasan enamel. Dengan terikatnya fluor pada hidroksiapatit menjadi fluorapatit maka kristal-kristal enamel akan bertambah besar sehingga terbentuk ikatan fluorapatit yang lebih sempurna dan lebih tahan asam dibandingkan hidroksiapatit.23,24,31


(62)

Brown dkk (1979) pemberian Fluor secara topikal juga menghambat sistem enzim mikrobiologi bakteri yang mengubah karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dengan mempengaruhi jenis polisakarida ekstraseluler. Soine dan Wilson (1974) menyatakan bahwa ion fluor mempunyai khasiat bakterisid sehingga garam-garam sodium fluorida dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat produksi asam yang dihasilkan oleh mikroorganisme.23

Dikatakan lebih lanjut bahwa kerja fluor terutama menghambat pengembangan lesi karies, sehingga ada dua aktifitas fluor yang penting yaitu dalam suasana asam akan menghambat demineralisasi disamping juga meningkatkan remineralisasi sehingga merangsang perbaikan atau menghentikan proses lesi awal. Fluor dalam keadaan tidak berikatan dengan kristal hidroksiapatit juga dapat menghambat karies dengan jalan menganggu metabolisme mikroorganisme plak sehingga produksi asam dapat dikurangi.31

Pada hasil uji ANOVA dari masing-masing kelompok perlakuan terhadap waktu perendaman (tabel 4) terlihat bahwa pada kelompok perendaman dengan aquadest dan teh hijau didapatkan (p > 0.05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok aquadest dan teh hijau terhadap waktu sebelum dan setelah perendaman 30, 60 dan 120 menit. Pada kelompok perendaman dengan teh kombucha didapatkan (p < 0.05) yang artinya terlihat perbedaan yang signifikan pada kelompok perendaman dengan teh kombucha terhadap waktu sebelum dan setelah perendaman 30, 60 dan 120 menit.

Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan antara kelompok lama perendaman. Hasil penelitian terhadap kekerasan


(63)

enamel (tabel 5) dapat dilihat bahwa pada α = 0,05 kekerasan enamel sebelum dan setelah perendaman aquadest dan teh hijau selama 30, 60 dan 120 menit menunjukkan (p > 0.05) yang artinya tidak ada perbedaan. Perbedaan waktu perendaman selama 30, 60 dan 120 menit tidak mempengaruhi kenaikan kekerasan enamel. Kekerasan permukaan enamel dengan perendaman teh kombucha pada α = 0,05 sebelum dengan setelah perendaman 120 menit dan perendaman 30 menit dengan 120 menit menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05). Perbedaan waktu perendaman selama 30, 60 dan 120 menit mempengaruhi kenaikan kekerasan enamel, yang artinya semakin lama perendaman maka kekerasan enamel semakin meningkat.

Hasil analisa statistik pada penelitian kekerasan terhadap permukaan enamel terlihat bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan diantara masing-masing kelompok yang direndam dengan aquadest, teh hijau dan teh kombucha (tabel 4 dan tabel 5). Terlihat adanya perbedaan antara teh kombucha dengan teh hijau dalam meningkatkan kekerasan enamel pada perendaman selama 30, 60, 120 menit. Hal ini berarti hipotesis penelitian diterima.

Pada penelitian mengenai adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel dengan menggunakan dua buah sampel yang telah diuji kekerasannya pada masing-masing kelompok serta menggunakan kontrol yaitu gigi yang tidak mengalami perlakuan perendaman serta kontrol negatif, yaitu biakan Streptokokus mutans. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Sampel diuji adhesinya dengan teknik gentian violet, lalu dibaca dengan alat Microplate Reader.Pada penelitian ini terlihat perbedaan nilai rata-rata adhesi Streptokokus mutans permukaan enamel pada


(64)

masing-masing sampel yang telah diuji kekerasan sebelumnya dan dibandingkan dengan kelompok kontrol (gigi yang tidak mengalami perlakuan perendaman).

Senyawa polifenol pada daun teh termasuk golongan flavanol yang dikenal sebagai catechin dapat menghambat beberapa jenis bakteri seperti Streptococcus sp, Clostridium botulinum (Sakanaka dan Ichicami., 1991).7 Ekstrak teh hijau, cocoa dan kopi dapat menghambat aktifitas dari glukosiltransferase dan formasi glukan (Kashket et al., 1985).11

Pada kelompok aquadest dapat dilihat bahwa rata-rata adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel paling besar dibandingkan kelompok perendaman yang lain. Hal ini dimungkinkan bahwa pada kelompok aquadest tersebut tidak mendapatkan perlakuan perendaman, sehingga gigi tersebut tidak mempunyai antibakteri yang dapat mencegah adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel. Pada kelompok teh hijau bakteri Streptokokus mutans hanya sedikit melekat diantara kelompok lainnya, hal ini dimungkinkan karena teh hijau mengandung catechin. Catechin dari ekstrak teh hijau mempunyai daya hambat dan aktivitas bakterisidal dalam melawan Streptokokus mutans. Catechin yang terkandung dalam teh hijau dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltrasferase dari Streptokokus mutans sehingga mencegah terbentuknya glukan dan menghambat Glucan-Binding Protein berperan sebagai mediasi pengikat sintesa glukan dari sukrosa yang dihasilkan oleh enzim glukosiltransferase. Hal ini merupakan awal mula terbentuknya plak gigi dan mencegah adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel.10,18,28


(65)

Gambar 23. Struktur kimia cathecin27

Pada kelompok teh kombucha walaupun mengandung catechin, tetapi bakteri Streptokokus mutans yang melekat pada permukaan enamel lebih banyak dibandingkan pada teh hijau. Hal ini dimungkinkan karena teh kombucha mempunyai rasa yang sedikit asam.13 Hal ini memungkinkan bakteri Streptokokus mutans mudah melekat, karena bakteri tersebut bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam dan bersifat asidodurik yaitu mampu tinggal pada lingkungan asam.28

Pada hasil uji ANOVA dari dari masing-masing kelompok perlakuan (tabel 7) terlihat bahwa pada kelompok aquadest, teh hijau, teh kombucha dan kontrol didapatkan (p > 0.05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok tersebut. Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan antar kelompok terhadap adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel (tabel 8), adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel masing-masing kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0.05) antar kelompok tersebut.

Pada penelitian adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel ini hipotesis penelitian ditolak, hal ini kemungkinan terjadi karena permukaan gigi yang


(66)

menjadi sampel penelitian tidak dilakukan penghalusan permukaan sebelumnya, sehingga permukaan enamel menjadi lebih kasar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung lebih dari 95% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 4-5% dan bahan organik 1%.34 Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten terhadap bakteri Streptokokus mutans.

Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa teh kombucha dapat meningkatkan kekerasan enamel dan menghambat adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel.


(67)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh teh kombucha terhadap permukaan enamel dan adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel dapat disimpulkan bahwa :

• Ada perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada kelompok perendaman dengan teh kombucha, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0,05) pada kelompok perendaman dengan aquadest dan teh hijau.

• Pada waktu perendaman selama 30, 60 dan 120 menit terlihat adanya perbedaan yang signifikan (p <0,05) pada kelompok teh kombucha yang artinya semakin lama perendaman, maka kekerasan enamel semakin meningkat.

• Tidak ada perbedaan yang signifikan (p > 0,05) antara kelompok teh kombucha, teh hijau, aquadest dan kontrol dalam menghambat adhesi Streptokokus mutans pada permukaan enamel.

7.2 Saran

1. Perlu penelitian selanjutnya untuk melihat adhesi Streptokokus mutans ke permukaan enamel dengan menggunakan Scanning Electron Microscope.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasil yang diperoleh menjadi lebih akurat.


(68)

3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui MIC dari teh kombucha terhadap bakteri Streptokokus mutans dan bakteri lainnya.

4. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui MBC dari teh kombucha terhadap bakteri Streptokokus mutans dan bakteri lainnya.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

1. Chismirina S, Tjahajani A, Brotosoetarno S. Pembentukan mikrobial biofilm dalam rongga mulut. IJD 2006 ; 13(1) : 55-60.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat. Medan: USU Press, 2008 : 4-9.

3. Oewen RR, Mahmud M, Hardjawinata K. Daya hambat catechin dari teh hijau terhadap Streptococcus mutans. J Ked Gigi 1997 ; 9(1) : 1-6.

4. Sundoro EH. Konsep baru perawatan karies. <http://www.pdpersi.co.id> (10 Januari 2010).

5. Tuminah S. Teh [ Camellia sinensis O.K. var. Assamica(Mast) ] sebagai salah satu sumber antioksidan. Cermin dunia kedokteran 2004 : 52-4.

6. Wijaya D, Samad R. Daya hambat teh hitam, teh hijau dan teh oolong terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. <http://PDGI-online.com> ( 18 Agustus 2009).

7. Hardjawinata K, Oewen RR, Mahmud M. Pengaruh larutan teh pada pertumbuhan Streptococcus viridans isolate plak gigi. J Ked Gigi 1993 ; 5(2) : 43-6.

8. Pambudi J. Potensi teh sebagai sumber zat gizi dan peranannya dalam kesehatan. <http://ipard.com> (28 Agustus 2009).

9. Hardjawinata K, Oewen RR, Iftitah AF. Pemeriksaan mikroskopis struktur email gigi peminum teh dan bukan peminum teh. Jurnal Ked Gigi 1997 ; 9(1) : 12-3.

10.Hamilton-Miller JMT. Anti-cariogenic properties of tea (Camellia sinensis). J. Med. Microbiol 2001 ; 50: 299-302.

11.Smullen J, Koutsou GA, Foster HA, Zumbe A, Storey DM. The antibacterial activity of plant extracts containing polyphenols against Streptococcus mutans. Caries Res 2007 ; 41 : 342-9.

12.Kustyawati ME, Ramli S. Pemanfaatan hasil tanaman hias rosella sebagai bahan minuman. In: Universitas Lampung, ed prosiding Seminar nasional sains dan teknologi-II, 2008 ; 127-35.


(70)

13.Naland H. Kombucha teh dengan seribu khasiat. Jakarta : Argomedia Pustaka, 2008 : 6-31.

14.Prasetyo EA. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan gigi. Dent. J. 2005 ; 38(2) : 60-3.

15.Tarigan R. Karies gigi. Jakarta : Hipokrates, 1990 : 33-4.

16.Bennick A. Interaction of plant polyphenols with salivary proteins. Crit Rev Bio Med 2002 ; 13(2) : 184-96.

17.Matsumoto M, et.al. Inhibitory effects of oolong tea extract on caries-inducing properties of mutans Streptococci. Caries Res 1999 ; 33 : 441-5. 18.Suprastiwi E. Efek antimikroba polifenol dari teh hijau jepang terhadap

Streptococcus mutans. Maj Ked Gi 2007 ;14(1) : 7-10.

19.Dufresne C, Farnworth E. Tea, Kombucha, and health: a review. Food Research International 33(2000) : 409-21.

20.Jarrell J, Cal T, Bennett JW. The Kombucha Consortia of yeasts and bacteria. Mycologist 2000;14:166-7.

21.Haizen Mo, Zhu Y, Chen Z. Microbial fermented tea-a potential source of natural food preservatives. Trends in foos science & technology 19(2008) : 124-30.

22.Mukai Y, Kamijo K, Hirata Y, Teranaka T. Anti-demineralizing potential of bottled sugar-free green tea beverages in vitro. Oral Science Int 2009 ; 6(1) : 21-6.

23.Panjaitan M. Hambatan natrium fluorida dan varnish fluorida terhadap pembentukan asam susu oleh mikroorganisme plak gigi. 2000 : 40-4.

24.Morhart R, Cowman R, Fitzgerald R. The biologic basic of dental caries. Herper and Row 2000 :191-207.

25.Reyes-Gasga J, Gutierrez-Salazar MP. Microhardness and chemical composition of human tooth. Mat. Res 2003; 6: 1-10.

26.Avner SH. Introduction to physical metallurgy. United State of America: McGram-Hill 1974: 31-5.


(71)

27.Becker R, Hirsh S, Hu E, et all. Inhibitory effect of Camellia sinensis (green tea) on Streptococcus mutans. 2009 :1-14.

28.Octiara E, Budiardjo S. Streptococcus mutans : faktor virulensi dan target spesifik vaksin. Dent Den J 2008 ; 13(2) : 180-5.

29.Nugraha AW. Streptococcus mutans : si plak di mana-mana. Mei 2008. <http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/streptococcus-mutans_31.pdf> (28 Agustus 2009).

30.Yuehei H, Richard JF. Handbook of bacterial adhesion: principles, methods and applications. New Jersey : Humana press inc 2000 : 91-102.

31.Bambang BE, Pinandi SP. Pengaruh pelepasan fluor dari elastometric ligature terhadap jumlah Streptococcus mutans dalam saliva. MIKGI 2003 ; 5(10) : 255-8.

32.Traina SJ, Laperche V. Contaminant bioavability in soils, sendiments and aquatic environment. Proc. Natl. Acad. Sci. USA (96) 1999 : 3365-71.

33.White TJ, Zhili D. Structural derivation and crystal chemistry of apatites. Structural science 2003; 59 : 1-16.

34.Baldassarri M, Margolis H.C, Beniash E. Compositional determinants of mechanical properties of enamel. J Dent Res 2008 ; 87(7) : 645-9.


(1)

Descriptives

Kekerasan enamel aquadest

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

0 menit 10 311.052180 41.3917846 13.0892316 281.442281 340.662079 246.9644 380.4802 30 menit 10 310.190520 42.2422755 13.3581804 279.972217 340.408823 245.3721 380.4802 60 menit 10 309.782640 45.8456062 14.4976536 276.986669 342.578611 230.1435 383.1405 120 menit 10 310.584760 53.6043441 16.9511820 272.238522 348.930998 198.6481 378.4197 Total 40 310.402525 44.2212559 6.9919945 296.259881 324.545169 198.6481 383.1405

ANOVA

Kekerasan enamel aquadest

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 8.845 3 2.948 .001 1.000

Within Groups 76256.415 36 2118.234

Total 76265.260 39

Multiple Comparisons

Kekerasan enamel aquadest LSD

(I) waktu perlakuan

(J) waktu perlakuan

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 0 menit 30 menit .8616600 20.5826808 .967 -40.881951 42.605271

60 menit 1.2695400 20.5826808 .951 -40.474071 43.013151 120 menit .4674200 20.5826808 .982 -41.276191 42.211031 30 menit 0 menit -.8616600 20.5826808 .967 -42.605271 40.881951 60 menit .4078800 20.5826808 .984 -41.335731 42.151491 120 menit -.3942400 20.5826808 .985 -42.137851 41.349371 60 menit 0 menit -1.2695400 20.5826808 .951 -43.013151 40.474071 30 menit -.4078800 20.5826808 .984 -42.151491 41.335731 120 menit -.8021200 20.5826808 .969 -42.545731 40.941491 120 menit 0 menit -.4674200 20.5826808 .982 -42.211031 41.276191 30 menit .3942400 20.5826808 .985 -41.349371 42.137851 60 menit .8021200 20.5826808 .969 -40.941491 42.545731


(2)

Descriptives

Kekerasan enamel teh hijau

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

0 menit 10 301.733260 64.9282957 20.5321299 255.286355 348.180165 131.3551 366.3917 30 menit 10 321.219130 80.1996726 25.3613633 263.847740 378.590520 132.5317 407.9532 60 menit 10 329.577680 91.4271404 28.9118004 264.174644 394.980716 119.9811 438.3702 120 menit 10 354.834440 77.3513745 24.4606524 299.500600 410.168280 168.6811 430.8175 Total 40 326.841127 78.3548332 12.3889869 301.782036 351.900219 119.9811 438.3702

ANOVA

Kekerasan enamel teh hijau Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 14531.261 3 4843.754 .775 .515 Within Groups 224908.454 36 6247.457

Total 239439.715 39

Multiple Comparisons

Kekerasan enamel teh hijau LSD

(I) waktu perlakuan

(J) waktu perlakuan

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 0 menit 30 menit -19.4858700 35.3481458 .585 -91.175232 52.203492

60 menit -27.8444200 35.3481458 .436 -99.533782 43.844942 120 menit -53.1011800 35.3481458 .142 -124.790542 18.588182 30 menit 0 menit 19.4858700 35.3481458 .585 -52.203492 91.175232 60 menit -8.3585500 35.3481458 .814 -80.047912 63.330812 120 menit -33.6153100 35.3481458 .348 -105.304672 38.074052 60 menit 0 menit 27.8444200 35.3481458 .436 -43.844942 99.533782 30 menit 8.3585500 35.3481458 .814 -63.330812 80.047912 120 menit -25.2567600 35.3481458 .480 -96.946122 46.432602 120 menit 0 menit 53.1011800 35.3481458 .142 -18.588182 124.790542 30 menit 33.6153100 35.3481458 .348 -38.074052 105.304672 60 menit 25.2567600 35.3481458 .480 -46.432602 96.946122


(3)

Descriptives

Kekerasan enamel

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

0 menit 10 321.455940 27.7609730 8.7787905 301.596936 341.314944 289.4273 371.8197 30 menit 10 332.858620 31.7934490 10.0539714 310.114957 355.602283 287.1861 383.4330 60 menit 10 348.375510 33.3808173 10.5559413 324.496312 372.254708 313.2734 423.8967 120 menit 10 376.370390 30.3678529 9.6031583 354.646537 398.094243 331.1019 434.3404 Total 40 344.765115 36.2795169 5.7362953 333.162363 356.367867 287.1861 434.3404

ANOVA

Kekerasan enamel teh kombucha

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 16970.106 3 5656.702 5.926 .002 Within Groups 34361.824 36 954.495

Total 51331.931 39

Multiple Comparisons

Kekerasan enamel teh kombucha LSD

(I) waktu perlakuan

(J) waktu perlakuan

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 0 menit 30 menit -11.4026800 13.8166213 .415 -39.424087 16.618727

60 menit -26.9195700 13.8166213 .059 -54.940977 1.101837 120 menit -54.9144500* 13.8166213 .000 -82.935857 -26.893043 30 menit 0 menit 11.4026800 13.8166213 .415 -16.618727 39.424087 60 menit -15.5168900 13.8166213 .269 -43.538297 12.504517 120 menit -43.5117700* 13.8166213 .003 -71.533177 -15.490363 60 menit 0 menit 26.9195700 13.8166213 .059 -1.101837 54.940977 30 menit 15.5168900 13.8166213 .269 -12.504517 43.538297 120 menit -27.9948800 13.8166213 .050 -56.016287 .026527 120 menit 0 menit 54.9144500* 13.8166213 .000 26.893043 82.935857 30 menit 43.5117700* 13.8166213 .003 15.490363 71.533177 60 menit 27.9948800 13.8166213 .050 -.026527 56.016287


(4)

Multiple Comparisons

Kekerasan enamel teh kombucha LSD

(I) waktu perlakuan

(J) waktu perlakuan

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound 0 menit 30 menit -11.4026800 13.8166213 .415 -39.424087 16.618727

60 menit -26.9195700 13.8166213 .059 -54.940977 1.101837 120 menit -54.9144500* 13.8166213 .000 -82.935857 -26.893043 30 menit 0 menit 11.4026800 13.8166213 .415 -16.618727 39.424087 60 menit -15.5168900 13.8166213 .269 -43.538297 12.504517 120 menit -43.5117700* 13.8166213 .003 -71.533177 -15.490363 60 menit 0 menit 26.9195700 13.8166213 .059 -1.101837 54.940977 30 menit 15.5168900 13.8166213 .269 -12.504517 43.538297 120 menit -27.9948800 13.8166213 .050 -56.016287 .026527 120 menit 0 menit 54.9144500* 13.8166213 .000 26.893043 82.935857 30 menit 43.5117700* 13.8166213 .003 15.490363 71.533177 60 menit 27.9948800 13.8166213 .050 -.026527 56.016287 *The mean difference is significant at the 0.05 level.

Multiple Comparisons

Kekerasan enamel LSD

(I) Kelompok perlakuan

(J) Kelompok

perlakuan 0 menit 30 menit 60 menit 120 menit

aquadest teh hijau .663 .660 .482 .094

teh kombucha .627 .369 .176 .016*

teh hijau aquadest .663 .660 .482 .094

teh kombucha .359 .643 .504 .406

teh kombucha aquadest .627 .369 .176 .016*

teh hijau .359 .643 .504 .406


(5)

Lampiran 7

Nilai rata-rata adhesi streptokokus mutans pada permukaan enamel (10

7

CFU/ml)

ANOVA

CFU

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .003 3 .001 .851 .474

Within Groups .053 44 .001

Total .056 47

no

aquadest

teh hijau

teh

kombucha

kontrol

1 0.012

0.018

0.033

0.121

2 -0.028

0.010

0.041

0.023

3 0.042

0.025

0.021

0.024

4 0.017

0.065

0.015

-0.001

5 -0.055

-0.029

0.005

0.006

6 0.055

-0.033

0.003

0.013

7 0.079

-0.03

-0.025

0.027

8 0.06

0.006

-0.033

0.02

9 0.019

0.057

0.024

0.025

10 0.021

0.05

0.056

0.028

11 0.013

0.016

0.05

0.110

12 0.053

0.017

0.05

0.038

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

aquadest 12 .02400 .037827 .010920 -.00003 .04803 -.055 .079 teh hijau 12 .01433 .032986 .009522 -.00662 .03529 -.033 .065 teh kombucha 12 .02000 .028756 .008301 .00173 .03827 -.033 .056 kontrol 12 .03617 .038539 .011125 .01168 .06065 .000 .121 Total 48 .02362 .034587 .004992 .01358 .03367 -.055 .121


(6)

Multiple Comparisons

CFU LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound aquadest teh hijau .009667 .014188 .499 -.01893 .03826

teh kombucha .004000 .014188 .779 -.02459 .03259 kontrol -.012167 .014188 .396 -.04076 .01643 teh hijau aquadest -.009667 .014188 .499 -.03826 .01893 teh kombucha -.005667 .014188 .692 -.03426 .02293 kontrol -.021833 .014188 .131 -.05043 .00676 teh kombucha aquadest -.004000 .014188 .779 -.03259 .02459 teh hijau .005667 .014188 .692 -.02293 .03426 kontrol -.016167 .014188 .261 -.04476 .01243 kontrol aquadest .012167 .014188 .396 -.01643 .04076 teh hijau .021833 .014188 .131 -.00676 .05043 teh kombucha .016167 .014188 .261 -.01243 .04476