Pengaruh Obat Kumur Cengkeh Terhadap Nilai Kekerasan Permukaan Enamel Gigi Yang Telah Di Demineralisasi

(1)

Lampiran 1

Skema Alur Pikir

1. Penggunaan jangka panjang obat kumur berbahan dasar kimia berefek samping menimbulkan diskolorisasi gigi, rasa kurang enak, ulserasi mukosa mulut, dan parestesi. Oleh karena itu masyarakat kini lebih memilih produk berbahan alami, salah satunya adalah obat kumur yang mengandung cengkeh. (Anggayanti NA dkk, 2013; Arinda A dkk, 2010; Pratama IKJ dkk, 2013; Bhowmik D dkk, 2012; Rani B dkk, 2012)

2. Cengkeh (Syzygium Aromaticum) adalah tanaman asli Indonesia dan sampai saat ini, sebagian besar kebutuhan cengkeh dunia (80%) masih dipasok oleh Indonesia, disusul oleh Madagaskar dan Tanzania. (Pratama IKJ dkk, 2013)

3. Cengkeh mempunyai kandungan kalsium (4%) dan fosfor (13%). Kandungan kalsium dan fosfor merupakan mineral penting dalam proses remineralisasi enamel. (Bhowmik dkk, 2012, Milind P dkk, 2011; Mittal M dkk, 2014; Pratama IKJ dkk, 2012; Susi dkk, 2014; Prasetyo EA, 2005) 4. Perendaman dalam larutan ekstrak cengkeh 1%, 5%, 10% selama 4 menit

dapat meningkatkan kekerasan enamel pada gigi yang terdemineralisasi secara signifikan karena kandungan kalsium dan fosfatnya (Alyaa HKA dkk, 2011)

5. Minyak cengkeh 0,05% dapat menghambat proses dekalsifikasi enamel oleh jus apel. Kandungan eugenol dan eugenil asetat yang terdapat dalam minyak cengkeh dipercaya dapat menghambat dekalsifikasi enamel meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut. (Charu M. Marya dkk, 2012) 6. Minuman ringan seperti jus jeruk berpotensi menyebabkan penurunan

kekerasan enamel karena mempunyai kandungan asam yang tinggi (Lussi A dkk, 2008)

7. Semakin tinggi komponen zat anorganik gigi, maka gigi akan semakin keras. Kekerasan enamel umumnya diukur dengan menggunakan alat Knoop dan Vickers. Gutierrez-salazar MP dan Reyes-Gasga J melaporkan


(2)

kekerasan enamel berkisar 270-360 VHN, sedangkan Cirano FR dkk melaporkan sebesar 398,41±24,74 VHN. (Gutierrez-Salazar MP dkk, 2003; Cirano FR dkk, 2003)

Permasalahan

1. Apakah terdapat pengaruh perendaman obat kumur cengkeh terhadap kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam dalam jus jeruk kemasan?

2. Apakah terdapat pengaruh perendaman obat kumur cengkeh yang ditambahkan saliva buatan terhadap kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam dalam jus jeruk kemasan ?

3. Bagaimanakah perbandingan kekerasan permukaan enamel antara perendaman obat kumur cengkeh dengan perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan ?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh perendaman obat kumur cengkeh terhadap kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam dalam jus jeruk kemasan.

2. Mengetahui pengaruh obat kumur cengkeh yang ditambahkan saliva buatan terhadap kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam dalam jus jeruk kemasan.

3. Untuk mengetahui perbandingan kekerasan permukaan enamel antara perendaman obat kumur cengkeh dengan perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan.


(3)

Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Sebagai data dan informasi mengenai efek perendaman dalam obat kumur mengandung ekstrak cengkeh terhadap kekerasan permukaan enamel gigi.

2. Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, khususnya di bidang biologi oral.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, sebagai data untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai efek ekstrak cengkeh terhadap kekerasan permukaan enamel gigi dalam larutan kumur.

2. Membantu pemanfaatan hasil perkebunan Indonesia dalam bidang kesehatan.


(4)

Lampiran 2

Skema Alur Penelitian I. Persiapan Sampel


(5)

II. Pengukuran Kekerasan Awal Enamel Gigi


(6)

(7)

Analisis data


(8)

Lampiran 3

PENGARUH OBAT KUMUR CENGKEH TERHADAP NILAI KEKERASAN ENAMEL SETELAH DIRENDAM DENGAN LARUTAN ASAM

LEMBAR PEMERIKSAAN

No Sampel :

PEMERIKSAAN GIGI

Regio Gigi : Kiri Kanan

Kriteria Inklusi Tanpa karies

Belum pernah direstorasi

Kriteria Eksklusi ฀ Karies

Erosi

Atrisi

Abrasi

Terdapat tambalan

Fraktur

Nekrosis

Kesimpulan Hasil Pemeriksaan :


(9)

Lampiran 4

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi,

Bersama ini saya, Novia adalah mahasiswa S1 semester 7 Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara yang saat ini sedang mengerjakan skripsi di Departemen Biologi Oral FKG USU. Sehubungan dengan penulisan skripsi saya, saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Obat Kumur

Cengkeh Terhadap Nilai Kekerasan Permukaan Enamel Gigi Yang Telah Di Demineralisasi”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh waktu perendaman berbeda obat kumur cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi yang mengalami demineralisasi dan melihat waktu perendaman dalam obat kumur cengkeh yang paling berpengaruh terhadap kekerasan enamel gigi yang mengalami demineralisasi.

Manfaat penelitian ini secara umum adalah sebagai data dan informasi mengenai efek perendaman obat kumur cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi. Manfaat penelitian bagi kami adalah sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, khususnya di bidang biologi oral dan menjadi data awal bagi kami untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai efek ekstrak cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi dalam obat kumur. Manfaat bagi Bapak/Ibu perawat dan dokter gigi adalah sebagai informasi efek obat kumur cengkeh terhadap kekerasan enamel gigi. Selain itu, penelitian ini juga membantu pemanfaatan hasil perkebunan Indonesia dalam bidang kesehatan. Prosedur penelitian yang kami lakukan adalah gigi yang telah dicabut dikumpulkan dari beberapa klinik gigi. Selanjutnya gigi diukur kekerasan enamel awal dengan micro vickers, lalu direndam dalam jus jeruk kemasan untuk demineralisasi selama 5 menit kemudian diacak dan dibagi menjadi 8 kelompok perendaman (A1 sampai A4 direndam dalam obat kumur cengkeh, B1 sampai B4 direndam dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan) dengan waktu perendaman berbeda (Kelompok A1,B1=30 detik, A2,B2=1 menit, A3,B3=2 menit, dan A4,B4=4 menit) lalu selama 24 jam direndam dalam aquabidest. Penelitian dilakukan selama 1 minggu dengan obat kumur cengkeh,


(10)

aquabidest, dan saliva buatan yang baru setiap hari. Setelah 1 minggu, diukur kekerasan enamel dengan micro vickers.

Sebanyak 32 sampel gigi premolar pertama atas permanen akan digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria inklusi gigi premolar pertama atas permanen tanpa karies dan belum pernah direstorasi dan kriteria eksklusi gigi yang karies, mengalami erosi, atrisi, abarasi, terdapat tambalan, fraktur, dan nekrosis.

Data yang akan diperoleh nantinya akan kami simpan dengan baik dan dijamin kerahasiaannya, begitu juga ketika hasil penelitian ini kami publikasikan. Kesediaan Bapak/Ibu sangat kami hargai dan bukan merupakan paksaan. Bila Bapak/Ibu ingin meminta kembali sampel gigi sebelum kami lakukan penelitian, dapat mengajukan pada kami dan kami akan mengembalikan sampel gigi tersebut dalam keadaan utuh. Namun bila Bapak/Ibu meminta kembali sampel gigi setelah kami melakukan penelitian, maka sampel gigi yang akan kami kembalikan adalah dalam keadaan sudah diberikan perlakuan.

Sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini kami akan memberikan imbalan sebesar Rp 20.000,- untuk setiap sampel yang kami peroleh.

Bila ada hal yang kurang berkenan atau merasa terganggu kenyamaan, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya, Novia (Tel. 087768778645) atau di Departemen Biologi Oral FKG USU untuk mendapat penjelasan.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(11)

Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : L / P

Alamat :

Instansi :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta memberikan gigi sebagai sampel dalam penelitian atas nama Novia yang berjudul “Pengaruh Obat Kumur Cengkeh Terhadap Nilai

Kekerasan Permukaan Enamel Gigi Yang Telah Di Demineralisasi” dan

menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2016 Pembuat Pernyataan

(...) Tanda tangan dan nama jelas


(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

Lampiran 10

Hasil uji normalitas SPSS

Hasil uji statistik SPSS T Berpasangan

Kelompok A1 (Perendaman obat kumur cengkeh 30 detik)

Kelompok A2 (Perendaman obat kumur cengkeh 1 menit)

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Sebelum - Sesudah

61.91

750 6.65014 3.32507 51.33564 72.49936 18.62

1 3 .000

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Awal ,127 32 ,200* ,962 32 ,318

Jus Jeruk Kemasan ,097 32 ,200* ,962 32 ,317

Obat Kumur Cengkeh ,130 32 ,186* ,959 32 ,262

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sebelum 343.3175 4 31.24198 15.62099

Sesudah 283.5125 4 30.65620 15.32810

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-taile

d) Mean Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Sebelum -

Sesudah 59.80500 1.04984 .52492 58.13447 61.47553 113.932 3 .000

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1

Sebelum 332.6825 4 40.41221 20.20610


(19)

Kelompok A3 (Perendaman obat kumur cengkeh 2 menit)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1

Sebelum 354.6750 4 7.12941 3.56470

Sesudah 288.9650 4 26.10256 13.05128

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-taile

d) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Sebelum -

Sesudah 65.71000 20.80629 10.40314 32.60255 98.81745 6.316 3 .008

Kelompok A4 (Perendaman obat kumur cengkeh 4 menit)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1

Sebelum 353.1250 4 17.68057 8.84028

Sesudah 256.1000 4 41.00512 20.50256

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-taile

d) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Sebelum -


(20)

Kelompok B1 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 30 detik)

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Sebelum -

Sesudah -56.53750 7.28588 3.64294 -68.13097 -44.94403 -15.520 3 .001

Kelompok B2 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 1 menit)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1

Sebelum 333.4175 4 12.92605 6.46302

Sesudah 385.2550 4 7.58327 3.79163

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1

Sebelum 343.5275 4 9.66657 4.83329

Sesudah 400.0650 4 3.00597 1.50298

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Sebelum -


(21)

Kelompok B3 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 2 menit)

Kelompok B4 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 4 menit)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1

Sebelum 347.7650 4 22.50458 11.25229

Sesudah 398.2400 4 27.40782 13.70391

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1

Sebelum 351.5450 4 34.62724 17.31362

Sesudah 401.2025 4 25.67407 12.83704

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Sebelum - Sesudah -49.657 50

16.86978 8.43489 -76.50108

-22.81392

-5.887 3 .010

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Sebelum -


(22)

Hasil uji statistik SPSS ANOVA

Perbandingan ∆ VHN jus jeruk kemasan dengan obat kumur cengkeh antar kelompok

Multiple Comparisons Perbandingan antar kelompok Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Kelompok A1

Kelompok A2 -2.11250 12.32093 1.000 -42.9184 38.6934 Kelompok A3 -5.90500 12.32093 1.000 -46.7109 34.9009 Kelompok A4 -37.22000 12.32093 .092 -78.0259 3.5859 Kelompok B1 116.34250* 12.32093 .000 75.5366 157.1484 Kelompok B2 111.64250* 12.32093 .000 70.8366 152.4484 Kelompok B3 109.46250* 12.32093 .000 68.6566 150.2684 Kelompok B4 110.28000* 12.32093 .000 69.4741 151.0859

Kelompok A2

Kelompok A1 2.11250 12.32093 1.000 -38.6934 42.9184 Kelompok A3 -3.79250 12.32093 1.000 -44.5984 37.0134 Kelompok A4 -35.10750 12.32093 .129 -75.9134 5.6984

Descriptives N Mean Std.

Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

Kelompok A1 4 59.8050 1.04984 .52492 58.1345 61.4755 58.71 61.14 Kelompok A2 4 61.9175 6.65014 3.32507 51.3356 72.4994 54.53 70.64 Kelompok A3 4 65.7100 20.80629 10.40314 32.6026 98.8174 40.84 90.97 Kelompok A4 4 97.0250 38.72797 19.36399 35.4002 158.6498 41.40 129.70 Kelompok B1 4 -56.5375 7.28588 3.64294 -68.1310 -44.9440 -66.25 -50.77 Kelompok B2 4 -51.8375 8.82908 4.41454 -65.8865 -37.7885 -64.96 -46.27 Kelompok B3 4 -49.6575 16.86978 8.43489 -76.5011 -22.8139 -73.00 -34.01 Kelompok B4 4 -50.4750 5.93090 2.96545 -59.9124 -41.0376 -58.01 -43.94 Total 32 9.4938 65.39201 11.55978 -14.0826 33.0701 -73.00 129.70

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 125272.910 7 17896.130 58.944 .000

Within Groups 7286.657 24 303.611


(23)

Kelompok B1 118.45500* 12.32093 .000 77.6491 159.2609 Kelompok B2 113.75500* 12.32093 .000 72.9491 154.5609 Kelompok B3 111.57500* 12.32093 .000 70.7691 152.3809 Kelompok B4 112.39250* 12.32093 .000 71.5866 153.1984

Kelompok A3

Kelompok A1 5.90500 12.32093 1.000 -34.9009 46.7109 Kelompok A2 3.79250 12.32093 1.000 -37.0134 44.5984 Kelompok A4 -31.31500 12.32093 .226 -72.1209 9.4909 Kelompok B1 122.24750* 12.32093 .000 81.4416 163.0534 Kelompok B2 117.54750* 12.32093 .000 76.7416 158.3534 Kelompok B3 115.36750* 12.32093 .000 74.5616 156.1734 Kelompok B4 116.18500* 12.32093 .000 75.3791 156.9909

Kelompok A4

Kelompok A1 37.22000 12.32093 .092 -3.5859 78.0259 Kelompok A2 35.10750 12.32093 .129 -5.6984 75.9134 Kelompok A3 31.31500 12.32093 .226 -9.4909 72.1209 Kelompok B1 153.56250* 12.32093 .000 112.7566 194.3684 Kelompok B2 148.86250* 12.32093 .000 108.0566 189.6684 Kelompok B3 146.68250* 12.32093 .000 105.8766 187.4884 Kelompok B4 147.50000* 12.32093 .000 106.6941 188.3059

Kelompok B1

Kelompok A1 -116.34250* 12.32093 .000 -157.1484 -75.5366 Kelompok A2 -118.45500* 12.32093 .000 -159.2609 -77.6491 Kelompok A3 -122.24750* 12.32093 .000 -163.0534 -81.4416 Kelompok A4 -153.56250* 12.32093 .000 -194.3684 -112.7566 Kelompok B2 -4.70000 12.32093 1.000 -45.5059 36.1059 Kelompok B3 -6.88000 12.32093 .999 -47.6859 33.9259 Kelompok B4 -6.06250 12.32093 1.000 -46.8684 34.7434

Kelompok B2

Kelompok A1 -111.64250* 12.32093 .000 -152.4484 -70.8366 Kelompok A2 -113.75500* 12.32093 .000 -154.5609 -72.9491 Kelompok A3 -117.54750* 12.32093 .000 -158.3534 -76.7416 Kelompok A4 -148.86250* 12.32093 .000 -189.6684 -108.0566 Kelompok B1 4.70000 12.32093 1.000 -36.1059 45.5059 Kelompok B3 -2.18000 12.32093 1.000 -42.9859 38.6259 Kelompok B4 -1.36250 12.32093 1.000 -42.1684 39.4434

Kelompok B3

Kelompok A1 -109.46250* 12.32093 .000 -150.2684 -68.6566 Kelompok A2 -111.57500* 12.32093 .000 -152.3809 -70.7691 Kelompok A3 -115.36750* 12.32093 .000 -156.1734 -74.5616 Kelompok A4 -146.68250* 12.32093 .000 -187.4884 -105.8766 Kelompok B1 6.88000 12.32093 .999 -33.9259 47.6859 Kelompok B2 2.18000 12.32093 1.000 -38.6259 42.9859 Kelompok B4 .81750 12.32093 1.000 -39.9884 41.6234

Kelompok B4

Kelompok A1 -110.28000* 12.32093 .000 -151.0859 -69.4741 Kelompok A2 -112.39250* 12.32093 .000 -153.1984 -71.5866 Kelompok A3 -116.18500* 12.32093 .000 -156.9909 -75.3791 Kelompok A4 -147.50000* 12.32093 .000 -188.3059 -106.6941 Kelompok B1 6.06250 12.32093 1.000 -34.7434 46.8684 Kelompok B2 1.36250 12.32093 1.000 -39.4434 42.1684 Kelompok B3 -.81750 12.32093 1.000 -41.6234 39.9884


(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggayanti NA, Adiatmika IPG, Adiputra N. Berkumur dengan teh hitam lebih efektif daripada chlorhexidine gluconate 0,2% untuk menurunkan akumulasi plak gigi. Jurnal PDGI 2013; 62(2): 35-40.

2. Arinda A, Rahardjo P, Triwardani A. Perbedaan efektivitas obat kumur yang mengandung cengkeh dengan obat kumur chlorhexidine gluconate 0,2% dalam menghambat pembentukan plak. Ortho Dent J 2010; 1(1): 22-4.

3. Pratama IKJ, Adi P, Prasetyaningrum N. Pengaruh larutan ekstrak bunga cengkeh (syzygium aromaticum) terhadap perubahan ph saliva buatan yang diinduksi streptococcus mutans secara in vitro. Jurnal PDGI 2013; 62(2): 35-40. 4. Bhowmik D, Kumar KPS, Yadav A, Srivastava S, Paswan S, Dutta AS. Recent

trends in indian traditional herbs syzygium aromaticum and its health benefits. J of Pharmacognosy and Phytochemistry 2012; 1(1): 14-21.

5. Rani B, Kacchawa GR, Yadav RK, Chauhan V, Maheshwari R. Phytochemical effectiveness of clove oil: a review. Int J of Res in Pharmacology and Pharmacotherapeutics 2012; 1(2): 230-3.

6. Milind P, Deepa K. Clove: a champion spice. IJRAP 2011; 2(1): 47-54.

7. Mittal M, Gupta N, Parashar P, Mehra V, Khatri M. Phytochemical evaluation and pharmacological activity of syzygium aromaticum: a comprehensive review. Int J Pharm Pharm Sci 2014; 6(8): 67-72.

8. Susi, Abidin T. Pengaruh buah belimbing wuluh (averrhoa bilimbi) terhadap pencegahan karies gigi dan perubahan terhadap email gigi (literatur review). In: Proceeding Book Regional Dental Meeting & Exhibition-VI 2014. Medan, 2014: 331-5.

9. Prasetyo EA. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan gigi. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005; 38(2): 60-3.

10. Al-lami AHK, Al-Alousi WS. Effect of water clove extract on the microhardness and microscopic features of initial caries-like lesion of permanent teeth, compared to fluoridated agent. J Bagh College Dentistry 2011; 23(2): 1-4.


(25)

11. Marya CM, Satija G, Avinash J, Nagpal R, Kapoor R, Ahmad A. In vitro inhibitory effect of clove essential oil and its two active principles on tooth decalcification by apple juice. Int J Dent 2012: 1-6.

12. Tahmassebi JF, Duggal MS, Kotru GM, Curzon MEJ. Soft drinks and dental health: a review of the current literature. J Dent 2006; 34: 2-6.

13. Machado C, Lacefield W, Catledge A. Human enamel microhardness, elastic modulus and surface integrity after beverage contact. Braz Dent J 2008; 19(1): 68-72.

14. Lussi A, Jaeggi T. Erosion-diagnosis and risk factors. Clin Oral Invest 2008; 12(1): 7-9.

15. Gutierrez-Salazar MP, Reyes-Gasga J. Microhardness and chemical composition of human tooth. Mater Res 2003; 6(3): 371-2.

16. Cirano FR, Romito GA, Todescan JH. Determination of enamel and coronal dentin microhardness. Braz J Oral Sci 2003; 2(6): 258-63.

17. Towaha J. Manfaat eugenol cengkeh dalam berbagai industri di Indonesia. Perspektif 2012; 11(2): 80-4.

18. Chaiya A, Saraya S, Chuakul W, Temsirirkkul R. Screening for dental caries: preventive activities of medicinal plants against streptococcus mutans. J Phar Sci 2013; 40(1): 15-6.

19. Aneja KR, Joshi R. Antimicrobial activity of syzygium aromaticum and its bud oil against dental cares causing microorganisms. Haryana, India: Kurukshetra University, 2010: 4850-5.

20. Ali Hs, Kamal M, Mohamed SB. In vitro clove oil activity against periodontopathic bacteria. J Sc Tech 2009; 10(1): 1-7.

21. Widyaningtyas V, Rahayu YC, Barid I. Analisis peningkatan remineralisasi enamel gigi setelah direndam dalam susu kedelai murni menggunakan scanning electron microscope (SEM). Jurnal Pustaka Kesehatan 2014; 2(2): 258-62.

22. Avery JK, Chiego DJ. Essentials of oral histology and embryology: a clinical approach. 3rd ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2006: 98-100.


(26)

23. Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy, histology and embryology. 4th ed. Oxford: Mosby Elsevier, 2009: 105-8.

24. Bath-Balogh M, Fehrenbach MJ. Illustrated dental embryology, histology, and anatomy. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier, 2006: 180-2, 185-6.

25. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaannya. Ed 1. Medan: USU Press, 2008: 21-3.

26. Fathilah AR, Rahim ZHA. The effect of beverages on the release of calcium from the enamel surface. Annal Dent Univ Malaya 2008; 15(1): 1-4.

27. Borjian A, Ferrari CCF, Anouf A, Touyz LZG. Pop-cola acids and tooth erosion: an in vitro, in vivo, electron-microscopic, and clinical report. Int J Dent 2010: 10-12.

28. Roberts MW, Wright JT. The dynamic process of demineralization and remineralization. J Prof Excel 2009; 7(7): 16-21.

29. Chuenarrom C, Benjakul P, Daosodsai P. Effect of indentation load and time on knoop and vickers microhardness tests of enamel and dentin. Material Res 2009; 12(4): 473-6.

30. Zanet CG, Fava M, Alves LAC. In vitro evaluation of the microhardness of bovine enamel exposed to acid solutions after bleaching. Braz Oral Res 2011; 25(6): 562-7.

31. Benjakul P, Prommontri P, Chuenarrom C, Leggat U. Effects of sour curry temperature with fermented shrimp paste on surface hardness of tooth enamel. Songklanakarin J Sci Technol 2011; 33(4): 419-23.

32. Seow WK, Thong KM. Erosive effects of common beverages on extracted premolar teeth. Aust Dent J 2005; 50(3): 173-8.

33. Schwarts GT. Enamel thickness and the helicoidal wear plane in modern human mandibular molars. Arch Oral Biol 2000; 45(5): 401-9.

34. Mettu S, Srinivas N, Reddy SCH, Srinivas N. Effect of casein phosphopeptide-amorphous calcium phosphate (cpp-acp) on caries-like lesions in terms of time and nano-hardness: an in vitro study. JISPPD 2015; 33(4): 269-73.


(27)

35. Stewart E. Microindentation hardness testing.

36. Van der Voort GF. Microindentation hardness testing.

37. Nasution MI. Pengenalan gigi. Medan: USU Press, 2011: 71-5.

38. Farah CS, McIntosh L, McCullough MJ. Mouthwashes. Aust Prescr 2009; 32: 162-4.

39. Herdiyati Y, Gartika M, Kartikadewi N, Dewi FD. Differences in effectiveness of herbal, betel, leaves, and chlorhexidine mouthwash on plaque reduction in orphanage children. IJSR 2013; 4(4): 260-3.

40. Subramaniam P, Nandan N. Effect of xylitol, sodium fluoride and triclosan containing mouth rinse on streptococcus mutans. Contemp Clin Dent 2011; 2(4): 287-90.

41. Walters L. The effect of xylitol on the growth of three normal oral commensal or probiotic bacteria. Tesis. Amerika Serikat: Degree of Bachelor of Science Coastal Carolina University, 2011: 14-6.

42. Ogochukwu UNC, Sabinus OI. Effect of some preservatives on the aqueous stability of an oral rehydration salt solution intended for use in developing countries. Asian J Pharm Clin Res 2013; 6(2): 33-7.

43. Lalitha C, Rao PVVP. Antimicrobial efficacy of low level cosmetic preservatives. World J Pharmacy and Pharmaceutical Sci 2014; 3(2): 1688.

44. David P, Crowley PJ. Antimicrobial preservatives part two: choosing a preservatives. American Pharmaceutical Review 2012; 1-5.

45. Stanojevic D, Comic L, Stefanovic O, Sukdolak S. Antimicrobial effects of sodium benzoate, sodium nitrite and potassium sorbate and their synergistic action in vitro. Bulgarian J Agri Sci 2009; 15(4): 307-11.

46. Al-Sum BA, Al-Arfaj AA. Antimicrobial activity of the aqueous extract of mint plant. Sci J Clin Med 2013; 2(3): 110-3.


(28)

47. Sulieman AME, Abdelrahman SE, Rahim AMA. Phytochemical analysis of local spearmint (mentha spicata) leaves and detection of the antimicrobial activity of its oil. J Microbiol Res 2011; 1(1): 1-4.

48. Sujana P, Sridhar Tm. Jothna P. Naidu CV. Antibacterial activity and phytochemical analysis of mentha piperita L. (peppermint)- an important multipurpose medicinal plant. American J Plant Sci 2013; 4: 78-82.

49. Singh R, Shushni MA, Belkheir A. Antibacterial and antioxidant activities of

mentha piperita L. Arabian J Chem 2015; 8: 322-8.

50. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan ph saliva pada proses pencegahan karies. Dent J (Maj Ked Gigi) 2005; 38(1): 25-8.

51. Almeida PDV, Gragio AMT, Machado MAN, Lima AAS, Azevedo LR. Saliva composition and functions: a comprehensive review. J Contemp Dent Pract 2008; 9(3): 2.

52. Supriyadi. Statistik kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2014: 119.

53. Kim DK. Nanoindentation basic principle. .

2015)

54. Walangare KBA, Lumenta ASM, Wuwung JO, Sugiarso BA. Rancang bangun alat konversi air laut menjadi air minum dengan proses destilasi sederhana meggunakan pemanas elektrik. E-Jurnal Teknik Elektro dan Komputer 2013: 1. 55. Aziz T, Yuanita, Susanti. Ekstraksi eugenol dari daun salam india. Jurnal Teknik

Kimia 2010; 3(17): 19-21.

56. Tatang. Kegunaan unsur kalsium dan sejarah kalsium. smpsma.com/kegunaan-unsur-kalsium-dan-sejarah-kalsium.html (19 Maret 2016)

57. Hikmat. Pengertian unsur fosfor dan efeknya.

2016)

58. Arief EP, Kunarti S. The effect of acidulated phosphate fluoride application on dental enamel surface hardness. Dent J (Maj Ked Gigi) 2007; 40(3): 145-7.


(29)

59. Pontefract H, J, Hughes J, Kemp K, Yates R, Newcombe RG, Addy M. The erosive effects of some mouthrinses on enamel. J Clin Periodontal 2001; 28: 319-24.

60. Frey S. What can change the ph of someone’s mouth

2016)


(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU untuk penggunaan inkubator dan Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan untuk pengukuran kekerasan enamel.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai bulan April 2016 yang mencakup pengumpulan sampel, penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan hasil penelitian.

3.3 Sampel dan Besar Sampel 3.3.1Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar pertama maksila permanen manusia yang telah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi dan puskesmas di Medan. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.


(31)

3.3.2Besar Sampel

Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus Federer. Rumus besar sampel Federer yaitu:52

Dimana t = jumlah perlakuan dan r = jumlah sampel Penelitian ini menggunakan 8 kelompok perlakuan yaitu:

1. Kelompok A1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 30 detik setiap hari selama 1 minggu.

2. Kelompok A2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 1 menit setiap hari selama 1 minggu.

3. Kelompok A3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 2 menit setiap hari selama 1 minggu.

4. Kelompok A4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 4 menit setiap hari selama 1 minggu.

5. Kelompok B1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik setiap hari selama 1 minggu.

6. Kelompok B2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 1 menit setiap hari selama 1 minggu.

7. Kelompok B3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 2 menit setiap hari selama 1 minggu.

8. Kelompok B4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 4 menit setiap hari selama 1 minggu.

Jadi, jumlah perlakuan (t) = 8, maka: (t – 1) (r – 1) ≥ 15

(8 – 1)(r – 1) ≥ 15 7r – 7 ≥ 15

7r ≥ 22

r ≥ 3,14

r 4


(32)

Dari perhitungan di atas, jumlah sampel minimal pada setiap perlakuan adalah 4 gigi premolar pertama maksila permanen. Dalam penelitian ini terdapat 8 perlakuan sehingga total sampel yang digunakan adalah sebanyak 32 buah.

3.4 Kriteria Sampel

Kriteria sampel penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi: Gigi premolar pertama maksila tanpa karies, dan tidak ada tambalan.

b. Kriteria Ekslusi: Gigi karies, mengalami erosi, atrisi dan abrasi, terdapat tambalan, terdapat fraktur, dan nekrosis.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1Variabel Bebas

1. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/ sampel)

2. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel)

3.5.2Variabel Terikat

Kekerasan permukaan enamel gigi

3.5.3Variabel Terkendali

1. Gigi yang digunakan yaitu gigi premolar pertama maksila permanen 2. Bahan demineralisasi yang digunakan yaitu jus jeruk kemasan (pH 3,6). 3. Alat ukur pH yaitu pH digital Hanna Meter

4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit

5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu

6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu


(33)

8. Alat pengukur kekerasan yaitu Micro Vickers Hardness Tester 9. pH saliva buatan 6,8

10.Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11.Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml

12.Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml

13.Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam obat kumur cengkeh 5 ml

3.5.4Variabel Tidak Terkendali

1. Suhu ruangan

2. Waktu pencabutan gigi 3. Komposisi enamel gigi


(34)

Variabel Terkendali

1. Sampel gigi premolar pertama maksila permanen 2. Bahan demineralisasi (jus jeruk kemasan dengan pH

3,6)

3. Alat ukur pH dengan pH digital Hanna Meter 4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit

5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, dan 2 menit selama 1 minggu

6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang dicampur saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu

7. Suhu inkubator 37°C

8. Alat pengukur kekerasan dengan Micro Vickers

Hardness Tester

9. pH saliva buatan 6,8

10.Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11.Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml

12.Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml 13. Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam

obat kumur cengkeh 5 ml

Variabel Tidak Terkendali

1.Suhu ruangan 2.Waktu pencabutan gigi 3.Komposisi enamel gigi Variabel Bebas

1. Obat kumur cengkeh sediaan dengan volume 5 ml/ sampel

2. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5

ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel)

Variabel Terikat

Kekerasan permukaan enamel gigi


(35)

3.6 Definisi Operasional Penelitian

1. Obat kumur cengkeh merupakan obat kumur sediaan yang sudah ada dipasaran produk PT.X dengan konsentrasi 0,35% minyak cengkeh dalam 200 ml.

2. Aquabidest adalah air destilasi murni yang telah melalui proses penyulingan 2 kali.

3. Saliva buatan yang digunakan adalah saliva yang dibuat dengan komposisi hampir sama dengan komposisi saliva asli yaitu kalsium (Ca), natriumklorida (NaCl), kalium thiosanat (KSCN), kalium klorida (KCL), natrium bikarbonat (NaHCO3), urea ((NH2)2CO), dan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) yang diperoleh dari Universitas Indonesia dengan pH 6,8.

4. Kekerasan permukaan enamel adalah nilai ketahanan permukaan enamel terhadap suatu tekanan yang diperoleh dari pengukuran menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number). Perbedaan nilai kekerasan dapat dihitung dengan rumus:

∆VHN = VHN setelah perlakuan – VHN sebelum perlakuan.

5. Gigi premolar pertama maksila permanen adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada urutan ke empat dihitung dari garis tengah wajah pada rahang atas baik kiri maupun kanan, memiliki 2 cusp yaitu cusp bukal dan cusp palatal, dan memiliki 2 saluran akar yang sudah dicabut untuk keperluan ortodonti.

6. Bahan demineralisasi adalah jus jeruk kemasan 350 ml dengan pH 3,6. 7. pH digital Hanna meter adalah alat untuk mengukur pH larutan.

8. Lama perendaman jus jeruk kemasan adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam jus jeruk kemasan, yaitu selama 5 menit.

9. Lama perendaman obat kumur cengkeh adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam obat kumur cengkeh, yaitu 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu.

10.Lama perendaman obat kumur cengkeh yang dicampur saliva buatan adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam obat kumur cengkeh, yaitu 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu.


(36)

11.Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menyamakan suhu aquabidest dengan suhu rongga mulut, yaitu sebesar 37°C. Inkubator yang digunakan adalah merek Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator.

12. Micro Vickers Hardness Tester adalah alat penguji kekerasan suatu benda

dengan membuat indentasi pada permukaan gigi dengan beban 100 gram selama 15 detik. Pada penelitian ini Vickers hardness tester yang digunakan adalah jenis

Microhardness Tester FM-800 (Future Tech, Japan).

13.Volume perendaman obat kumur cengkeh adalah 5 ml/sampel. 14.Volume perendaman jus jeruk kemasan adalah 5 ml/sampel.

15.Volume perendaman aquabidest selama 24 jam adalah 5 ml/sampel.

16.Volume pencampuran saliva buatan ke dalam obat kumur cengkeh 3 ml/sampel.

17.Suhu ruangan adalah suhu ruangan pada saat dilakukan perendaman jus jeruk kemasan, perendaman obat kumur cengkeh, dan pengukuran kekerasan permukaan enamel gigi.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1Alat-alat Penelitian

1. Micro Vickers Hardness Tester

2. pH digital Hanna meter

3. Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator

4. Rotary grinder

5. Air blower (pus-pus)

6. Kertas tisu 7. Spuit 10 ml

8. Kertas pasir no.1200 9. Cetakan resin

10. Nail varnish

11.Spidol hitam


(37)

13. Beaker glass

14.Masker 15.Sarung tangan 16.Pinset

17.Spiritus 18. Stopwatch

19.Mikromotor 20. Carborundum disc

3.7.2Bahan-bahan Penelitian

1. Gigi premolar pertama maksila permanen 2. Jus jeruk kemasan

3. Aquabidest 4. Saliva buatan

5. Obat kumur cengkeh sediaan 6. Self-curing Resin

7. Wax


(38)

3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1Persiapan Sampel

1. Gigi dibilas dengan aquabidest, lakukan pengulangan sebanyak 2 kali hingga permukaan gigi bersih.

2. Ambil gigi satu per satu dengan pinset, lalu keringkan dengan pus-pus. 3. Gigi dipotong menjadi 2 bagian pada batas cementoenamel junction, yaitu bagian antara mahkota dan akar menggunakan mikromotor dan carborundum disc.

4. Beri tanda berupa garis dari central developmental groove ke arah mesial maupun distal sebagai batas pelapisan wax.

5. Permukaan mahkota gigi yang akan tertanam resin dilapisi dengan nail

varnish pada bagian cementoenamel junction ke arah palatal, sedangkan pada bagian cementoenamel junction ke arah bukal dilapisi dengan wax. (Gambar 7A&7B).

6. Bagian mahkota sampel gigi yang tidak tertutupi wax kemudian ditanam dalam self curing resin sehingga gigi stabil pada basis resin, sedangkan bagian yang tertutupi wax tidak ditanam dalam self curing resin (Gambar 7C & 7D)

7. Permukaan bukal gigi diratakan menggunakan rotary grinder dengan kertas pasir no. 1200, dengan ketentuan enamel yang terbuang tidak sampai 100μm.

8. Permukaan gigi dicuci dengan aquabidest dan dikeringkan dengan air

blower (pus-pus).

Gambar 7. Proses penanaman gigi dalam resin. A= Tampak lateral pelapisan wax pada bagian bukal. B= Tampak oklusal pelapisan wax pada bagian bukal C= penanaman bagian palatal ke dalam resin. D= Sampel gigi yang telah selesai ditanam dalam resin.


(39)

3.8.2 Pengukuran Kekerasan Awal Enamel Gigi

1. Sampel gigi dijepit dengan permukaan bukal menghadap ke atas kemudian dijepit dengan alat penjepit pada meja Micro Vickers Hardness Tester.

2. Tentukan beban dan waktu indentasi yang digunakan yaitu sebesar 0,1 HV (100 gram) selama 15 detik.

3. Sampel diatur supaya tepat di tengah lensa objektif dan difokuskan dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat searah jarum jam.

4. Setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindahkan dengan menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah

diamond penetrator, kemudian tombol penetrator ditekan.

5. Diamond penetrator turun yang ditandai dengan menyalanya lampu hijau.

6. Setelah 15 detik, diamond penetrator akan naik lalu ditunggu sampai lampu padam.

7. Sampel digeser kembali ke tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, sehingga akan terlihat gambar belah ketupat yang merupakan bekas penekanan.

8. Panjang diagonal diukur dengan mikrometer yang ada di lensa okuler dan didapati kekerasan enamel gigi.

9. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.

Gambar 8. Microvickers

hardness tester (dok.)


(40)

3.8.3Perendaman Jus Jeruk Kemasan dan Pembagian Kelompok

1. Pengukuran pH jus jeruk kemasan pada suhu ruang dengan pH digital

Hanna Meter.

2. Setiap sampel direndam dalam jus jeruk kemasan 5 ml selama 5 menit. 3. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air

blower (pus-pus).

4. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam jus jeruk kemasan. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.

5. Pembagian sampel dalam 8 kelompok besar secara random dan tiap kelompok terdiri dari 4 sampel dengan perlakuan A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, dan B4.

3.8.4Perendaman Obat Kumur Cengkeh

1. Pengukuran pH obat kumur cengkeh dan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan pada suhu ruang dengan pH digital Hanna Meter.

2. Kelompok A direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (A1= 30 detik, A2= 1 menit, A3= 2 menit, dan A4= 4 menit)

3. Kelompok B direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml yang ditambah saliva buatan 3 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (B1= 30 detik, B2= 1 menit, B3= 2 menit, dan B4= 4 menit)

4. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air

blower (pus-pus).

5. Setiap sampel direndam dalam 5 ml aquabidest selama 24 jam di dalam inkubator 37°C.

6. Langkah 2 sampai 5 diulangi setiap hari sampai 1 minggu dengan obat kumur cengkeh, aquabidest, dan saliva buatan yang baru setiap harinya.


(41)

7. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam obat kumur cengkeh selama 1 minggu. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.

Gambar 9. Cara kerja microvickers

hardness tester.53

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data dianalisis secara statistik dengan SPSS v.20 menggunakan analisis: a. Uji analisis T Berpasangan untuk melihat perubahan pada setiap kelompok pada saat sebelum dan setelah perendaman obat kumur cengkeh pada sampel.

b. Uji analisis varians satu arah atau Oneway ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk melihat perbedaan kekerasan antar kelompok setelah perendaman obat kumur cengkeh pada sampel.


(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan enamel setelah perendaman larutan asam telah dilakukan dengan pengujian kekerasan enamel pada 32 gigi premolar pertama maksila yang dibagi secara random menjadi 8 kelompok perlakuan. Kelompok A1, A2, A3, dan A4 direndam dengan obat kumur cengkeh dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit dan kelompok B1, B2, B3, dan B4 direndam dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit. Penelitian dilakukan selama 1 minggu. Sampel merupakan gigi yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang diperoleh dari Puskesmas maupun praktik dokter gigi di sekitar Kotamadya Medan. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh sampel direndam dalam jus jeruk kemasan dengan pH 3,6 sebelum direndam dalam obat kumur cengkeh. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian kekerasan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan menggunakan Microvickers hardness tester FM-800 (Future

Tech, Japan) dan angka yang dihasilkan adalah dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number).

Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh. Seluruh sampel mengalami penurunan kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam jus jeruk kemasan. Semakin lama direndam dalam obat kumur cengkeh, semakin besar juga penurunan kekerasan permukaan enamel yang terjadi (kelompok A1-A4), sementara pada kelompok perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan terlihat mengalami peningkatan kekerasan permukaan enamel bahkan melebihi kekerasan enamel awal (kelompok B1-B4).


(43)

Tabel 2. Nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit.

Kelompok

n

Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN)

Awal Jus Jeruk

Kemasan

Obat Kumur Cengkeh A1 (Obat kumur cengkeh

30 detik) 4 405,19±14,24 343,32±31,24 283,51±30,65

A2 (Obat kumur cengkeh

1 menit) 4 374,94±37,81 332,68±40,41 270,77±42,48

A3 (Obat kumur cengkeh

2 menit) 4 411,67±16,15 354,68±7,12 263,97±26,10

A4 (Obat kumur cengkeh

4 menit) 4 385,04±10,18 353,13±17,68 256,10±41,00

B1 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 30 detik) 4 381,08±16,49 343,53±9,66 400,07±3,00 B2 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 1 menit) 4 377,68±12,10 333,42±12,92 385,26±7,58 B3 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 2 menit) 4 390,11±33,04 351,55±34,62 401,20±25,67 B4 (Obat kumur cengkeh

+ saliva buatan 4 menit) 4 393,31±21,13 347,77±22,50 398,24±13,70

Hasil uji T berpasangan pada kelompok perendaman obat kumur cengkeh memperlihatkan penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil uji T berpasangan penurunan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh.

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05 Kelompok

waktu

Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN) Penurun-an nilai VHN

Sig. (p) Setelah perendaman

jus jeruk kemasan

Setelah perendaman obat kumur cengkeh

A1 (30 detik) 343,32±31,24 283,51±30,65 59,81 0,000*

A2 (1 menit) 332,68±40,41 270,77±42,48 61,92 0,000*

A3 (2 menit) 354,68±7,12 263,97±26,10 65,71 0,008*


(44)

Hasil uji T berpasangan pada kelompok obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan memperlihatkan peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil uji T berpasangan peningkatan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan.

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05

Tabel 5 memperlihatkan perbandingan nilai rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan yang diuji dengan uji statistik One Way ANOVA. Dalam melakukan perbandingan antar kelompok, digunakan data selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan nilai setelah perendaman jus jeruk kemasan (∆ VHN). Hasil uji statistik One

Way ANOVA yang membandingkan selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel

setelah perendaman obat kumur cengkeh, dengan dan tanpa ditambah saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu.

Kelompok waktu

Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN)

Peningkat-an nilai

VHN

Sig. (p) Setelah perendaman

jus jeruk kemasan

Setelah perendaman obat kumur cengkeh

+ saliva buatan

B1 (30 detik) 343,53±9,66 400,07±3,00 56,54 0,001*

B2 (1 menit) 333,42±12,92 385,26±7,58 51,84 0,001*

B3 (2 menit) 351,55±34,62 401,20±25,67 49,66 0,010*


(45)

Tabel 5. Hasil uji statistik One Way ANOVA perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan.

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05.

Hasil uji Post Hoc (Tabel 6) yang membandingkan selisih kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan dan tanpa saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada setiap kelompok waktu. Dengan demikian maka hipotesa diterima (Hα diterima).

Tabel 6. Hasil uji statistik Post Hoc perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan.

Kelompok perendaman

obat kumur cengkeh Waktu ∆ VHN Mean Sig. (p)

A1 (-) saliva buatan

30 detik -59,81 116,34 0.000*

B1 (+) saliva buatan 56,54

A2 (-) saliva buatan

1 menit -61,92 113,75 0.000*

B2 (+) saliva buatan 51,84

A3 (-) saliva buatan

2 menit -65,71 115,37 0.000*

B3 (+) saliva buatan 49,66

A4 (-) saliva buatan

4 menit -97,03 147,50 0.000*

B4 (+) saliva buatan 50,48

*terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05.

Kelompok ∆ VHN Sig.

(p)

A1 (Perendaman obat kumur cengkeh 30 detik) -59,81

0.000*

A2 (Perendaman obat kumur cengkeh 1 menit) -61,92

A3 (Perendaman obat kumur cengkeh 2 menit) -65,71

A4 (Perendaman obat kumur cengkeh 4 menit) -97,03

B1 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 30 detik) 56,54 B2 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 1 menit) 51,84 B3 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 2 menit) 49,66 B4 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 4 menit) 50,48


(46)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan permukaan enamel setelah perendaman larutan asam yang diuji nilai kekerasannya dengan menggunakan alat Micro Vickers

Hardness Tester FM-800. Sebelum diukur nilai kekerasannya, sampel ditanam

terlebih dahulu dalam self-curing resin agar sampel tetap stabil saat dilakukan pengukuran. Dalam proses penanaman ke dalam resin, bagian mahkota sampel dilapisi terlebih dahulu dengan wax pada bagian central developmental groove ke arah bukal agar bagian bukal gigi terbebas dari resin saat proses penanaman sehingga tidak mempengaruhi hasil pengukuran kekerasan enamel pada bagian bukal.

Enamel merupakan lapisan terluar gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras karena mengandung zat anorganik sebanyak 95-98%. Komponen mineral utama pada enamel adalah kalsium dan fosfat yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras, namun enamel rentan terhadap demineralisasi. Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5. pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi. 3,8,9

Kekerasan permukaan enamel sangat bervariasi tergantung pada lokasinya dan kekerasannya akan berkurang dari permukaan luar enamel menuju ke dentin. Variasi kekerasan permukaan enamel dapat terjadi karena faktor gambaran histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, dan persiapan sampel.15,16,29,34 Rata-rata kekerasan permukaan enamel awal yang diukur pada penelitian ini adalah berkisar antara 374,94 VHN sampai 411,67 VHN (Tabel 2). Hasil pengukuran kekerasan permukaan enamel yang didapat tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh Cirano FR dkk di Brazil (2003) dimana nilai kekerasan permukaan enamel berkisar antara 373,67 VHN sampai 423,15 VHN 16, juga tidak jauh berbeda


(47)

dengan yang diilaporkan oleh Mettu S dkk di India (2015) dimana nilai kekerasan permukaan enamel yang diukur berkisar antara 389,04 VHN sampai 400,98 VHN.34

Cengkeh merupakan tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan karena mempunyai efek antivirus, antiseptik, analgesik, dan antifungal alami. Dalam cengkeh terkandung mineral seperti kalsium, fosfor, tembaga, zat besi, magnesium, dan mangan, dimana mineral kalsium dan fosfor merupakan mineral yang penting dalam proses remineralisasi gigi.3-5,7-9,17-21

Pada penelitian ini, seluruh sampel setelah direndam dengan jus jeruk kemasan mengalami penurunan kekerasan enamel, sedangkan keempat kelompok A1, A2, A3, dan A4 dimana gigi direndam obat kumur cengkeh setelah perendaman jus jeruk kemasan juga mengalami penurunan nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05). Kelompok A1 (perendaman obat kumur cengkeh 30 detik) mengalami penurunan kekerasan permukaan enamel sebesar 59,81 VHN dengan p=0,000, kelompok A2 (perendaman obat kumur cengkeh 1 menit) sebesar 61,92 VHN dengan p=0,000, kelompok A3 (perendaman obat kumur cengkeh 2 menit) sebesar 65,71 VHN dengan p=0,008, dan kelompok A4 (perendaman obat kumur cengkeh 4 menit) sebesar 97,03 VHN dengan p=0,015 (Tabel 3). Penurunan kekerasan enamel dapat terjadi karena gigi mengalami demineralisasi. Demineralisasi terjadi karena pH jus jeruk kemasan dan obat kumur cengkeh berada di bawah pH krtitis enamel gigi (<5,5), dimana pH jus jeruk kemasan adalah 3,6 dan pH obat kumur cengkeh adalah 4,7 sehingga ketika jus jeruk kemasan dan obat kumur cengkeh berkontak dengan enamel menyebabkan ion OH- meningkat dan semakin tinggi pelepasan ion Ca2+ dan PO43- pada hidroksiapatit enamel gigi (Ca10(PO4)6(OH)2 sehingga kekerasan enamel berkurang. Hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Al-lami AHK dan Al-lousi WS di Irak (2011), dimana penelitian yang mereka lakukan menunjukkan bahwa larutan ekstrak bunga cengkeh 1%, 5%, dan 10% dapat meningkatkan kekerasan permukaan enamel pada gigi yang telah di demineralisasi secara signifikan dan peningkatan kekerasan tertinggi adalah pada konsentrasi 5%. Perbedaan ini disebabkan karena secara teori, ekstrak bunga cengkeh dalam bentuk larutan dengan pelarutnya berupa aquadest


(48)

masih membawa mineral (dalam hal ini kalsium dan fosfor) yang terdapat pada cengkeh sehingga remineralisasi dapat terjadi10 sedangkan pada penelitian ini ekstrak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur adalah dalam bentuk minyak (minyak cengkeh yang mengandung eugenol). Secara teori, pembuatan minyak cengkeh menggunakan proses destilasi. Destilasi merupakan pemisahan 2 komponen/lebih berdasarkan perbedaan titik didih senyawanya, dimana zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dahulu, uap yang menguap kemudian akan didinginkan lalu mengembun dan menetes sebagai zat murni (ekstrak).54 Proses destilasi dalam pembuatan minyak cengkeh yang terkandung pada obat kumur ini menyebabkan eugenol pada cengkeh menguap dahulu (titik didih eugenol 253°C) karena mempunyai titik didih yang lebih rendah dari kalsium (1484°C) dan fosfor (280°C) sedangkan kalsium dan fosfor tidak turut menguap karena mempunyai titik didih yang berbeda.55-57 Proses ini menyebabkan kandungan kalsium dan fosfor pada cengkeh sangat sedikit atau bahkan tidak terkandung pada minyak cengkeh.4,6,7,11 Oleh karena itu peneliti menyarankan penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh dalam bentuk ekstrak lain selain dalam bentuk minyak esensial dalam obat kumur.

Kandungan eugenol pada ekstrak cengkeh yang terdapat pada obat kumur ini bersifat asam lemah yang berfungsi sebagai antibakteri, antimikroba, dan antifungal.6,7,17-20 Namun meskipun eugenol bersifat asam, eugenol dapat menghambat dekalsifikasi enamel. Hal ini dibuktikan dari penelitian Marya CM dkk di India (2012) yang menunjukkan bahwa minyak cengkeh 0,05% yang dicampurkan pada jus apel dengan pH 3,2 dapat menghambat proses dekalsifikasi enamel oleh jus apel11 artinya dengan pH yang rendah (dibawah pH kritis enamel), dekalsifikasi enamel dapat dihambat sehingga penurunan kekerasan permukaan enamel dapat dihambat. Minyak cengkeh juga mengandung tannin yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam pada enamel gigi 4,6,7,10 sehingga kemungkinan penurunan kekerasan permukaan enamel yang terjadi bisa lebih tinggi tanpa adanya eugenol dan tannin yang terkandung dalam minyak cengkeh.


(49)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin lama perendaman dalam obat kumur cengkeh, maka semakin besar pula penurunan kekerasan permukaan enamel (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan penelitian Arief EP di Indonesia (2007) yang menyatakan kontak yang lama antara enamel dan larutan asam di sekitarnya akan mengakibatkan demineralisasi terjadi terus menerus, menyebabkan kehilangan sebagian dari prisma enamel, sehingga kekerasan permukaan enamel gigi akan semakin berkurang3,58 sehingga peneliti berpendapat bahwa lebih baik berkumur selama 30 detik sesuai anjuran pabrik agar efek demineralisasi lebih lanjut dapat dihindari.

Penurunan nilai kekerasan permukaan enamel juga dapat disebabkan karena pH obat kumur cengkeh yang berada di bawah pH kritis enamel sehingga menyebabkan enamel mengalami demineralisasi. pH obat kumur cengkeh pada penelitian ini adalah 4,7. Diketahui bahwa makanan maupun minuman ringan, minuman olahraga, jus buah, serta minuman beralkohol dengan pH asam (<5,5) dapat menimbulkan erosi dan penurunan kekerasan permukaan enamel.9,14,30,32 Penelitian yang dilakukan oleh Pontefract H dkk di Amerika Serikat (2001) menunjukkan bahwa obat kumur yang mengandung minyak esensial dengan pH rendah dapat menyebabkan terjadinya penurunan kekerasan permukaan enamel sehingga Pontefract dkk menyatakan bahwa penggunaan obat kumur dengan pH rendah tidak disarankan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat merusak enamel, dianjurkan juga agar tidak digunakan sebelum menyikat gigi.59 Namun pada umumnya obat kumur memang diproduksi dalam pH asam untuk memaksimalkan efek pengawet pada obat kumur.60 Pratama IJ dkk di Indonesia (2013) menyatakan bahwa semakin kecil konsentrasi ekstrak cengkeh, maka akan semakin basa sifat pHnya.3 Konsentrasi minyak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur ini adalah 0,35%, dimana konsentrasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi minyak cengkeh yang digunakan oleh Marya CM dkk di India (2012) yaitu sebesar 0,05%. Meskipun Marya CM dkk tidak menyebutkan pH minyak cengkeh yang dipakai dalam penelitiannya, namun kemungkinan pH minyak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur ini lebih asam dibandingkan dengan pH minyak cengkeh yang


(50)

digunakan oleh Marya CM dkk karena konsentrasi minyak cengkeh pada obat kumur ini lebih tinggi dibandingkan penelitian tersebut. Dengan adanya kandungan sodium benzoate sebagai pengawet dalam obat kumur cengkeh ini juga dapat menjadi salah satu alasan obat kumur cengkeh ini dibuat dengan pH rendah. Sodium benzoate berfungsi sebagai antibakteri dan pengawet. Diketahui sodium benzoate mempunyai efek pengawet yang maksimal seiring dengan menurunnya pH suatu larutan42-45 sehingga kemungkinan pabrik mengatur pH obat kumur cengkeh ini menjadi asam agar efek sodium benzoate sebagai pengawet dapat bekerja maksimal. Komposisi lain selain minyak cengkeh dan sodium benzoate yang terkandung dalam obat kumur cengkeh dalam penelitian ini diperuntukkan untuk antibakteri dan antimikroba 40,41,46-49

sehingga peneliti berasumsi bahwa obat kumur cengkeh ini dimaksimalkan untuk antibakteri saja namun tidak sebagai agen remineralisasi.

Saliva dapat membantu proses remineralisasi enamel oleh karena adanya komposisi saliva seperti ion kalsium, fosfat, bikarbonat, urea, dan sialin. Aliran saliva dapat mengurangi kontak langsung asam dengan enamel, juga dapat menetralkan kembali pH rongga mulut sehingga remineralisasi dapat terjadi.14 Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada Tabel 4 yang menunjukkan dengan penambahan saliva buatan pada obat kumur cengkeh pada kelompok B1, B2, B3, dan B4 dapat meningkatkan nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05). Peningkatan yang terjadi bahkan melebihi nilai kekerasan awal, dimana kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan kelompok B1 (30 detik) adalah 400,07±3,00 VHN dari kekerasan awalnya 381,08±16,49 VHN, kelompok B2 (1 menit) adalah 385,26±7,58 VHN dari kekerasan awalnya 377,68±12,10 VHN, kelompok B3 (2 menit) adalah 401,20±25,67 VHN dari kekerasan awalnya 390,11±33,04 VHN, kelompok B4 (4 menit) adalah 398,24±13,70 VHN dari kekerasan awalnya 393,31±21,13. Hal ini terjadi karena selain sebagai buffer yang dapat menetralkan asam, difusi komponen anorganik dan organik pada saliva pada enamel dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi gigi sehingga terjadi peningkatan kekerasan permukaan enamel.50


(51)

Perbandingan nilai kekerasan permukaan enamel antara kelompok perendaman obat kumur cengkeh tanpa saliva buatan dengan kelompok perendaman obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5 dan Tabel 6) dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Oleh karena itu, dari penelitian ini peneliti berpendapat bahwa obat kumur yang mengandung minyak cengkeh ini baik dan aman untuk digunakan karena pada kenyataannya terdapat saliva pada rongga mulut yang dapat memicu remineralisasi pada rongga mulut. Hal ini tampak dari dengan penambahan saliva buatan pada obat kumur cengkeh dapat meningkatkan kekerasan permukaan enamel. Selain itu, pada individu yang mempunyai kelainan kelenjar saliva seperti xerostomia, obat kumur cengkeh ini pun baik untuk digunakan namun dengan penambahan saliva buatan pada individu tersebut.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05)

pada gigi premolar pertama maksila permanen yang telah direndam obat kumur cengkeh setelah perendaman jus jeruk kemasan.

2. Terdapat peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada gigi premolar pertama maksila permanen yang direndam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan setelah perendaman jus jeruk kemasan.

3. Terdapat perbedaan kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam obat kumur cengkeh tanpa saliva buatan dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan.

6.2 Saran

1. Penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh tidak dalam bentuk minyak esensial agar dapat memaksimalkan efeknya dalam remineralisasi enamel disamping efeknya sebagai antibakteri.

2. Penelitian lanjutan mengenai obat kumur cengkeh yang telah ditambah saliva buatan dalam efeknya sebagai antiseptik.


(53)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cengkeh

Cengkeh (Syzygium Aromaticum) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Maluku. Tanaman perkebunan ini menyebar di Indonesia sejak tahun 1870 dan kini sudah banyak dibudidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya. Tanaman cengkeh dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis.2 Indonesia merupakan negara penghasil cengkeh terbesar di dunia dengan kapasitas produksi sebesar 92.133 ton/tahun, disusul Madagaskar dan Tanzania dengan total produksi 1/6 total produksi cengkeh Indonesia yaitu sekitar 15.000 ton/tahun.3

Cengkeh adalah jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon yang besar dan berkayu keras. Pohon cengkeh dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20 meter dan umumnya pohon cengkeh membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk tumbuh dewasa dan siap dipanen. Daun cengkeh berwarna hijau berukuran 3-6 inci berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut. Bunga cengkeh yang muda berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan dan berwarna merah muda apabila sudah tua, sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman.4,5


(54)

2.1.1 Taksonomi Cengkeh

Berdasarkan ilmu taksonomi, cengkeh diklasifikasikan menjadi:4

• Kingdom : Plantae

• Subkingdom : Tracheobionta

• Filum : Angiosperma

• Kelas : Dicotyledonae

• Ordo : Myrtales

• Famili : Myrtaceae

• Genus : Syzygium

• Spesies : Syzygium aromaticum (L.)

2.1.2 Kandungan Cengkeh

United States Department of Agriculture (USDA) melaporkan bahwa dalam

100 gram cengkeh terkandung beberapa mineral seperti kalsium sebesar 44 mg, 0,231 mg tembaga, 1,28 mg zat besi, 60 mg magnesium, 0,256 mg mangan, dan 90 mg fosfor.4

Eugenol merupakan senyawa yang berperan dalam memberikan aroma khas menyegarkan dan pedas pada cengkeh, dan mempunyai efek analgesik, antiinflamasi, antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi.6,7,17 Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh, dengan kandungan dapat mencapai 72-90%, kandungan lain pada minyak cengkeh antara lain:4,6,7,10

a. Asetil eugenol yang berfungsi sebagai antioksidan dan aktivitas antiplatelet; beta-kariofilen, asam krategolik, dan vanillin yang berfungsi sebagai agen antiinflamasi, antioksidan, dan antitumor.

b. Tannin seperti asam galatanat dan metil salisilat yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam pada enamel gigi.

c. Flavonoid seperti eugenin, kaempferol, rhamnetin, dan eugenitin yang berfungsi sebagai agen antiinfalamasi, antifungal, dan antioksidan.


(55)

d. Triterpenoid seperti asam oleanolik yang berfungsi sebagai antimikroba dan antikanker.

2.1.3 Manfaat Cengkeh

Cengkeh merupakan tanaman herbal yang mempunyai banyak manfaat, dengan aroma khasnya yang harum dan sedikit pedas, cengkeh dapat digunakan untuk membuat lemari dan laci-laci menjadi harum. Kandungan kimia pada minyaknya yang sangat bermanfaat membuatnya banyak digunakan sebagai bumbu masakan dan obat berbagai masalah kesehatan sejak ribuan tahun yang lalu.4,5

Cengkeh mempunyai peran terapeutik dalam kondisi berikut:4,5-7,17-20

a. Anti-septik: minyak cengkeh dapat digunakan untuk mengurangi infeksi, luka, dan sakit akibat gigitan serangga.

b. Anti-fungal: cengkeh bermanfaat dalam mengurangi infeksi jamur seperti

athlete’s foot. Ali dkk di Dubai (2009) juga mengemukakan bahwa kandungan

eugenol yang ada pada cengkeh terbukti dapat menghambat perkembangan jamur

Candida albicans.

c. Anti-bakteria: minyak cengkeh dapat secara efektif membunuh bakteri infeksi pada kasus keracunan makanan. Chaiya A dkk di Thailand (2013) mengemukakan bahwa kandungan eugenol dalam obat kumur cengkeh dapat menghambat tumbuhnya bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus viridans yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi.

d. Anti-kasinogenik: asam oleanolik yang merupakan salah satu komponen dari etil asetat dalam ekstrak cengkeh berperan dalam aktivitas antitumor dengan menginduksi proses apoptosis.

e. Aktivitas antiplatelet: cengkeh dapat melancarkan peredaran darah karena kandungan eugenol dan asetil eugenol yang ada pada cengkeh dapat menghambat agregasi platelet.

f. Berkumur dengan kandungan cengkeh dapat mengurangi sakit kerongkongan dan bau mulut.


(56)

g. Hipertensi: mengunyah cengkeh secara teratur setidaknya selama 6 minggu atau lebih dapat membantu mengurangi hipertensi.

h. Analgesik: serbuk cengkeh yang diaplikasikan pada gusi gigi yang sakit dapat mengurangi rasa sakit, selain itu dapat juga mengurangi sakit pada sakit telinga dan sakit kepala, dan sakit gigi.

i. Cengkeh dapat membantu dalam meredakan masalah pencernaan seperti muntah-muntah, diare, dan perut kembung.

j. Antioksidan: minyak cengkeh dapat berfungsi sebagai antioksidan yang kuat. USDA (United States Department of Agriculture) menetapkan skala yang bernama ORAC (Oxygen Radical Absorption Capacity), dimana semakin tinggi skor ORAC, semakin mampu bahan tersebut merusak radikal bebas, dan minyak cengkeh mempunyai skor ORAC tertinggi yaitu 10.786.875 disusul minyak thyme dengan skor 159.500, sehingga cengkeh dikenal sebagai sang juara dari seluruh bahan antioksidan. Selain dalam bidang kesehatan, cengkeh dapat juga dimanfaatkan untuk mengusir nyamuk dan ngengat. Dalam bidang industri pabrik, cengkeh digunakan sebagai bahan dalam pasta gigi, sabun, kosmetik, obat kumur, parfum, dan rokok. Cengkeh juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat gosok balsam untuk mengurangi rasa sakit karena rematik, dan produk aroma terapi (Jirovets, 2010).17

2.1.4 Manfaat Cengkeh Terhadap Kekerasan Enamel

Penelitian oleh Al-lami AHK dan Al-lousi WS di Irak (2011) menunjukkan bahwa larutan ekstrak cengkeh 1%, 5%, dan 10% dapat meningkatkan kekerasan enamel pada gigi yang terdemineralisasi secara signifikan karena terdapat kandungan ion Ca2+ dan PO43- di dalamnya, dimana ion Ca2+ dan PO43- merupakan komponen mayor dari kristal hidroksiapatit.10 Ion Ca2+ dan PO43- yang ada pada obat kumur cengkeh akan membantu proses remineralisasi. Mikroporositas yang disebabkan oleh minuman asam mengakibatkan enamel gigi memiliki energi tegangan permukaan yang tinggi sehingga memungkinkan mineral kalsium dan fosfor masuk ke dalam mikroporositas tersebut.21 Cengkeh juga mengandung tannin yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam.10 Marya CM dkk di India (2012) juga


(57)

menunjukkan bahwa komponen mayor dalam cengkeh seperti eugenol dan asetil eugenol dalam minyak cengkeh 0,05% dapat menghambat dekalsifikasi enamel oleh jus apel dan menyebabkan terjadinya proses remineralisasi .11

2.2 Enamel

Gigi tersusun atas jaringan keras yang terdiri dari enamel, dentin, dan sementum. Enamel adalah lapisan terluar gigi yang menutupi seluruh mahkota gigi dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Enamel berwarna putih, namun enamel memiliki sifat translusen sehingga memungkinkan warna dentin yang sedikit kekuningan terlihat.22,23

Enamel terdiri atas 96% materi anorganik berupa mineral, 3% air, dan 1% materi organik. Komponen mineral utama pada enamel adalah kalsium dan fosfat yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2), sedangkan komponen organiknya adalah rod sheath dan protein-protein enamel.9,22,24 Enamel mengandung dua jenis protein yaitu amelogenin dan enamelin yang akan membantu dalam pembentukan kristal dengan mengikat kalsium dengan komponen hidroksiapatit yang lain.23

Kandungan mineral yang tinggi membuat enamel mempunyai sifat yang keras, bahkan merupakan jaringan yang paling keras pada tubuh manusia. Walaupun enamel merupakan struktur yang sangat keras, namun enamel bersifat semi-permeabel sehingga memungkinkan ion dan beberapa jenis cairan, bakteri, dan produk bakteri dalam rongga mulut berdifusi ke dalam enamel.21 Enamel tidak mempunyai sel, pembuluh darah, dan saraf sehingga tidak dapat memperbaharui dirinya jika rusak atau patah, tetapi dapat mengalami mineralisasi apabila mengalami kehilangan substansi enamel yang ringan.24

Secara mikroskopis, struktur dasar enamel adalah susunan prisma enamel atau

enamel rod. Prisma enamel tersusun pada enamel dengan dasarnya tegak lurus pada

DEJ (pertautan dentino-enamel) dan puncaknya pada permukaan luar gigi. Setiap prisma terbentuk dari empat ameloblas. Satu ameloblas membentuk kepala prisma, dua ameloblast membentuk leher prisma, dan ekor prisma terbentuk dari ameloblas


(58)

yang keempat. Pada potongan melintang, prisma enamel tampak seperti lubang kunci dengan kepala dan ekor, sedangkan pada potongan memanjang tampak seperti persegi panjang. Prisma enamel merupakan massa kristal-kristal hidroksiapatit pada pola yang teroganisir.21,24

2.2.1Demineralisasi dan Remineralisasi

Demineralisasi enamel adalah lepasnya sebagian maupun seluruh mineral dalam hidroksiapatit enamel karena larut dalam asam.Kondisi demineralisasi enamel terjadi bila pH larutan disekeliling permukaan enamel lebih rendah dari 5,5, dimana dilaporkan bahwa pH kritis enamel gigi berada diantara 5,2 dan 5,5. Semakin rendah pH saliva, maka akan menyebabkan ion hidrogen semakin meningkat sehingga dapat merusak ikatan hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) pada enamel gigi. Adapun pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan, bahwa semakin kecil atau semakin asam media, maka semakin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi.8,9,21

Demineralisasi dapat dibedakan menjadi demineralisasi yang disebabkan oleh karies dan demineralisasi non karies yang terdiri atas atrisi, abrasi, dan erosi.

Gambar 2. Prisma enamel, struktur dasar dari enamel. A: Diagram prisma enamel dan hubungannya dengan enamel gigi. B: Potongan melintang prisma enamel. C dan D: Potongan memanjang prisma enamel.24


(59)

Demineralisasi oleh karies disebabkan oleh asam yang berasal dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri. Sedangkan demineralisasi non karies seperti pada erosi terjadi karena asam yang berasal dari makanan dan minuman, obat-obatan, asam lambung dan dari lingkungan pekerjaan yang berkontak langsung dengan gigi tanpa melibatkan aktifitas bakteri. Pada tahap awal, erosi kurang disadari oleh penderita sebab tidak terjadi perubahan warna dan bukan berbentuk lubang. Gejala awal erosi adalah suatu bercak putih yang secara mikroanatomi terlihat bulat, licin, dan mengkilap. Pada tahap lanjut, semakin banyak enamel hilang, permukaan gigi semakin licin dan mengkilap, serta permukaan yang membulat pada elemen gigi menjadi rata.25

Pada saat asam berkontak dengan enamel maka ion hidrogen pada larutan asam mulai melarutkan kristal enamel. Mula-mula, daerah selubung prisma (prisma sheath) melarut dan berlanjut ke inti prisma, membentuk permukaan dengan gambaran seperti sarang lebah. Kemudian asam yang tidak berionisasi (anion) berdifusi ke dalam daerah interprismatik pada enamel gigi dan melarutkan lebih lanjut mineral pada daerah bagian bawah permukaan enamel. Struktur prisma enamel menjadi irreguler diikuti dengan derajat hilangnya enamel yang bervariasi dari satu tempat ketempat lain.14

Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut:26,27

Ca10(PO4)6(OH)2 10Ca2+ + 6PO43- + 2OH-

Padat Larut

Dari reaksi di atas, ketika pH menjadi asam, ion OH- akan diubah oleh ion [H+] ke bentuk H2O dan PO43- menjadi bentuk HPO42-. HPO42- tidak dapat dikontribusi kepada keseimbangan hidroksiapatit yang normal karena dalam hidroksiapatit normal yang terkandung di dalamnya adalah PO4 dan bukan HPO4 sehingga mengakibatkan hidroksiapatit melarut.26,27 Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk pori-pori kecil atau porositas pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada sehingga nantinya dapat menyebabkan penurunan kekerasan enamel.9


(60)

Remineralisasi merupakan proses dimana ion mineral kalsium dan fosfat kembali membentuk kristal hidroksiapatit pada enamel. Kunci utama dalam proses remineralisasi adalah dengan mengembalikan pH rongga mulut ke tingkat yang lebih tinggi daripada pH kritis enamel gigi dan terdapat ion Ca2+ dan PO43- yang cukup pada rongga mulut.8,21,28

Remineralisasi dapat terjadi jika terdapat sebagian kristal yang terdemineralisasi sehingga kristal yang terdemineralisasi tersebut dapat kembali ke ukuran semula ketika terekspos dengan cairan yang mengandung ion Ca2+ dan PO43-. Ion kalsium dan fosfat akan menghambat proses penguraian hidroksiapatit dan menyebabkan terjadinya rebuilding atau pembangunan kembali sebagian kristal hidroksiapatit yang larut. Mikroporositas yang disebakan oleh karena minuman asam mengakibatkan enamel gigi memiliki energi tegangan permukaan yang tinggi sehingga memungkinkan mineral Ca2+ dan PO43- masuk ke dalam mikroporositas tersebut. Mikroporositas enamel yang terjadi akan terisi Ca2+ dan PO43- karena mikroporositas enamel hanya akan diisi dengan ion mineral yang memiliki jari-jari ionik yang sama dengan jari-jari ionik mineral yang hilang. Pergantian mineral pada mikroporositas enamel akan stabil hanya bila ion Ca2+ dan PO43- yang larut juga tergantikan dengan kedua ion tersebut.8,21

Remineralisasi enamel tidak selalu dapat terjadi, dalam prosesnya selalu dipengaruhi oleh banyak hal, seperti waktu perendaman, supersaturasi larutan terhadap gigi, laju endapan reaktan dan pH larutan. Jika faktor tersebut tidak memenuhi maka remineralisai enamel akan terhambat. Proses remineralisasi adalah proses penting yang memiliki pengaruh secara signifikan pada kekerasan dan kekuatan gigi.8,21,28,29

2.2.2 Kekerasan Enamel

Kekerasan merupakan ketahanan material terhadap penetrasi dari beban yang diberikan dimana beban yang diberikan hanya mengenai sebagian kecil luas permukaan material dalam jangka waktu tertentu. Kekerasan permukaan enamel berbeda-beda tergantung pada lokasinya dan kekerasannya akan berkurang dari


(61)

permukaan luar enamel menuju ke dentin. Hal ini disebabkan kandungan mineral anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari enamel.15,23

Penurunan kekerasan permukaan gigi membuat gigi lebih rentan terhadap erosi dan kehilangan mineral gigi.30 Kekerasan permukaan gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat keasaman, suhu, dan mineral pada makanan atau minuman: a. Mineral yang ada di dalam makanan atau minuman

Benjakul dkk di Thailand (2011) menunjukkan bahwa Kapi yang ditambahkan pada makanan sejenis kari yang berasal dari Thailand (Kangsom) dapat mengurangi erosi pada enamel. Kapi adalah udang yang telah difermentasi hingga berbentuk pasta yang mengandung kalsium cukup tinggi. Penelitian ini membuktikan bahwa mineral yang terkandung dalam makanan dan minuman dapat mempengaruhi kekerasan enamel.31

b. Tingkat keasaman makanan atau minuman

Semakin asam makanan dan minuman akan semakin berpotensi

mengakibatkan erosi gigi. Tahmassebi dkk di Inggris (2006) menunjukkan bahwa Makanan dan minuman yang memiliki pH di bawah pH kritis (5,5) dengan kuantitas asam yang tinggi dapat menyebabkan erosi gigi yang lebih progresif.30 Pernyataan ini didukung oleh Seow WK dan Thong KM di Australia (2005) yang menunjukkan bahwa minuman ringan, minuman olahraga, jus buah, serta minuman beralkohol dengan pH asam (<5,5) dapat menimbulkan erosi dan penurunan kekerasan enamel yang signifikan.32

c. Suhu makanan atau minuman

Machado C dkk di Amerika (2008) menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur jus jeruk dan minuman ringan, semakin besar efeknya pada erosi enamel.13

2.2.3Ketebalan Enamel

Enamel memiliki ketebalan yang bervariasi dan berbeda pada setiap area gigi. Ketebalan enamel yang paling tinggi berada pada daerah cusp maupun insisal, sedangkan tertipis pada daerah cemento-enamel junction.23 Pada gigi anterior (insisal


(62)

edge) ketebalan enamel sebesar 2 mm, gigi premolar (cusp) sebesar 2,3-2,5 mm, dan

gigi molar (cusp) sebesar 2,5-3 mm. Gigi premolar satu permanen memiliki ketebalan enamel sebesar 0,904 mm (dari puncak cusp lingual), 0,625 mm (dari puncak cusp

buccal), 0,95 mm (dari lingual occlusal), dan 0,68 mm (dari buccal occlusal).

Schwartz GT (2000) mendeskripsikan ketebalan enamel pada gigi premolar, molar 1, molar 2, dan molar 3 melalui tabel berikut.33

Tabel 1. Nilai rerata ketebalan enamel manusia pada rahang atas dan rahang bawah.33

Daerah pengukuran gigi

Rerata ketebalan enamel gigi (mm)

Molar 1 Molar 2 Molar 3 Premolar

Lingual cusp tips 1,77 1,80 1,81 0,90

Buccal cusp tips 1,98 2,05 2,26 0,62

Lingual occlusal 1,53 1,55 1,59 0,95

Buccal occlusal 1,91 1,81 1,96 0,68

2.2.4Alat Penguji Kekerasan Enamel

Kekerasan enamel umumnya diukur dengan menggunakan alat pengukur kekerasan mikro yaitu Knoop Hardness Tester dan Vickers Hardness Tester. Gutierrez-salazar MP dan Reyes-Gasga J melaporkan kekerasan enamel yang diukur berkisar 270-360 VHN (Vickers Hardness Number), Chuenarrom C dkk melaporkan kekerasan enamel berkisar dari 316-328 VHN, Mettu S dkk melaporkan kekerasan enamel berkisar 395.01±5.97 VHN, sedangkan Cirano FR dkk melaporkan sebesar 398,41±24,74 VHN. Variasi kekerasan enamel dapat terjadi karena faktor gambaran histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, dan persiapan sampel.15,16,29,34

a. Metode Knoop

Metode Knoop biasanya digunakan untuk mengukur nilai kekerasan obyek yang kecil atau tipis. Beban pengujian kekerasan Knoop berkisar antara 10 hingga


(63)

1000 gram. Indentor diamond Knoop menghasilkan indentasi kecil yang berbentuk belah ketupat yang elongasi dimana ratio antara diagonal yang panjang dibanding diagonal pendek adalah 7:1, yang diukur adalah panjang diagonal terbesar. Kemudian, daerah yang terjejas dibagi dengan beban yang diberikan sehingga menghasilkan Knoop Hardness Number (KHN).35,36

Gambar 3. Bentuk indentasi alat kekerasan Knoop36

b. Metode Vickers

Vickers hardness tester adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur

nilai kekerasan enamel. Pengujian kekerasan Vickers dilakukan dengan membuat indentasi pada permukaan obyek yang diuji dengan indentor diamond yang berbentuk piramida dengan dasar persegi dan sudut 136o antara satu permukaan dengan permukaan yang berlawanan seperti di gambar 4. Beban yang diinginkan ditekan pada permukaan obyek selama 10 sampai 15 detik. Setelah itu, panjang kedua garis diagonal pada lekukan yang dihasilkan diukur di bawah mikroskop untuk mendapatkan nilai rata-ratanya.35,36 Kemudian, nilai kekerasan Vickers (HV) dapat dihitung dengan rumus:29

HV = 1,854 x F Petunjuk:

F= beban yang diterapkan


(1)

7. Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU dan Novita selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU yang telah memberikan izin, bantuan, dan bimbingan kepada penulis saat penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU.

8. Maya Fitria, S.K.M., M.Kes yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam rancangan penelitian dan pengolahan data.

9. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Biologi Oral yaitu Rizka, Faddilla, Nava, Buahna, Yudha, Joey, Jojor, Santy, Nevi, Fheby, Grace, Lara, Ade, Agnes, Ricky, Kak Steffi, Kak Agnes, Kak Shinta, Kak Ayu, Kak Yulisha, Kak Widya, Kak Aisyah, Kak Desy, Bang Bowo dan Bang Yosua atas dukungan dan bantuannya selama pengerjaan skripsi.

10. Sahabat-sahabat penulis: Jenny, Sherly, Sarah, Olivian, Linda, Ivanna, Jessica dan seluruh teman-teman FKG USU angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

11. Teristimewa kepada orangtua penulis yang tercinta yaitu Sutriswan dan San San Roes serta kedua adik penulis tersayang yaitu Frederick dan Jeanice Victoria atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menerima dengan terbuka berbagai kritik dan saran yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik dikemudian hari. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan buah pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 13 Mei 2016 Penulis,

(Novia) NIM: 120600073


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesa Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cengkeh ... 5

2.1.1 Taksonomi Cengkeh ... 6

2.1.2 Kandungan Cengkeh ... 6

2.1.3 Manfaat Cengkeh ... 7

2.1.4 Manfaat Cengkeh Terhadap Kekerasan Enamel ... 8

2.2 Enamel ... 9

2.2.1 Demineralisasi dan Remineralisasi ... 10

2.2.2 Kekerasan Enamel ... 12

2.2.3 Ketebalan Enamel ... 13

2.2.4 Alat Penguji Kekerasan Enamel ... 14

2.3 Gigi Premolar Pertama Maksila Permanen ... 16

2.4 Obat Kumur ... 17

2.5 Saliva ... 19

2.6 Komposisi Saliva ... 19


(3)

2.8 Kerangka Konsep ... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1 Tempat Penelitian ... 24

3.2.2 Waktu Penelitian ... 24

3.3 Sampel dan Besar Sampel ... 24

3.3.1 Sampel Penelitian ... 24

3.3.1 Besar Sampel ... 25

3.4 Kriteria Sampel ... 25

3.5 Variabel Penelitian ... 26

3.5.1 Variabel Bebas ... 26

3.5.2 Variabel Terikat ... 26

3.5.3 Variabel Terkendali ... 26

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 27

3.6 Definisi Operasional Penelitian ... 29

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

3.7.1 Alat-alat Penelitian ... 30

3.7.2 Bahan-bahan Penelitian ... 31

3.8 Prosedur Penelitian ... 32

3.8.1 Persiapan Sampel ... 32

3.8.2 Pengukuran Kekerasan Awal Permukaan Enamel Gigi ... 33

3.8.3 Perendaman Jus Jeruk Kemasan dan Pembagian Kelompok ... 34

3.8.4 Perendaman Obat Kumur Cengkeh ... 34

3.9 Pengolahan dan Analisa Data ... 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 36

BAB 5 PEMBAHASAN ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1 Kesimpulan ... 46

6.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Cengkeh kering ... 5

2. Prisma enamel, struktur dasar dari enamel ... 10

3. Bentuk indentasi alat kekerasan Knoop ... 15

4. Bentuk indentasi alat kekerasan Vickers ... 16

5. Gigi premolar satu maksila permanen dilihat dari berbagai aspek ... 17

6. Alat dan bahan (dok.) ... 31

7. Sampel (dok.) ... 32

8. Microvickers hardness tester (dok.) ... 33


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Nilai rerata ketebalan enamel manusia pada rahang atas dan rahang

bawah ... 14 2 Nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus

jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh 30 detik,

1 menit, 2 menit, dan 4 menit ... 37 3 Hasil uji statistik T berpasangan penurunan nilai rerata kekerasan

permukaan enamel dari setelah perendaman jus jeruk kemasan dengan

setelah perendaman obat kumur cengkeh ... 37 4 Hasil uji statistik T berpasangan peningkatan nilai rerata kekerasan

permukaan enamel dari setelah perendaman jus jeruk kemasan dengan setelah perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva

buatan.. ... 38 5 Hasil uji statistik One Way ANOVA perbedaan rerata kekerasan

permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan

penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan ... 39 6 Hasil uji statistik Post Hoc perbedaan rerata kekerasan permukaan

enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema alur pikir 2. Skema alur penelitian 3. Lembar pemeriksaan

4. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian 5. Surat pernyataan persetujuan (Informed Consent) 6. Ethical Clearance

7. Surat keterangan penelitian di Laboratorium Teknik Mesin UNIMED 8. Surat keterangan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU 9. Data hasil uji kekerasan permukaan enamel