Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan karya ilmiah ini adalah bagaimana pengaruh waktu, temperatur dan tekanan terhadap kehilangan minyak pada air
kondensat dengan perebusan sistem tiga puncak di pabrik kelapa sawit PTPN III kebun Rambutan Tebing Tinggi.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah : −
Untuk mengetahui cara penekanan kehilangan minyak dalam proses pengolahan kelapa sawit di stasiun perebusan dengan mengoptimalkan
tekanan uap air steam, waktu dan temperatur yang digunakan selama proses perebusan kelapa sawit berlangsung.
− Untuk mengetahui prosedur proses pengolahan TBS kelapa sawit di
stasiun perebusan dengan sistem tiga puncak tripple peak. −
Untuk mengetahui kadar minyak air rebusan kondensat yang dianalisa di laboratorium.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
1.4. Manfaat
− Menerapkan teori yang telah dipelajari selama kuliah terhadap proses
produksi pabrik dalam skala besar. −
Meningkatkan pencapaian sasaran mutu produk yang terbaik. −
Sebagai masukan bagi pabrik kelapa sawit untuk meminimalisasi
kehilangan minyak yang terjadi di stasiun perusahaan.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEJARAH KELAPA SAWIT
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di
tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit
Deli Dura.
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia,
yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat terkenal sebagai AVROS, Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912.
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus
berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit
tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Habitat asli kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis 15° LU - 15° LS. Tanaman ini tumbuh sempurna di
ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80 – 90 . Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah
yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Http:id.wikipedia.orgwikikelap_sawit
2.1.1 Jenis – Jenis Kelapa Sawit
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi
− Dura,
− Pisifera, dan
− Tenera.
1. Varietas Dura
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah, daging buah tipis, peresentase daging buah
terhadap buah 30 – 50, inti buah besar, namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18.
2. Varietas Psifera
Pisifera memiliki tempurung yang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buahnya sangat kecil. Kandungan minyak pada daging buah cukup tinggi
karena sabutnya daging tebal, tetapi kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga
betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
3. Varietas Tenera Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit
unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90 dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai
28.
4. Varietas Macro Carya Daging buahnya sangat tipis, tempurung sangat tebal 4 – 5 mm.
5. Varietas Dwikka Wakka
Daging buahnya serabut berlapis dua, oleh karena itu disebut Dwikka.
Dalam perkembangan selanjutnya, oleh berbagai pusat penelitian kelapa sawit, varietas tenera telah dimodifikasikan sehingga menghasilkan keturunan yang mempunyai
sifat jauh lebih baik dari pada varietas semula, baik melalui persilangan, kultur jaringan, maupun kloning. Berdasarkan warna kulit buahnya, terdapat tiga varietas buah kelapa
sawit, Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Risza, 1994
2.2 MINYAK KELAPA SAWIT 2.2.1 Komposisi dan Sifat Minyak Kelapa Sawit
Diantara sumber minyak pangan yang tersedia di Indonesia juga tingkat dunia, minyak sawit merupakan sumber yang utama dengan tingkat konsumsi lebih dari 80 . Minyak
kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat karena mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari delapan. Warna minyak sawit
ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. S. Ketaren, 1986
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
2.2.1.1 TRIGLISERIDA
Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda
trigliseridanya, hanya dalam berbentuk wujud. Disebut minyak jika berbentuk cair dan lemak jika berbentuk padatan. Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan
gliserol dengan 3 molekul asam lemak. Mangoensoekardjo, 2003
CH
2
– OH +
R
1
– COOH CH
2
– COOR
1
CH – OH +
R
2
– COOH CH – COOR
2
+ 3 H
2
O CH
2
– OH +
R
3
– COOH CH
2
– COOR
3 Gliserol
Asam Lemak Trigliserida
Air
Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam-asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam-asam lemak ini tergantung
pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya.
Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C
16:0
jenuh dan asam oleat C
18:1
tidak jenuh. Umumnya, komposisi asam lemak minyak sawit sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
No Nama Asam
Jenis Rumus Molekul
Kadar 1
2 Asam Miristat
Asam Palmitat Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh C13H27COOH
C15H31COOH 1,8
40
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
3 4
5 6
7 8
Asam Stearat Asam Laurat
Asam Arakhidat Asam Oleat
Asam Linoleat Asam Linoleat
Asam lemak jenuh Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh Asam lemak tidak jenuh
Asam lemak tidak jenuh Asam lemak tidak jenuh
C17H35COOH C11H23COOH
C19H35COOH C17H33COOH
C17H31COOH C17H27COOH
3,0 2,0
1,0 42
7,9 1,1
Sumber : J. Sartono, 1997 Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai
panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis secara kimia sebagai berikut : CH
2
– COOR
1
CH
2
– OH CH – COOR
2
+ H
2
O CH – COOR
2
+ R
1
COOH CH
2
– COOR
3
CH
2
– COOR
3 Trigliserida
Air Digliserida
FFA
Gliserida dalam minyak bukan merupakan gliserida sederhana, tetapi merupakan gliserida campuran yaitu molekul gliserol berikatan dengan asam lemak yang berbeda.
2.2.1.2 NON TRIGLISERIDA
Minyak juga mengandung komponen non trigliserida dalam jumlah kecil, tetapi komponen ini juga harus dipisahkan karena menyebabkan rasa, bau dan warna minyak
yang kurang menyenangkan. Komponen non trigliserida dan kotoran yang dikandung oleh minyak dapat dibedakan atas :
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
a. komponen terlarut dalam minyak.
Misalnya : asam lemak bebas, karoten, lendir gum, tocopherol, sterol dan alkohol.
b. komponen yang tersuspensi dan tidak larut.
Misalnya : Karbohidrat Minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit masih dalam
bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil CPO yang belum dapat digunakan sebagai bahan makanan karena masih mengandung logam-logam, mineral maupun lendir yang
tinggi , sehingga sulit dicerna apabila digunakan sebagai bahan makanan manusia. CPO merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah kelapa sawit sehingga diperoleh
minyak mentah yang mempunyai warna merah kekuningan karena kandungan karotein yang tinggi yaitu dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak jenis tenera
kurang lebih 500 – 700 ppm, kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama dalam proses produksi. Sehingga, bila minyak ini nanti diproses lagi
maka standar produksi minyak mentah akan ditentukan. Elisabeth J, 2000
Tabel 2.2 Komponen Dalam Minyak Kelapa Sawit
No Komponen
Kuantitas
1 Asam lemak bebas
3,0 – 4,0 2
Karoten ppm 500 – 700
3 Fosfolipid ppm
500 – 1.000 4
Dipalmito stearin 1,2
5 Tripalmitin
5,0
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
6 Dipalmitolein
37,2 7
Palmito stearin olein 10,7
8 Palmito olein
42,8 9
Triolein linole 3,1
Sumber : Iyung Pahan 2008
2.2.2 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Standar mutu adalah hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu minyak sawit, yaitu : kandungan air dan
kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu minyak sawit adalah titik cair dan
kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadibility, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak sawit yang baik mempunyai
kandungan air yang kurang dari 0,1 dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 , kandungan asam lemak bebas serendah mungkin kurang dari 2 , bilangan peroksida
dibawah 2 , bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat, tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. S.
Ketaren, 1986
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk memperkuat daya saing minyak sawit di pasaran internasional, produsen melakukan peningkatan produktivitas dan kualitas serta meningkatkan efesiensi
pengolahan. Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui dengan melalui sortir buah sebelum diolah, sehingga mendapatkan mutu
minyak kelapa sawit menurut standart mutu Special Prime Bleach SPB. Iyung P, 2008
Standart mutu Special Prime Bleach SPB dibandingkan dengan mutu Ordinary dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.3 : Standar Mutu SPB dan Ordinary
No Kandungan
SPB Ordinary
1 2
3 4
5 6
7 8
Asam lemak bebas Kadar air
Kadar Kotoran Besi ppm
Tembaga ppm Bilangan iod
Karotene ppm Tocopherol ppm
1 – 2 0,1
0,002 10
0,5 53 ± 1,5
500 800
3 – 5 0,1
0,01 10
0,5 45 – 56
500 – 700 400 - 600
Sumber : S. Ketaren 1986
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit yang disimpan dapat mengalami penurunan mutu jika tidak ditangani dengan tepat, terutama karena terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis.
2.2.3.1 Reaksi Penurunan Kualitas Minyak
Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti absorbsi baud an kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, dan reaksi kimia.
1 Absorbsi bau dan kontaminasi
Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan yang mengandung minyak lemak yaitu usaha mencegah pencemaran bau dan kontaminasi
dari alat penampungan. Hal ini karena minyak lemak dapat mengabsorbsi zat menguap atau bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorbsi dan kontaminasi dari wadah ini akan
menyebabkan perubahan pada minyak, di mana akan menghasilkan bau tengik sehingga menurunkan kualitas minyak.
Proses absorbsi dan kontaminasi dari tempat penyimpanan dapat dihindari dengan pemakaian bahan yang sesuai. Untuk penampungan dan penyimpanan minyak kelapa
sawit, bisa dipakai bahan dari stainless steel atau mild steel yang dilapisi dengan cat epoxy. Bahan yang berasal dari seng tidak dianjurkan untuk tempat penyimpanan minyak
sawit.
2 Aksi enzim
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
Biasanya, bahan yang mengandung minyak lemak mengandung enzim yang dapat menghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam keadaan tidak
aktif. Sementara, jika organisme telah mati maka koordianasi antar sel akan rusak sehingga enzim akan bekerja dan merusak minyak. Indikasi dari aktivitas enzim dapat
diketahui dengan mengukur kenaikkan bilangan asam.
Adanya aktivitas enzim akan menghidrolisis minyak sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menghasilkan
bau tengik dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas juga dapat menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam. Untuk mengurangi aktivitas enzim ini bisa
diusahakan dengan penyimpanan minyak pada kondisi panas, minimal 50
o
C.
3 Aksi mikroba
Kerusakan minyak oleh mikroba jamur, ragi, dan bakteri biasanya terjadi jika masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan pun masih
mengandung mikroba yang berjumlah maksimum 10 organisme setiap gramnya. Dalam hal ini, minyak dapat dikatakan steril. Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh mikroba
antara lain produksi asam lemak bebas, bau sabun, bau tengik, dan perubahan warna miyak.
4 Reaksi kimia
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
Faktor penyebab kerusakan minyak kelapa sawit yang perlu mendapatkan perhatian dan besar pengaruhnya yaitu kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis,
oksidasi, polimerisasi dan lain-lain.
Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hal ini akan merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah
terjadinya hidrolisis, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal mungkin. Proses hidrolisa yang sengaja biasanya dilakukan dengan penambahan sejumlah basa.
Proses ini dikenal sebagai proses penyabunan. Proses penyabunan ini digunakan dalam industri. Biasanya ditambahkan dengan alkali NaOH sehingga terjadi reaksi
penyabunan.
Reaksi oksidasi minyak sawit akan menghasilkan senyawa aldehida dan keton. Adanya senyawa ini tidak disukai karena menyebabkan ketengikan. Pengaruh lain akibat
oksidasi yaitu perubahan warna karena kerusakan pigmen warna, penurunan kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang biasa dilakukan untuk menghambat reaksi
oksidasi yaitu dengan pemanasan 50 – 55
o
C yang mematikan aktivitas mikroorganisme.
Reaksi polimerisasi merupakan penggabungan satu molekul dengan molekul yang lain sehingga membentuk molekul yang lebih besar. Polimerisasi pada minyak
merupakan kelanjutan dari reaksi oksidasi dan pemanasan. Polimer yang terbentuk mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari trigliserida. Jika disimpan dalam temperatur
kamar, polimer akan membentuk kristal–kristal halus yang sukar larut dalam minyak.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
Jika polimerisasi berlanjut terus, akan terbentuk bahan gum yang mengendap. Iyung P, 2008
Menurut Arnott 1963 ada beberapa bahan yang dapat merusak kualitas minyak. Ia mengkategorikan kandungan bahan-bahan yang dapat merusak kualitas minyak
kelapa sawit, sebagai berikut :
Tabel 2.4 Bahan Yang Dapat Merusak Kualitas Minyak
Bahan Sangat
rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat tinggi
Asam lemak bebas 20
2,0 - 2,7 2,8 - 3,7
3,8 - 5,0 5,0
Kadar air 0,1
0,1-0,19 0,2-0,39
0,4 - 0,6 0,6
Kadar kotoran 0,005 0,005-0,01 0,01 -0,025 0,026 -0,05
0,05 Sumber :
Http:elerning.unej.ac.idcourses
2.2.3.2 Upaya Untuk Mempertahankan Nilai DOBI Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah–kuning pada minyak. Warna tersebut kurang disukai
konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan dan larut dalam
minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan kemampuan untuk dipucatkan
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
semakin berkurang. Penurunan daya pemucatan ini disebut DOBI Detterioration of Bleachability Index.
Adanya warna dan bilangan DOBI yang rendah tidak disukai dalam industri karena minyak sawit semakin sulit untuk dipucatkan. Berdasarkan evaluasi terhadap nilai
DOBI minyak sawit, nilai DOBI minyak sawit dapat dikelompokkan 4 macam, yaitu sebagai berikut :
− DOBI
1,7 – berarti jelek −
1,8 DOBI 2,3 – berarti kurang baik
− 2,4
DOBI 2,9 – berarti cukup −
DOBI 2,9 – berarti baik
Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses oksidasi yang terjadi sejak panen, lalu ditunjukkan pada proses pengolahan, penimbunan, dan
pemompaan ke kapal tanker angkut. Kerusakan kualitas tersebut akan berperan pada proses pengolahan yang lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian setiap
kegiatan yang mempengaruhi kerusakan minyak, seperti : mengawasi sistem panen dan pada transportasi, menghindari pemakaian uap kering, menghindari pemakaian uap
secara langsung pada stasiun pemurnian, menghindarkan pemanasan yang berlebihan di dalam unit pengolahan, dan mengendalikan penimbunan dalam proses pengolahan.
Hasil penelitian terhadap kualitas minyak sawit untuk setiap proses ditunjukkan oleh tabel berikut :
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 2.5 : Nilai DOBI dari Minyak Sawit Selama Pengolahan
No Stasiun Pengolahan
Nilai DOBI 1
2 3
4 5
6 7
Oil gutter Settling tank
Oil tank Vacuum dryer
Sludge seperator Fat pit
Minyak produksi 3,47 – 3,65
3,02 – 3,36 2,88 – 2,98
2,54 – 2,78 2,34 – 2,48
1,58 – 1,97 2,92 – 2,98
Sumber : Iyung P, 2008
2.3 PERSYARATAN MUTU PANEN TBS KELAPA SAWIT
Panen yang diterima di pabrik adalah berupa tandan buah segar TBS atau fresh fruit bunch FFB. TBS yang telah siap dipanen lalu dibawa ke pabrik untuk diolah
tetapi sebelumnya disortasi lebih dahulu di loading ramp. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan. Dikenal ada lama fraksi TBS yang dapat kita lihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.6 : Tingkat Fraksi TBS
No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan
Keterangan 1
Mentah 00
Tidak ada, Sangat mentah
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
2
3 Matang
Lewat matang
1
2
3
4
5 berwarna hitam
1 – 12,5 Buah luar membrondol
12,5 – 25 Buah luar membrondol
25 – 50 Buah luar membrondol
50 – 75 Buah luar membrondol
75 – 100 Buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol Ada buah yang busuk
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat Matang I
Lewat matang II
Sumber : Pusat Penelitian Marihat 1982
Derajat kematangan yang baik jika TBS dipanen pada fraksi 1, 2, 3, dan 4. Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya
brondolan, serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut :
− Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25 dari berat tandan seluruhnya
− Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20 dari jumlah tandan
− Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65 dari jumlah tandan
− Tandan yang terdiri dari fraksi 4 maksimal 15 dari jumlah tandan.
M. Hadi, 2004
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008.
USU Repository © 2009
2.4 PEREBUSAN STERILISASI