Perilaku Keselamatan Kerja PEMBAHASAN

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Perilaku Keselamatan Kerja

Geller 2001 menyatakan bahwa perilaku itu mengacu pada tingkah laku atau tindakan individu yang dapat diamati oleh orang lain. Dengan kata lain, perilaku adalah apa yang seseorang katakan atau lakukan yang merupakan hasil dari pikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Dalam pengertian umum, Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan mahluk hidup dan pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun demikian tidak berarti bahwa perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara komitmen dan kebijakan K3; perencanaan K3; pelaksanaan K3 serta lingkungan non fisiksosial dengan pengetahuan serta sikap terhadap keselamatan kerja. Sementara pelaksanaan K3; pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3; lingkungan fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan tindakan keselamatan kerja. Perilaku keselamatan adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan faktor-faktor keselamatan kerja. Zhou 2007 menyatakan ada empat faktor yang paling efektif untuk meningkatkan perilaku keselamatan, yaitu: safety attitudes, employee’s involvement, safety management systems and procedures, and safety knowledge. Pengetahuan 65 Universitas Sumatera Utara keselamatan dipengaruhi oleh pengetahuan karyawan terhadap prosedur keselamatan kerja yang diberikan atau diterapkan di dalam perusahaan. Dengan adanya pengetahuan keselamatan kerja lebih waspada terhadap kecelakaan kerja. Pengetahuan akan suatu hal cenderung disertai dengan penerapan sikap, dan hal ini berperan penting dalam mengurangi tingkat kecelakaan kerja Griffin dan Neal, 2003. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu Notoatmodjo, 2007. Pengetahuan responden yang pada umumnya baik 70,03 diperoleh setelah responden melakukan penginderaan terhadap manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah diterapkan oleh PT PDSI dengan baik 76,62. Penerapan SMK3 berdasarkan prinsip standar OHSAS yang terdiri dari lima prinsip di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang yaitu komitmen dan kebijakan K3 pada kategori baik 77,92; perencanaan K3 baik 75,32; Pelaksanaan K3 baik 80,52; pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 baik 76,62 dan kaji ulang manajemen K3 juga pada kategori baik yaitu sebesar 88,31. Dengan penerapan manajemen K3 yang baik memungkinkan responden memperoleh pengetahuan yang baik karena penerapan manajemen K3 menjadi suatu proses belajar bagi pekerja dalam mengetahui maupun memahami tentang keselamatan kerja. Soekidjo 2003 menyatakan bahwa perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar. Terbentuk dan terjadinya perubahan perilaku manusia terjadi dikarenakan adanya proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui Universitas Sumatera Utara suatu proses yakni proses belajar. menejemen keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 Ridley, 2003. Dari hasil penelitian, masih ditemukan responden dengan pengetahuan dan tindakan keselamatan yang kurang tabel 4.3. Bart 1994 dalam penelitiannya menyatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Tindakan keselamatan responden berdasarkan kuisioner yang diberikan kepada responden, ditemukan bahwa masih ada responden yang kadang-kadang menggunakan APD, kadang-kadang bekerja sesuai peraturan K3, kadang-kadang bekerja sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, kadang-kadang memelihara APD yang telah disediakan perusahaan dan masih ada yang tidak pernah memperhatikan cara kerja dan posisi kerja yang ergonomis. Borman dan Motowidlo dalam Wijayanti 2008 membedakan perilaku keselamatan di tingkat individu ke dalam dua kategori, yaitu kepatuhan keselamatan safety compliance dan partisipasi keselamatan safety participation. Kepatuhan keselamatan didefinisikan sebagai aktivitas utama yang harus dilakukan individu untuk mempertahankan keselamatan di tempat kerja, termasuk di dalamnya kepatuhan akan prosedur kerja dan menggunakan peralatan pelindung diri personal protective equipment-PPE. Di sisi lain partisipasi keselamatan didefinisikan sebagai perilaku yang tidak secara langsung berkontribusi terhadap aktivitas keselamatan, Universitas Sumatera Utara tetapi akan membantu lingkungan kerja untuk tetap selamat. Dari hasil penelitian terhadap tindakan karyawan ditemukan bahwa pada umumnya responden memiliki partisipasi keselamatan dalam bentuk saling bekerja sama dengan sesama karyawan dan saling memberikan informasi tentang keselamatan kerja. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa ternyata lingkungan non fisiksosial responden memiliki hubungan atau korelasi positif yang signifikan dengan pengetahuan dan sikap responden terhadap keselamatan kerja. 5.2 Pengaruh antara Komitmen dan Kebijakan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 Hasil analisis univariat responden pada tabel 4.1 dapat dilihat gambaran penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 berdasarkan prinsip standar OSHAS yang terdiri dari lima prinsip. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa penilaian responden terhadap komitmen dan kebijakan K3 di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang pada umumnya baik 77,92 dan sedang 22,08. Komitmen PT PDSI dalam melaksanakan peraturan perundangan K3, mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran. Namun berdasarkan uji bivariat dengan menggunakan Uji korelasi Kendall’s Tau menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara komitmen dan kebijakan K3 dengan pengetahuan p = 0,004 dan sikap p = 0,008 terhadap keselamatan kerja, dan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan tindakan p = 0,168. Universitas Sumatera Utara Komitmen dan kebijakan K3 PT PDSI Rantau Aceh Tamiang hanya berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan dan sikap, hal ini disebabkan karena pihak manajemen K3 PT PDSI Rantau Aceh Tamiang memberikan pelatihan- pelatihan tentang K3, dimana dengan pengetahuan yang dimiliki karyawan diharapkan karyawan memiliki kesadaran akan bahaya yang mengancam sehingga meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Pihak manajemen K3 PT PDSI juga mensosialisasikan semua peraturan yang dibuat oleh manajemen mengenai K3 dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh karyawan. Sikap timbul dari pengetahuan yang didapat oleh karyawan di PT PDSI dan merasa bahwa program K3 di perusahaan dapat memberikan kenyamanan, ketenteraman, ketenangan dan kesehatan dalam bekerja. Komitmen dan kebijakan K3 di PT PDSI Rantau Aceh tamiang tidak mempengaruhi tindakan keselamatan responden karena tindakan responden sangat tergantung pada pengawasan atau pun ketegasan saksi yang diberikan oleh pihak manajemen. Faktor psikologis juga tergantung kepada responden dalam bertindak. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Gerungan yaitu pengetahuan K3 yang tinggi, belum tentu diikuti oleh tindakan yang sejalan dalam membentuk suatu sistem yang baik dalam penerapan manajemen K3, demikian pula sebaliknya. Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan keselamatan responden juga dipengaruhi persepsi responden terhadap komitmen dan kebijakan K3 PT PDSI yang erat hubungannya dengan psikologis responden dan persepsi setiap individu terhadap situasi lingkungan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitiaan Endroyo 2011 yang menyatakan bahwa sikap K3 sangat tergantung terhadap komitmen perusahaan, yang artinya ada pengaruh yang signifikan p = 0,048, α 0,05 antara komitmen perusahaan dengan sikap K3 dengan nilai korelasi 0,30. 5.3 Pengaruh antara Perencanaan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 Hasil penelitian pada analisis univariat menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap perencanaan K3 di PT PDSI telah baik 75,32 dan 24,68 responden menyatakan perencanaan K3 di PT PDSI masih sedang. Analisis dengan menggunakan uji korelasi Kendall’s Tau menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perencanaan K3 dengan pengetahuan p = 0,013 dan sikap p = 0,014 terhadap keselamatan kerja. Perencanan K3 berpengaruh terhadap sikap responden karena responden memperoleh pengetahuan dengan adanya perencanaan K3 yang dilakukan oleh pihak manajemen K3. Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap responden, namun tidak berpengaruh ke tindakan responden karena untuk menjadi suatu tindakan ada faktor psikologis dan situasi yang mempengaruhi seseorang misalnya sanksi atau pengawasan. Perencanaan K3 yang dilaksanakan oleh pihak manajemen K3 di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang seperti mensosialisasikan prosedur kerja kepada seluruh karyawan, tanggung jawab dan wewenang yang terkait dengan K3 dari tiap personil dijelaskan dalam job descriptrion, perusahaan melakukan pengujian lingkungan kerja Universitas Sumatera Utara secara berkala dan perusahaan melakukan perancangan dan rekayasa untuk mengendalikan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang memungkinkan meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap keselamatan kerja serta meningkatkan sikap keselamatan kerja yang baik. Notoadmodjo 2007 menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sikap merupakan aksi atau respon seseorang yang masih tertutup. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Pengetahuan yang diperoleh responden dari penginderaan responden terhadap perencanaan K3 seperti pengujian lingkungan kerja secara berkala dan rekayasa untuk mengendalikan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah mempengaruhi sikap responden terhadap keselamatan kerja, namun sesuai dengan teori Notoatmodjo sikap yang terbentuk tidak mempengaruhi tindakan keselamatan responden dalam bekerja. 5.4 Pengaruh antara Pelaksanaan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 Dari hasil penelitian dengan uji korelasi Kendall’s Tau menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara pelaksanaan K3 dengan pengetahuan keselamatan kerja p = 0,000, sikap p = 0,018 dan tindakan keselamatan p = 0,010. Pelaksanaan K3 berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan, sikap dan Universitas Sumatera Utara tindakan responden karena pada pelaksanaan K3 ini, selain proses pembelajaran K3 melalui sosialisasi atau pun pelatihan, pihak manejemen juga melaksanakan sanksi ataupun pengawasan yang sangat mempengaruhi tindakan responden. Pelaksanaan manajemen K3 di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang yaitu pekerja selalu diberi arahan tentang bagaimana menggunakan APD secara benar, mensosialisasikan informasi cara penggunaan bahan, alat dan mesin yang digunakan, karyawan selalu diberikan arahan bagaimana mengendalikan bahaya, memberikan informasi terbaru kepada karyawan serta secara rutin menyelenggarakan pelatihan K3 kepada karyawan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Navon, Naveh, dan Stern 2006 yang menyatakan bahwa manajer sebagai role mode program keselamatan, penyebar informasi dan pemegang prioritas terhadap program keselamatan, memberikan kontribusi terhadap keberhasilan program keselamatan melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pekerja. Skinner seorang ahli psikologi, juga merumuskan bahwa perilaku merupakan proses atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu stimulus bagi pembentukan perilaku keselamatan responden melalui proses perubahan pengetahuan, sikap maupun tindakan secara simultan. Universitas Sumatera Utara 5.5 Pengaruh antara Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 Variabel pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 berdasarkan hasil penelitian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan pengetahuan p = 0,055 dan sikap p = 0,169. Hasil uji korelasi Kendall’s Tau dari hasil penelitian pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 hanya berpengaruh dengan tindakan keselamatan p = 0,004. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap karena tidak ada proses pembelajaran yang terjadi ataupun transfer informasi secara langsung yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden secara lagsung, namun pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 berpengaruh terhadap tindakan karena pada tahap ini manajemen K3 melakukan pemantauan yang dapat mempengaruhi perilaku responden secara langsung. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 yang dilakukan adalah dengan memantau dan mengukur faktor lingkungan kerja termasuk peralatan yang digunakan dan dampak terhadap lingkungan. Pemantauan dan pengukuran meliputi pencatatan informasi dan kejadian yang terjadi di lapangan secara kualitatif dan kuantitatif, melaksanakan audit K3 secara periodik. Tindakan perbaikan yang dilakukan meliputi patroli kontrol, mengevaluasi peraturan SMK3 yang diterapkan, melaporkan insiden yang terjadi dilapangan, mengidentifikasi pelaksanaan perbaikan seperti mendatangkan tim dari luar untuk pengujian emisi dan sertifikasi peralatan pabrik, melaporkan, perawatan alat keselamatan seperti alat pemadam kebakaran, dan mengevaluasi tentang penggunaan alat pelindung diri. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan yang dilakukan oleh manajemen K3 PT Universitas Sumatera Utara PDSI Rantau Aceh Tamiang menjadi faktor penguat dalam pembentukan tindakan keselamatan karyawan karena kegiatan pemeriksaan dan tindakan perbaikan sangat tergantung pada sikap dan tindakan manajemen PT PDSI dan peraturan SMK3. 5.6 Pengaruh antara Kaji Ulang Manajemen K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014 Penilaian responden terhadap kaji ulang manajemen K3 yang dilakukan pihak manajemen K3 PT PDSI telah baik 88,31. Namun berdasarkan hasil uji statisti Kendall’s Tau menunjukkan bahwa kaji ulang manejemen K3 tidak ada pengaruh dengan pengetahuan p = 0,461, sikap p = 0,156 maupun tindakan responden p = 0,319. Kegiatan ini tidak berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan responden karena dalam pelaksanaan kegiatan kaji ulang manajemen pada umumnya tidak ada interaksi dengan karyawan dan tidak ada proses pembelajaran yang memungkinkan peningkatan pengetahuan karyawan. Pengkajian ulang manajemen K3 yang dilakukan bertujuan untuk menjamin kesinambungan antara perencananan, pelaksanaan dan perbaikan berjalan sesuai yang diharapkan. Pengkajian ulang manajemen dilakukan dengan menyelengarakan rapat dan tinjauan antara tim P2K3 dengan manajemen puncak seperti direksi dan kepala divisi lainnya. 5.7 Pengaruh antara Lingkungan Fisik dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 Hasil analisis univariat responden pada tabel 4.2 dapat dilihat bagaimana penilaian responden terhadap lingkungan fisik pekerjaan. Penilaian responden Universitas Sumatera Utara terhadap lingkungan fisik telah baik 76,62 dan kategori sedang 23,38. Berdasarkan hasil uji korelasi Kendall’s Tau menunjukkan bahwa lingkungan fisik tidak berpengaruh dengan pengetahuan p = 0,232 dan sikap keselamatan kerja karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang p = 0,228. Sebaliknya, lingkungan fisik berpengaruh dengan tindakan keselamatan kerja p =0,005. Lingkungan kerja fisik tidak mempengaruhi pengetahuan dan sikap responden karena lingkungan fisik tidak memberikan informasi langsung yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun sikap responden akan tetapi lingkungan kerja fisik mempengaruhi tindakan responden karena lingkungan kerja akan memberikan rangsangan bagi seseorang untuk bereaksi cepat dalam bentuk tindakan nyata terhadap lingkungan yang dianggap berbahaya. Menurut Nitisemito 2002 lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas - tugas yang dibebankan. Interaksi antara individu dengan lingkungan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing individu. Persepsi merupakan salah satu fungsi kognitif yang dimiliki oleh setiap individu. Persepsi terhadap lingkungan kerja fisik, menurut Bechtel dan Chruchman 2002, dapat dievaluasi melalui perilaku keselamatan kerja. Diyahrini 2010 juga menyatakan bahwa l Dharmawan 2011 menyatakan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh yang tinggi pada perilaku seseorang. Manzoor 2011 juga menyatakan bahwa lingkungan kerja yang baik akan berkontribusi pada semakin meningkatnya kinerja karyawan, perilaku kerja yang baik, penyelesaian kerja yang maksimal dan efisiensi kerja. ingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja dengan baik. Universitas Sumatera Utara 5.8 Pengaruh antara Lingkungan Non Fisik Sosial dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 Dari hasil uji korelasi kendall’s tau antara lingkungan non fisiksosial dengan pengetahuan dan sikap menunjukkan korelasi positif dan pengaruh yang sifnifikan antara lingkungan non fisiksosial dengan pengetahuan p = 0,016 dan sikap p = 0,007. Kerjasama antara sesama karyawan memungkinkan peningkatan pengetahuan dan sikap karyawan karena melalui interaksi sesama karyawan dapat terjadi transfer informasi tentang K3. Interaksi sosial yang terjadi di PT PDSI seperti rekan kerja selalu membantu ketika teman kerjanya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, membantu apabila ada rekan kerja yang mengalami kesulitan kerja, bekerjasama dalam memelihara alat kerja, teman kerja saling mengingatkan untuk selalu bekerja sesuai SOP, pimpinan selalu memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dalam bekerja dan komunikasi antara pekerja dengan pimpinan berjalan baik. Lingkungan non fisiksosial tidak mempengaruhi tindakan karena informasi ataupun nasehat dari sesama teman bagi seseorang masih sebatas pertimbangan baginya dalam mengambil tindakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suyono 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara lingkungan sosial pekerja dengan perilaku keselamatan kerja, dengan koefisien kontigensi c sebesar 0,477. Di dalam melakukan aktivitas, pegawai pasti membutuhkan orang lain. Dengan demikian pegawai wajib membina hubungan yang baik antara rekan kerja, bawahan maupun atasan karena pegawai saling membutuhkan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat Universitas Sumatera Utara mempengaruhi psikologis karyawan. Mello 2002 menyatakan bahwa “labor relations is key strategic issu for organizations because the nature of the relationship between the employeer and can have a significant inpact on morale, motivation and productivity”. Hubungan kerja adalah isu strategis kunci bagi organisasi karena sifat hubungan antara pemberi kerja dan dapat memiliki inpact signifikan terhadap moral, motivasi dan produktivitas. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN