15
sebetulnya yang dapat dilakukan untuk mengelola koleksi, mulai dari pengadaan, pengolahan teknis seperti inventarisasi, klasifikasi, pelabelan,
penempatan, pemilihan dan memang tentunya itu membutuhkan perhatian yang serius dari pengelola. Setelah dilihat dalam pengelolaan manajemen koleksi di
TBM belum ada kegiatan untuk pemetaan koleksi, seleksi kebijakan dan prosedur dan kegiatan katalogisasi. Kegiatan manajemen koleksi tersebut belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh semua penyelenggara perpustakaan kecil termasuk TBM Mas Raden Medan. Padahal dilihat dari pendeskripsian Menurut Sutarno
NS 2006, 33 sebuah taman bacaan masyarakat sebagai tempat mengolah atau memproses semua bahan pustaka dengan metode atau sistem tertentu seperti
registrasi, klasifikasi, katalogisasi serta kelengkapan lainnya, baik secara manual maupun menggunakan sarana teknologi informasi.
Bertolak dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengelolaan Perpustakaan Kecil: Studi Kasus TBM Mas
Raden Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengelolaan perpustakaan
kecil sehingga lebih menarik dan diminati oleh masyarakat?”.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan perpustakaan kecil, dalam hal ini agar lebih menarik dan
lebih di minati oleh masyarakat.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pengelola TBM, sebagai bahan evaluasi untuk menata ulang
pengorganisasian koleksi dan tata ruang TBM sebagai perpustakaan kecil yang baik.
16
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan
sebagai bahan rujukan untuk pengelolaan perpustakaan kecil khususnya
TBM secara berkelanjutan.
3. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang pengelolaan perpustakaan kecil secara umum dan penataan koleksi dan tata ruang secara khusus.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah aspek yang berkaitan dengan
manajemen koleksi dan penataan tata ruang perpustakaan kecil.
17
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Perpustakaan Umum
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang memberikan akses tidak terbatas pada sumber dan jasa perpustakaan cuma-cuma bagi semua warga
komunitas, tempat atau kawasan geografi tertentu, yang sebahagian dananya berasal dari masyarakat atau komunitas Sulistyo-Basuki, 2004.
Selanjutnya dalam UNESCO Public Library Manifesto 1994 disebutkan bahwa perpustakaan umum merupakan pusat informasi lokal yang bertujuan agar
semua jenis pengetahuan dan informasi mudah diakses dan digunakan oleh pemakai IFLA, 1995. Manifesto perpustakaan umum yang diterbitkan
UNESCO tahun 1994 berubah menjadi kebebasan, kesejahteraan dan pengembangan masyarakat, maupun individu merupakan hal yang fundamental
terhadap penerapan nilai-nilai hidup. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah
perpustakaan yang menyediakan serta menyimpan berbagai bahan bacaan berupa informasi sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat yang menggunakannya,
selain itu perpustakaan umum terselenggara atas dana umum dan layanan yang diselenggarakannya bersifat terbuka bagi umum tanpa memandang suku bangsa,
ras, agama, usia maupun jenis kelamin. Sumber dana tidak hanya berasal dari pemerintah, tetapi dapat juga dari lembaga, organisasi, atau bahkan berasal dari
pribadi atau perseorangan untuk tujuan yang sama.
2.1.2 Misi Perpustakaan Umum
Menurut Manifesto Perpustakaan Umum Unesco 1994, misi utama perpustakaan umum yang dikaitkan dengan informasi, pendidikan dan
kebudayaan adalah:
1. Creating and strengthening reading habits in children from an early age
2. Supporting both individual and self conducted education as well as formal
education at all levels
18 3.
Providing opportunities for personal creative development 4.
Stimulating the imagination and creativity of children and young people 5.
Promoting awareness of cultural heritage, appreciation of the arts, scientific achievements and innovations
6. Providing access to cultural expressions of all performing arts
7. Fostering inter-cultural dialogue and favouring cultural diversity
8. Supporting the oral tradition
9. Ensuring access for citizens to all sorts of community information
10. Providing adequate information services to local enterprises, associations
and interest groups 11.
Facilitating the development of information and computer literacy skills 12.
Supporting and participating in literacy activities and programmes for all age groups, and initiating such activities if necessary
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa perpustakaan umum memberikan berbagai misi yaitu mengembangkan kreativitas, menciptakan
inovasi dalam membaca, mengembangkan keterampilan dan mendukung pendidikan,
mempermudah pengaksesan
informasi, memfasilitasi
pengembangan informasi, dan mendukung program literasi informasi.
2.1.3 Tujuan Perpustakaan Umum
Perpustakaan tentunya
memiliki tujuan
sesuai dengan
jenis perpustakaannya dan masyarakat yang dilayani. Begitu juga halnya dengan
perpustakaan umum memiliki tujuan yang ingin dicapai
.
Dalam Public Library Manifesto 1998, tujuan utama didirikannya suatu perpustakaan umum adalah:
1. Menciptakan kebiasaan dan kegemaran membaca untuk anak-anak
pada usia sedini mungkin 2.
Menunjang kegiatan belajar masyarakat, baik yang bersifat formal maupun informal, dalam segala tingkatan
3. Memberikan
kesempatan kepada
setiap individu
untuk mengembangkan kreatifitasnya
4. Bertindak selaku agen kultural artinya perpustakaan umum
merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi
budaya masyarakat
dengan cara
menyelenggarakan pameran
budaya, pemutaranfilm dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat
terhadap segala bentuk seni budaya
19
5. Mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan pemberantasan buta
huruf untuk semua umur dan berinisiatif untuk mengadakan kegiatan serupa.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari Perpustakaan Umum adalah mengembangkan kebiasaan membaca dan mengasah kemampuan
dalam mencari, mengasah, mengolah serta memanfaatkan informasi.
2.2 Perpustakaan Kecil
2.2.1 Pengertian Perpustakaan Kecil
2.2.2 Taman Bacaan Masyarakat TBM
Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu sarana sumber belajar
yang menyediakan berbagai bahan bacaan yang dibutuhkan oleh masyrakat.
Definisi TBM Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2006 Sebuah tempat atau wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan bahan bacaan bagi maasdewrfegrgsyarakat sekitar sebagai sarana
pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di
sekitar TBM. Adapun pendapat Lasa 2009 mengenai TBM adalah “sumber belajar
yang melaksanakan fungsi perpustakaan yang menyediakan bahan informasi yang dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan minat baca dan melek informasi”.
Dari uraian defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa TBM merupakan sarana sumber belajar bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
membaca, memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Adapun pendapat Nimsomboon 2002 mengategorikan TBM ke dalam
small size public library
. Misi dari TBM berhubungan dengan informasi, pendidikan, keaksaraan,
dan budaya disebutkan dalam
Manifesto Public Library
IFLA, 2004
20
1. Menciptakan dan menggunakan kebiasaan membaca sejak usia dini 2. Mendukung pelaksanaan bagi pendidikan formal maupun bagi perorangan
yang belajar mandiri 3. Memberikan peluang bagi pengembangan kreativitas perorangan
4. Merangsang imajinasi serta kreativitas anak dan kaum muda 5. Mempromosikan warisan budaya, penghargaan atas seni, penemuan ilmiah
dan inovasi 6. Menyediakan akses pada eksoresi budaya dan semua pertunjukkan seni.
7. Membina dialog antar budaya dan mendukung keanekaragaman budaya 8. Membantu budaya lisan
9. Menjamin akses atas semua jenis informasi kemasyarakatan bagi semua
warga 10. Menyediakan cukup informasi bagi perusahaan, asosiasi dan kelompok
pemerhati setempat. 11. Memberi kemudahan dalam pengembangan keterampilan akan ketidak
butaan informasi dan computer. 12. Membantu dan aktif dalam kegiatan pemberantasan buta huruf pada semua
tingkatan umur, bahkan memulainyanapabila diperlukan.
2.2.3 Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
Dalam upaya mewujudkan upaya masyarakat belajar harus diciptakan masyarakat sedemilkian rupa yang memungkinkan pemelajar memiliki
pengalaman baik melalui sumber belajar yang dirancang maupun dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. TBM sejenis dengan perpustakaan umum, namun
sasarannya lebih untuk ke komunitas kelompok. Kopetensi pengelola terdiri dari kemampuan dalam merencanakan program TBM, mengorganisasikan sumber
pengelola TBM. Kegiatan mengelola TBM merupakan serangkaian aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pengelola TBM. Maka, pengelola TBM harus
menyediakan koleksi, layanan, dan peraturan di TBM. Menurut Buku Pedoman Pengelolahan Taman Bacaan Masyarakat 2006: 23
Pengelola Taman Bacaan Masyarakat harus memiliki : 1.
Pengelola TBM yang diselenggarakan oleh masyarakat harus memiliki sikap peduli tanpa pamrih relawan untuk membantu melayani bahan
bacaan dan pembimbing masyarakat membaca, berbeda dengan TBM yang dikelola oleh pemerintah.
2. Pengelola diutamakan berlatar pendidikan bidang komunikasi atau
pendidikan yang memahami berbagai bahan bacaan serta responsif gender dan berkomitmen untuk mengembangkan minat baca masyarakat.
21
3. Pengelola TBM diutamakan memiliki usaha ekonomi ditempat TBM,
misalnya warung kopi, wartel, counter HP. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengelola TBM harus memiliki sikap
peduli dan tanpa pamrih dalam melayani bahan bacaan kepada masyarakat yang membutuhkan informasi melalui bahan bacaan dengan latar belakang pendidikan
bidang komunikasi agar dapat mengembangkan minat baca masyarakat serta memiliki usaha ekonomi ditempat dimana TBM tersebut didirikan sehingga
memberi kenyamanan pada pengguna TBM. Menurut Buku Pedoman Pengelolahan Taman Bacaan Masyarakat 2006: 24
tugas-tugas pengelola TBM adalah : 1.
Melakukan sosialisasi promosi bahan bacaan yang ada di TBM bagi mas yarakat sekitar dan keberadaan TBM itu sendiri.
2. Melakukan kajian sederhana untuk mendapatkan data profil masyarakat
yang akan dilayani sehingga jenis bahan bacaan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan bahan bacaan masyarakat. Untuk itu pengelola TBM
perlu memiliki katalog dari seluruh penerbit untuk memudahkan penelusuran dan pemesanan bahan bacaan yang diperlukan.
3. Memberi layanan membaca, meminjam, melakukan berbagai aktifitas
untuk meningkatkan kemampuan membaca, merangsang minat baca dan lain-lain.
4. Mengumpulkan bahan bacaan buku, leaflet,booklet dari para donator
bahan bacaan baik masyarakat perorangan maupun lembaga dan juga dari lembaga pemerintah maupun swasta baik dari pusat maupun daerah.
Sehingga bahan bacaan selalu kaya dan bervariasi, tidak membosankan tetapi selalu berbasis kebutuhan masyarakat setempat.
5. Memberi layanan jam buka TBM secara optimal setiap hari sejak pagi
sampai malam agar masyarakat yang tidak sempat berkunjung ke TBM pagi hari akibat kesibukan dapat dikunjungi malam hari.
6. Menata bahan bacaan di ruang display bahan bacaan.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengelola TBM harus dapat mempromosikan bahan bacaan di TBM untuk pengguna disekitar TBM itu
sendiri. Selain itu, pengelola juga memebrikan bahan-bahan bacaan yang bervariasi dan pengelola juga memilki pedoman dalam mengkatalog bahan bacaan
agar pengguna lebih mudah menemukan informasi bahan bacaan yang dibutuhkan.
22
2.3 Manajemen Koleksi
2.3.1 Pengertian Manajemen Koleksi
Manajemen berasal dari kata
to manage
bahasa inggris artinya mengelola, memimpin, mengurus. Menurut Daft 2002 manajemen merupakan
pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efesien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber
daya organisasi. Koleksi adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak atau
karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan yang di himpun, di olah dan dilayankan Wiji, 2010. Adapun pengertian koleksi menurut
Reitz 2004:
In library cataloging, there or more independent works or long excerptsfrom works by the same author, or two or more independent works
or excerptsfrom wroks or excerpts from works by different authors, not written for the same occasion or for the publication in hand, published
together in a single volume or uniform set of volumes. Selected by an editor, the works are listed in the table of content in order of appearance
in the text.
Defenisi tersebut menyebutkan bahwa koleksi merupakan karya-karya independen yang dibuat oleh beberapa penulis, memiliki perbedaan tujuan serta
dalam sebuah edisi atau beberapa edisi seragam. Koleksi merupakan hasil penyeleksian yang dilakukan oleh editor, ditampilkan dalam daftar isi yang
kemudian muncul di dalam teks. Menurut Johnson 2004
manajemen koleksi “
as a process information
gathering, communication, policyformulation, evaluation, and planning”. Manajemen koleksi didefinisikan sebagai sebuah proses pengumpulan informasi,
komunikasi, perumusan kebijakan, evaluasi, dan perencanaan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen koleksi adalah
suatu proses perencanaan atau kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan koleksi yang di koordinasikan agar pengguna lebih mudah dalam memperoleh
ilmu.
23
2.3.2 Inventaris
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Inventaris adalah pencatatan atau pendaftaran milik kantor sekolah, rumah tangga, perpustakaan yang dipakai
dalam melaksanakan tugas. Menurut Soetminah 1992, 81 dalam Perpustakaan dan Kepustakawanan dan Pustakawan, inventarisasi adalah:
1. Mencatat setiap eksemplar buku dalam buku induk
2. Memberi nomor indukinventarisasi setiap eksemplar buku dan
mencatatnya dalam buku yang bersangkutan 3.
Majalah di catat dalam kartu majalah dalam kartu majalah agar mudah diketahui volume dan nomor edisi yang diterima.
4. Majalah yang dijilid diperlakukan sebagai buku.
5. Memberi capstempel milik pada setiap buku pada halaman tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya.
Tabel 2.3.3.1. Stempel Inventaris
No. Induk No Klas
Asal Dari Tanggal Inventaris
Menurut Milburga 2000, 76 keterangan yang dicatat dalam buku inventarisasiinduk adalah:
1. Nomor urut 2. Taggal masuk buku
3. Asal buku 4. Nama pengarang
5. Judul buku 6. Nama penerbit dan tahun terbit
7. Jumlah eksemplar
Tabel 2.3.3.1. Format induk dalam inventaris buku
24
NO Tgl terima
No. Induk
Pengarang Judul Edisi
Penerbit Tahun Asal
Harga No
Panggil Ket
Menurut Yulia 1993 : 144, kegunaan dari buku induk inventarisasi ialah: 1. Untuk mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan.
2. Mengetahui jumlah judul dan eksemplar. 3. Jumlah judul eksemplar yang berbahasa Indonesia dan bahasa asing.
4. Untuk mengetahui asal bahan pustaka baik dari pembelian, hadiah, tukar- menukar dan lain-lain.
2.3.3 Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan koleksi bahan pustaka harus diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan pemustaka, untuk itu perlu dilakukan perencanaan pengadaan koleksi
bahan pustaka. Menurut Sutarno NS 2006, 174 pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka adalah pengisian perpustakaan dengan sumber-sumber informasi,
bagi perpustakaan yang baru didirikan kegiatan pengadaan ini meliputi pekerjaan awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi. Sedangkan
menurut pendapat Hamakonda 1987, 7, mengatakan bahwa pengadaan koleksi mencakup tiga kegitan utama.
1. pemilihan atau seleksi bahan pustaka.
2. pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar menukar, penerimaan
hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan. 3.
inventarisasi bahan yang telah diadakan. Koleksi yang ada dalam sebuah perpustakaan tidak hanya berasal dari
pembelian, tetapi koleksi yang ada juga berasal dari hadiah ataupun sumbangan. Perpustakaan dapat menerima bahan pustaka sebagai hadiah, ini berarti
25
perpustakaan dapat menghemat biaya pembelian. Hadiah hanya diterima bila memenuhi persyaratan yang ditetapkan perpustakaan apabila perpustakaan telah
meneliti dengan seksama subjek koleksi hadiah tersebut dikaitkan dengan tujuan perpustakaan. Menurut Lasa 2007, 63 untuk memperoleh hadiah atau
sumbangan, perpustakaan harus aktif memperkenalkan diri dan mencari peluang untuk bisa memperoleh hadiah. .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan merupakan rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang
sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati pengguna perpustakaan.
2.3.4 Klasifikasi Bahan Pustaka
Menurut Tairas 1995 klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis dari pada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas
atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. Dalam bidang perpustakaan pengertian klasifikasi adalah penyusunan
sistematis terhadap buku dan bahan pustaka lain, atau catalog, atau entri indeks berdasarkan subyek dalam cara yang berguna bagi mereka yang membaca atau
mencari informasi Sulistyo-Basuki, 1991. Berdasarkan uraian definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
mempunyai fungsi sebagai tata penyusunan serta pengelompokkan buku dan bhan pustaka di jajaran rak penyimpanan koleksi dan sebagai sarana penyusunan entri
bibliografis pada katalog, bibliografi dan indeks dalam tata susunan yang sistematis
2.3.5 Sistem Klasifikasi
Ada beberapa sistem klasifikasi, diantaranya adalah: 1. Sistem Artifisial
26
Sistem ini adalah mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat lainnya, misalnya pengelompokkan menurut pengarang, atau
berdasarkan cirri fisiknya ukuran, warna sampul, dan sebagainya. 2. Klasifikasi Utility
Pengelompokkan bahan pustaka di berdasarkan kegunaan dan jenisnya.Misalnya, buku bacaan anak di bedakan dengan bacaan
dewasa.Buku pegangan siswa di sekolah di bedakan dengan buku pegangan guru.
3. Klasifikasi Fundamental
Pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan cirri subyek atau isi pokok persoalan yang di bahas dalam suatu buku. Pengelompokkan bahan
pustaka berdasarkan sistem ini beberapa keuntungan, di antaranya: a.
Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hamper sama, letaknya berdekatan.
b. Dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai
koleksi yang dimilki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.
c. Memudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut
subyeknya d.
Memudahkan pembuatan bibliografi atau weeding koleksi e. Membantu penyiangan atau weeding koleksi
Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil, dalam sistem tersebut buku di kelompokkan berdasarkan subyek,
sehingga memudahkan pemakai dalam menelusur suatu informasi. DDC
Dewey Decimal Classification
merupakan salah satu klasifikasi fundamental. Berikut merupakan hal yang penting berkaitan dengan klasifikasi bahan
pustaka dalam artikel klasifikasi bahan pustaka menurut Gatot Subrata 2009 1. Analisis Subyek
Sebelum melakukan klasifikasi terhadap bahan pustaka, analisis subyek merupakan kegiatan utama dalam proses pengklasifikasian. Kegiatan
analisis subyek ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena disinilah ditentukan pada
27
subyek apa suatu bahan pustaka di tempatkan atau menetapkan isi bahan pustaka.
2. Jenis Subyek Dalam kegiatan analisis subyek, ada bermacam-macam jenis subyek bahan
pustaka yang secara umum dapat di kelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:
a. Subyek Dasar Subyek dasar hanya terdiri atas satu disiplin atau subdisiplin ilmu
saja.Misalnya, pengantar ilmu hokum, yang menjadi subyek dasarnya adalah “hukum”.
b. Subyek Sederhana Hanya terdiri atas satu faset yang berasal dari satu subyek dasar.
Misalnya, Agama di Indonesia, terdiri atas subyek dasar Agama dan faset tempat Indonesia.
c. Subyek Majemuk Subyek majemuk terdiri atas subyek dasar disertai fokus-fokus dari
dua faset atau lebih. Misalnya, Hukum Perkawinan di Indonesia, di sini ada satu subyek dasar, yaitu Hukum dan dua faset, yaitu
Hukum Perkawinan faset jenis dan Indonesia faset tempat.
d. Subyek Kompleks Subyek kompleks yaitu bila ada dua atau lebih subyek dasar yang
berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya, Pengaruh Filsafat terhadap Ilmu Kalam, di sini terdapat dua subyek dasar, yaitu
Filsafat dan Ilmu Kalam.
Untuk menentukan subyek yang mana yang akan diutamakan dalam subyek kompleks ini perlu diketahui hubungan interaksi antara subyek tersebut,
yang disebut dengan istilah fase. Dalam subyek kompleks terdapat empat fase yaitu:
1. Fase Bias Suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu.Dalam hal ini
subyek yang diutamakan adalah subyek yang disajikan. Misalnya: Komputer untuk Perpustakaan, subyek yang diutamakan adalah
Komputer. 2. Fase alat
Subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membahas subyek lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang
dibahas atau dijelaskan. Misalnya: Penggunaan Analisis Statistik terhadap Keberhasilan Program KB di Indonesia, di sini yang diutamakan adalah
KB.
28
3. Fase Perbandingan Fase perbandingan dalam satu bahan pustaka terdapat berbagai subyek
tanpa ada hubungannya antara satu dengan yang lain. Untuk menentukan subyek mana yang akan diutamakan ada beberapa pedoman:
a. Pada subyek yang dibahas lebih banyak.Misalnya, Islam dan politik, jika Islam lebih banyak dibahas, maka diutamakan
subyek Islam. b. Pada subyek yang disebut pertama kali. Misalnya, Hukum Islam
dan Masyarakat Jawa, ditetapkan pada Hukum Islam karena disebut pertama kali.
c. Pada subyek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau pemakai perpustakaan. Misalnya, Hukum Islam dan Kedokteran,
di perpustakaan Fakultas Hukum akan ditempatkan pada subyek Hukum dan bila di perpustakaan Fakultas Kedokteran akan
ditempatkan pada subyek Kedokteran.
2.3.6
Dewey Decimal Classification
DDC
Dewey Decimal Classificatio
n adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip desimal untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan
Zen,2000. Ada beberapa bagan klasifikasi yang dikenal di dunia perpustakaan dan informasi, antara lain:
Dewey Decimal Classification
DDC,
Library of Congress Classification
LC,
Universal Decimal Classification
UDC, dan
Colon Classification
CC. Adapun dalam kesempatan ini akan dikenalkan
Dewey Decimal Classification
DDC.
Bagan klasifikasi DDC ini merupakan bagan klasifikasi yang paling populer dan paling banyak digunakan, termasuk di Indonesia. Bagan ini
diciptakan oleh Melvil Dewey pada tahun 1851-1931. Edisi pertama berupa pamflet setebal 44 halaman, terbit tahun 1876 dengan judul “
A Classification and Subject Index for Cataloguing and Arranging the Books and Pamphlets of a
Library”. DDC dibagi ke dalam 10 kelompok kelas utama: 000
– 099 Karya umum 100
– 199 Filsafat
29
200 – 299 Agama
300 – 399 Ilmu Sosial
400 – 499 Bahasa
500 – 599 Ilmu pengetahuan murni
600 – 699 Ilmu pengetahuan terapan
teknologi 700
– 799 Seni, olahraga, hiburan 800
– 899 Kesusasteraan 900
– 999 Biografi ilmu bumi, sejarah Divisi
300 - Ilmu-ilmu sosial 310 - Statistik
320 - Ilmu Politik 330 - Ilmu Ekonomi
340 - Hukum 350 - Administrasi Negara
360 - Problem dan pelayanan sosial 370
– Pendidikan 380 - Perdagagangan
390 - Adat istiadat, etiket, cerita rakyat. Tiap-tiap seksi di atas dapat dibagi lagi secara desimal apabila dikehendaki
menjadi bagian lebih spesifik 371 - Pendidikan secara umum
371.1 - Pengajaran dan pengajar 371.2 - Administrasi pendidikan
371.3 - Metode mengajar dan belajar 371.4 - Bimbingan dan penyuluhan
371.5 - Disiplin sekolah 371.6 - Sarana fisik
371.7 - Kesehatan dan keselamatan sekolah 371.8 - Siswa
30
371.9 - Pendidikan khusus
Unsur-unsur pokok DDC
Sebagai suatu sistem klasifikasi, DDC harus memiliki unsur-unsur tertentu yang merupakan, persyaratan bagi sistem klasifikasi yang baik.
Menurut Hamakonda
dan Tairas
1999, 2-3,
sistem ini
memiliki unsur-
unsur pokok antara lain: 1.
Sistematika
pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan ke dalam suatu bagan yang lengkap dan dilandaskan pada beberapa prinsip dasar
tertentu. 2.
Notasi,
yang terdiri dari serangkaian simbol berupaya angka, yang mewakili serangkai istilah yang mencerminkan subyek tertentu yang
terdapat dalam bagan. Dengan demikian setiap kelas, bagian dan sub- bagian di dalam bagan mempunyai notasinya sendiri yang pada bagan
DDC nomor kelas. 3.
Indeks relative,
yang terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek- aspeknya yang disusun secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa
nomor kelas, yang memungkinkan orang mencari tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagan.
4.
Tabel Pembantu
, berbentuk serangkaian notasi khusus, yang dipakai untuk menyatakan aspek-aspek tertentu yang selalu terdapat dalam beberapa
subyek yang berbeda. Di dalam DDC edisi terakhir terdapat 7 tabel pembantu, yaitu:
Tabel 1: Subdivisi standar Tabel 2: Wilayah Tabel
Tabel 3: Subdivisi sastra Tabel 4: Subdivisi bahasa
Tabel 5: Ras, etnik, kebangsaan Tabel 6: Bahasa
Tabel 7: Orang untuk menambahkan notasi dari tabel-tabel tersebut harus mengikuti pedoman yang di tabel dan pada bagan klasifikasi.
31
5
. Bagan
, Bagan atau schedule adalah serangkaian bilangan nomor kelas yang disusun menurut prinsip-prinsip DDC dan memuat semua subyek
ilmu pengetahuan secara universal. Secara umum Melvin Dewey membagi ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama. Setiap kelas utama dibagi secara
desimal menjadi 10 sub divisi yang disebut seksi.Pemilihan notasi langsung pada bagan ini langkah-langkahnya:
a. Tentukan subyek bahan pustaka melalui proses analisis
b. Tentukan disiplin ilmunya untuk memudahkan penelusuran
selanjutnya. Golongkan subyek tersebut pada kelas utama. c.
Periksalah seksi dan subseksinya sampai diperoleh notasi yang tepat.
2.3.7 Katalog Perpustakaan
Perpustakaan memerlukan katalog untuk menunjukkan ketersedian yang dimilikinya Hasugian, 2011. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu daftar
yang berisikan informasi yang berisikan informasi bibliografis dari koleksi yang dimilikinya. Katalog perpepustakaan adalah suatu daftar yang sistematis dari buku
dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan dengan informasi deskripstif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk fisik, subjek, ciri khas
bahan dan tempatnya Gates 1989,62. Pendapat lain
menyatakan katalog perpustakaan merupakan “susunan yang sistematis dari seperangkat cantuman bibliografis yang mempresentasikan
kumpulan dari suatu koleksi tertentu. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan seperti buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi, music,
dan sebagainya”Taylor 1992, 6. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, katalog
perpustakaan suatu sarana untuk menemukembalikan suatu bahan perpustakaan dari suatu koleksi perpustakaan.
32
Adapun tujuan dari katalog pertama sekali dikemukakan oleh
Cutter
pada tahun 1867 Cutter 1904 yaitu:
1.
To anable a person to find a book about which one of the following is known: the author, the title, the subject
2.
To show what the library has by a given author, on a given subject, in a given kind of literature
3.
To assist in the choice of a book, as to its edition, as to its character - literary or tropical
Dari pernyataan di atas tujuan pertama menyatakan bahwa katalog pustaka yang diinginkannya berdasarkan pengarang, judul, maupun subjeknya. Tujuan
kedua menyatakan bahwa katalog dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan. Tujuan ketiga menyatakan bahwa katalog
dapat membantu pada pemilihan sebuah buku berdasarkan karakternya-sastra atau topiknya.
2.3.8 Bentuk-bentuk Katalog
Perpustakaan merupakan suatu organisasi yang berkembang. Hal itu, bisa dilihat dari bentuk fisik katalog yang terus mengalami perubahan, katalog dapat
dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya antara lain sebagai berikut: 1. Katalog kartu
Katalog kartu merupakan katalog yang sudah lama digunakan oleh berbagai perpustakaan kecil, sehingga masih banyak perpustakaan yang
masih menggunakan katalog jenis ini. Katalog berbentuk kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Setiap entri pengarang, judul dan subjek ditulis pada satu
kartu. Kartu kemudian dijajarkan dalam laci kantong. 2. Katalog Berkas
Katalog kumpulan kertas kartu berupa lembaran berukuran 7,5 x 12,5 cm atau 10 x 15 cm. Masing-masing lembar berisi data katalog. Setiap berkas
dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar. Berkas yang sudah terjilid kemudian disusub menurut nomor berkas.
3. Katalog Buku
33
Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan perpustakaan yang ditulis atau dicetak pada lembaran-lembaran yang berbentuk buku.
4. Katalog OPAC Banyak perpustakaan yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
komputer dan telekomunikasi dalam perkembangan pembuatan katalog perpustakaan, yaitu dengan menerapkan sistem otomasi perpustakaan,
yang salah satu kegiatannya adalah pembuatan katalog secara
online
yang penelusurannya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan sekaligus, missalnya melalui judul, pengarang, subjek, tahun terbit, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan penelusuran
Boolean Logic
. 5. Katalog Internet
Katalog yang dapat diakses dengan menggunakan komputer yang terhubung dengan telepon dalam jaringan internet
Adapun keterangan-keterangan yang dituliskan pada katalog adalah sebagai berikut:
1. Nama Lengkap dengan gelar-gelar kebangsawannya dari pengarang, atau yang dianggap pengarang.
2. Judul buku, jika ada judul tambahannya serta edisi
3. Tempat penerbit dan nama penerbitnya 4. Tahun terbit atau
copy-right
datenya. 5. Jumlah halaman pendahuluan angka romawi dan jumlah halaman isi
angka arab. Jumlah halaman bisa diganti dengan jumlah jilid yang ada, jika buku-buku itu berjilid.
6. Keterangan-keterangan
notes
seperti: app, digr, graf, illus, tab 7. Keterangan tentang halaman bibliografi
8.
call-number
buku biasanya ditentukan pada awal proses buku 9. Nomor stambuk buku pada pinggir kiri bawah kartu
10.
Tracing.
34
2.4 Tata RuangGedung Perpustakaan
2.4.1 Pengertian Tata Ruang dan Gedung Perpustakaan
Tata berarti pengaturan, penyusunan. Sedangkan gedung atau ruangan perpustakaan adalah bangunan yang sepenuhnya diperuntukkan bagi seluruh
aktivitas sebuah perpustakaan. Dalam mendayagunakan layanan perpustakaan agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna adalah melalui tata
ruang yang dibuat menarik seperti yang dikatakan oleh Darmono 2009: Perpustakaan merupakan kegiatan berorientasi pada pelayanan dalam
bentuk jasa dan orang yang datang memanfaatkannya biasanya datang secarasukarela. Untuk dapat memikat mereka untuk datang ke
perpustakaan adalah melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional.
Selain itu, Afrianto 2007 mengemukakan bahwa: Tata ruang adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana yang
kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan. Ruangan yang tertata rapi dan buku- buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustakaan
memberi nuansa nyaman sehingga pemakai perpustakaan tertarik untuk membaca buku dan berlama-lama di perpustakaan.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa tata ruang perpustakaan adalah segala sesuatu yang berada di dalam ruangan sebagai tempatwadah yang
di atur sedekemian rupa sehingga dapat tercipta suasana yang indah, rapi, bersih, aman dan nyaman bagi para petugas dan pemakai perpustakaan. Tingkat kondisi
perpustakaan mendukung kegiatan yang ada di perpustakaan.
2.4.2 Desain Ruang
Desain ruang merupakan suatu proses pengorganisasian unsur garis, bentuk ukuran, warna, tekstur, bunyi, cahaya, aroma dan unsur-unsur desain
lainnya, sehingga tercipata suatu hasil karya tertentu Nurhayati, 2004,78. Sedangkan menurut Ching 1996 dalam bukunya Ilustrasi Desain Interior, desain
interior adalah merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang interior dalam bangunan .
35
Defenisi diatas memiliki makna bahwa desain interior atau ruang adalah menyusun dan merancang tata letak ruangan untuk menciptakan kenyamanan,
keindahan dan sesuai dengan fungsi atau kegunaan dari ruang tersebut. Brainard 1991, Dasar-dasar desain terdiri dari
1.
Introduction to Design
berisi tentang pengertian defenisi desain dan macam jenis desain.
2
. Unsures of Design
berisi tentang pemahaman unsur desain yang terdiri dari
space, shape, value, texture, color,
dan lain-lain. 3
. Principles of Design
berisi pemahaman tentang prinsip desain yang terdiri dari
role of designer, space devision and balance, unity, emphasis
dan lain-lain. 4
. Aplication
berisi tentang pemahaman aplikasi desain yang terdiri dari
problem solving, desaign devices
dan
analysis of designs
. Desain akan mempengaruhi aktivitas pemustaka yaitu kegiatan
memanfaatkan fungsi perpustakaan agar dapat diukur apakah fungsi tersebut dapat mewujudkan tujuan dari didirikannya perpustakaan tersebut.
Menurut Ching, ada beberapa prinsip desain interior yaitu: 1. Proporsi
Proportion
Sistem proporsi
merupakan prinsip
yang menetapkan
ukuran keindahan.Sistem ini dapat menjadi alat desain yang sangat baik
perpustakaan kecil maupun besar dalam mencapai kesatuan dan keserasian.
2. Skala
Scale
Prinsip desain skala berkaitan dengan proporsi, dimana skala merupakan benda yang tampak dan dapat diukur besar atau kecilnya benda-benda
disekitar
.
Prinsip desain skala berkaitan dengan proporsi, dimana skala merupakan benda yang tampak dan dapat diukur besar atau kecilnya
benda-benda disekitar. 3. Keseimbangan
Balance
Keseimbangan mencakup unsur di dalam seperti perabot, dinding yang mengelilingi, lampu-lampu dan aksesoris yang mengelilinginya dan
mengandung warna, tekstur, ukuran. Prinsip ini harus disusun dan ditata dengan baik agar mencapai keseimbangan yang visual.
36
4. Ritme
Rhythm
Prinsip ritme ini hanya didasarkan pada pengulangan unsur-unsur dalam ruang dan waktu.Prinsip ini membangkitkan kesinambungan ritme gerak
yang dapat menarik pandangan orang yang memandang. 5. Penekanan
Emphasis.
Penekanan merupakan unsur yang sangat penting dalam desain interior, pada prinsip ini diharuskan untuk tidak terlalu banyak unsur-unsur yang
mencolok karna desain akan tampak ramai dan kacau, masing-masing desain harus diberi arti yang tepat sesuai dengan tingkat kepentingannya
dalam rancangan keseluruhan. Menurut Elaine Cohen 1994 dalam artikelnya berjudul The Architectural
and Interior Design Planning Process, “
Library are object
–
intensive facielities.Their resources, services, and progr ams depand on the installation of
certain types of furniture and equipment”.Dalam uraian tersebut perpustakaan di desain harus sesuai dengan fungsi, karna dalam menilai interior desain yang baik
dengan melihat apakah desain tersebut fungsional atau tidak. Dalam membangun perpustakaan besar
Big Library
atau perpustakaan kecil
Small Library
tata ruang sangat penting untuk mendukung fungsi dalam pelayanan Ching, 2006.
2.4.3 Elemen – elemen desain interior
Kugler 2007, mengungkapkan bahwa terdapat beberapa unsur yang membentuk desain interior diantaranya yaitu: ruang, variasi, hirarki, area personal,
pencahayaan, tata suara, suhu udara, perawatan, kualitas udara, gaya dan fashion.
1. Ruang Tata Letak
Sebuah perpustakaan yang dirancang dengan baik harus dapat beroperasi tanpa harus bergantung pada ketersediaan penunjuk arah
signage. Elemen interior harus cukup jelas terutama jika ruang tersebut berukuran besar atau kompleks. Lantai, dinding, furnitur, ukuran dan
penempatan segala hal harus total ruang.
2. Variasi Keberagaman Jenis Ruang
37
Sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan terus meningkatnya berbagai keinginan, maka sebuah perpustakaan umum baru harus mampu
menyediakan untuk berbagai preferensi pengguna. Minimal perpustakaan dapat menyediakan berbagai jenis ruang yang disesuaikan untuk setiap
karakteristik kebutuhan pengguna, baik individu maupun kelompok, seperti ruang baca untuk individu dan berkelompok. Berbagai model
pengaturan tempat duduk yang bermacam – macam yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan gaya belajar dan kenyamanan pengguna juga harus dipertimbangkan sebagai tujuan untuk memenuhi keinginan pengguna.
3. Hirarki
Penciptaan hirarki visual dapat membantu memisahkan berbagai macam jenis tingkatan informasi dan dapat membantu batas
– batas tersebut untuk membedakan setiap ruangan yang ada di perpustakaan.
Lantai, dinding, furnitur, ukuran, dan penempatan ruangan harus dapat memberikan penekanan atau perbedaan pada fungsi dan kegiatan yang ada
pada keseluruhan ruang dan perbedaan tingkatan yang mereka tonjolkan.
4. Area Personal
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa manusia memiliki kebutuhan sosiologis dan psikologis untuk menciptakan sebuah tempat dan
suasana yang dikehendaki. Untuk menciptakan area personal dalam hal ini yaitu penggunaan tempat secara individu dengan area yang dapat
digunakan secara berkelompok, perpustakaan harus memiliki definisi yang jelas untuk hal tersebut, agar pengguna merasa aman, dihargai, dan
nyaman
5. Pencahayaan
Pencahayaan didalam perpustakaan pada umumnya cenderung lebih terangdan biasanya seragam jenisnya secara keseluruhan.Pada
perpustakaan modernjuga menghendaki bahwa beberapa tingkat pencahayaan dapat membantu pengguna dalam menentukan kegiatan dan
kualitas mereka ketika berada di perpustakaan, serta penentuan jumlah
38
lampu juga dapat memberikan dampak yangcukup besar terhadap kenyamanan visual pengguna perpustakaan.
6. Tata Suara
Pengaturan tata suara juga merupakan salah satu masalah yang palingumum untuk perpustakaan, khususnya pada area layanan sirkulasi
dan ruangreferensi. Area perpustakaan dengan pengaturan tata suara yang kurang tepat bising tentu saja sangat tidak dianjurkan, namun jika area
perpustakaan tersebut terlalu hening akan dapat menimbulkan gema dan gaung terhadap percakapan yang dilakukan oleh pengguna. Maka dengan
mengusung hal – hal yang menjadi trend dalam edukasional bahwa akan
lebih bijaksana jika perpustakaan mampu menempatkan ruangan dimana pengguna dapat memanfaatkan ruangan untuk berdiskusi dan berbicara
serta untuk pengguna yang menginginkan suasana perpustakaan yang tenang.
7. Suhu Udara
Walaupun pada umumnya yang terjadi suhu udara selalu konstan, namun kontrol area juga dapat membantu dalam penentuan zona level
kenyamanan. Keadaan suhu normal bagi manusia adalah bekisar kurang lebih 24 derajat Celcius. Dengan kesesuaian temperatur ruangan dengan
kebutuhan suhu tubuhmanusia akan memberikan dampak positif bagi seseorang dalam aktivitasnya didalam ruangan. Menurut Grandjen 1993
dalam Purnomo, Hari 2000 merekomendasikan batas toleransi untuk suhu udara tinggi yang dapat dilampaui oleh batas kemampuan fisik dan
mental manusia yaitu sebesar 35 – 40 oC untuk negara dengan 2 musim
seperti di Indonesia. Standar kenyamanan suhu udara di Indonesia berpedoman pada standar Amerika ANSI ASHARE, 1992; 55 dalam
Karyono T.H. 2001. Mereka merekomendasikan suhu nyaman 22,5 oC –
26 oC atau disederhanakan menjadi 24 oC atau rentang 22 oC hingga 26 oC.
8. Perawatan
39
Perawatan yang dimaksud disini adalah bagaimana caranya pustakawan mampu mengatur keuangan, sehingga dapat menerapkan
prinsip ekonomi yaitu dengan biaya yang minimum dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendistribusi
ulang furnitur yang ada, mengecat kembali lemari dan rak yang memiliki corak bahan logam dan jika anggaran masih memungkinkan, dapat
digunakan untuk membeli perabotan baru, mengganti karpet atau lantai serta menambah
signage
baru.
9. Kualitas Udara
Menjaga kualitas udara yang baik sangat penting untuk menjaga kestabilan ruangan, baik dari alam maupun dari sistem ventilasinya.
Aroma secara langsung dapat menyambungkan hubungan antara kondisi ruangan dengan aspek psikis emosi pengguna perpustakaan dan beberapa
perpustakaan saat ini telah menggunakan aroma bunga atau kopi sebagai pengharum ruangan untuk menciptakan rasa tenang dan nyaman.
10.
Style and Fashion
Gaya dan fashion adalah bagian dari budaya populer masa kini, dan sepertiyang selalu kita inginkan bahwa perpustakaan saat ini secara visual
tidak mungkin dapat dihindari bahwa akan selalu memperhatikan nilai estetikanya dalam perencanaan interior meskipun gaya dan fashion
tersebut bersifat dinamis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menghindarkan rasa jenuh agar perpustakaan dapat menjadi tujuan utama
bagi pengguna dalam mencari informasi serta memberikan keindahan dan kenyamanan terhadap pengguna perpustakaan. Tingkat harapan dari
pengguna perpustakaan dapat berubah sebagaimanapustakawan berani memainkan dan meningkatkan serta mengkombinasi jenis danfungsi dari
penggunaan interior yang ada misalnya menggabungkan antara public area dengan cafe dan musik.
11. Kenyamanan
Kenyamanan yang semakin baik mengindikasikan adanya rasa motivasi yang tinggi untuk mengunjungi perpustakaan.Ruang yang
40
nyaman bias menyebabkan pengguna merasa tidak tertekan, gelisah, dan merasa mendapatkan kebebasan beraktifitas diruangan Sukesi, 2009.
Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa kenyamanan merupakan hal yang sangat penting,karena dengan terciptanya rasa nyaman terhadap
lingkungan sekitarnya ketikaberada di suatu tempat, maka secara tidak langsung akan lebih memberikan dampak yang positif bagi individu
tersebut.
2.4.4 Perabot dan Perlengkapan
Perabot perpustakaan merupakan sarana pendukung atau perlengkapan perpustakaan yang digunakan dalam proses pelayanan pemakai perpustakaan dan
merupakan kelengkapan yang harus ada untuk terselenggaranya perpustakaan. Dalam buku Pedoman Umum Perlengkapan Perpustakaan Umum 1992,
4 Perabot perpustakaan adalah: “barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang
fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku, papan peragaan dan lain sebagainya. Sedangkan perlengkapan perpustakaan adalah barang -
barang yang merupakan perlengkapan dan suatu komponen atau kegiatan perpustakaan misalnya mesin ketik, komputer, layar proyektor dan
sebagainya” Menurut Siregar 2011,96 menyatakan bahwa
“perabotan adalah segala peralatan dan perabotan yang digunakan oleh perpustakaan dan pengguna dalam
melakukan kegiatan perpustakaan”.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa perabot dan perlengkapan perpustakaan merupakan kompenen yang penti ng dalam kelancaran
kegiatan perpustakaan, baik juga menyangkut dengan kenyamanan pengguna.
2.4.5 Penataan Tata Ruang
41
Ruangan yang tertata rapi dan buku –buku yang juga tertata akan membuat
suatu perpustakaan memberikan nuansa nyaman sehingga pemustaka tertarik untuk membaca buku dan betah berada di perpustakaan. Prinsip-prinsip penataan
ruangan perpustakaan menurut Lasa 2007, 202
1. Untuk pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya
ditempatkan di ruangan terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan hal ini bertujuan agar tidak mengganggu konsentrasi dalam
melaksanakan pekerjaan.
2. Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di
lokasi yang strategis. 3.
Penempatan perabot seperti meja, kursi, rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. Tujuannya agar segala
kegiatan pemustaka lebih mudah dikontrol oleh pustakawan. Selain itu juga akan membuat ruangan lebih indah, teratur dan tidak sempit.
4. Jarak antara satu perabot dengan perabot lainnya dibuat agak
lebar.Jarak perabot diatur agar pustakawan maupun pemustaka bisa leluasa untuk berjalan.
5. Bagian-bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, atau
merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan
6. Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan seperti
pengolahan, pengetikan atau penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum. Bertujuan agar
pemustaka tidak terganggu oleh suasana yang berantakan
7. Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unitruangan
hendaknya duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
pengelolaan manajemen koleksi dan tata ruang. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah
individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan Cresswell, 2010.
Bentuk penelitian yang digunakan adalah studi kasus.Studi kasus adalah strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu
program, peristiwa, aktivitas, proses dan kelompok individu Stake yang dikutip oleh Cresswell, 2010.
43
Dalam pendekatan deskripstif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata- kata, gambar bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan atau memo,
dan dokumen resmi lainnya. 3.2
Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Jalan. Karya Jaya No. 192, Kec. Medan Johor, Kota Medan Sumatera Utara
3.3 Subyek dan obyek penelitian