26 Untuk mencari t
hitung
digunakan rumus: t
hitung
= n
SD X
Xi
dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, dengan nilai
α = 0.01, dk= n-1, dapat digunakan rumus: µ = X ± t
α
2, dk
x SD √n
Keterangan: SD
= standar deviasi µ
= interval kepercayaan X
= kadar rata-rata mineral dalam sampel t
= harga t tabel sesuai dengan dk= n – 1
n = jumlah pengulangan pengukuran
� = tingkat kepercayaan dk
= derajat kebebasan dk= n-1
3.5.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel
Menurut Sudjana 2005, sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi
� tidak diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua
populasi sama �
1
= �
2
atau berbeda �
1
≠ �
2
dengan menggunakan rumus: F
o
=
2 2
2 1
S S
Keterangan: F
o
= Beda nilai yang dihitung S
1
= Standar deviasi sampel 1 S
2
= Standar deviasi sampel 2
Tabel distribusi F dapat dilihat pada Lampiran 29 halaman 101. Apabila dari hasilnya diperoleh F
o
tidak melewati nilai kritis F, maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
27 t
o
=
2 1
2 1
1 1
X -
X n
n Sp
Keterangan:
1
X
= kadar rata-rata mineral dalam sampel 1
2
X
= kadar rata-rata mineral dalam sampel 2 Sp
= simpangan baku n
1
= jumlah pengulangan pengukuran pada sampel 1 n
2
= jumlah pengulangan pengukuran pada sampel 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila t
o
yang diperoleh melewati nilai kritis t dan sebaliknya jika F
o
melewati nilai kritis F, maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus :
t
o
=
2 2
2 1
2 1
2 1
X -
X
n S
n S
Keterangan:
1
X
= kadar rata-rata mineral dalam sampel 1
1
X
= kadar rata-rata mineral dalam sampel 2 S
1
= Standar deviasi sampel 1 S
2
= Standar deviasi sampel 2 n
1
= jumlah pengulangan pengukuran pada sampel 1 n
2
= jumlah pengulangan pengukuran pada sampel 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila t
o
yang diperoleh melewati nilai
kritis t, dan sebaliknya. 3.5.8 Uji Perolehan Kembali Recovery
Uji perolehan kembali dilakukan dengan metode penambahan larutan standar Standard addition method. Dalam metode ini, kadar mineral dalam
sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan baku dengan konsentrasi tertentu.
Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 8 ml larutan baku kalium konsentrasi 1000 µgml, 5 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgml, 1 ml larutan
Universitas Sumatera Utara
28 baku natrium konsentrasi 1000 µgml dan 2 ml larutan baku magnesium
konsentrasi 1000 µgml. Sampel yang telah dipotong kecil-kecil ditimbang secara seksama
sebanyak 25 gram di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 8 ml larutan baku kalium konsentrasi 1000 µgml, 5 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000
µgml, 1 ml larutan baku natrium konsentrasi 1000 µgml dan 2 ml larutan baku magnesium konsentrasi 1000 µgml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur
destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan
rumus berikut: Persen Perolehan Kembali =
C
F
- C
A
C
A
x 100 Keterangan:
C
A
= kadar mineral dalam sampel sebelum penambahan baku C
F
= kadar mineral dalam sampel setelah penambahan baku C
A
= kadar larutan baku yang ditambahkan
3.5.9 Simpangan Baku Relatif