Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction Di Bursa Efek Indonesia.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN

PROPERTY, REAL ESTATE & BUILDING

CONSTRUCTION DI BURSA EFEK

INDONESIA

DRAFT SKRIPSI

Oleh :

RUTH ROSANNA

060521007

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan

2009

DAFTAR ISI


(2)

ABSTRAK

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Relevan dengan tujuan penelitian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007? Dengan dasar teori Brigham (2003) dan temuan hasil penelitian Waskito (2008), maka diajukan hipotesis : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Realestate dan Buiiding Contruction di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 – 2007, yaitu sebanyak 37 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan criteria purposive sampling dan sampel yang memenuhi Icriteria yang telah ditentukan sebanyak 34 Perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dan dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ringkasan yang terdapat di dalam Jakarta Stock Exchange. Untuk pengumpulan data digunakan teknik dokumentasi dengan tipe pooled data. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda (multiple regression analysis), selanjutnya dilakukan Uji F, uji t dan analisis koefisien determinan untuk melihat tingkat kesesuaian model analisis.

Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan : (1) Secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest & tax ratio dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007. (2) Secara parsial efektivitas basic earning power, debt to equity ratio dan interest & tax ratio berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007, sedangkan return on investment berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 20062007 dan plowback ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007.

Kata Kunci : Pertumbuhan modal sendiri, Basic earning power, Debt to equity ratio, Plowback ratio, Interest & tax ratio dan Return on investment.


(3)

Halaman

DAFTAR ISI... i

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Batasan Operasional ... 8

2. Definisi Operasional Variabel ... 8

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

4. Populasi dan Sampel ... 10

5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 12

6. Uji Asumsi Klasik ... 12

7. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ... 13

8. Model Analisis Data ... 14

9. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 15

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Landasan Teori ... 19

1. Teori Permodalan ... 19

2. Komponen Struktur Modal ... 24

3. Laju Pertumbuhan Modal Sendiri... 28

4. Basic Earning Power ... 32

5. Debt to Equity Ratio ... 32

6. Plowback Ratio ... 34

7. Tingkat Bunga dan Pajak ... 35

8. Return on Investment ... 36

BAB III : GAMBARAN UMUM BURSA EFEK INDONESIA 37 A. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 37

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia... 40

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 43

A. Analisis Deskriptif ... 43 1. Pertumbuhan Modal Sendiri (Y) Perusahaan


(4)

di Bursa Efek Indonesia ... 43

2. Basic Earning Power (X1) Perusahaan Property, 3. Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 44

4. Debt to Equity Ratio (X2) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 44

5. Plowback Ratio (X3) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 45

6. Interest and Tax Ratio (X4) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 46

7. Return on Invesment (X5) Perusahaan Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia ... 47

B. Uji Asumsi Klasik ... 48

1. Uji Heterokedastisitas ... 48

2. Uji Multikolinieritas ... 49

3. Uji Autokorelasi ... 49

C. Model Analisis Data ... 50

D. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 52

1. Uji Secara Simultan (Uji F) ... 52

2. Uji Secara Parsial (Uji t) ... 53

3. Analisis Koefisien Determinan... 55

BAB V : KESIMPULAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56


(5)

ABSTRAK

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Relevan dengan tujuan penelitian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007? Dengan dasar teori Brigham (2003) dan temuan hasil penelitian Waskito (2008), maka diajukan hipotesis : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Realestate dan Buiiding Contruction di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 – 2007, yaitu sebanyak 37 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan criteria purposive sampling dan sampel yang memenuhi Icriteria yang telah ditentukan sebanyak 34 Perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dan dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ringkasan yang terdapat di dalam Jakarta Stock Exchange. Untuk pengumpulan data digunakan teknik dokumentasi dengan tipe pooled data. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda (multiple regression analysis), selanjutnya dilakukan Uji F, uji t dan analisis koefisien determinan untuk melihat tingkat kesesuaian model analisis.

Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan : (1) Secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest & tax ratio dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007. (2) Secara parsial efektivitas basic earning power, debt to equity ratio dan interest & tax ratio berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007, sedangkan return on investment berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 20062007 dan plowback ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007.

Kata Kunci : Pertumbuhan modal sendiri, Basic earning power, Debt to equity ratio, Plowback ratio, Interest & tax ratio dan Return on investment.


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modal sendiri dalam suatu perusahaan merupakan salah satu instrumen keuangan yang tidak kalah penting dengan instrumen keuangan lainnya, dimana modal dalam suatu perusahaanlah yang dipertaruhkan untuk segala resiko, baik resiko usaha maupun resiko kerugian lainnya (Harnanto, 2001: 74). Tiap – tiap perusahaan harus memiliki sejumlah modal minimum untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Bagi investor, kelangsungan hidup suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting, karena dengan melihat kelangsungan hidup perusahaan, investor dapat melihat prospek perusahaan tersebut dimasa mendatang dalam menghasilkan laba. Kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, salah satu diantaranya adalah dengan melihat pertumbuhan modal sendiri. Pengukuran pertumbuhan modal sendiri dilakukan dengan mempertimbangkan baik keputusan investasi (investment decision), dan keputusan pembiayaan (financing decision), serta dengan memperhatikan faktor eksternal yang berupa tingkat bunga pinjaman dan tingkat pajak. Pengukuran yang paling dapat menggambarkan pertumbuhan modal yang lebih tepat adalah dengan menambahkan keputusan pemberian dividen (dividend decision) selain faktor-faktor investment decision, financing decision, tingkat bunga, dan pajak (Riyanto, 2001: 178). Bringham (2003: 184) menyebutkan bahwa laju pertumbuhan modal sendiri merupakan fungsi dari basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest rate and tax rate.


(7)

Beberapa peneliti telah mencoba mengkonfirmasi teori Brigham (2003:184) di atas sebagai fungsi laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan, yaitu dua diantaranya adalah Sulistiadi (2000) dan Waskito (2008). Tinjauan penelitian terhadap hasil penelitian Sulistiadi (2000) dan Waskito (2008) menunjukkan kesimpulan yang tidak seragam.

Sulistiadi (2000) yang meneliti di perusahaan industri manufaktur dan industri perbankan dan jasa keuangan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan tahun amatan 1995– 1996 menemukan bahwa basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tingkat bunga, dan tingkat pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa keuangan. Secara individual, hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan plowback ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri, sedangkan tingkat bunga dan tingkat pajak tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan.

Waskito (2008) mencoba mengkonfirmasi ulang temuan Sulistiadi (2000) yang hanya meneliti perusahaan industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahuan amatan yang berbeda, yaitu tahun 2005 – 2007. Dalam penelitiannya, Waskito (2008) menemukan secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment

berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007, sedangkan secara parsial hanya variabel plowback ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007.


(8)

Perbedaan kedua hasil penelitian di atas sangatlah fenomenal, dimana penelitian yang dilakukan pada perusahaan yang sama pada tahun yang berbeda memberikan kesimpulan yang berbeda. Oleh karena itu menjadi daya tarik tersendiri dilakukannya replikasi penelitian dengan melakukan penelitian pada perusahaan yang berbeda, yaitu perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun amatan 2006-2007.

Perusahaan property, real estate & building construction merupakan perusahaan yang baru bangkit kembali setelah diterpa krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Fenomena yang berkembang sehubungan dengan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1. dibawah ini.

Tabel 1.1.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan

Property, Real Estate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

No Variabel Tahun

2006 2007

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Laju pertumbuhan modal sendiri Basic earning power

Debt to equity ratio Plowback ratio Interest and tax ratio Return on investment

-6.46 0.06 35.59 0.84 -0.50 0.04 3.98 0.05 1.672 0.72 -0.43 0.02

Sumber : JSX (2005 – 2007)

Tabel 1.1. di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2006 modal sendiri perusahaan property, realestate & building construction di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan, yaitu sebesar 6.46% dan kembali naik 3.98% pada tahun 2007. Kenaikan modal sendiri perusahaan property, realestate & building construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 justru berbanding terbalik dengan faktor – faktor yang mempengaruhi modal sendiri, yaitu basic earning


(9)

power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax ratio dan return on investment yang mengalami penurunan pada tahun yang sama.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka masalah utama yang akan diteliti dalam penelitian ini :

1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007?

2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007?

C. Kerangka Konseptual

Stabilitas financial dan going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan struktur permodalannya, dimana salah satunya adalah modal sendiri. Bringham (2003: 184) menyebutkan berbagai faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri suatu perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut dan menyertakannya dalam model yang akan digunakan dalam penelitian.


(10)

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan modal sendiri merupakan variabel dependen dengan aspek-aspek keuangan sebagai variabel independen.

Brigham (2003:184) metode pengukuran laju pertumbuhan (g=growth rate) dijelaskan dengan menggunakan model laba ditahan:

g = b x r

b = retention rate dimana:

b = (1 - dividend payout) b = (1-d)

r = ROE

sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai:

g = (1-d) x ROE

Model tersebut menyatakan bahwa laju pertumbuhan (g) merupakan fungsi Return on Equity. Hubungan Return on Equity dengan komponen financial lainnya dapat diuraikan sebagai berikut:

(

)

(1 )

) 1

( x tax

E D x i Ep EP x d

g  −

    − + − = dimana

g = laju pertumbuhan :

(1-d) = b = plowback ratio EP = Basic Earning Power i = Interest Rate

D/E = Debt to Equity Ratio

Model matematis pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan

equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan t, sehingga dapat dituliskan:

= (EP,D/E,b,i,t)

g

Berdasarkan fungsi di atas, digambarkan kerangka konseptual yang menegaskan hubungan dan pengaruh antara faktor – faktor yang mempengaruhi laju


(11)

pertumbuhan modal sendiri dengan laju pertumbuhan modal sendiri, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. berikut ini.

Sumber : Bringham (2003) (Diolah)

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment

terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.

2. Terdapat pengaruh secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment

terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.

Basic Earning Power (X1)

Pertumbuhan Modal Sendiri (Y) Tax and Interest Rate (X4)

Debt to Equity Ratio (X2)

Plowback Ratio (X3)


(12)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian dalam penelitian ini :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, tax dan interest rate, and return on investment terhadap laju pertumbuhan modal sendiri perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1. Bagi perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan manajemen perusahaan untuk membantu pengambilan keputusan dalam hal faktor-faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan modal sendiri.

2. Bagi pihak – pihak lain, khususnya bagi almamater Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian berikutnya.

3. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan, khususnya dalam hal faktor – faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan modal sendiri.


(13)

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Pertumbuhan modal sendiri dimaksud dalam penelitian ini dibatasi hanya modal sendiri yang merupakan internal growth perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007, atau tidak turut dianalisis modal sendiri yang merupakan external growth seperti emisi saham baru.

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel, yaitu

laju pertumbuhan modal sendiri (g) sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yang terdiri dari Basic earning power (BEP=X1), Debt to equity ratio

(DER=X2), Plowback ratio (PR=X3), Tax & interest rate (ti=X4) dan Return on

investment (ROI=X5

(a) Laju pertumbuhan modal sendiri (g=Y)

). Definisi operasional dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut :

Laju pertumbuhan modal sendiri adalah rasio naik atau turunnya modal sendiri yang diinvestasikan. Rumus yang digunakan menghitung laju pertumbuhan modal sendiri (Brigham, 2003: 364) :

Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1

g = x 100%

Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1 (b) Basic Earning Power (BEP=X1

Basic earning power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan profit dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut, atau dihitung dengan menggunakan formulasi (Brigham, 2003: 364):


(14)

EBIT pada tahun t

Basic earning power = x 100%

Total Asset pada tahun t (c) Debt to equity ratio (DER=X2

Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan total equity. Rumus yang digunakan untuk menghitung DER

adalah (Brigham, 2003: 365):

)

Jumlah seluruh debt pada tahun t

Debt to equity ratio = x 100%

Jumlah seluruh equity pada tahun t

(d) Plowback ratio (PR=X3

Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang tidak dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.

)

Brigham (2003: 365) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :

Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)

Dimana dividend payout ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung dividend payout ratio adalah :

Dividend Payout Ratio =

EPS

Saham per

Kas Dividen

x 100%

(e) Interest and Tax Rate (ITR=X4

Interest rate adalah rasio pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak lain (Brigham 2003:365). Rumus yang digunakan :

)

Interest + Tax Expense

Interest and Tax Rate = x 100%


(15)

(f) Return on investment (ROI= X5

Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi beban pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus (Brigham, 2003: 365) :

)

Keuntungan Netto Sesudah Pajak

ROI = x 100%

Total Aktiva

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Waktu penelitian direncanakan dilaksanakan mulai Maret sampai dengan Juli 2009.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah perusahaan property, real estate & building construction yang tercatat dan diperdagangkan di di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2007. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak adalah 37 perusahaan industri. Pengambilan sample dilakukan berdasarkan purposive sampling, dengan kriteria :

1. Sampel diambil dari data yang tersedia di Jakarta Stock Exchange (JSX) dan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2006-2007.

2. Sampel yang diambil merupakan perusahaan yang tercatat di Bursa Indonesia sesudah tahun 2005 karena penulis meneliti untuk tahun pengamatan 2006 -2007. Tetapi khusus untuk menghitung laju pertumbuhan modal sendiri diambil data tahun 2005-2007.


(16)

3. Perusahaan yang diteliti tidak melakukan emisi saham baru pada periode 2005-2007.

Sesuai dengan ketiga kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 perusahaan property, real estate & building construction, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2.

Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling

No. Distribusi Sampel Total

1. 2. 3. 4.

Perusahaan property, real estate & building construction di Bursa Efek Indonesia dari 2006 – 2007

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama tiga tahun berturut – turut, yaitu dari tahun 2005-2007.

Perusahaan yang tidak mempunyai laporan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Perusahaan yang melakukan emisi saham baru pada periode 2005 – 2007

37 (2)

(0) (1)

Jumlah 34

Sumber : JSX (2006-2007) (Diolah)

Ketigapuluh empat sampel di atas, dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut :

Table 1.3. Sampel Penelitian

Sampel perusahaan property, real estate & building construction

1 PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk 2 PT. Sentul City, Tbk

3 PT. Bintang Mitra Semestaraya, Tbk 4 PT. Ciput ra Development, Tbk 5 PT. Bukit Darmo Property 6 PT. Ciputra Surya, Tbk

7 PT. Duta Anggada Realty, Tbk 8 PT. Dharmala Intialand, Tbk 9 PT. Duta Pertiwi, Tbk

10 PT. Bakrieland Development, Tbk 11 PT. Jaka Inti Realindo, Tbk

12 PT. Gowa Makasar Toursim Dev Tbk 13 PT. Jaya Real Property, Tbk

14 PT. Kawasan Industri Jabobeka, Tbk 15 PT. Jakarta International Hotel & Dev. Tbk 16 PT. Lamicitra Nusantara, Tbk


(17)

17 PT. Dayaindo Resources International, Tbk 18 PT. Lippo Cikarang, Tbk

19 PT. Lippo Karawaci, Tbk 20 PT. Modernland Realty Tbk 21 PT. Indonesia Prima Property, Tbk 22 PT. New Century Development, Tbk 23 PT. Pudjiadi & Sons Estate, Tbk 24 PT. Pakuwon Jati, Tbk

25 PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk 26 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk 27 PT. Roda Panggon Harapan, Tbk 28 PT. Suryainti Permata, Tbk 29 PT. Suryamas Dutamakmur, Tbk 30 PT. Summarecon Agung, Tbk 31 PT. Surya Semesta Internusa, Tbk 32 PT. Total Bangun Persada, Tbk 33 PT. Turba Alam Manunggal, Tbk 34 PT. Adhi Karya (Persero), Tbk

Sumber : JSX (2006, 2007) 5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dan dipublikasikan dari Bursa Efek Indonesia dan ringkasan yang terdapat di dalam Jakarta Stock Exchange (JSX). Untuk pengumpulan data digunakan teknik dokumentasi dengan tipe pooled data. Dengan tipe pooled data, jumlah observasi dalam penelitian ini diperoleh dari jumlah tahun penelitian dikalikan jumlah perusahaan sampel yaitu 35 x 2 = 70 n observasi.

6. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran normal. Normalitas data dapat dilihat melalui sebaran Plot pada Graph P-P


(18)

Plot berbentuk linier dan tertumpu di sekitar garis diagonal P-P Plot.

(Ghozali, 2003 : 47). 2) Uji Heterokedastisitas

Ghozali (2003 : 88) mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas dengan menggunakan uji Glejser, yaitu dengan melihat tingkat signifikansi dari hasil regresi nilai absolute residual sebagai variabel terikat dengan variabel bebas. Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat juga dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatterplot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).

3) Uji Multiklonearitas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Model yang baik seharusnya tidak terjadi adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas, yaitu dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF) >1.0 dan nilai tolerance <1.0 (Ghozali, 2003 : 83). Nugroho (2005 : 97) membatasi nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai

tolerance tidak kurang dari 0.1. 4) Uji Autokorelasi

Ghozali (2003:61-62) menyebutkan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Uji lagrange multiplier (LM Test) merupakan salah satu test


(19)

autokorelasi dengan LM Test, terutama digunakan untuk sampel besar di atas 100 observasi.

Ghozali (2003:61) menyebutkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, juga dapat digunakan uji Durbiwn – Watson (DW), yaitu yaitu dengan membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi.

Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari nilai du dan dl dilakukan dengan melihat table dw. Lebih jelasnya autokorelasi digambarkan sebagai berikut :

Sumber : Ghozali (2003) (Diolah)

Gambar 1.2. Diagram Durbin – Watson 7. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan persamaan sebagai berikut:

Y =

β

0

+

β

1

X

1

+

β

2

X

2

+

β

3

X

3

+

β

4

X

4

+

β

5

X

5

+

ε

dimana :

Y : Pertumbuhan Modal Sendiri X1 : Basic earning power

Ho diterima (no serial correlation)

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

4 4-dl

(4-du) du

dl 0


(20)

X2

X

: Debt to equity ratio

3

X

: Plowback ratio

4

X

: Intrest and Tax Ratio

5

β0.. β8 : Return on investment ε : Error Term

: Konstanta

8. Uji Keseuaian (Test of Goodness of Fit) a. Uji Simultan (Uji F)

Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu dengan cara sebagai berikut :

Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Hasil pengujian adalah :

Ho diterima ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k) Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k)

Dimana :

K : Jumlah variabel N : Jumlah pengamatan

b. Uji Parsial (Uji t)

Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variable independen secara individual terhadap variabel dependen.

1) Hipotesis yang digunakan : a) Jika Hipotesis positif


(21)

Ha : βi > 0

b) Jika Hipotesis negatif Ho : βi ≥ 0

Ha : βi < 0 2) Pengujian satu sisi

Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

c. Analisis Koefisien Determinan

Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0< R

) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.

2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Surwanti (1993) menunjukkan return on assets, debt to equity ratio, dan

plowback ratio berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan modal sendiri. Rahmanto (1994) selain faktor return to assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio, ditambah dengan faktor tingkat suku bunga pinjaman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto, faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah return on assets dan tingkat bunga, sedangkan debt to equity ratio dan

plowback ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri. Rasyid (1998) adalah untuk industri manufaktur, faktor-faktor return on assets, debt to equity ratio, dan plowback ratio berpengaruh secara signifikan, sedangkan untuk industri non manufaktur terdapat variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu variabel plowback ratio.

Sulistiadi (2000) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri pada industri manufaktur dan industri perbankan dan jasa keuangan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, tahun amatan 1995-1996. Dalam penelitiannya, Sulistiadi (2000) menemukan terdapat pengaruh yang signifikan variabel basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, Tingkat Bunga, dan Tingkat Pajak secara bersama-sama terhadap laju pertumbuhan modal sendiri baik pada perusahaan industri manufaktur maupun pada perusahaan industri perbankan dan jasa keuangan. Hal ini sesuai dengan pengharapan penulis. Terbukti dengan hasil signifikansi Fhitung yaitu 0,000 baik pada industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan yang lebih kecil dari á =0,005. Dari kelima variabel independent yang diteliti, secara 17


(23)

individual, hanya variabel basic earning power, debt to equity ratio, dan

plowback ratio yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap pertumbuhan modal sendiri. Sedangkan variabel lainnya, yaitu Tingkat Bunga dan Tingkat Pajak tidak mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan modal sendiri perusahaan, baik yang berada di industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri baik pada industri manufaktur maupun industri perbankan dan jasa keuangan adalah variabel

basic earning power dengan beta koefisien masing-masing variabel adalah 1,030 dan 1,974. Kelima variabel independent dari hasil penelitian pada industri manufaktur mampu menjelaskan 66,1% perubahan modal sendiri. Ini terlihat pada angka R 2 sebesar 0,661. Sedangkan pada industri perbankan dan jasa keuangan variabel independent mampu menjelaskan perubahan modal sendiri sebanyak 68,9%. Ini terlihat pada angka R 2 sebesar 0,689. Sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak diikutsertakan di dalam penelitian ini.

Waskito (2008) mencoba melakukan replikasi terhadap penelitian Sulistiadi (2000) dengan melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007. Dalam penelitiannya. Waskito (2008) menemukan : (1) secara simultan basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax rate dan return on investment berpengaruh terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007. (2) secara parsial hanya variabel plowback ratio yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007.

B. Landasan Teori


(24)

1. Teori Permodalan

Sebelum diuraikan secara teoritis tentang laju pertumbuhan modal sendiri, ada baiknya diketahui apa itu modal, struktur permodalan dan modal sendiri. Munawir (200196) menyebutkan modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh utang-utangnya. Dalam praktik kadang-kadang nampak adanya suatu klasifikasi di dalam neraca yang pada umumnya membingungkan pembaca (sulit untuk ditafsirkan) dengan nama reserve (cadangan). Seharusnya cadangan ini diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi Neraca yaitu aktiva, utang dan milik sendiri (modal) sehingga cadangan pada prinsipnya juga terdiri dari tiga golongan yaitu: (Munawir, 2001:98-99).

a. Cadangan sebagai pengurang aktiva (reserve that offseting assets). Misalnya cadangan penyusutan (reserve for depreciation), cadangan ini merupakan pengurangan terhadap aktiva yang disusut, sehingga dalam neraca nampak di sebelah debet mengurangi aktiva yang bersangkutan. Cadangan penyusutan itu akan lebih tepat bila diberi nama lain yaitu "akumulasi penyusutan", atau "akumulasi depresiasi".

b. Cadangan sebagai utang (liability reserve), misalnya reserve for taxes (cadangan untuk pajak) merupakan suatu utang yang dicatat sebagai cadangan, ini tidak benar, seharusnya cadangan untuk pajak ini dimasukkan dalam utang lancar (current liability), yaitu Utang Pajak atau Taksiran Utang Pajak.

c. Cadangan yang merupakan surplus, yang betul-betul merupakan hak para pemilik perusahaan, misalnya "cadangan untuk ekspansi" adalah merupakan pemisahan


(25)

sebagian dari laba yang ditahan (retained earning), dan dalam neraca masuk dalam klasifikasi modal (appropriated surplus).

Atmaja (2000:134) menyebutkan bahwa modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item – item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan.

Harnanto (2001:74) menyebutkan bahwa modal sendiri adalah modal dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian – kerugian lainnya. Tiap – tiap perusahaan harus memiliki sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Munawir (2001:102) menyatakan bahwa struktur modal merupakan komposisi pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan utang pada suatu perusahaan. Struktur modal sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan serta risiko gagal melunasi utang tergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan.

Struktur modal dapat diartikan sebagai paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Lebih lanjut Munawir (2001:103) menyatakan struktur modal adalah proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Demikian pula menurut Riyanto (2001:33) bahwa struktur modal adalah perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

Menurut Riyanto (2001:41-45) besar kecilnya struktur modal yang digunakan perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:


(26)

a. Tingkat bunga

Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal akan mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah menggunakan saham atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan jika tingkat bunga obligasi lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut. b. Stabilitas earning

Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal dengan beban tetap (utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning yang stabil maka perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya; sebaliknya perusahaan yang memiliki earning tidak stabil akan menghadapi risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran utangnya pada tahun-tahun atau kondisi yang buruk.

c. Susunan aktiva

Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung mengutamakan penggunaan modal sendiri sedang modal asing atau utang hanya sebagai pelengkap, sedangkan perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.

d. Risiko aktiva

Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin besar. Jika perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka perusahaan harus memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif tahan risiko dan


(27)

sedapat mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki risiko lebih tinggi dibanding modal sendiri.

e. Jumlah modal yang dibutuhkan

Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara bersamaan; misalnya mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan.

f. Keadaan pasar modal

Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh dana melalui penjualan sekuritas perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal. Ketika investor menyukai menanamkan dananya dalam pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan lebih baik melakukan penerbitan saham.

g. Sifat manajemen

Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan, umumnya akan berani menangung risiko yang besar (risk seeker), sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya manajer yang bersifat pesimis dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya.

h. Besarnya perusahaan

Suatu perusahaan yang tergolong besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak mempengaruhi kekuasaan atau pengendalian pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu, perusahaan besar umumnya lebih menyukai melakukan penerbitan


(28)

saham baru untuk memenuhi kebutuhan dananya. Adapun menurut Brigham (2003:321) besarnya kecilnya struktur modal atau utang suatu perusahaan ditentukan oleh empat faktor berikut;

i. Risiko bisnis

Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila perusahaan tersebut menggunakan utang. Makin besar atau makin tinggi risiko perusahaan, maka perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang rendah.

j. Pajak perusahaan

Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.

k. Fleksibilitas keuangan

Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Ketersediaan modal yang cukup merupakan hal yang penting guna mendukung operasi perusahaan yang stabil serta menentukan keberhasilan perusahan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dalam kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila perusahaan mengalami kesulitan operasi maka kemungkinan perusahaan tersebut memperoleh pinjaman dari investor relatif kecil, sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi struktur modal atau utang perusahaan.

l. Agresivitas manajemen

Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif pada umumnya lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba.


(29)

2. Komponen Struktur Modal

Harnanto (2001:78) mengklasifikasikan struktur permodalan atau sumber permodalan dalam suatu perusahaan yang pokok dibedakan menjadi : (1) modal dari pemilik – disebut juga modal sendiri dan (2) modal yang berasal dari kreditur – disebut hutang dan modal asing. Lebih lanjut Harnanto (2001:79) menyebutkan bahwa ekuitas atau modal sendiri adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Sumber : Harnanto (2001:80)

Gambar 2.1.

Struktur Aktiva dalam hubungannya dengan Struktur dan Komposisi Sumber Premodalan

Karakteristik utama modal dari modal sendiri terletak pada :

a. Tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayarannya kembali dalam setiap keadaan, dan;

b. Tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor.

Struktur Aktiva Struktur Permodalan

Aktiva Lancar

Hutang Lancar

Investasi Jangka

Panjang Jangka Panjang Hutang

Aktiva Tetap Berwujud

Modal sendiri Saham Preferen Saham Biasa Laba yang ditahan

Aktiva Tetap Tak Berwujud Aktiva lain – lain


(30)

Komponen ekuitas umumnya terdiri atas: a. Modal Saham

Pada pos ini disajikan nilai nominal untuk setiap jenis saham. Di samping itu, pada pos ini disajikan:

1) Modal Dasar

Jumlah saham, untuk setiap jenis saham sesuai dengan anggaran dasar perusahaan.

2) Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh

Pos ini merupakan bagian dari modal dasar yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Pada pos ini disajikan jumlah saham untuk tiap jenis saham. b. Tambahan Modal Disetor-Bersih

Tambahan Modal Disetor disajikan di neraca dengan menjumlahkan pos-pos berikut ini :

1) Agio Saham

Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham di atas nilai nominal. 2) Biaya Emisi Efek Ekuitas

Pos ini merupakan biaya yang berkaitan dengan penerbitan efek ekuitas perusahaan. Biaya ini mencakup fee dan komisi yang dibayarkan kepada penjamin emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar modal, dan biaya pencetakan dokumen pernyataan pendaftaran, biaya pencatatan efek ekuitas di bursa efek, serta biaya promosi. Biaya-biaya yang berkaitan dengan pencatatan saham di bursa efek atas saham yang sudah beredar dan biaya yang berkaitan dengan dividen saham dan pemecahan saham tidak termasuk dalam pos biaya emisi efek ekuitas. Dalam hal perusahaan melakukan pembagian saham bonus yang berasal dari agio saham, jumlah yang dapat


(31)

dibagikan adalah jumlah agio saham setelah dikurangi Biaya Emisi Efek Ekuitas.

3) Selisih Modal dari Perolehan Kembali Saham

Pos ini merupakan selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali, dengan :

a) Jumlah yang diterima saat pengeluaran saham (jika menggunakan cost method)

b) Nilai nominal (jika menggunakan parvalue method) c) Selisih Kurs atas Modal yang Disetor

Pos ini merupakan selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal.

d) Modal Sumbangan

Pos ini merupakan modal yang berasal dari sumbangan yang diperoleh perusahaan dari pemerintah dan atau dari pemegang saham dan atau pihak lain.

4) Modal Disetor Lainnya Pos ini antara lain terdiri dari:

a) Setoran modal yang belum dapat dibukukan sebagai modal disetor penuh karena masih menunggu pengesahan peningkatan Modal Dasar dari instansi yang berwenang.

b) Dalam hal Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, uang muka pemesanan saham disajikan sebagai Modal Disetor Lainnya. Namun apabila uang muka tersebut melebihi jumlah yang akan menjadi modal saham (oversubscribed), maka kelebihan tersebut harus disajikan sebagai kewajiban lancar.


(32)

c) Nilai waran pisah (detachable warrants) yang belum dan tidak dilaksanakan. Tambahan Modal Disetor tetap disajikan tersendiri walaupun bersaldo negatif.

c. Selisih Kurs atas Penjabaran Laporan Keuangan Pos ini merupakan selisih kurs yang timbul dari:

1) Penjabaran pendapatan dan beban dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi dan aktiva serta kewajiban dengan menggunakan kurs penutup

2) Penjabaran saldo awal investasi neto dalam entitas asing dengan kurs yang berbeda dari yang dilaporkan sebelumnya

3) Perubahan lain atas ekuitas dalam entitas asing. d. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Perusahaan Asosiasi

Pos ini merupakan perbedaan antara nilai investasi perusahaan pada perusahaan asosiasi sebagai akibat adanya perubahan ekuitas perusahaan asosiasi yang bukan berasal dari transaksi antara perusahaan dengan perusahaan asosiasi tersebut. e. Keuntungan atau Kerugian yang belum Direalisasi dari Efek yang

Tersedia untuk Dijual.

Pos ini merupakan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari efek ekuitas dan efek hutang yang tersedia untuk dijual.

f. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Pos ini merupakan tambahan nilai aktiva tetap sebagai hasil penilaian kembali sesuai ketentuan Pemerintah, setelah memperhitungkan pajak yang terkait. Pos ini disajikan apabila perusahaan memilih untuk membukukan hasil penilaian kembali aktiva tetap.


(33)

g. Saldo Laba

Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Dalam hal dilakukan kuasi reorganisasi, jumlah saldo laba negatif (defisit) yang dieliminasi harus disajikan selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun kuasi reorganisasi dilakukan. Tanggal terjadi kuasi reorganisasi harus diungkapkan pada pos saldo laba untuk jangka waktu sepuluh tahun ke depan.

h. Modal Saham Diperoleh Kembali

Pos ini merupakan nilai saham perusahaan yang diperoleh kembali dan disajikan sebagai pengurang ekuitas.

3. Laju Pertumbuhan Modal Sendiri

Struktur permodalan dan pengalokasian modal suatu perusahaan akan sangat berperan penting didalam menjaga stabilitas financial dan going concern

perusahaan. Peran penting permodal dan pengalokasian modal terutama disebabkan oleh perbedaan karakteristik di antara tiap – tiap sumber/jenis permodalan tersebut. Perbeadaan karakteristik di antara tiap – tiap jenis/sumber permodalan itu secara umum mempunyai akibat atau pengaruh pada dua aspek penting didalam kehidupan setiap perusahaan, yaitu :

a. Terhadap kemampuannya untuk menghasilkan laba dan;

b. Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang/ kewajiban- kewajiban panjangnya (solvabilitas).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa stabilitas financial dan

going concern suatu perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan struktur permodalannya, dimana salah satunya adalah modal sendiri. Bringham (2003: 184) menyebutkan berbagai faktor dapat mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri suatu


(34)

perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut dan menyertakannya dalam model yang akan digunakan dalam penelitian.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan modal sendiri dapat diamati dengan mengembangkan suatu model di mana pertumbuhan modal sendiri merupakan variabel dependent dengan aspek-aspek keuangan sebagai variabel independent.

Menurut Brigham (2003:184) metode pengukuran laju pertumbuhan (g=growth rate) dijelaskan dengan menggunakan model laba ditahan:

g = b x r

dimana:

b = retention rate

b = (1 - dividend payout) b = (1-d)

r = ROE

sehingga laju pertumbuhan dapat dituliskan sebagai:

g = (1-d) x ROE

Model tersebut menyatakan bahwa laju pertumbuhan (g) merupakan fungsi

Return on Equity. Hubungan Return on Equity dengan komponen financial lainnya dapat diuraikan sebagai berikut:

EBIT Basic Earning Power =

Total Assets

dimana : Total Asset = Debt + Equity = D + E sehingga :

E D EBIT EP

+ = atau :


(35)

Diketahui :

EBT = EBIT – Interest Payment EBT = EBIT – (i x D)

Substitusi EBIT = EP x (D+E) : EBT = [P x (D + E)]-(i x D) Diketahui :

EAT = EBT – tax

EAT = EBT – (EBT x tax) EAT = EBT x (1-tax)

definisi :

E EAT

ROE=

Substitusi EAT = EBT x (1-tax):

E tax EBTx

ROE= (1− )

) 1 ( ) ( ) ( ) ( tax X E ixD E EPxE E EPxD ROE −     + = ) 1 ( ) ( ) ( tax X E ixD E EPxD EP ROE −     + + =

Memisahkan 

     E D

[

]

E tax x ixD D EPx

ROE= ( +)−( ) (1− )

(

)

x(1 tax)

E D x i Ep EP ROE −           + =

Return On Equity merupakan perkalian antara Return On Asset dengan

leverage yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Leverage x

ROA


(36)

Adapun Return On Asset (ROA) atau rentabilitas asset diperoleh dari perkalian antara tingkat perputaran asset dengan profit margin, yaitu:

PM x TAT ROA= TA S

TAT = , sedangkan

S NI

PM =

dimana:

TAT = Total Asset Turn Over ( tingkat perputaran total aktiva) S = Sales (penjualan)

TA = Total Asset (total aktiva) PM = Profit Margin (margin laba) NI = Net Income (laba bersih)

Dengan demikian, persamaan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

S NI x TAT

ROA=

Akhirnya hubungan laju pertumbuhan (g) dengan komponen finansial yang mempengaruhinya dapat diturunkan dengan melakukan penggabungan persamaan di atas, sebagai berikut:

g = (1-d) x ROE

(

)

(1 )

) 1

( x tax

E D x i Ep EP x d g −           + − = dimana:

g = laju pertumbuhan (1-d) = b = Plowback ratio EP = Basic Earning Power i = Interest Rate

D/E = Debt to Equity Ratio

Model matematis pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan equity (g) merupakan fungsi EP, D/E, b, i, dan t, sehingga dapat dituliskan:

= (EP,D/E,b,i,t)


(37)

Selanjutnya, Laju pertumbuhan modal sendiri dihtiung sebagai berikut (Brigham 2003:364) :

Jumlah modal sendiri pada tahun t - Jumlah modal sendiri pada tahun t-1

g = x 100%

Jumlah modal sendiri pada tahun t - 1

4. Basic Earning Power.

Basic Earning Power menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan assetnya untuk menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini membandingkan profit dengan asset yang digunakan untuk menghasilkan profit tersebut. Brigham (2003:365), menghitung Basic Earning Power sebagai berikut:

EBIT pada tahun t

Basic Earning Power = x 100

Total Asset pada tahun t

Karenanya, basic earning power dapat mengindikasikan efisiensi manajemen dalam menggunakan asset perusahaan untuk mendapatkan profit.

Basic earning power yang positif menunjukkan bahwa total asset yang digunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba perusahaan. Sebaliknya, basic earning power yang negatif menunjukkan bahwa total asset yang digunakan memberikan kerugian bagi perusahaan. Pertumbuhan basic earning power

memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity karena profit yang diperoleh dan ditahan akan menambah jumlah equity, sehingga pertumbuhan equity

meningkat. Apabila asset yang digunakan untuk operasi perusahaan tidak memberikan laba bagi perusahaan, maka kerugian yang diperoleh akan mengurangi jumlah equity, sehingga tingkat pertumbuhan equity akan menurun.

5. Debt to Equity Ratio

Perusahaan memiliki pilihan untuk menentukan sumber pembiayaan perusahaan. Hutang (debt) dan saham (stock) adalah sumber pembiayaan eksternal


(38)

yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menyediakan keperluan finansial perusahaan. Laba ditahan adalah sumber dana internal yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan financial perusahaan.

Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan total equity. Rasio tersebut menunjukkan seberapa besar perusahaan didanai oleh pihak kreditur. Semakin tinggi debt to equity ratio berarti semakin besar dana yang diambil dari luar perusahaan.

Penggunaan hutang atau modal sendiri terhadap tingkat pertumbuhan equity

pada tingkat bunga (i) yang berbeda digambarkan pada Gambar 2.2 berikut:

Sumber : Foster, George, (2001 : 222)

Gambar 2.2.

Hubungan antara Debt to Equity Ratio dengan Pertumbuhan modal.

Pada posisi tingkat bunga pinjaman (i) lebih rendah dari tingkat basic earning power (EP), penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi ini, tambahan porsi hutang akan memberikan penghematan pajak yang lebih besar dibanding beban bunga yang ditanggung, sehingga earning after tax meningkat relatif lebih besar terhadap equity -nya. Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak


(39)

positif terhadap pertumbuhan equity. Karena tingkat pertumbuhan equity (g) merupakan hasil perkalian tingkat laba yang ditahan (b) dengan return on equity, maka, pada posisi dimana i < EP, penambahan hutang untuk membelanjai operasi perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan equity (g). Berarti pada posisi ini, debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.

Sebaliknya pada posisi dimana bunga pinjaman (i) lebih tinggi dari tingkat EP, penggunaan hutang dalam pendanaan operasi perusahaan justru akan menurunkan pertumbuhan equity (g). Pada posisi dimana i > EP, tambahan hutang akan menimbulkan beban bunga yang lebih besar dibanding penghematan pajak, sehingga Earning After Tax menurun relatif lebih besar terhadap equity-nya. Karenanya, pada posisi ini, penambahan porsi hutang akan memberi dampak negatif terhadap pertumbuhan equity. Maka, pada posisi ini, debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan equity (g). Pada kondisi tersebut, perusahaan akan dapat menaikkan tingkat pertumbuhan equity apabila perusahaan menggunakan modal sendiri. Pada posisi dimana tingkat bunga pinjaman (i) sama dengan EP, makin besarnya penggunaan hutang tidak akan mempengaruhi EP.

Sebagaimana didefinisikan Brigham (2003:365), debt to equity ratio dihitung sebagai berikut :

Jumlah seluruh debt pada tahun t

Debt to Equity Ratio = x 100%

Jumlah seluruh equity pada tahun t

6. Plowback Ratio.

Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Tingkat laba yang tidak dibagikan sebagai dividen tersebut akan menambah jumlah equity sehingga memberi pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan equity.


(40)

Karena plowback ratio merupakan bagian keuntungan yang tidak dibagikan sebagai dividen, maka plowback ratio tergantung pada tingkat dividen yang besarnya diusulkan oleh manajemen puncak dan ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham.

Brigham (2003:365) memformulasikan Plowback Ratio sebagai berikut :

Plowback Ratio = (1- dividend payout ratio)

Dimana Dividend Payout Ratio adalah bagian atas laba yang dibagikan dalam bentuk kas deviden kepada para pemegang saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung Dividend Payout Ratio adalah :

Dividend Payout Ratio =

EPS

Saham per

Kas Dividen

% 100

x

7. Tingkat Bunga dan Pajak

Bunga adalah pembayaran bunga karena melakukan pinjaman dari pihak lain (bunga hutang), sedangkan pajak merupakan pajak perseroan perusahaan yang harus dibayar perusahaan, yang tarifnya telah ditetapkan pemerintah.

Menurut Brigham (2003:365), Interest Rate dihitung sebagai berikut :

Interest Expense

Interest Rate = x 100% = …….%

Long term debt + Short term debt

Hubungan tingkat bunga dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat negatif karena semakin besar tingkat bunga akan menurunkan laba bersih sesudah pajak. Begitu pula dengan pembayaran pajak otomatis akan mengurangi laba bersih sesudah pajak sehingga juga mempunyai hubungan yang negatif dengan pertumbuhan modal sendiri.


(41)

Tingkat pajak di sini adalah prosentase dari pendapatan perusahaan yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pemerintah. Untuk menghitung tingkat pajak, dipergunakan proxy, (Brigham ,2003:365) yaitu:

Tax

Tax rate = x 100 % = …….%

Earning Before Tax

8. Return On Investment (ROI)

Return on investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih (setelah dikurangi beban pajak). Cara menghitung rasio ini adalah ditunjukkan dengan rumus :

Keuntungan Netto Sesudah Pajak

ROI = x 100% = ……… %

Total Aktiva

Hubungan return on investment dengan pertumbuhan modal sendiri adalah bersifat positif karena semakin tinggi tingkat perputaran aktiva akan meningkatkan penjualan yang selanjutnya akan meningkatkan laba dan pada akhirnya berdampak positif terhadap pertumbuhan modal sendiri.


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM BURSA EFEK INDONESIA

A. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

c. 1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya


(43)

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

h. 1956 - 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

j. 1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

l. 1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.


(44)

m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sampai dengan akhir tahun 2007 tercatat sebanyak 344 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 36 diantaranya adalah perusahaan barang konsumsi, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut :


(45)

Tabel 3.1. Daftar Perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia s.d. Tahun 2007

No Perusahaan property, real estate & building construction di BEI s.d Tahun 2007

1 PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk 2 PT. Sentul City, Tbk

3 PT. Bintang Mitra Semestaraya, Tbk 4 PT. Ciputra Development, Tbk 5 PT. Bukit Darmo Property 6 PT. Ciputra Surya, Tbk 7 PT. Duta Anggada Realty, Tbk 8 PT. Dharmala Intialand, Tbk 9 PT. Duta Pertiwi, Tbk

10 PT. Bakrieland Development, Tbk 11 PT. Jaka Inti Realindo, Tbk

12 PT. Gowa Makasar Toursim Dev Tbk 13 PT. Jaya Real Property, Tbk

14 PT. Kawasan Industri Jabobeka, Tbk 15 PT. Jakarta International Hotel & Dev. Tbk 16 PT. Lamicitra Nusantara, Tbk

17 PT. Dayaindo Resources International, Tbk 18 PT. Lippo Cikarang, Tbk

19 PT. Lippo Karawaci, Tbk 20 PT. Modernland Realty Tbk 21 PT. Indonesia Prima Property, Tbk 22 PT. New Century Development, Tbk 23 PT. Pudjiadi & Sons Estate, Tbk 24 PT. Pakuwon Jati, Tbk

25 PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk 26 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk 27 PT. Roda Panggon Harapan, Tbk 28 PT. Suryainti Permata, Tbk 29 PT. Suryamas Dutamakmur, Tbk 30 PT. Summarecon Agung, Tbk 31 PT. Surya Semesta Internusa, Tbk 32 PT. Total Bangun Persada, Tbk 33 PT. Turba Alam Manunggal, Tbk 34 PT. Adhi Karya (Persero), Tbk Sumber : JSX (2006, 2007)

B. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia, yang terdiri dari : basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax ratio


(46)

Tabel 3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Property, Realestat & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

No Nama Perusahaan EG BEP DER PR I&TR ROI

2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 1 PT. Bhuwanatala Indah Permai, Tbk -0.20 -0.04 0.02 0.02 0.72 0.67 1.08 1.00 0.50 -1.93 0.14 -0.02 2 PT. Sentul City, Tbk 0.62 0.04 0.01 0.04 0.21 0.12 1.00 1.00 -0.61 -0.14 0.01 0.03 3 PT. Bintang Mitra Semestaraya, Tbk -0.02 0.01 -0.01 0.02 0.12 0.01 1.61 1.00 0.33 -0.45 -0.01 0.01 4 PT. Ciputra Development, Tbk 11.50 0.33 -0.70 0.05 0.46 0.34 1.00 1.00 0.70 -0.55 0.11 0.02 5 PT. Bukit Darmo Property 0.01 61.66 0.10 0.90 6.83 7.11 1.00 1.00 -0.80 -0.64 0.00 0.00 6 PT. Ciputra Surya, Tbk 0.15 0.16 0.12 0.11 0.64 0.41 1.00 1.00 -0.24 -0.22 0.09 0.09 7 PT. Duta Anggada Realty, Tbk 0.46 0.26 0.10 0.05 2.77 4.04 1.00 1.00 -0.21 -0.17 0.08 0.04 8 PT. Dharmala Intialand, Tbk -1.02 68.83 0.03 0.90 1.77 7.79 -2.00 -6.92 0.24 -0.57 0.04 0.01 9 PT. Duta Pertiwi, Tbk 0.05 0.04 0.03 0.04 1.48 0.14 1.00 1.00 -0.43 -0.67 0.02 0.01 10 PT. Bakrieland Development, Tbk 9.60 2.13 0.90 0.03 6.79 0.36 1.00 1.00 4.19 -0.30 0.90 0.02 11 PT. Jaka Inti Realindo, Tbk 0.01 0.01 0.00 0.00 0.15 0.19 1.00 1.00 0.32 3.28 0.01 0.01 12 PT. Gowa Makasar Toursim Dev Tbk 0.07 0.07 0.04 0.04 2.33 2.21 -0.86 0.89 -0.31 -0.33 0.03 0.03 13 PT. Jaya Real Property, Tbk 0.07 0.08 0.79 0.08 0.55 0.63 0.71 0.65 -0.35 -0.29 0.52 0.06 14 PT. Kawasan Industri Jabobeka, Tbk 0.01 0.02 0.04 0.05 0.17 0.51 1.00 1.00 -0.46 -0.74 0.02 0.01 15 PT. Jakarta Int. Hotel & Dev. Tbk -0.04 -0.10 0.00 0.01 1.87 2.53 1.00 1.00 -0.92 -1.64 -0.01 -0.04 16 PT. Lamicitra Nusantara, Tbk 0.01 0.02 0.04 0.02 2.01 2.81 1.00 1.00 -0.95 -0.73 0.00 0.00 17 PT. Dayaindo Resources Int. Tbk -0.01 0.05 0.02 0.03 0.44 1.82 1.00 1.00 -0.25 -0.45 0.00 0.02 18 PT. Lippo Cikarang, Tbk 0.01 0.02 0.02 0.03 1.60 1.86 1.00 1.00 -0.83 0.74 0.00 0.01 19 PT. Lippo Karawaci, Tbk 0.10 0.42 0.06 0.05 1.76 1.43 0.90 1.00 -0.40 0.30 0.04 0.03 20 PT. Modernland Realty Tbk 0.00 0.04 0.00 0.02 1.36 1.36 1.00 1.00 -0.90 0.07 0.00 0.02 21 PT. Indonesia Prima Property, Tbk 0.10 0.06 0.06 0.08 1.96 1.80 1.00 1.00 -0.47 0.74 0.03 0.02 22 PT. New Century Development, Tbk 0.04 -0.05 0.00 -0.14 2.31 1.67 1.00 1.00 0.63 -0.97 0.01 0.00


(47)

23 PT. Pudjiadi & Sons Estate, Tbk 2.43 0.03 0.04 0.05 4.31 0.25 0.95 0.71 1.97 0.45 0.30 0.03 24 PT. Pakuwon Jati, Tbk 10.53 0.09 0.90 0.07 6.93 1.99 1.00 1.00 6.04 0.64 0.90 0.03 25 PT. Panca Wiratama Sakti, Tbk 0.13 0.18 -0.01 -0.02 -2.24 -1.99 1.00 1.00 0.56 0.37 -0.09 -0.15 26 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk 0.00 0.01 0.00 0.00 0.79 0.20 1.00 1.00 -1.46 0.36 0.00 0.00 27 PT. Roda Panggon Harapan, Tbk 0.00 0.00 0.00 -0.01 0.03 0.05 1.00 1.00 -0.01 0.40 0.00 0.00 28 PT. Suryainti Permata, Tbk 0.17 0.17 0.20 0.08 0.10 1.14 1.00 1.00 -0.32 0.16 0.13 0.07 29 PT. Suryamas Dutamakmur, Tbk 0.24 -0.37 0.01 -0.03 4.84 6.32 1.00 1.00 1.69 3.27 0.02 -0.06 30 PT. Summarecon Agung, Tbk 0.17 0.54 0.11 0.09 1.25 1.01 0.74 0.74 -0.34 -0.41 0.07 0.05 31 PT. Surya Semesta Internusa, Tbk 0.04 0.02 0.03 0.04 1.16 1.45 1.00 1.00 -0.43 -0.81 0.02 0.01 32 PT. Total Bangun Persada, Tbk 0.42 0.03 0.12 0.04 1.29 1.89 0.55 0.62 -0.26 0.05 0.09 0.04

33 PT. Turba Alam Manunggal, Tbk

-213.1

5 0.26 -0.90 0.04 -9.35 0.98 1.00 1.00 -8.42 0.01 0.90 0.04 34 PT. Adhi Karya (Persero), Tbk -0.07 0.21 0.09 0.67 0.49 0.13 0.80 0.90 -0.63 -0.62 0.03 0.26 Sumber : Lampiran 1

Keterangan:

EG = Equity growth (Pertumbuhan modal sendiri) BEP = Basic earning power

DER = Debt to equity ratio PR = Plowback ratio I&TR = Interest and tax ratio ROI = Return on investment


(48)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Analisis Deskriptif

1. Pertumbuhan Modal Sendiri (Y) Perusahaan Property, Realestat & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

Secara deskriptif, pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2007 ditunjukkan pada Tabel 4.1. dibawah ini.

Tabel 4.1. Statisik Deskriptif Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan

Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2006 – 2007. No.

Deskriptif Tahun 2006 (%)

Tahun 2007 (%)

1 Rata-rata (5.22) 3.98

2 Standar Deviasi 36.87 15.58

3 Tertinggi 11.50 68.83

4 Terendah (213.15) (0.37)

Sumber : Lampiran 1 (Diolah)

Tabel 4.1. mendeskripsikan bahwa rata – rata modal sendiri perusahaan

property, realestate dan building construction di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2006, yaitu sebesar 5.22% dengan standar deviasi 36.87%. Pertumbuhan modal sendiri tertinggi sebesar 36.87% dan terendah modal sendiri mengalami penurunan sebesar 213.15%. Pada tahun 2007 rata – rata modal sendiri perusahaan perusahaan property, realestate dan building construction di Bursa Efek Indonesia mengalami kenaikan sebesar 3.98% dengan standar deviasi 15.58%. Pertumbuhan modal sendiri tertinggi sebesar 68.83% dan terendah modal sendiri mengalami penurunan hingga mencapai 0.37%. Penurunan modal sendiri ditandai dengan pertumbuhan modal sendiri yang negaitf. Nilai negatif pada


(49)

pertumbuhan modal sendiri dapat disebabkan oleh tingginya beban bunga hutang jangka panjang dan pajak atu ruginya suatu perusahaan.

2. Basic Earning Power (X1

No.

) Perusahaan Property, Realestate & Building

Construction di Bursa Efek Indonesia

Secara deskriptif, basic earning power perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2007 ditunjukkan pada Tabel 4.2. dibawah ini.

Tabel 4.2. Statisik Deskriptif Basic Earning Power Perusahaan Property,

Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2006 – 2007. Deskriptif

Tahun 2006 (%)

Tahun 2007 (%)

1 Rata-rata 0.07 0.10

2 Standar Deviasi 0.33 0.23

3 Tertinggi 0.90 0.90

4 Terendah (0.90) (0.14)

Sumber : Lampiran 1 (Diolah)

Tabel 4.2. mendeskripsikan bahwa rata – rata basic earning power

perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sebesar 0.07% dengan standar deviasi 0.33%. Basic earning power tertinggi sebesar 36.87% dan terendah -0.90%. Pada tahun 2007 secara rata – rata basic earning power perusahaan Property, Realestate &

Building Construction di Bursa Efek Indonesia mengalami kenaikan menjadi 0.10% dengan standar deviasi 0.23%. Basic earning power tertinggi sebesar 0.90% dan terendah -0.14%.

Nilai negatif basic earning power merupakan wujud dari ketidakmampuan perusahaan memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan profit, hal ini terlihat dari perusahaan yang mengalami kerugian sebelum bunga dan pajak.


(50)

3. Debt to Equity Ratio (X2

No.

) Perusahaan Property, Realestate & Building

Construction di Bursa Efek Indonesia

Secara deskriptif, debt to equity ratio perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2007 ditunjukkan pada Tabel 4.3. dibawah ini.

Tabel 4.3. Statisik Deskriptif debt to equity ratio Perusahaan Property,

Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2006 – 2007. Deskriptif

Tahun 2006 (%)

Tahun 2007 (%)

1 Rata-rata 1.41 1.57

2 Standar Deviasi 2.79 2.05

3 Tertinggi 6.93 7.79

4 Terendah 0.35 0.99

Sumber : Lampiran 1 (Diolah)

Tabel 4.3. mendeskripsikan bahwa rata – rata debt to equity ratio

perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sebesar 1.41 % dengan standar deviasi 2.70%. Debt to equity ratio tertinggi sebesar 6.93% dan terendah 0.35%. Pada tahun 2007 secara rata – rata debt to equity ratio perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia mengalami kenaikan menjadi 1.57% dengan standar deviasi 2.05%. debt to equity ratio sendiri tertinggi sebesar 7.79% dan terendah 0.99%.

4. Plowback Ratio (X3) Perusahaan Property, Realestate & Building

Construction di Bursa Efek Indonesia

Secara deskriptif, plowback ratio perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2007 ditunjukkan pada Tabel 4.4. dibawah ini.


(51)

Tabel 4.4. Statisik Deskriptif plowback ratio Perusahaan Property,

Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2006 – 2007. No.

Deskriptif

Tahun 2006 (%)

Tahun 2007 (%)

1 Rata-rata 0.84 0.72

2 Standar Deviasi 0.61 1.35

3 Tertinggi 1.61 1.00

4 Terendah (2.00) (6.92)

Sumber : Lampiran 1 (Diolah)

Tabel 4.4. mendeskripsikan bahwa rata – rata plowback ratio perusahaan

Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sebesar 0.84% dengan standar deviasi 0.61%. plowback ratio tertinggi sebesar 1.61% dan terendah -2.00%. Pada tahun 2007 secara rata – rata plowback ratio perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan menjadi 0.72% dengan standar deviasi 1.35%.

plowback ratio tertinggi sebesar 1.00% dan terendah -6.92%. Nilai negatif pada plowback ratio menunjukkan ketidakmampuan laba tahun berjalan menutupi deviden. Untuk menutupi ketidakmampuan laba operasi menutupi deviden biasanya diambil dari laba ditahan tahun berjalan.

5. Interest and Tax Ratio (X4

No.

) Perusahaan Property, Realestate & Building

Construction di Bursa Efek Indonesia

Secara deskriptif, interest and tax ratio perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 – 2007 ditunjukkan pada Tabel 4.5. dibawah ini.

Tabel 4.5. Statisik Deskriptif interest and tax ratio Perusahaan Property,

Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2006 – 2007. Deskriptif

Tahun 2006 (%)

Tahun 2007 (%)


(1)

Perbedaan pengaruh dikarenakan kondisi keuangan yang berbeda-beda dari perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan temuan hasil penelitian Waskito (2008) yang menemukan secara parsial hanya variabel plowback ratio yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2005 – 2007.

3. Analisis Koefisien Determinan

Kekuatan model estimasi didalam mengestimasi laba bersih perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia ditunjukkan melalui analisis koefisien determinan seperti terlihat pada Tabel 4.10. dibawah ini.

Tabel 4.10. Analisis Koefisien Deteriman

. 9 4 0a . 8 8 4 . 8 7 4 M o d e

1

R R S q u a

A d j u s t e R S q u a

Sumber : Lampiran 3. (Diolah)

Tabel 4.10. menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 0.874 yang berarti variasi basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax ratio dan return on investment memiliki kekuatan sebesar 87.40% didalam mengestimasi pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia, dan sisanya sebesar 22.60% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model estimasi penelitian ini, seperti ROA, ROE, dan lain sebagainya.


(2)

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan modal sendiri, yang terdiri dari, basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest & tax ratio dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007. 2. Secara parsial efektivitas basic earning power, debt to equity ratio dan

interest & tax ratio berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007, sedangkan return on investment berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007 dan plowback ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia 2006-2007.

B. Saran

1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif ditunjukkkan bahwa modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Construction Building di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan modal sendiri pada tahun 2007 tidak lebih besar dari

56


(4)

penurunan yang terjadi pada tahun 2006, untuk itu agency, menejer investasi maupun calon investor lebih memperhatikan lagi laju pertumbuhan modal sendiri suatu perusahaan yang akan diinvestasi.

2. basic earning power, debt to equity ratio, plowback ratio, interest and tax ratio dan return on investment memiliki kekuatan sebesar 87.40% didalam mengestimasi pertumbuhan modal sendiri perusahaan Property, Realestate & Building Construction di Bursa Efek Indonesia, dan sisanya sebesar 22.60% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model estimasi penelitian ini. Untuk disarankan kepada peneliti lainnya untuk melanjutkan penelitian ini dengan mengembangkan variabel penelitian dan memperluas objek dan tahun amatan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Atmajaya, Lukas Setia. 2000. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. CV. Andi Offset, Jakarta.

Brealey, Richard A., & Stewart Myers., 1999. Principles of Corporate Finance. 5th edition.New York: McGraw Hill, Inc.

Brigham, Eugene F., 2003. Intermediate Financial Management. 5th edition. The Dryden Press.

Cooper, Donald R. and C. William Emory., 2005. Business Research Methods. 5th edition. Chicago: Richard D. Irwin.

Foster, George., 2001. Financial Statement Analysis. 2nd edition. Singapore: Prentice-Hall International, Inc.

Ghozali, Imam, 2003. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics. 3rd edition. Singapore: McGraw-Hill.

Hanke, John E., 1999. Business Forecasting. 3rd edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Harnanto. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua, Cetkan Keempat. YKPN, Yogyakarta

Koutsoyiannis, A., 2003. Theory of Econometrics. 2nd edition. London:MacMillan Publishers LTD.

Munawir, S. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ketiga, cetakan pertama. Yogyakarta : Liberty.

Rahmanto. 1994. “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rasyid, Yuniar Yanuar. 1998. “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Tesis. Universitas Andalas, Padang.


(6)

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Ketiga. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Santoso, Singgih., 1999. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sartono, R. Agus., 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE.

Sulistiadi, Heru. 2000. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Modal Sendiri Perusahaan Industri Manufaktur dan Industri Perbankan dan Jasa Keuangan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta Tahun Amatan 1995– 1996”. Tesis, PPs-UGM, Yogyakarta.

Surwanti, Arni. 1993. “Pengaruh Return on Assets, Debt Equity Ratio, dan Plowback Ratio Terhadap Laju Pertumbuhan Modal Sendiri Produk Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun Amatan 1995 – 1996”. Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

The Jakarta Stock Exchange Watch, 2008-2009, Sixth Edition, Pustaka Bisnis Indonesia, Jakarta.

2007-2008, Seventh Edition, Pustaka Bisnis Indonesia, Jakarta.

Van Horne, James C., 2003. Financial Management and Policy. 7th edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Waskito, Dian. 2008. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Modal Sendiri Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun Amatan 2005 – 2007”. Tesis, SPs-USU, Medan.


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE &amp; BUILDING CONSTRUCTION DI BURSA EFEK INDONESIA

1 57 8

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

1 6 78

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Real Estate and Property di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2007.

0 0 102

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE DAN BUILDING CONSTRUCTION DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 26

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 1 2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MODAL SENDIRI PERUSAHAAN PROPERTY, REAL ESTATE BUILDING CONSTRUCTION DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8