Masa Kecil Peranan KH.Umay M.Dja'far Siddiq, MA dalam mengembangkan Islam di Jampangkulon, Sukabumi

BAB II RIWAYAT HIDUP KH. UMAY M. DJA’FAR SIDDIQ, MA

A. Masa Kecil

Masa kecil Umay M. Dja’far Siddiq sangatlah sedih untuk ditulis. Tetapi masa kecil adalah masa di mana sedikit banyaknya menentukan bagi setiap orang. Umay kecil dahulu bernama Uyun. Beliau dilahirkan dari pasangan Odog dan Hj. Djuarsih, 1 di sebuah desa terpencil ± 110 km selatan kota Sukabumi. Bakanjati, adalah sebuah nama kampung di desa Bojong Genteng di kecamatan Jampangkulon. Di tanah inilah Uyun kecil dilahirkan. Ia dilahirkan dalam keadaan yatim, ayahnya wafat ketika ia masih dalam kandungan. 2 Dengan susah payah ibunya melahirkan, merawat, dan membesarkan si bungsu. Tidak ada catatan resmi tentang tanggal tepat kelahirannya, maklum di kampung yang ia hirup udaranya belum ada bidan yang mencatat tentang kelahirannya, hanya dalam ijazah SD nya tertera tanggal 7 Juli 1954. 3 Uyun kecil memiliki 4 kakak, diawali oleh Hj. Ronasih, H. Ipid Hapidin, H. Syamsidin, dan H. Nanang Saprudin, S.Pd. 4 Setelah dua bulan tahun pelajaran 1960-1961 berjalan, sepulang mengaji dan menginap di masjid Bojongwaru pagi itu Uyun merasakan perihnya hati, karena melihat anak-anak seusianya sebentar 1 Perpustakaan Nasional, Profil Tokoh Pengusaha Muslim Indonesia. Jakarta : Katalog dalam terbitan, PERNAS, h. 328 2 Wawancara penulis dengan Umay M. Dja’far Siddiq pada 3 Desember 2009 di Rawasari, Jakpus. 3 Umay M. Dja’far Shiddieq, Tentang Penulis, Syari’ah Ibadah, Jakarta : Al- Guraba, 2006 4 Wawancara penulis dengan Dede Muharamsyah pada 15 April 2009 di Jampangkulon, Sukabumi. 12 lagi akan beramai-ramai berjalan kaki menuju sekolah dasar SD Bojong Genteng, yang jaraknya sekitar 2 km. Sementara dia hanya bisa mengurut dada sedih karena keyatiman dan kemiskinan membedakan dia dari yang lainnya. Ibunya tidak mampu memasukkan dia ke sekolah, waktu itu saat memberi pakan ayam peliharaanya seakan turut merasakan sedih hati anak bungsunya itu. Sore harinya ia berpesan, nanti malam tidak usah tidur di masjid, di rumah saja, dia menjawab “iya” tanpa berpikir kenapa. Kira-kira jam 03.00 dinihari Uyun dibangunkan ibunya dan diajaknya ke tikar shalat, rupanya ibunya selesai shalat malam dan menangisi karena tidak mampu membiayai sekolah anaknya. Lalu dua lutut ibunya di pertemukan dengan dua lututnya, seraya ibunya berujar dengan lirih, Nak semua manusia lahir dengan rasa ingin mulia, manusia mulia karena kekayaannya, sedangkan kita miskin. Orang mulia karena turunan raden, sedangkan kita rakyat jelata. Orang mulia karena kerupawanannya, kita biasa-biasa saja. Orang mulia karena kepintarannya……maka carilah ilmu, untuk kemuliaanmu…..keningnya dicium, lalu dipeluk di isak tangisnya, ibunya mengakhiri pembicaraan dengan maafkan ema’ ngga bisa nyekolahin. Tidak begitu paham apa yang dikatakan ibunya, Uyun pun dengan terkantuk-kantuk kembali ke kamarnya, lalu tidur lagi sampai subuh tiba. Selepas shalat subuh ia teringat sebagian ungkapan ibunya tadi malam carilah ilmu, untuk kemuliaanmu…. Dia berpikir bahwa cari ilmu itu harus sekolah, maka tanpa pamit kepada ibunya lagi dia pun segera berangkat ke sekolah dasar SD Bojong Genteng III, ditemuinya guru kelas 1 waktu itu, bapak Uton Bustoni. Sesudah bersalaman ia memperkenalkan diri nama “Uyun”, dan sebagai anak yatim tetapi mau sekolah, itulah nama yang dia ketahui sebagaimana teman-teman sepermainan memanggilnya, belakangan dia baru tahu dari ibunya bahwa nama Uyun diberikan oleh Uwa kakak bapaknya alm Mad Yunus. Tetapi terlanjur tertulis “ Uyun “ di buku induk, maka nama itulah yang dipakai seterusnya. Ketika kelas VI gurunya, Obang Barnas menganjurkan agar namanya ditambah supaya tidak terlalu pendek, siapa tahu nanti jadi orang penting, karena nama itu akan ditulis dalam ijazah. Sore harinya dia bertanya nama yang cocok untuk dirinya ke mu’alim Djamjuri di masjid Bojongwaru, beliau menawarkan tambahan nama “Maryunani” jadilah nama dalan ijazah SD-nya Uyun Maryunani, disingkat U. Maryunani. Ketika di pengajiaan dia sering dilatih ceramah dalam berbagai acara-acara keagamaan yang teksnya dibuatkan guru mengajinya ust. Abdullah Mubarak, maka nama dia diberi tambahan lagi “U.Maryunani Djafar Siddiq”, dan sering ia singkat menjadi Umay kependekan dari Uyun Maryunani

B. Pendidikan