Strategi Promosi Kadarzi Memberikan Kapsul Vitamin A pada balita

4. Status gizi buruk, bila nilai Z-Score -3 SD Di Indonesia baku rujukan yang telah banyak dipakai adalah baku rujukan WHO- NCHS. Direktorat bina gizi masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi PSG anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization – National Centre For Health Statistic WHO-NCHS. Pada lokakarya antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan semi lokakarya Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS Gizi Indonesia, Vol. XV No 2 tahun 1990.

2.4. Strategi Promosi Kadarzi

Srategi dasar Kadarzi adalah pemberdayaan keluarga dan masyarakat, bina suasana dan advokasi yang didukung oleh kemitraan. Berikut adalah penjelasan masing- masing strategi yaitu:

2.4.1 Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar aspek knowledge, dari tahu menjadi mau aspek attitude, dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan aspek practice. Sasaran Utama Pemberdayaan adalah individu, keluarga, kelompok masyarakat.

2.4.2 Bina Suasana

Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang Universitas Sumatera Utara diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutanidolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Untuk melakukan bina suasana maka pelu dilakukan 3 pendekatan, yaitu: a Bina Suasana Individu Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan : - dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. - dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut. - dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu. b Bina Suasana Kelompok Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga RT, pengurus Rukun Warga RW, Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi SiswaMahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara dan atau bersama-sama dengan pemukatokoh masyarakat yang telah peduli dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya. c Bina Suasana Masyarakat Umum Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.

2.4.3 Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait stakeholders. Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan, dana, sarana, dan lain-lain. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu 1 mengetahui atau menyadari adanya masalah, 2 tertarik untuk ikut mengatasi masalah, 3 Universitas Sumatera Utara peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, 4 sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan 5 memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.

2.5. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Yang Ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014.

4 64 96

Hubungan Tingkat Keaktifan ke Posyandu Dengan Status Gizi Batita di Posyandu Gelatik Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan Perjuangan Kotamadya Medan Tahun 2000

2 38 85

Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Anak Balita Di Kelurahan Sei Putih Timur Ii Kecamatan Medan Petisah Tahun 2004

0 26 88

Pengetahuan keluarga tentang gizi dan status gizi BALITA di Kelurahan Lingkungan II Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 25 100

Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009

0 57 105

Hubungan perilaku keluarga sadar gizi (KADARZI) dengan status gizi balita di Kota Jambi

1 7 124

HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI KECAMATAN Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.

0 2 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KELUARGA MANDIRI SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN PERILAKU SADAR GIZI Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Perilaku Sadar Gizi Pada Keluarga Balita Usia 6-59 Bulan

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI

0 0 8

HUBUNGAN PELAKSANAAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN STATUS GIZI ANAK 1-4 TAHUN

0 0 11