9
Setelah melakukan S.T.O.P., untuk menghindari obat palsu
dapat dilakukan slogan C.I.N.T.A:
11
C
: Cermati kemasan dan obatnya
I
: Ingat untuk merusak kemasan lama
N
: Niat hidup lebih sehat.
T
: Tempat membeli obat di apotek
A : Ajak semua untuk saling mengingatkan
Dengan melakukan S.T.O.P. dengan C.I.N.T.A. maka masyarakat dapat memutus perdagangan dan menghindari obat palsu.
12
2.3. Antibiotik
Pengertian antibiotik secara sempit adalah senyawa yang dihasilkan oleh berbagai jenis mikroorganisme antara lain bakteri, fungi, dan aktinomiteses
yang menekan pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Namun, penggunaaanya secara umum sering kali memperluas istilah antibiotik hingga meliputi
senyawa antimikroba sintetik, seperti sulfonamida dan kuinolon. Ratusan antibiotik berhasil diidentifikasi dan dikembangkan sehingga dapat
dimanfaatkan dalam terapi penyakit infeksi. Senyawa-senyawa antibiotik sangat berbeda dalam sifat fisik, kimia, dan farmakologinya, dalam spektrum
antibakteri serta dalam mekanisme kerjanya.
13
2. 3. 1. Klasifikasi dan Mekanisme Kerja
Secara historis, klasifikasi yang paling umum didasarkan pada struktur kimia dan mekanisme kerja yang diajukan, sebagai berikut:
13
Senyawa yang menghambat sintesis dinding sel bakteri misalnya penisilin dan sefalosporin.
Senyawa yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme, memengaruhi permeabilitas dan menyebabkan
kebocoran senyawa-senyawa intraselular misalnya polimiksin, nistatin, dan amfotericin B.
10
Senyawa yang memengaruhi fungsi subunit ribosom 30S atau 50S sehingga menyebabkan penghambatan sintesis protein yang
reversibel misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, dan klindamisin.
Senyawa yang berikatan dengan subunit ribosom 30S dan mengubah sintesis protein, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan kematian sel contohnya aminoglikosida. Senyawa yang mempengaruhi metabolisme sintesis asam nukleat
bakteri contohnya rifamisin, gol. Kuinolon. Kelompok antimetabolit, termasuk diantaranya trimetoprin dan
sulfonamida. Beberapa senyawa antivirus misanya analog asam nukleat, inhibitor
transkriptase balik non-nukleosida, dan inhibitor enzim-enzim esensial virus.
2.4. Amoksisilin
Amoksisilin merupakan penisilin semisintetik yang rentan teradap penisilinase dan secara kimia serta farmakologisnya berhubungan erat dengan
ampisilin.
13
2.4.1. Identitas
Rumus Kimia :
C
16
H
19
N
3
O
5
S
14
Rumus Bangun :
11
Gambar 2.1. Struktur Kimia Amoksisilin Sumber: DepKes RI. Farmakope Indonesia Edisi IV Jakarta: DepKes RI; 1995.
Sinonim :2S,5R,6R- 6-{[2R-2-amino- 2-4-hydroxyphenyl-
acetyl]amino}- 3,3-dimethyl- 7-oxo- 4-thia- 1- azabicyclo[3.2.0]heptane-
2-carboxylic acidhydrochloride
14
Berat Molekul :
365.4 gmol
14
Pemerian : Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau.
14
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol,tidak larut dalam
benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
14
Baku Pembanding :Amoksisilin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
14
PH : Antara 3,5 sampai 6,0 lakukan penetapan
menggunakan larutan 2 mg per ml.
14
Sifat-sifat Fisika : Amoksisilin dalam larutan asam, mengandung tiga proton yang dapat terdisosiasi, masing-masing terikat
pada gugus karboksil, hidroksil aromatik dan pada gugus α-amonium. Kelembapan dan suhu yang tinggi
memberikan efek merugikan pada stabilitasnya. Satu
gram dapat larut dalam kira-kira 370 mL air dan kira- kira 2000 mL alkohol.
15
2.4.2. Farmakodinamik
Obat ini stabil dalam suasana asam dan dirancang untuk penggunaan oral. Absorpsinya dari saluran gastrointestinal lebih cepat dan lebih
sempurna daripada ampisilin.
13
2.4.3. Farmakokinetik
Konsentrasi puncak amoksisilin dalam plasma adalah dua setengah kali lebih tinggi daripada ampisilin setelah pemberian oral dengan dosis
12
yang sama; konsentrasi tersebut dicapai dalam waktu 2 jam dan rata-rata sekitar 4 μgml jika diberikan 250 mg. Adanya makanan tidak
mempengaruhi absorpsinya. Sekitar 20 amoksisilin terikat oleh protein
plasma. Sebagian besar dosis antibiotik ini diekskresikan dalam bentuk aktif dalam urin. Probenesid dapat menunda ekskresi obat ini.
13
2.4.4. Indikasi
Amoksisilin aktif terhadap S. Pyogenes dan berbagai galur S. Pneumoniae
dan H. Influenzae yang merupakan bakteri patogen utama pada saluran pernafasan atas. Obat ini memberikan terapi yang efektif
untuk sinusitis, otitis media, bronkitis kronis yang memburuk secara akut, dan epiglotitis yang disebabkan galur-galur organisme ini yang peka.
Amoksisilin merupakan senyawa yang paling aktif diantara senyawa antibiotik β-laktam terhadap S. Pneumoniae yang peka maupun yang
resisten terhadap penisilin. Bedasarkan peningkatan prevalensi resistensi
pneumokokus terhadap penisilin, dianjurkan untuk melakukan peningkatan dosis amoksisislin oral yaitu mulai dari 40 sampai 45 mgkg hingga 80
sampai 9- mgkg per hari untuk pengobatan empiris otitis media akut pada anak-anak. H. Influenzae yang resisten terhadap ampisilin dapat menjadi
masalah di banyak daerah. Penambahan inhibitor β-laktamase dalam hal
ini amoksisilin-klavulanat yang memperluas spektrum terhadap H. Influenzae
dan Enterobacteriaceae yang menghasilkan β-laktamase.
13
2.4.5. Kontraindikasi
Pemberian penisillin dikontraindikasikan kepada pasien yang mempunyai riwayat hypersensitifitas terhadap penisilin.
13
13
2.4.6. Dosis
Dosis untuk amoksisilin dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
16
Tabel 2.1. Panduan Penentuan Dosis Amoksisilin
Antibiotika cara pemberian
Dosis Dewasa Dosis Anak
a
Penyesuaian dosis berdasarkan klirens
kreatinin CL
cr
CL
cr
rata- rata 50
mLmin CL
cr
rata-rata 10
mLmin Amoksisilin
PO 0,25-0,5 g tid
20-40 mgkgh dalam 3 dosis
66 33
Amoksisilin as. Klavulanat PO
500125-875125 mg bid-tid
20-40 mgkgh dalam 3 dosis
66 33
a
Dosis total dosis dewasa Sumber: Syarif, Amir. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan terapeutik FKUI; 2007.
2.4.7. Efek samping
Efek samping penisilin dapat terjadi pada semua cara pemberian, dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan secara terpisah maupun
bersama-sama dan dapat muncul dalam bentuk yang ringan sampai fatal.
16
Frekuensi kejadian efek samping bervariasi, tergantung dari sediaan dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian oral lebih jarang
menimbulkan efek samping daripada pemberian parenteral.
16
a. Reaksi Alergi
Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang tersering dijumpai pada golongan penisilin bahkan penisilin G khususnya
merupakan salah satu obat yang tersering menimbulkan reaksi alergi. Terjadinya reaksi alergi didahului oleh adanya sensitisasi. Namun mereka
yang belum pernah diobati dengan penisilin dapat juga mengalami reaksi alergi. Dalam hal ini diduga sensitisasi terjadi akibat pencemaran
lingkungan oleh penisilin misalnya makanan asal hewan atau jamur.
16
14
Manifestasi klinik reaksi alergi penisilin yang terberat adalah reaksi anafilaktis yang termasuk dalam keompok reaksi alergi immediate. Reaksi
ini umumnya akibat reaksi IgE dengan determinan minor dan lebih banyak terjadi pada pemberian parenteral, tetapi pemberian oral dan pemberian uji
kulit intradermal dapat pula menimbulkan reaksi anafilaksis yang fatal. Reaksi alergi yang lain yang sifatnya berat adalah angioderma, penyakit
serum dan fenomena Arthus.
16
Anemia hemolitik oleh penisilin juga terjadi berdasarkan mekanisme imun dengan zat anti IgG atau IgM, atau kedua-duanya terlibat dalam hal
ini.
16
Gangguan fungsi hati oleh penisilin diperkirakan berdasarkan mekanisme reaksi imun pula dapat berkembang sampai menjadi hepatitis
anikterik dengan nekrosis sel hati tanpa kolesterol. SGPT, SGOT, CPK dan fosfatase alkali meningkat cukup tinggi. Selain oleh karbenisilin, efek
samping ini dapat pula ditimbulkan oleh ampisilin dan oksasilin. Reaksi alergi yang sifatnya ringan sampai sedang berupa berbagai bentuk
kemerahan kulit, dermatitis kontak, glositis, serta gangguan lainnya pada mulut, demam yang kadang-kadang disertai menggigil. Yang paling sering
terjadi diantara semuanya adalah kemerahan kulit.
16
Tindakan yang diambil terhadap reaksi alergi adalah menghentikan pemberian obat dan memberikan terapi simtomatik dengan adrenalin. Bila
perlu ditambahkan dengan antihistamin dan kortikosteroid sesuai dengan kebutuhan. Pemberian antihistamin sebelum atau bersama-sama dengan
pemberian penisilin tidak bermanfaat untuk mencegah reaksi alergi berat anafilaktik, sebab reaksi ini diperantai oleh berbagai zat, termasuk
histamin, serotonin dan brandikinin.
16
b. Reaksi Toksik dan Iritasi Lokal.