c. Penyebab HipertermiDemam Sebenarnya demam merupakan proses mekanisme tubuh yang sehat ketika
melawan penyakit. Demam terjadi karena tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap adanya gangguan, baik infeksi maupun gangguan yang lainnya. Semua bayi demam
berusia kurang dari 28 hari harus mendapatkan evaluasi lengkap untuk kemungkinan sepsis. Berdasarkan pengalaman dengan lebih dari 1000 bayi demam berusia 60 hari
atau kurang, 436 bayi berada pada usia 30 hari atau kurang 142 berusia 14 hari atau kurang dan 227 memenuhi kriteria yang dipertimbangkan sehingga mengelompokkan
mereka sebagai beresiko rendah untuk mengalami infeksi bakteri serius. Hanya 1 dari 227 bayi berusia kurang dari 30 hari yang memenuhi kriteria resiko rendah yang
menderita infeksi bakteri serius Rudolf, 2006, hlm. 585. Menurut Suriadi 2006, hlm. 63 demam sering dikaitkan dengan adanya gangguan pada hipotalamus oleh karena
adanya infeksi, alergi, endotoxin, atau tumor. c. Penanganan HipertermiDemam
Penanganan demam dapat dilakukan sebagai berikut: 1 Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26
o
C-28°C. 2 Tanggalkan seluruh pakaian dan jangan menggunakan selimut. 3 Kompres dengan cara mencelup handuk
kecil ke air hangat terlebih dahulu, tambahkan kehangatan air jika suhu tubuh bayi semakin tinggi. Dengan demikian perbedaan air kompres dengan suhu tubuh tidak
terlalu berbeda. Jika air kompres terlalu dingin, hal ini justru akan mengerutkan pembuluh darah bayi akibatnya panas tubuh tidak mau keluar. Bayi jadi semakin
menggigil untuk mempertahankan suhu tubuhnya. 4. Memberi ASI sebanyak- banyaknya dan sesering mungkin, masuknya cairan yang banyak kemudian dikeluarkan
lagi dalam bentuk urine merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh.
Tanda-tanda bahaya demam pada bayi yang perlu diwaspadai dan harus segera mendapat dari petugas kesehatan yaitu jika bayi mengalami salah satu atau beberapa
gejala berikut: bernafas cepat secara tidak normal, sulit bernafas atau nafasnya bersuara, mengantuk tidak normal, rewel yang tidak biasa, menolak minuman, muntah terus
menerus, suhu tubuh di atas 39
o
C Syaffudin, 2006, hlm.377 . 3. Kejang
a. Pengertian
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya pada usia bayi 0-28 hari. Kejang pada bayi baru lahir disebabkan karena gangguan sistem saraf pusat, kelainan
metabolik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Kejang bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik.
Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap dikemudian hari Hasan, 2005, hlm. 1137.
Kejang merupakan tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus yang dapat mengakibatkan hipoksia pada otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi
yang dapat mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari. Kejang pada bayi bukan merupakan suatu penyakit melainkan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau
sistemik Ngastiah, 2005, hlm. 146. b.Gejala Kejang
Kejang pada neonatus sering tidak dikenali karena bentuknya beda dengan kejang pada anak dan dewasa. Karena gejala yang berbeda dan variasi, sering sekali kejang
tidak disadari terutama oleh orang yang belum berpengalaman.
Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot menghilang disertai atau tidak dengan
hilangnya kesadaran, gerakan tidak menentu, mengedip-ngedipkan mata, gerakan mulut seperti mengunyah dan menelan. Setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus dicurigai kemungkinan merupakan bentuk dari kejang Saifuddin, 2006, hlm. 391.
c.Penyebab Kejang Kejang berasal dari setiap gangguan serebrum yang sesaat atau menetap, tetapi
hanya beberapa kausa yang secara teratur dijumpai. Pada sekitar 25 bayi dengan kejang, penyebab tidak diketahui Rudolfh, 2006, hlm. 2151. Sebesar 10-30 kejang
tidak dapat ditemukan penyebabnya dan sebaliknya tidak jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada neonatus. Beberapa yang dapat menyebabkan kejang, yaitu:
1 Gangguan vaskular seperti perdarahan. 2 Gangguan metabolisme. 3 Infeksi seperti meningitis dan sepsis Hasan, 2005,hlm.1139.
d. Penanganan Kejang Kejang pada neonatus suatu keadaan darurat dan memerlukan tindakan cepat untuk
mencegah bertambahnya kerusakan susunan saraf yang dapat menimbulkan gejala sisa dikemudian hari. Untuk itu sebaiknya bayi harus segera dirawat di rumah sakit dengan
sarana yang lengkap Hasan, 2000, hlm.1144. Jika bayi kejang jangan tunggu lama, segera bawa ke dokter. Penanganan pertama
yang bisa dilakukan yaitu: 1 Buka seluruh pakaian untuk memudahkan sirkulasi panas tubuh bayi. 2 Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah kerusakan otak
lebih lanjut. 3 Orangtua sudah seharusnya perlu lebih mendapat informasi mengenai