b. Penanggulangan Kejahatan Secara Prevensi
Alasan mengapa mencurahkan perhatian pada pencegahan sebelum kejahatan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tindakan pencegahan lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi.
Usaha pencegahan lebih ekonomis, tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang rumit, dapat dilakukan secara perorangan dan tidak
memerlukan keahlian seperti tindakan represif dan koreksi. 2.
Pencegahan tidak menimbulkan akibat yang negatif seperti stigmatisasi, pengasingan, penderitaan dalam berbagai bentuk, pelanggaran hak asasi,
permusuhankebencian terhadap satu sama lain yang dapat menjurus kearah residivisme.
3. Pencegahan dapat mempererat persatuan, kerukunan, dan meningkatkan
rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat
13
. Jadi pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau
penggimbalan kepada orang yang telah melakukan tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. Adapun pembagian prevensi yaitu:
1. Prevensi umum
Tujuan pokok pidana yang hendak dicapai adalah pencegahan yang ditujukan kepada khalayak ramaikepada semua orang agar tidak melakukan
pelanggaran ketertiban masyarakat. Prevensi umum dilakukan dengan
13
Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita, Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahanya, PT Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm 154-155.
Victor Keenan Barus : Fungsionalisasi Badan Narkotika Propinsi Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Di Propinsi Sumatera Utara, 2008
mempertontonkan pelaksanaan pidana didepan umum agar masyarakat tidak berani lagi melakukan kejahatan lagi. Jadi agar anggota masyarakat lain takut,
perlu diadakan pelaksanaan pidana yang menjerakan dengan pelaksanaan didepan umum.
2. Prevensi khusus
Prevensi khusus mempunyai tujuan agar pidana itu mencegah sipenjahatterpidana tidak mengulangi lagi kejahatan, yang berarti agar ia
berubah menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat. Van Hammel menunjukan bahwa prevensi khusus suatu pidana adalah:
a. Pidana harus memuat suatu unsur menakutkan supaya mencegah
penjahat yang mempunyai kesempatan untuk tidak melaksanakan niat buruknya.
b. Pidana harus mempunyai unsur memperbaiki terpidana.
c. Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mungkin
diperbaiki. d.
Tujuan satu-satunya pidana adalah mempertahankan tata tertib hukum
14
. Pada kasus narkotika prevensi khusus, dapat dilihat pada rehabilitasi terhadap
korban narkotika. Dalam pasal 1 Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika, rehabilitasi dibedakan menjadi 2 dua yaitu:
14
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993, hlm 31.
Victor Keenan Barus : Fungsionalisasi Badan Narkotika Propinsi Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Di Propinsi Sumatera Utara, 2008
1. Rehabilitasi medis, adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.
2. Rehabilitasi sosial, adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pasal 48 ayat 1 Undang-undang tentang narkotika
yang berbunyi pengobatan danatau perawatan pecandu narkotika melalui fasilitas rehabilitasi. Dalam penjelasan pasal 48 Undang-undang tentang
narkotika rehabilitasi pecandu narkotika dilakukan dengan maksud untuk memulihkan danatau mengembangkan kemampuan fisi, mental, dan sosial
penderita yang bersangkutan. Rehabilitasi tersebut dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Pemerintah baik rumah sakit yang diselenggarakan oleh
Pemerintah maupun masyarakat.
3. Tinjauan Umum Tentang Narkotika a. Pengertian Narkotika