Lanjutan Tabel 4.9. Kesimpulan Hipotesis
KBB3 -
KBA3 PAD+BHP
BPTKD .000 Terima
H3.3 Terdapat perbedaan atas kinerja keuangan
Pemerintahan Daerah dalam kemampuan pembiayaan yang bersumber dari peningkatan rata-rata pendapatan
asli daerah dan bagi hasil pajak dan bukan pajak terhadap total pengeluaran daerah sebelum dan setelah
otonomi. 4 EAB1
- EAA1
TSATBD .093 Tolak
H4.1 Tidak terdapat perbedaan atas kinerja keuangan
Pemerintahan Daerah dalam efesiensi penggunaan anggaran yang bersumber dari rata-rata total sisa
anggaran terhadap total pengeluaran belanja daerah sebelum dan setelah otonomi daerah.
EAB2 -
EAA2 TPLTBD
.118 Tolak H4.2
Tidak terdapat perbedaan atas kinerja keuangan Pemerintahan Daerah dalam efesiensi penggunaan
anggaran yang bersumber dari rata-rata total pengeluaran lainnya terhadap total pengeluaran belanja
daerah sebelum dan setelah otonomi daerah.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisis statistik diatas maka hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut.
A. Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada pemerintahan kabupatenkota dalam bentuk desentralisasi fiskal pada era sebelum dan setelah
diberlakukannya otonomi daerah. Perbedaan kinerja ini mengarah kearah yang lebih buruk, ini dapat dilihat dari tiga ratio yang dihitung hanya satu rasio
yang mengalami peningkatan, dua lainnya menurun. Untuk rasio PADTPD mengalami penurunan dari 0.069004 menjadi 0.031793. Rasio SUMTPD
MHD Karya Satya Azhar: Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah, 2008. USU e-Repository © 2008
mengalami penurunan dari 0.622352 menjadi 0.063148, sedangkan rasio BHPBPTPD mengalami kenaikan dari 0.121396 menjadi 0.571464.
B. Terdapat perbedaan kinerja keuangan pemerintahan kabupatenkota dalam bentuk upaya fiskal pada era sebelum dan setelah diberlakukannya otonomi
daerah. Perbedaan kinerja ini mengarah kearah yang lebih buruk, ini dapat dilihat dimana rasio PADTAPAD mengalami penurunan dari 0.641007
menjadi 0.329507. C. Terdapat perbedaan kinerja keuangan pemerintahan kabupatenkota dalam
bentuk kemampuan pembiayaan pada era sebelum dan setelah diberlakukannya otonomi daerah. Perbedaan kinerja ini dapat dilihat dimana
dari tiga rasio yang dihitung hanya satu rasio yang mengalami kenaikan dan dua rasio lainnya mengalami penurunan. Rasio PADTKD mengalami
penurunan dari 0.080833 menjadi 0.030670, sedangkan rasio PADKR mengalami penurunan dari 0.133389 menjadi -2.810103. Rasio yang
mengalami kenaikan hanya rasio PAD+BHPBPTKD dari 0.211563 menjadi 0.613648
D. Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pemerintahan kabupatenkota dalam bentuk efisiensi penggunaan anggaran pada era sebelum dan setelah
diberlakukannya otonomi daerah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Abdul Halim dan Izzah Marfhuah, dimana hasil penelitian mereka menunjukan bahwasanya terdapat perbedaan kinerja sebelum dan setelah otonomi. Ini
MHD Karya Satya Azhar: Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah, 2008. USU e-Repository © 2008
dapat dilihat dari tingginya tingkat pembiayaan daerah dari pemerintahan pusat cukup tinggi dan tekanan keuangan yang mengakibatkan kinerja pemerintahan daerah
bergeser naik maupun turun. Pergeseran ini secara rata-rata cenderung mengalami penurunan dari yang sebelumnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti empiris mengenai ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan pemerintahan daerah untuk periode sebelum
dan setelah diberlakukannya otonomi daerah. Data dan informasi keuangan daerah yang dianalisis bersumber dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah untuk tahun sebelum otonomi yang diwakili oleh dua tahun anggaran yakni 19981999, 19992000 dan untuk tahun setelah otonomi diwakili oleh lima tahun
anggaran yakni 2001, 2002, 2003, 2004, 2005. Analisis yang dilakukan dengan menguji hipotesis adalah menunjukkan bahwasanya terdapat perbedaan kinerja
keuangan sebelum dan setelah otonomi diberlakukan. Namun perbedaan yang timbul lebih banyak kearah negatif, atau dengan kata lain telah terjadi penurunan kinerja
keuangan secara umum jika dibandingkan pada era sebelum dan setelah otonomi. Analisis menunjukkan bahwasanya satu faktor yang mengakibatkan turunnya tingkat
kinerja tersebut adalah timbulnya kabupatenkota baru akibat pemekaran kabupatenkota. Hal ini mengakibatkan turunnya kinerja karena kinerja menjadi lebih
kecil akibat makin kecilnya wilayah kabupen kota tersebut. Dari analisis yang dilakukan oleh peneliti dan menghubungkannya ke faktor-
faktor pendukung dan tidak pendukung pemberlakuan otonomi daerah menurut beberapa sumber seperti dari para ahli dan tulisanmajalah dalam hal ini Dr.Made
MHD Karya Satya Azhar: Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah, 2008. USU e-Repository © 2008
Suwandi Msoc.sc , jurnal otonomi daerah maupun situs www.parlemen.net, maka dimungkinkan ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan pada tulisan ini,
antara lain :
1. Kewenangan Daerah