Kepegawaian Pemda SDM Pengawasan

1. Dalam masa transisi sekarang ini, maka perlu ditempuh adanya penyesuaian terhadap pengaturan-pengaturan yang tumpang tindih dan bertentangan tentang suatu kewenangan. Langkah pertama adalah menyempurnakan aturan-aturan yang kontradiktif yang ada dalam UU 221999 sendiri seperti kontradiksi antara Pasal 7 2 dengan Pasal 119, karena kalau dibiarkan berlarut akan berakibat fatal. Langkah berikutnya adalah menghilangkan kontradiksi antar UU yang mengatur hal yang sama seperti UU 411999 tentang kehutanan dengan UU 221999 tentang otonomi luas. Pasal 133 UU 221999 memerintahkan agar UU Sektoral melakukan penyesuaian dengan UU 221999. 2. Secara lebih mendasar pembagian kewenangan antar tingkatan pemerintahan adalah dengan memperhatikan aspek economies of scale, akuntabilitas dan externalitas. Betapapun luasnya otonomi yang diberkan ke Daerah haruslah berkorelasi dengan pelayanan riil yang dibutuhkan masyarakat. Konsekwensinya perlu adanya penataan ulang kewenangan antara Pusat, Propinsi dan Kabupaten dengan memperhatikan kriteria diatas.

2. Kepegawaian Pemda SDM

kemampuan pemerintah daerah dalam menangani persoalan-persoalan SDM- nya tentu berbeda-beda. Beberapa daerah bahkan telah melakukan lompatan besar dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik. Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah, Kabupaten Parepare dan Kota Takalar Sulawesi Selatan, MHD Karya Satya Azhar: Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah, 2008. USU e-Repository © 2008 dan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar di Nanggroe Aceh Darussalam merupakan contoh beberapa pemerintah daerah yang relatif maju dalam meningkatkan transparansi keuangannya. Daerah-daerah tersebut telah menerapkan pendekatan yang komprehensif dan di saat yang bersamaan mereformasi susunan organisasi dan pengelolaan keuangan serta SDM-nya. Disarankan kepada pemerintahan kabupatenkota agar melakukan pelatihan- pelatihan kepada sumber daya manusianya dianggap perlu guna meningkatkan kinerja pemerintahannya. Sehingga diharapkan SDM-nya mampu mengikuti perubahan- perubahan peraturan yang berlaku. 3. Keuangan Daerah Masalah yang timbul dari keuangan daerah berawal dari SDM yang kurang baik dan penerapan kebijakan yang tidak sesuai dengan daerahnya. Sehingga perlu dilakukan keseragaman dan peningkatan tingkat profesionalisme SDM dalam menangani keuangan daerahnya. Disarankan kepada pemerintahan kabupatenkota agar pemberlakuan kebijakan yang tepat guna sangat perlu dilakukan, karena kebijakan yang salah tidak dapat meningkatkan kinerja pemerintahannya.

4. Pengawasan

Disarankan kepada pemerintahan kabupatenkota agar pengawasan daerah dapat berjalan secara optimal, maka yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1. Perlunya Unit Dekonsentrasi sebagai Perangkat Gubernur UU 221999 Pasal 33 telah mengatur mengenai kegiatan supervisi dan fasilitasi oleh Pusat agar Daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. PP MHD Karya Satya Azhar: Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah, 2008. USU e-Repository © 2008 202001 tentang Pembinaan Pengawasan juga telah mengatur peranan Gubernur selaku wakil Pusat di Daerah untuk melakukan pengawasan, supervisi dan fasilitasi terhadap jalannya otonomi KabupatenKota di wilayahnya. Namun tidak terdapat kejelasan mengenai perangkat dekonsentrasi yang membantu Gubernur dalam kapasitasnya sebagai wakil Pusat untuk melakukan pembinaan dan pengawasan di wilayahnya. Kelembagaan yang dibentuk di Propinsi lebih bertumpu pada dinas sedangkan dinas adalah unit pelaksana otonomi Daerah dan bukan unit pelaksana dekonsentrasi. 2. Revitalisasi Peran Gubernur Sebagai Wakil Pusat Di Daerah Gubernur harus berperan aktif sebagai wakil Pusat dalam melakukan pengawasan, supervisi dan fasilitasi terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Memang sebagai daerah otonom Propinsi tidaklah membawahi Kabupaten. Namun sebagai wakil Pusat dalam rangka NKRI, Gubernur berkewajiban mengawasi dan memfasilitasi otonomi Daerah. 3. Perlunya sosialisasi Peraturan Perundangan. Hal ini penting untuk menciptakan persepsi yang sama antara Pusat dengan Daerah sehingga deviasi penafsiran yang berbeda dapat di minimalisir. 4. Penegakan hukum yang tegas, perlu adanya sanksi yang jelas dan tegas bagi pelanggaran yang dilakukan Daerah. MHD Karya Satya Azhar: Analisis Kerja Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah, 2008. USU e-Repository © 2008

5. Politik