BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa kehamilan adalah sebuah impian yang sangat dinanti dan diharapkan oleh pasangan suami dan istri. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal
dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir. Namun demikian tidak semua hasil kehamilan dan persalinan akan menggembirakan seorang
suami, ibu dan bayi lahir sehat, tetapi ibu hamil bisa menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya
ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu hamil, risiko tinggi, maupun rendah yang mengalami komplikasi dalam persalinan
Saifuddin, 2002. Sangat sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah atau tidak, dan sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu
hamil akan bermasalah atau tidak selama kehamilannya. Oleh karena itu asuhan pemeriksaan kehamilanantenatal care ANC yang dilakukan secara teratur dan
rutin merupakan cara yang paling tepat dan penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
normal. Ibu hamil sebaiknya mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayananasuhan antenatal
care Saifuddin, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Asuhan antenatal care penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal sehingga
komplikasi obstetri yang mungkin terjadi selama kehamilan dapat dideteksi secara dini serta ditangani secara memadai.
Tujuan dari Antenatal Care ANC ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan mereka sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental Prawirohardjo, 2005. Tujuan Antenatal Caremenurut Depkes RI 2004
adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Dengan adanya kunjungan yang teratur dan pengawasan yang rutin dari bidan atau dokter, maka selama masa kunjungan tersebut, diharapkan komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan dapat dikenali secara lebih dini dan dapat ditangani dengan cepat
dan tepat. Hal ini dapat mengurangi risiko kesakitan dan kematian bagi ibu hamil. Terkait hal ini, menurut Cunningham 2005, kunjungan antenatal untuk
pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama
14 minggu satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua 14 - 28 minggu satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga 28-36 minggu dan sesudah
minggu ke-36 dua kali kunjungan.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457MenkesSKX2003 tentang standar pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota
khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010 : berupa cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang
pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan Kl di bawah 70 dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun menunjukkan keterjangkauan
pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan oleh kurangnya motivasi ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan dan adanya persepsi ibu hamil yang
menganggap bahwa pemeriksaan kehamilan tidak perlu dilakukan bila tidak ada keluhan karena masyarakat menganggap kehamilan adalah sesuatu keadaankejadian
yang biasa dan lumrah terjadi pada seoarang wanita. Rendahnya cakupan K1 menunjukkan bahwa perlu ditingkatkan kembali penyuluhan tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan dalam mencegah dan mengenali secara dini komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan. Sedangkan K4 : Kontak minimal 4 kali selama masa
kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada
trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60 dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun menunjukkan kunjungankontak ibu hamil ke tenaga
kesehatan masih sangat rendah.Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetrik.
Menurut laporan Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2003 menunjukkan bahwa cakupan K1 secara Nasional sebesar 86,76 serta cakupan K4 sebesar
Universitas Sumatera Utara
79,44. Bila dibandingkan tahun 2001 angka cakupan K1 mengalami penurunan dari 90,5, sedangkan cakupan K4 mengalami sedikit peningkatan dari 74,25.
Sedangkan data berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2006 juga diketahui bahwa, cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan K1 sebesar 90,38 dan K4
sebanyak 79,63. Data profil Dinkes Kota Medan tahun 2009, cakupan K1 sudah cukup baik yaitu 92,97 namun untuk cakupan K4 hanya 89,78. Pada tahun 2010
terjadi peningkatan cakupan menjadi K1 97,69 ; K4 93,99. Pencapaian cakupan di Puskesmas Desa Binjai Kecamatan Medan Denai tahun 2009 K1 68, 15 dan K4
68, 33. Dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan kunjungan yang sangat bermakna yaitu K1 85,67 dan K4 83,78. Sementara pencapaian cakupan K1 dan K4 tahun
2010 di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan masih jauh dari target Nasional dan merupakan cakupan yang terendah dikota Medan yaitu K1 hanya
78,98 Target Nasional 92,0 dan pencapaian rata-rata kota Medan 97,69 dan K4 hanya 75,97, sementara ibu hamil risiko tinggi yang ditangani hanya 16,64
Target Nasional 90, pencapaian rata-rata kota Medan 93,99 Profil Dinkes Kota Medan, 2010.
Melihat data diatas dapat dilihat masih banyak ibu hamil yang belum melakukan pemeriksaan kehamilannya sesuai dengan yang dianjurkan yaitu minimal
4 empat kali selama kehamilan.Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kunjungan ibu hamil ke pelayanantenaga kesehatan antara lain karena kurangnya
motivasi diri untuk memeriksakan kehamilannya dalam upaya mencegah risikokomplikasi selama kehamilan dan persepsi ibu hamil yang menganggap bahwa
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan kehamilan tidak perlu dilakukan, bila tidak ada keluhan karena kehamilan merupakan kodratnya sebagai seorang wanita.
Hasil penelitian Irma, 2008, ada hubungan yang kuat antara persepsi ibu hamil tentang risiko kehamilan dengan kepatuhan melakukan antenatal care, dimana
semakin baik persepsi ibu hamil tentang risiko tinggi kehamilan, maka kemungkinan ibu hamil untuk patuh melakukan antenatal care semakin besar. Dan ibu hamil yang
paham dengan manfaat antenatal care bagi kehamilan dan bayi yang dikandungnya akan mempunyai persepsi yang baik sehingga akan meningkatkan motivasikeinginan
untuk melakukan antenatal care. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ditemukan ada 3 orang ibu hamil 37,5 dari 8 orang yang ditanya mengatakan bahwa dia tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan oleh petugas kesehatan karena tidak ada keluhan, merasa dirinya sehat dan pada kehamilan yang lalupun
tidak melakukan kunjungan kehamilan tetapi tidak mengalami komplikasi baik dalam kehamilan, persalinan maupun nifas, dan 5 orang ibu hamil 62,5 melakukan
pemeriksaan kehamilan yang pertama setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Berdasarkan hal diatas maka penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang
”Pengaruh Motivasi dan Persepsi Ibu Hamil tentang Risiko Kehamilan terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan ANC di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012”.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan