4.1.5 Sumber Daya Rantai Pasokan
1. Sumber Daya Fisik Sumber daya fisik rantai pasokan minyak akar wangi meliputi, lahan
pertanian, sarana dan prasarana penyulingan. Sarana dan prasarana penyulingan harus mendapat perhatian khusus. Umur ekonomis dari alat
suling ketel adalah sekitar 10-15 tahun. 2. Sumber Daya Teknologi
Penyulingan akar wangi Garut masih menggunakan sisitem kukus, masih sangat sedikit yang menggunakan sistem uap terpisah boiler. Bantuan
peralatan yang diberikan belum dapat digunakan secara optimal karena kendala operasional. Kendala yang dihadapi yaitu kapasitas mesin yang
masih kurang, belum ada operator yang ahli tentang mesin tersebut, dan mesin masih banyak kendala teknis. Perbedaan tipis keuntungan antara
proses penyulingan uap terpisah dengan proses kukus membuat penyuling masih menggunakan sistem kukus.
3. Sumber Daya Manusia Proses penyulingan melibatkan 2 dua sampai 5 lima orang tenaga
kerja dalam 1 satu kali penyulingan. 4. Sumber Daya Permodalan
Pembiayaan pada pertanian akar wangi cukup sulit didapat dari perbankan. Syarat yang rumit dan adanya agunan membuat petani
menggunakan modal sendiri atau meminjam ke saudara, pengumpul atau penyuling. Petani lebih nyaman membayar pinjaman dengan hasil panen
mereka. Hal serupa juga terjadi pada penyuling, syarat perbankan menuntut kepastian hasil dari penyuling sedangkan rendemen tidak dapat
ditentukan secara pasti. Oleh karena itu penyuling juga lebih memilih modal pinjaman dari pengumpul minyak atau eksportir dan membayar
pinjaman berupa minyak.
4.2. Harga Pokok Produksi dan Penjualan Akar Wangi 4.2.1 Harga Pokok Produksi HPPo Akar Wangi
Perhitungan harga pokok produksi akar wangi dilakukan untuk mengidentifikasi secara rinci biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan akar
wangi dengan luas garapan sebesar satu hektar. Rincian Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi akar wangi adalah :
1. Biaya bahan baku langsung
Bahan baku langsung akar wangi adalah bibit akar wangi. Bibit akar wangi didapat melalui hasil panen akar wangi sebelumnya. Akan tetapi untuk
mengetahui harga pokok produksi akar wangi secara keseluruhan maka harga bibit akar wangi tetap diperhitungkan. Bibit akar wangi memiliki
kisaran harga Rp 1.500,00-3.000,00 per kg. Hal ini bergantung dari kualitas bibit akar wangi.
2. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung yang dipekerjakan untuk menghasilkan akar wangi adalah buruh tani. Sistem pembayaran tenaga kerja ada dua, yaitu sistem
harian dan sistem borongan. Upah sistem harian berkisar antara Rp 10.000,00-35.000,00 per orang bergantung pada jarak dekat atau jauhnya
rumah buruh tani dan jenis kelamin. Upah sistem borongan menggunakan dasar perhitungan banyaknya bibit akar wangi yang akan ditanam, luas
areal yang akan disiangi, dan banyaknya akar wangi yang dapat dipanen setiap buruh.
3. Biaya overhead
Biaya overhead adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan baku menjadi produk
selesai. Biaya overhead dalam produksi akar wangi adalah pupuk, transportasi, pajak dan sewa lahan. Biaya transportasi dalam perhitungan
adalah biaya pengontrolan lahan. Pengkodean dilakukan untuk membedakan setiap petani, kode untuk
petani adalah A5001-A5025. Kode A5001 adalah petani ke-1, A5002 adalah petani ke-2, dan seterusnya hingga petani ke-25. Tabel 5. menunjukkan salah satu
perhitungan harga pokok produksi akar wangi, yaitu petani dengan kode A5001. Kode petani untuk Kecamatan Samarang adalah A5001, A5002, A5003, A5004,
A5009, A5016, A5017, A5018, A5024, dan A5025. Kode petani untuk Kecamatan Bayongbong adalah A5005, A5006, A5007, A5010, A5014, A5020,
dan A5021. Kode petani untuk Kecamatan Cilawu adalah A5011, A5012, A5013,
A5015, A5019, A5022, dan A5023. Kode petani untuk Kecamatan Leles adalah A5008.
Tabel 5. Contoh perhitungan harga pokok produksi akar wangi petani A5001
No Jenis Biaya
Harga per Unit Rp
Unit Satuan Jumlah Rp
1 Biaya bahan baku BBL
Biaya bibit
3.000,00 2.000,00
Kg 6.000.000,00
JUMLAH BBL
6.000.000,00 2 Biaya tenaga kerja
langsung TKL Pencangkulan
500,00 700,00
Tumbak 350.000,00
Pembibitan 200,00
2.000,00 Kg
400.000,00 Pemupukan
300,00 1.000,00
Kg 300.000,00
Penyiangan 1
3.500,00 700,00
Tumbak 2.450.000,00 Penyiangan
2 3.500,00
700,00 Tumbak
2.450.000,00 Penyiangan
3 3.500,00
700,00 Tumbak
2.450.000,00 Pemanenan
400,00 18.000,00
Kg 7.200.000,00
JUMLAH TKL
15.600.000 3 Biaya
overhead BOP Pupuk
2.000,00 1.000,00
Kg 2.000.000,00
Pajak 100.000,00
1,00 Tahun
100.000,00 Transportasi
300.000,00 300.000,00
JUMLAH BOP
2.400.000,00 HPP
24.000.000,00
Produksi Kg
18.000,00
HPP per kg 1.333,33
Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat sistem pembayaran tenaga kerja adalah sistem borongan. Pembayaran pencangkulan dan penyiangan didasarkan pada luas
garapan yaitu 700 tumbak. Sedangkan pembayaran pembibitan, pemupukan, dan pemanenan didasarkan pada banyaknya bibit yang ditanam, pupuk yang diberikan,
serta akar wangi yang dihasilkan saat panen. Kebutuhan akar wangi untuk menghasilakan 1 kg minyak akar wangi adalah 300-400 kg akar wangi. Kondisi
ini berlaku saat penyulingan menghasilkan minyak sebanyak 3-6 kg. Harga pokok produksi akar wangi pada petani A5001 bernilai cukup tinggi yaitu sebesar Rp
1.333,33 per kg. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu tingginya biaya pupuk yang dikeluarkan dan biaya tenaga kerja selama satu periode musim tanam.
Harga pokok produksi akar wangi dikelompokkan per wilayah. Hal ini bertujuan untuk melihat penyebaran harga pokok produksi yang terjadi. Tabel 6.
menunjukkan rata-rata harga pokok produksi akar wangi per wilayah. Perhitungan
harga pokok produksi akar wangi secara keseluruhan dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Tabel 6. Rata-rata harga pokok produksi akar wangi per wilayah
No Kecamatan
Rata-rata Harga Pokok Produksi Rpkg
1 Samarang 1.144,42
2 Bayongbong 1.137,04
3 Cilawu 1.177,94
4 Leles 1.336,67
Berdasarkan Tabel 6. harga pokok produksi Kecamatan Samarang, Bayongbong dan Cilawu berada di kisaran harga Rp 1.100,00 per kg. Sedangkan
untuk Kecamatan Leles memiliki rata-rata harga pokok produksi akar wangi yang lebih tinggi yaitu sebesar. Rp 1.336,67 per kg. Harga pokok produksi di
Kecamatan Leles lebih tinggi disebabkan biaya penyiangan yang tinggi. Penyiangan pada umumnya dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu periode
tanam. Penyiangan di Kecamatan Leles dilakukan sebanyak empat kali dalam satu periode tanam. Hal ini terkait dengan kualitas akar wangi yang dihasilkan
berdasarkan wilayah. Kecamatan Leles pada umumnya menghasilkan akar wangi dengan kualitas dua dan tiga. Wilayah yang menghasilakan akar wangi kualitas
satu adalah Pasir Wangi dan Cikurai. Sedangkan kualitas dua dihasilkan wilayah Samarang, Leles, dan Bayongbong. Perbedaan kualitas berdasarkan wilayah inilah
yang menyebabkan dilakukannya penyiangan sebanyak empat kali di Kecamatan Leles untuk menghasilkan akar wangi yang lebih baik.
4.2.2 Harga Pokok Penjualan HPPe Akar Wangi
Harga pokok penjualan dilakukan dengan menghitung persediaan awal ditambah harga pokok produksi dan dikurangi persediaan akhir. Harga pokok
penjualan menunjukkan biaya keseluruhan yang telah dikeluarkan, yaitu mencakup biaya persediaan dan harga pokok produksi. Harga pokok penjualan
dapat menjadi dasar harga penjualan produk dengan menambahkan estimasi laba yang ingin diperoleh. Perhitungan harga pokok penjualan menggunakan metode
job costing, yaitu berdasarkan pekerjaan. Akar wangi yang dihasilkan langsung dijual atau disuling. Hal ini menyebabkan nilai persediaan awal dan persediaan
akhir bernilai nol. Tabel 7. menunjukkan salah satu perhitungan harga pokok penjualan akar wangi pada petani A5001. Sedangkan seluruh perhitungan harga
pokok penjualan akar wangi dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 7. Contoh perhitungan harga pokok penjualan akar wangi petani A5001
No Jenis Biaya
Harga per Unit Rp
Unit Satuan Jumlah Rp
1 Persediaan awal
0,00 0,00
Kg 0,00
2 HPP 1.333,33
18.000,00 Kg
24.000.000,00 3
Barang siap dijual 24.000.000,00
4 Persediaan akhir
0,00 0,00
Kg 0,00
5 Harga pokok penjualan
24.000.000,00 6
Jumlah akar wangi 18.000,00
Kg 7
Harga pokok penjualan kg
1.333,33
Tabel 7. menunjukkan harga pokok penjualan HPPe akar wangi petani A5001 bernilai Rp 1.333,33 per kg. Jika dilihat dalam Tabel 7. tidak terdapat
persediaan awal maupun persediaan akhir akar wangi. Hal ini menyebabkan harga pokok penjualan bernilai sama dengan harga pokok produksi yaitu sebesar Rp
1.333,33 per kg. Akar wangi yang telah dipanen umumnya langsung dijual kepada penyuling maupun ke pengumpul akar wangi, atau akar wangi langsung disuling
menjadi minyak. Hal ini menyebabkan tidak terdapat persediaan awal maupun persediaan akhir. Nilai harga pokok penjualan sama dengan harga pokok
produksi, maka rata-rata harga pokok penjualan akar wangi per wilayah akan bernilai sama dengan harga pokok produksi. Rata-rata harga pokok penjualan akar
wangi per wilayah dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata harga pokok penjualan per wilayah
No Kecamatan
Rata-Rata Harga Pokok Produksi Rpkg
1 Samarang 1.144,42
2 Bayongbong 1.137,04
3 Cilawu 1.177,94
4 Leles 1.336,67
Harga pokok penjualan tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan harga penjualan. Harga penjualan ditentukan dengan menambahkan
estimasi profit yang ingin didapat. Tabel 9. menunjukkan rata-rata harga penjualan per wilayah dengan estimasi profit sebesar 10, 30, 80, 100,
120, 150, dan 200 dari harga pokok.
Tabel 9. Estimasi harga penjualan akar wangi dengan profit sebesar 10, 30, 80, 100, 120, 150
No Estimasi Profit
Estimasi Harga Jual Rpkg Samarang
Rpkg Bayongbong
Rpkg Cilawu
Rpkg Leles
Rpkg
1 10 1.258,86
1.250,74 1.295,74
1.470,34 2 30
1.487,74 1.478,15
1.531,33 1.737,67
3 80 2.059,95
2.046,67 2.120,30
2.406,01 4 100
2.517,72 2.501,49
2.591,48 2.940,67
5 120 2.861,04
2.842,60 2.944,86
3.341,68 6 150
3.089,93 3.070,01
3.180,45 3.609,01
7 200 3.433,25
3.411,12 3.533,83
4.010,01
Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat harga estimasi harga jual dengan tingkat keuntungan tertentu. Selama ini harga jual akar akar wangi berkisar antara
Rp 1.500,00–3.000,00 per kg. Hal ini menunjukkan keuntungan yang didapat petani berkisar antara 30-120. Ketika musim panen raya harga akar wangi
cenderung turun hingga mencapai Rp 1.200,00 per kg. Hal ini menunjukkan keuntungan terendah yang diperoleh petani saat musim panen adalah 10.
4.3 Harga Pokok Produksi dan Penjualan Minyak Akar Wangi 4.3.1 Harga Pokok Produksi HPPo Minyak Akar Wangi
Harga pokok produksi minyak akar wangi dihitung dengan metode job costing. Hal ini disebabkan tidak tentunya jumlah penyulingan dalam satu tahun.
Perhitungan harga pokok produksi minyak akar wangi dikelompokkan menjadi dua, yaitu harga pokok produksi minyak akar wangi dengan mutu tinggi dan mutu
rendah. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi minyak akar wangi adalah :
1. Biaya bahan baku langsung
Bahan baku langsung minyak akar wangi adalah akar wangi. Biaya bahan baku langsung didapat dengan mengalikan harga akar wangi per kilo
dengan jumlah input akar wangi. Harga akar wangi untuk petani-penyuling didapat dari harga pokok produksi HPPo per kg akar wangi yang
berkisar antara Rp 925,00-1.588,00 per kg, sedangkan untuk penyuling harga bahan baku berkisar antara Rp 1.500,00-2.500,00 per kg. Jumlah
bahan baku yang digunakan untuk satu kali penyulingan adalah 1.500- 2.000 kg dan dapat menghasilkan minyak sebanyak 3-7 kg minyak pada
saat musim hujan. Sedangkan pada musim kemarau dapat menghasilkan minyak 8-12 kg.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja yang digunakan dalam proses penyulingan adalah 2-5 orang dengan upah borongan Rp 100.000,00-250.000,00 untuk satu kali proses
penyulingan. 3.
Biaya overhead Biaya overhead dalam penyulingan minyak akar wangi antara lain:
a. Biaya bahan bakar
Biaya bahan bakar dihitung dengan mengalikan harga bahan bakar dan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk satu kali proses
penyulingan. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar, solar dan oli bekas. Pemakaian bahan bakar solar dan oli bekas berkisar
antara 100-400 liter. Harga solar adalah Rp 4.500,00 per liter dan harga oli bekas berkisar Rp 2.250,00-2.500,00 per liter. Terdapat pula
penyuling yang masih menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar. Harga kayu bakar adalah Rp 125.000,00 per kubik
b. Biaya penyusutan
Penyusutan yang dihitung adalah penyusutan boiler, penyusutan ketel, penyusutan tangki, penyusutan compressor, dan penyusutan bangunan.
Perhitungan biaya penyusutan per produksi dihitung dengan membagi biaya penyusutan pertahun dengan jumlah penyulingan pertahun.
Jumlah penyulingan perproduksi diasumsikan adalah 320 kali penyulingan. Asumsi ini didasarkan pada jumlah bulan melakukan
penyulingan pertahun adalah delapan bulan dan jumlah penyulingan rata-rata perbulan adalah 40 kali penyulingan. Biaya penyusutan per
tahun dihitung dengan rumus Soemarsono, 1982: penyusutan per tahun =
................ 4 c.
Listrik dan telepon Biaya listrik dan telepon dihitung dengan membagi biaya listrik dan
telepon per bulan dengan jumlah asumsi penyulingan perbulan yaitu 40 kali penyulingan.
d. Sewa
Biaya sewa adalah biaya untuk menyewa penyulingan selama satu kali proses suling. Biaya sewa untuk satu kali penyulingan adalah Rp
1.500.000,00. Biaya ini tidak termasuk bahan baku akar wangi. e.
Pajak Biaya pajak per produksi didapatkan dengan membagi nilai pajak
pertahun dengan jumlah penyulingan dalam setahun Pengkodean dilakukan untuk membedakan setiap penyuling, kode untuk
penyuling adalah A6001-A5015. Kode A6001 adalah penyuling ke-1, A6002 adalah penyuling ke-2, dan seterusnya hingga penyuling ke-15.Kode penyuling
yang menghasilkan minyak dengan mutu tinggi adalah A6001, A6005, A6013, dan A6015. Kode penyuling yang menghasilkan minyak dengan mutu rendah
adalah A6002, A6003, A6004, A606, A6007, A6008, A6009, A6010, A6011, A6012, dan A6014. Tabel10. menunjukkan salah satu perhitugan harga pokok
produksi penyuling minyak akar wangi A6001. Perhitungan harga pokok produksi seluruh penyuling minyak akar wangi dapat dilihat dalam Lampiran 3.
Tabel 10. Contoh perhitungan harga pokok produksi penyuling A6001 saat musim hujan
No Jenis Biaya
Harga per Unit Rp
Unit Satuan
Jumlah Rp
1 Biaya bahan baku BBL Biaya akar wangi
1.333,33 2.000,00
Kg 2.666.660,00
JUMLAH BBL 2.666.660,00
2 Biaya tenaga kerja TKL Tenaga kerja
150.000,00 1,00
Borongan 150.000,00
JUMLAH TKL 150.000,00
3 Biaya overhead BOP
Solar 4.500,00
220,00 Liter
990.000,00 Penyusutan compressor 7.000.000,00
5,00 Tahun
4.062,50 Penyusutan ketel
140.000.000,00 15,00
Tahun 26.250,00
Penyusutan tangki 5.000.000,00
7,00 Tahun
2.008,93 Penyusutan bangunan
70.000.000,00 10,00
Tahun 19.687,50
Listrik 150.000,00
0,03 FK
3.750,00 Telepon
500.000,00 0,03
FK 12.500,00
Pajak bangunan 100.000,00
0,0025 FK
312,50 JUMLAH BOP
1.058.571,43 HPP
3.875.231,43
Produksi Kg
5,00
HPP per kg 775.046,29
FK = faktor konversi
Tabel 10. menunjukkan harga bahan baku akar wangi yang digunakan adalah Rp 1.333,33 per kg akar. Harga ini lebih rendah dari kisaran harga akar
wangi yang dijual dipasaran yaitu Rp 1.500,00-3.000,00 per kg. Penyebab rendahnya harga bahan baku ini adalah akar wangi yang digunakan berasal dari
kebun sendiri, sehingga harga bahan baku yang digunakan adalah harga pokok produksi akar wangi. Harga pokok produksi minyak akar wangi penyuling A6001
adalah sebesar Rp 775.046,29 per kg minyak. Harga pokok produksi ini cukup rendah bila dibandingkan dengan harga pokok produksi penyuling lain yang dapat
dilihat dalam Lampiran 3. Penyebab utama rendahnya harga pokok produksi yang dihasilkan adalah harga bahan baku akar wangi yang rendah. Jumlah rendemen
minyak akar wangi pada setiap kali penyulingan berbeda-beda, sehingga secara tidak langsung harga pokok produksi juga dipengaruhi oleh jumlah minyak akar
wangi yang dihasilkan. Jumlah minyak akar wangi yang dihasilkan pada saat ini berkisar antara 3–
7 kg. Hal ini disebabkan curah hujan yang cukup tinggi dan membuat kualitas bahan baku akar wangi menurun dan kandungan minyak dalam akar berkurang.
Pada musim kemarau penyulingan minyak akar wangi mampu menghasilkan 8–12 kg minyak akar wangi. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan harga pokok
produksi minyak akar wangi dengan asumsi rendemen minyak akar wangi sebesar 8,kg untuk mengetahui harga pokok produksi saat musim kemarau. Tabel 11.
menunjukkan salah satu perhitungan harga pokok produksi minyak akar wangi penyuling A6001 saat musim kemarau. Perhitungan harga pokok produksi minyak
akar wangi seluruh penyuling saat musim kemarau dapat dilihat dalam Lampiran 4.
Tabel 11. Harga pokok produksi minyak akar wangi penyuling A6001 saat musim kemarau
No Jenis Biaya
Harga per Unit Rp
Unit Satuan
Jumlah Rp
1 Biaya bahan baku BBL Biaya akar wangi
1.333,33 2.000,00
Kg 2.666.660,00
JUMLAH BBL 2.666.660,00
2 Biaya tenaga kerja TKL Tenagakerja
150.000,00 1,00
Borongan 150.000,00
JUMLAH TKL 150.000,00
3 Biaya overhead BOP
Solar 4.500,00
220,00 Liter
990.000,00 Penyusutancompressor 7.000.000,00
5,00 Tahun
4.062,50 Penyusutan ketel
140.000.000,00 15,00
Tahun 26.250,00
Penyusutan tangki 5.000.000,00
7,00 Tahun
2.008,93 Penyusutan bangunan
70.000.000,00 10,00
Tahun 19.687,50
Listrik 150.000,00
0,03 FK
3.750,00 Telepon
500.000,00 0,03
FK 12.500,00
Pajak bangunan 100.000,00
0,025 FK
312,50 JUMLAH BOP
1.058.571,43 HPP
3.875.231,43
Produksi Kg
8,00
HPP per kg 484.403,93
Berdasarkan Tabel 11. harga pokok produksi penyuling A6001 yang dihasilkan ketika musim kemarau memiliki harga pokok prosuksi yang lebih
rendah yaitu Rp 484.403,93 per kgjika dibandingkan saat musim hujan yaitu Rp 775.046,29 kg. Komoditas perkebunan memiliki jumlah output yang berbeda-
beda saat panen. Faktor-faktor eksternal seperti cuaca seringkali menjadi penyebab tidak tentunya jumlah output panen. Hal ini yang menyebabkan harga
pokok produksi komoditas perkebunan sering kali berbeda dan sulit dilakukan. Perhitungan harga pokok produksi minyak akar wangi dikelompokkan
dibagi menjadi dua, yaitu harga pokok produksi minyak akar wangi dengan mutu tinggi dan mutu rendah. Tabel 12. menyajikan rata-rata harga pokok pokok
produksi minyak akar wangi berdasarkan mutu tinggi dan mutu rendah.
Tabel 12. Rata-rata harga pokok produksi berdasarkan mutu saat musim hujan
No Mutu
Rata-rata Harga Pokok Produksi Minyak Akar Wangi Rpkg
1 Tinggi 830.194,87
2 Rendah 738.970,67
Berdasarkan Tabel 12. harga pokok produksi minyak akar wangi dengan mutu tinggi memiliki memiliki harga pokok produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang bermutu rendah. Hal ini disebabkan perbedaan alat produksi yang digunakan. Perbedaan alat produksi yang digunakan ini
berpengaruh terhadap biaya overhead, khususnya pada biaya bahan bakar dan biaya penyusutan.
Tabel 13. menyajikan rata-rata harga pokok pokok produksi minyak akar wangi berdasarkan mutu tinggi dan mutu rendah saat musim kemarau, dengan
asumsi output minyak sebesar 8 kg.
Tabel 13. Rata-rata harga pokok produksi berdasarkan mutu saat musim kemarau
No Mutu Rata-rata Harga Pokok Produksi Minyak Akar Wangi
Rpkg
1 Tinggi 489.365,61
2 Rendah 462.379,88
Berdasarkan Tabel 13. harga pokok produksi minyak akar wangi dengan mutu tinggi memiliki memiliki harga pokok produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang bermutu rendah. Jika dibandingkan dengan saat musim hujan, harga pokok produksi minyak akar wangi dengan mutu tinggi juga
memiliki nilai yang lebih besar dari harga pokok produksi dengan mutu rendah. Penggunaan alat-alat produksi yang berbeda kualitas dan jumlah bahan bakar
yang digunakan menjadi penyebabnya.
4.3.2 Harga Pokok Penjualan HPPe Minyak Akar Wangi
Harga pokok penjualan menunjukkan biaya keseluruhan yang telah dikeluarkan, yaitu mencakup biaya persediaan dan harga pokok produksi. Harga
pokok penjualan dapat menjadi dasar harga penjualan produk dengan menambahkan estimasi profit yang ingin diperoleh. Tabel 14. menunjukkan salah
satu perhitungan harga pokok penjualan minyak akar wangi pada petani A6001, sedangkan seluruh perhitungan harga pokok penjualan akar wangi dapat dilihat
pada Lampiran 5.
Tabel 14. Harga pokok penjualan minyak akar wangi penyuling A6001 saat musim hujan
No Jenis Biaya
Harga per Unit Rp
Unit Satuan
Jumlah Rp
1 Persediaan awal
763.291,79 45,00
Kg 34.348.130,55
2 HPP
775.046,29 5,00
Kg 3.875.231,45
3 Barang siap dijual
38.223.362,00 4
Persediaan akhir 0,00
0,00 Kg
0,00 5
Harga pokok penjualan 38.223.362,00
6 Jumlah rendemen minyak
kg 50,00
Kg 7
Harga pokok penjualan kg
764.467,24
Berdasarkan Tabel 14. harga persediaan awal adalah Rp 763.291,79 per kg. Hal ini dikarenakan tidak adanya pencatatan harga pokok produksi
penyulingan sebelumnya untuk dijadikan persediaan awal, sehingga rata-rata harga pokok produksi diasumsikan sebagai harga persediaan awal. Pada
perhitungan ini diasumsikan terjadi pada saat akhir periode penyulingan, sehingga tidak ada persediaan akhir. Harga pokok penjualan minyak akar wangi
penyuling A6001 adalah Rp 764.467,24 per kg. Harga pokok penjualan tersebut terjadi saat musim hujan. Contoh perhitungan harga pokok penjualan petani
A6001 saat musim kemarau dapat dilihat dalam tabel 15. Perhitungan harga pokok penjualan minyak akar wangi seluruh penyuling saat musim kemarau
dapat dilihat dalam Lampiran 6. Tabel 15. Harga pokok penjualan minyak akar wangi penyuling A6001 saat
musim kemarau
No Jenis Biaya
Harga per Unit Rp
Unit Satuan
Jumlah Rp
1 Persediaan awal 469.573,61
45,00 Kg
21.130.812,45 2 HPP
484.403,93 8,00
Kg 3.875.231,44
3 Barang siap dijual 25.006.043,89
4 Persediaan akhir
0,00 0,00
Kg 0,00
5 Harga pokok penjualan 25.006.043,89
6 Jumlah rendemen
minyak kg 53,00
Kg 7
Harga pokok penjualan kg
471.812,15
Berdasarkan Tabel 15. harga persediaan awal minyak akar wangi adalah sebesar Rp 469.573,61 per kg. Hal ini dikarenakan tidak adanya pencatatan harga
pokok produksi penyulingan sebelumnya untuk dijadikan persediaan awal, sehingga rata-rata harga pokok produksi diasumsikan sebagai harga persediaan
awal. Harga pokok penjualan penyuling A6001 saat musim kemarau sebesar Rp
471.812,15 per kg. Harga pokok penjualan ini lebih rendah dibandingkan saat musim hujan.
Perhitungan harga pokok penjualan minyak akar wangi dikelompokkan dibagi menjadi dua, yaitu harga pokok penjualan minyak akar wangi dengan mutu
tinggi dan mutu rendah Tabel 16. menyajikan rata-rata harga pokok penjualan minyak akar wangi berdasarkan mutu tinggi dan mutu rendah.
Tabel 16. Rata-rata harga pokok penjualan minyak akar wangi berdasarkan mutu
No Mutu
Rata-rata Harga Pokok Produksi Minyak Akar Wangi Musim Hujan Rpkg
Musim Kemarau Rpkg
1 Tinggi 766.177,28
472.480,02 2 Rendah
772.093,36 475.683,13
Berdasarkan Tabel 16. harga pokok penjualan minyak akar wangi dengan mutu tinggi memiliki memiliki harga pokok penjualan yang lebih kecil
dibandingkan dengan yang bermutu rendah. Jika dibandingkan dengan saat musim hujan, harga pokok penjualan minyak akar wangi dengan mutu tinggi juga
memiliki nilai yang lebih kecil dari harga pokok penjualan dengan mutu rendah. Harga pokok penjualan tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan
harga penjualan. Harga penjualan ditentukan dengan menambahkan estimasi profit yang ingin didapat. Tabel 17. menunjukkan rata-rata harga penjualan
dengan estimasi profit sebesar
Tabel 17 . Esimasi harga jual minyak akar wangi
No Estimasi
Profit Estimasi HargaJual
Musim Hujan Musim Kemarau
Mutu Tinggi Rpkg
Mutu Rendah Rpkg
Mutu Tinggi Rpkg
Mutu Rendah Rpkg
1 20 919.412,74
926.512,03 566.976,02
570.819,76 2 30
996.030,46 1.037.21,37
614.224,03 618.388,07 3 40
1.072.648,19 1.080.930,70
661.472,03 665.956,38 4 50
1.149.265,92 1.158.140,04
708.720,03 713.524,70 5 90
1.455.736,83 1.466.977,38
897.712,04 903.797,95 6 100
1.532.354,56 1.544.186,72
944.960,04 951.366,26 7 120
1.685.590,02 1.698.605,39
1.039.456,04 1.046.502,89 8 140
1.838.825,47 1.853.024,06
1.133.952,05 1.141.639,51 9 160
1.992.060,93 2.007.442,74
1.228.448,05 1.236.776,14 10 180
2.145.296,38 2.161.861,41
1.322.944,06 1.331.912,76 11 200
2.298.531,84 2.316.280,08
1.417.440,06 1.427.049,39
Harga jual minyak akar wangi pada saat ini berkisar antara Rp 1.000.000,00–1.200.000,00 per kg. Hal ini menunjukkan profit yang diterima saat
ini untuk minyak dengan mutu tinggi dan mutu rendah berkisar antara 30-50 dari harga pokok penjualan. Jumlah rendemen minyak saat musim kemarau
berkisar 8-12 kg. Hal ini menunjukkan profit yang diterima saat musim kemarau berkisar antara 120-160
4.4 Analisis Nilai Tambah