Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat

(1)

Oleh

AGUNG CAHYA NUGRAHA

H24070049

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

AGUNG CAHYA NUGRAHA. H24070049. Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbingan

HETI MULYATIdanALIM SETIAWAN S.

Salah satu cara peningkatkan daya saing minyak akar wangi dan kesejahteraan petani yaitu dengan menerapkan strategi rantai pasok yang berkesinambungan dan mampu mengefisiensikan sistem rantai pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu dibutuhkan rumusan strategi rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rantai pasok minyak akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok minyak akar wangi dan merumuskan strategi rantai pasok minyak akar wangi.

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada para petani, pengumpul akar, pengumpul minyak dan penyuling minyak akar wangi yang berada di Kab. Garut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsidisi sitem rantai pasok minyak akar wangi dengan analisis deskriptif. Faktor internal dan eksternal rantai pasok dianalisis menggunakan analisis IFE dan EFE. Perumusan strategi dilakukan dengan analisis SWOT dari faktor internal dan eksternal yang didapat. Proses pemilihan strategi rantai pasok menggunakanAnalytical Hierarchy Process(AHP).

Anggota sistem rantai pasok terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar, penyuling dan pengumpul minyak akar wangi. Beberapa petani menjual akar hasil panen mereka langsung kepada pengumpul akar, petani lainnya tidak menjual dalam bentuk akar, mereka akan melakukan proses penyulingan sendiri dengan menyewa alat penyulingan kemudian menjual sendiri minyak hasil penyulingan kepada pengumpul minyak.

Faktor internal yang paling dominan dan direspon secara sangat baik oleh rantai pasok yang dijadikan sebagai faktor kekuatan adalah potensi wilayah penanaman masih cukup luas dengan skor 0,917, faktor kelemahan utama dari rantai pasok minyak akar wangi adalah sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal dengan nilai skor 0,300. Faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan dengan skor 0.830 dan ancaman utama yaitu tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik(0.822).

Alternatif strategi yang berhasil di bangkitkan dari matriks SWOT dan hasil pembobotan menggunakan AHP adalah peningkatan mutu minyak akar wangi (0.285), peningkatan kualtas SDM (0.189), penguatan aspek financial (0.174), peningkatan kemitraan diantara stakeholder(0.138), meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru (0.123) dan fasilitasi pemerintah (0.087).


(3)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH

AGUNG CAHYA NUGRAHA

H24070049

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

Nama : Agung Cahya Nugraha

NIM : H24070049

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Heti Mulyati, S. TP, MT) (Alim Setiawan S, S. TP, M. Si)

NIP.19770812 200501 2 001 NIP. 19820227 200912 1 001

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP : 19610123 198601 1 002


(5)

iii

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Juaeni, S.Pd dan Siti Hasanah, S.Pd.A. Riwayat pendidikan penulis adalah Taman Kanak-Kanak (TK) Tarbiyatunnisa', Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong 1 Kemang, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 6 Bogor dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor.

Penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Majamen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan, penulis aktif berorganisasi di dalam dan di luar kampus. Aktivitas di dalam kampus, penulis mengikuti Himpunan Profesi Centre of Management (COM@) dan dipercaya menjadi Director of Human Resources COM@ dari tahun 2009-2010, selain itu penulis pernah mengikuti kompetisi marketing debate yang diselenggarakan oleh IPB, Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan dan pengabdian masyarakat dan seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat departemen. Di luar kampus, penulis aktif mengikuti organisasi Kerohanian Islam dan menjadi staf pengajar pada lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar di Bogor.

Selama penyusunan skripsi, penulis pernah tergabung dalam tim akreditasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana (S2) IPB, Asisten Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan dan Manajemen Produksi dan Operasi dan bekerja sebagai staff pengajar di Bintang Pelajar (BP), menjadi Tim Akreditasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana IPB dan menjadi tim olah data Proyek Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia yaitu Pemetaan Politeknik se-Indonesia.


(6)

iv

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Judul skripsi “Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat” merupakan sebuah proses analisis mengenai keadaan sistem rantai pasok dan analisis strategi rantai pasok minyak akar wangi Indonesia, khususnya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perumusan strategi ini merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena hingga saat ini belum ada rumusan strategi rantai pasok yang bisa menjadi referensi untuk diterapkan. Strategi rantai pasok ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan menjaga kesinambungan rantai pasok minyak akar wangi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka kepada semua pihak yang ingin memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penelitian kelak. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2011


(7)

v

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik moriil maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, M.T selaku dosen pembimbing pertama atas segala bimbingan, masukan, kesabaran dan motivasinya yang tidak ternilai dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Alim Setiawan, S. TP, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua dan juga sebagai moderator dalam seminar hasil, atas segala motivasi, kesabaran dan ilmu-ilmu tentang rantai pasok yang tak ternilai selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan terhadap perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Ede Kadarusman (Ketua koperasi Usar Akar Wangi), Bapak Hj. Abdullah (Sekretaris Koperasi Usar Akar Wangi), Bapak Hari Wardana (Dinas Perkebunan Kabupaten Garut), Bapak Ir. Haeruman, M.P (Kepala Bina Produksi Dinas Perkebunan Kabupaten Garut), Bapak Hj. Tjutju Ruhiat, M.Si. (Kepala bagian Perindustrian Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut) dan Pak Wawan (Kepala Cabang Jasulawangi Garut) yang telah banyak membantu memberi penjelasan dan data dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Ibu dan Bapak (Siti Hasanah dan Juaeni), adik-adikku (Dwi Asriani Nugraha dan Sayyid Fajrin Nugraha), kepada Keluarga besar atas motivasi, doa dan kebijaksanaannya dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Sahabat-sahabat terbaik (Elis L, Dini, Reni MF, Isni S, Irma O,

Mursaliena NL, Intania S, Nola, Rony JW, Syaeful R, Gerry FS, A Mukhlis, Anasril, Randy J, M Azwar, Arif M, A Duta E, Gazali R), adik-adik di Arroja dan 'Ithri SMAN 5 Bogor, semua sahabat di Manajemen 44 dan com@ dan adik-adik les ku (Nana, Raisa, Nadia, Mira, Lana, Ziyyah, Wulan, Dika, Syifa, Dere) dan adik kelas di SMAN 5 Bogor atas semangat, nasihat dan kenangan indah selama sekolah, kuliah dan berorganisasi.


(8)

vi

8. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan saudara/i.


(9)

vii

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP...iii

KATA PENGANTAR...iv

UCAPAN TERIMA KASIH...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...x

1. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian...3

1.4. Manfaat ...3

1.5. Ruang Lingkup Penelitian...4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1. Strategi dan Manajemen Strategi...5

2.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok ...6

2.3. Strategi Manajemen Rantai Pasok...8

2.4. Lingkungan Organisasi ...9

2.4.1 Lingkungan Jauh ...10

2.4.2 Lingkungan Industri ...11

2.4.3 Lingkungan Internal ...12

2.5. Analisis Internal dan Eksternal...13

2.6. Analisis SWOT...13

2.7. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ...14

2.8. Penelitian Terdahulu...16

III. METODE PENELITIAN ...17

3.1. Kerangka Pemikiran ...17

3.2. Tahapan Penelitian ...20

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian...22

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data...22

3.5. Teknik Pengambilan Sampel...25

3.6. Pegolahan dan Analisis ...26

3.6.1 Analisis Deskriptif...27

3.6.2 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) ...27

3.6.3 Analisis SWOT ...30

3.6.4 Analitical Hierarchy Process...31

IV. PEMBAHASAN...37

4.1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi...37

4.2. Industri Akar Wangi Kabupaten Garut...38

4.3. Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi...40

4.3.1 Aktivitas Petani Akar Wangi ...45

4.3.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ...49

4.3.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi ...50


(10)

viii

4.7. Prioritas Strategi Pengembangan Minyak Akar Wangi...66

4.7.1 Ultimate Goal...67

4.7.2 Faktor ...67

4.7.3 Aktor ...68

4.7.4 Tujuan...69

4.7.5 Alternatif Strategi...69

4.8. Analisis Hubungan Antar Elemen Hierarki ...71

4.9. Analisis Pemilihan Strategi Rantai Pasok...73

4.11. Implikasi Manajerial ...76

KESIMPULAN DAN SARAN...78

1. Kesimpulan ...78

2. Saran ...79


(11)

ix

No Halaman

1. Data nilai ekspor dan impor minyak akar wangi indonesia ... 2

2. Jenis dan metode mengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian ... 24

3. Sebaran responden identifikasi rantai pasok minyak akar wangi... 26

4. Tabel model matriks EFE... 27

5. Tabel model matriks IFE... 29

6. Tabel model SWOT ... 31

7. Nilai skala banding berpasangan ... 32

8. Matriks pendapat individu... 34

9. Matriks pendapat gabungan... 34

10. Indeks acak ... 36

11. Sentra produksi akar wangi di Indonesia ... 38

12. Luas areal dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut ... 39

13. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010... 40

14. Perbandingan mutu minyak akar wangi penyulingan rakyat dengan standar mutu nasional dan internasional ... 53

15. Matriks IFE... 55

16. Matriks EFE... 56

17. Faktor internal dan eksternal dengan skor tertinggi... 58

18. Matriks SWOT... 59

19. Hubungan faktor dan Ultimete Goal...71

20. Hubungan faktor dan aktor... 72

21. Hubungan aktor dan tujuan ... 72

22. Hubungan tujuan dan alternatif strategi ... 73

23. Bobot faktor terhadap UG ... 74

24. Bobot aktor terhadap UG ... 74

25. Bobot tujuan terhadap UG... 75


(12)

x

No Halaman

1. Struktur manajemen rantai pasokan ... 7

2. Kerangka penelitian ... 19

3. Tahapan penelitian ... 20

4. Tanaman akar wangi ... 37

5. Rantai pasok minyak akar wangi... 40

6. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi ... 41

7. Sistem kerjasama inti plasma ... 44

8. Jenis kelompok tani di kabupaten garut ... 45

9. Umur usaha akar wangi... 46

10. Kepemilikan lahan budidaya tanaman akar wangi ... 47

11. Sebaran jenis alat penyulingan yang digunakan... 51


(13)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak akar

wangi

(Vetiveria zizanoides Stapt) merupakan komoditas ekspor penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Indonesia merupakan penghasil utama minyak akar wangi terbesar pada perdagangan internasional setelah Haiti dan Bourbon (Mulyati dkk, 2009).

Volume ekspor minyak akar wangi Indonesia cenderung mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jumlah ekspor terbesar terjadi pada tahun 2001 sebesar 1,5 ribu ton. Namun kemudian terjadi penurunan yang cukup drastis pada tahun selanjutnya. Nilai ekspor rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,6 persen per tahun. Begitu pula dengan nilai impor yang juga mengalami penurunan namun nilainya lebih kecil yaitu sebesar 0,4 persen per tahun.

Sentra budidaya tanaman dan produksi minyak akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sentra tersebut tersebar di Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, Pasirwangi dan Leles. Produksi minyak akar wangi di Garut sebagian besar dilakukan oleh industri kecil dengan menggunakan teknologi yang sederhana/konvensional. Hal tersebut seringkali menyebabkan minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan eksportir maupun konsumen. Persepsi petani maupun penyuling minyak akar wangi yang belum berorientasi mutu menyebabkan sebagian besar pelaku usaha tidak menerapkan Good Agricultural Process(GAP) dan Good Manufacturing Process(GMP). Hal tersebut mengakibatkan mutu minyak yang dihasilkan menjadi rendah sehingga menurunkan daya saing minyak akar wangi Indonesia. Pasar luar negeri yang menyerap produk minyak akar wangi antara lain negara Jepang, China, Singapura, India, Hongkong, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, Swiss, dan Italia (BPS 2005 dalam


(14)

Tutuarima). Tabel 1 menyajikan volume dan nilai ekspor dan impor minyak akar wangi.

Tabel 1. Data nilai ekspor dan impor minyak akar wangi Indonesia

Tahun Ekspor

Volume (Kg) Nilai (US $)

2001 1.583.798 1.759.241

2002 79.714 1.973.451

2003 45.821 1.428.682

2004 58.444 2.445.744

2005 74.210 1.544.618

2006 75.199 2.085.458

Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) dalamTutuarima (2009)

Selain masalah daya saing, sistem rantai pasok minyak akar wangi yang terlalu panjang dan pemerataan pendapatan dalam rantai pasok minyak akar wangi yang masih rendah merupakan masalah yang harus segera dibenahi. Eksportir merupakan pihak yang memperoleh keuntungan paling tinggi dalam jaringan rantai pasok minyak akar wangi dibandingkan para petani yang belum mencapai kesejahteraan yang seharusnya.

Rantai pasok merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indrajit dan Pranoto, 2002). Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan kesejahteraan petani yaitu dengan menerapkan strategi rantai pasok yang berkesinambungan dan mampu mengefisiensikan sistem rantai pasok minyak akar wangi sehingga pemerataan pendapatan diantara anggota jaringan rantai pasoknya dapat tercapai. Rumusan strategi rantai pasok dianggap penting karena akan dijadikan sebagai acuan oleh anggota rantai pasok dalam melakukan aktifitas mereka. Adanya strategi rantai pasok menjadikan setiap anggota rantai pasok mengetahui apa yang harus dilakukan untuk membangun sistem rantai pasok yang lebih baik.

Saat ini belum terdapat strategi rantai pasok yang komprehensif yang mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak dalam rantai


(15)

pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu, dibutuhkan rumusan strategi rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan membentuk sistem rantai pasok minyak akar wangi yang berkesinambungan.

1.2. Perumusan Masalah

Kondisi rantai pasok minyak akar wangi di kabupaten Garut saat ini masih belum terintegrasi dengan baik. Hal ini berakibat pada pemerataan pendapatan di antara anggota rantai pasok menjadi rendah dan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan rendah. Permasalahan ini menunjukan betapa pentingnya strategi rantai pasok yang komprehensif yang mampu menunjang kesinambungan, efisiensi dan daya saing minyak akar wangi.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi rantai pasok minyak akar wangi saat ini?

2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rantai pasok minyak akar wangi?

3. Rumusan strategi rantai pasok apa yang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis rantai pasok minyak akar wangi

2. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rantai pasok minyak akar wangi.

3. Mengusulkan alternatif rekomendasi strategi rantai pasok minyak akar wangi untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi. 1.4. Manfaat

1. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi Pemerintah pusat maupun pemerintah khususnya Kementrian Perindustrian, Kementrian Pertanian dan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam rangka mengembangkan minyak akar wangi.


(16)

2. Peneliti dan Akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian di bidang yang sama ataupun penelitian lanjutan.

3. Pelaku Usaha Minyak Akar Wangi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan panduan bagi para pelaku usaha seperti petani minyak akar wangi, pengumpul akar, penyuling, pengumpul minyak dan eksportir dalam menjalankan kegiatan usahanya untuk membangun sistem yang berkesinambungan dan menguntungkan semua pihak.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai perumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi dan membahas elemen rantai pasok minyak akar wangi yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak dan pengumpul akar wangi di Kabupaten Garut Jawa Barat, terutama di Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles. Rantai pasok yang dibahas hanya terbatas dari petani sampai pengumpul minyak akar wangi.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi dan Manajemen Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti "seni berperang". Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan (Umar, 2008).

Menurut Siagian (2004), istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai kiat yang digunakan oleh para jenderal untuk memenangkan peperangan. Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar.

Mulyadi (2001) mengatakan bahwa strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Dengan tindakan berpola perusahaan dapat mengerahkan seluruh sumberdaya secara efektif ke perwujudan visi organisasi. Strategi juga didefinisikan sebagai sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan. Definisi lainnya, strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan (Hamel dan Prahalad dalamUmar, 2008)

Manajemen Strategik dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan


(18)

sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional (David, 2003). 2.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok

Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model rantai pasokan yaitu suatu gambaran mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan rantai pasok adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan.

Manajemen rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya operasional perusahaan (Annatan dan Ellitan, 2008).

Menurut Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasokan merupakan integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanaan, pengubahan barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman kepada pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan pemasok dengan distributor. Tujuan dari seluruh aktivitas rantai pasokan adalah membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan.


(19)

Ruang lingkup manajemen rantai pasok meliputi:

1. Rantai pasokan yang mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ketangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.

2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasinya menyalurkan barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya (Siagian, 2005).

Gambar 1 menyajikan struktur manajemen rantai pasokan:

Gambar 1. Struktur manajemen rantai pasokan

Prinsip manajemen rantai pasok pada dasarnya merupakan singkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitaas yang terkait dengan aliran bahan baku atau produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun antar organisasi. Sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen – komponen yang disebut channel yang terdiri atas pemasok, manufaktur, distribution centre, wholesaler dan retaileryang semuanya bekerja menuju proses akhir. Sebuah rantai pasok bisa saja melibatkan sejumlah industri manufaktur dalam suatu rantai hulu ke hilir. Tidak selamanya sebuah rantai pasok berupa rantai lurus (Anatan dan Elitan, 2008).

- Informasi penjadwalan - Arus kas

Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen

- Arus kredit - Arus bahan baku


(20)

2.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan

Strategi manajemen rantai pasokan meliputi tidak hanya hal-hal yang berkaitan dengan internal perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal eksternal perusahaan diantaranya mencakup keputusan strategis mengenai jaringan pasokan, yang mencakup keputusan mengenai pemasok mana yang akan dipilih, pemasok utama mana yang akan dijadikan mitra kerja jangka panjang dimana akan didirikan lokasi gudang dan pabrik, apakah akan melaksanakan sendiri kegiatan logistik dan sebagainya.

Pujawan (2005) mendefinisikan strategi rantai pasok sebagai kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasok yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumberdaya yang ada pada rantai pasok tersebut. Tujuan strategis rantai pasok adalah menghasilkan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi.

Dalam prosesnya strategi manajemen rantai pasok memiliki tiga tujuan, yaitu :

1. Menurunkan biaya, strategi manajemen rantai pasok yang diterapkan harus mampu menurunkan biaya logistik yang terjadi. 2. Menurunkan modal, strategi ditujukan untuk meminimalisasi

tingkat investasi dalam strategi logistik.

3. Meningkatkan pelayanan, startegi manajemen rantai pasok harus secara proaktif dijalankan salah satunya yaitu perbaikan pelayanan.

Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian (2005), unsur-unsur pembuat strategi manajemen rantai pasok adalah:

1. Faktor Primer

a. Keunggulan Bersaing

Secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui diferensiasi produk, kepeloporan biaya, dan respon yang cepat yang ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat tanggap terhadap perubahan.


(21)

b. Fleksibilitas Permintaan

Fleksibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu produk, campuran produk, volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran dan fleksibilitas dapat dilihat dari ketepatan pengantaran, peramalan permintaan yang tepat dan lain sebagainya.

2. Faktor Sekunder a. Proses

Faktor kapabilitas sangat berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan dan sangat tergantung pada tipe kegiatan.

b. Kematangan Proses

Faktor kematangan proses sangat berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi penawaran pasar.

c. Risiko Strategi

Risiko yang dimaksud disini adalah adanya penyebaran risiko, yaitu risiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau diberikan pemasok, sehingga persaing dapat mengetahui strategi-strategi perusahaan.

2.4. Lingkungan Organisasi

Menurut Umar (2008), lingkungan dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, sedangkan lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan. Lingkungan jauh dapat dikaji melalui faktor-faktor Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi (PEST), sedangkan lingkungan industri dapat dikaji dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam Konsep Strategi Bersaing dari Michael R. Porter. Lingkungan internal dapat dikaji dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan fungsional.


(22)

2.4.1 Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat memberikan hambatan dan ancaman untuk maju (Umar, 2008). Faktor-faktor yang dikaji adalah :

1. Faktor Politik

Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, demikian pula sebaliknya.

2. Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.

3. Faktor Sosial

Perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Aspek yang dapat diperhatikan adalah sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis, demografi, religius, pendidikan dan etnis.

4. Faktor Teknologi

Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara pelaksanaan dan metode-metode baru dalam mengerjakan suatu gambaran yang luas, yaitu meliputi: desain, proses produksi, dan mendistribusikan.


(23)

2.4.2 Lingkungan Industri

Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan di mana bisnis perusahaan berada (Umar, 2008). Michael R. Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing, yaitu :

1. Ancaman masuk pendatang baru

Masuknya perusahaan baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi. Ada beberapa faktor yang menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri, yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya indenpenden, dan peraturan pemerintah.

2. Persaingan sesama perusahaan dalam industri

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.

3. Ancaman dari produk pengganti

Perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang subtitusi dapat memberikan fungsi yang sama.

4. Kekuatan tawar menawar pembeli

Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta berkompetisi dengan pesaingnya.


(24)

5. Kekuatan tawar menawar pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk atau pelayanan.

2.4.3 Lingkungan Internal

Lingkungan internal dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa pendekatan fungsional. Aspek yang diperhatikan adalah: 1. Aspek Keuangan

Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus dipikul, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang handal.

2. Aspek Pemasaran

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran, kegiatan, promosi, harga jual produk, komitmen manajemen puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.

3. Aspek Operasi

Kegiatan operasi dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Oleh karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah hubungan baik dengan pemasok, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan kerja yang bulat, pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan terjadinya terobosan dalam proses operasi, dan pengendalian mutu.

4. Aspek Sumber Daya Manusia

Manusia adalah sumber daya terpenting bagi perusahaan. Faktor-faktor yang diperhatikan adalah langkah-langkah yang


(25)

jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.

2.5. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Tahapan dalam melakukan audit internal dan eksternal adalah memasukan data dan informasi dari lingkungan yang dianalisis ke dalam Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang penting dan merupakan langkah awal dari kerangka kerja perumusan yang disebut tahapan input (Input Stage), yaitu tahap meringkas informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Matriks ini berisi pernyataan misi dan menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi pemasaran secara sukses dengan syarat alat ini harus disertai dengan penilaian kualitatif (dalam hal ini intuitif) yang baik (David, 2009). 2.6. Analisis SWOT

Matriks Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat strategi (David, 2009). Keempat strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Strategi SO (Strengths - Opportunities)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umumnya, perusahaan berusaha melaksanakan strategi WO, ST, atau WT untuk menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat.

b. Strategi WO (Weaknesses - Opportunities)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. c. Strategi ST (Strengths - Threats)

Melalui strategi ini perusahaan berusaha menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.


(26)

d. Strategi WT (Weaknesses - Threats)

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal pada dasarnya berada pada posisi yang berbahaya. Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain : merger, declared bankcrupty, retrench atau liquidation

2.7. Metode Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari Universitas of Pisburgh, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Pada penerapan metode AHP yang diutamakan adalah kualitas data dari responden, tidak tergantung pada kuantitasnya (Saaty, 1991). Dalam metode ini, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisa logis eksplisit, yaitu:

1. Penyusunan Hirarki

Dalam menyusun hirarki, terlebih dahulu didefinisikan persoalan, dan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur – unsurnya. Apabila perusahaan akan merencanakan startegi promosi, maka perlu diketahui tujuan utama dari kegiatan promosi dan faktor – faktor apa yang dipertimbangkan dalam menyusun startegi promosinya. Analisis terhadap faktor – faktor tersebut dalam AHP dilakukan dengan membuat struktur hirarki. Hirarki yang dihasilkan dapat berupa hirarki lengkap dan tidak lengkap.

Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur pada level maupun yang dipilih sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Proses analisis ini dinamakan hirarki. Dalam struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan faktor–faktor tergantung pada pemilihan peneliti, secara umum, unsur yang digunakan pada hirarki adalah faktor, aktor, tujuan, dan alternatif.


(27)

2. Penerapan Prioritas

Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas unsur – unsurnya. Hasil penilaian ini lebih sesuai jika disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan. Pertanyaan yang diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah (a) unsur mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/....) ? dan (b) berapa kali lebih ( penting / disukai / mungkin/...) ?

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua unsur, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang unsur – unsur yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.

3. Konsistensi Logis

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek – obyek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Serta yang kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar obyek –obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Sistem hierarki keputusan memiliki bentuk yang saling berkaitan, yang tersusun dari fokus, turun ke tujuan–tujuan, kemudian ke pelaku– pelaku, komponen sistem hirarki keputusan dalam AHP tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak dari komponen–komponen seperti yang telah disebutkan. Fokus dalam tahap ini adalah komponen–komponen sistem yang dipilih dan digunakan dalam bentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur–unsur tersebut tergantung dari penguasaan para analis terhadap persoalan.

Metode AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi elemen di satu level yang akan berpengaruh terhadap bobot elemen pada level dibawahnya. Pada akhirnya metode AHP dapat digunakan untuk menghitung bobot pada setiap level untuk penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Proses


(28)

ini dengan jelas menunjukkan bahwa demi pengambilan keputusan yang sehat dalam situasi kompleks diperlukan prioritas dan perimbangan (trade off).

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sebenarnya merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang berjudul "Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia" yang merupakan penelitian hibah bersaing yang dilakukan oleh Mulyati dkk (2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peta potensi minyak akar wangi di Indonesia, memberi gambaran mengenai rantai pasokan dan risiko minyak akar wangi berbasis IKM di Indonesia dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha minyak akar wangi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis SWOT. Hasil penelitian ini membahas mengenai peta potensi minyak akar wangi di Indonesia, baik dari perkembangan ekpor maupun sebaran dan potensi akar wangi dan juga perkembangan industri minyak akar wangi. Menjelaskan mengenai gambaran umum mengenai sistem rantai pasok juga risiko minyak akar wangi dan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi usaha minyak akar wangi.


(29)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk mengembangkan industri akar wangi. Akar wangi sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena indonesia memiliki tanah dan iklim yang sangat cocok untuk budidaya tanaman akar wangi. Faktor pendukung lainnya adalah minyak akar wangi yang dihasilkan Indonesia telah dikenal di pasar internasional dan minyak akar wangi telah menjadi salah satu komoditi penghasil devisa andalan Indonesia.

Namun, pada beberapa tahun terakhir terjadi fluktuasi nilai ekspor minyak akar wangi Indonesia. Permasalahan utama dalam mengembangkan industri minyak akar wangi Indonesia sehingga nilai ekspor berfluktuasi adalah masalah mutu dan produktivitas. Mutu minyak akar wangi Indonesia tidak sesuai dengan permintaan pasar yaitu tidak seragam dan mutu rendah. Salah satu penyebab mutu dan produktivitas yang masih rendah antara lain disebabkan oleh belum efisiennya sistem rantai pasokan minyak akar wangi di Indonesia.

Idealnya, rantai pasok suatu komoditi harus berfungsi secara efisien. Salah satu ciri rantai pasok yang efisien adalah pendapatan terbagi secara merata kepada seluruh pelaku didalam sistem rantai pasok. Pada kenyataanya terdapat kelompok yang dominan pendapatannya yaitu pengumpul minyak dan eksportir. Rendahnya pemerataan pendapatan ini menunjukan bahwa rantai pasok minyak akar wangi masih belum efisien.

Distribusi pendapatan yang tidak merata dalam rantai pasok minyak akar wangi menjadikan petani memiliki pola pikir yang tidak berorientasi pada mutu. Mereka lebih mementingkan modal untuk bisa kembali dari pada melakukan usaha untuk meningkatkan mutu akar wangi yang ditanam. Pola pikir ini yang menyebabkan para petani tidak menerapkan Good Agricultural Process (GAP) dan Good


(30)

Manufacturing Process (GMP) yang berakibat menurunkan kualitas dan produktivitas minyak akar wangi.

Strategi rantai pasok yang komprehensif yang mengakomodasi seluruh kepentingan pelaku industri minyak akar wangi dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan ini. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan menciptakan sistem rantai pasok minyak akar wangi yang berkesinambungan. Gambar 2. menyajikan kerangka pemikiran penelitian ini.


(31)

(32)

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang telah dilakukan disajikan pada Gambar 3.


(33)

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis rantai pasok minyak akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok minyak akar wangi dan memberikan rekomendasi alternatif strategi terbaik untuk diterapkan dalam rantai pasok minyak akar wangi.

Berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan:

1. Tahap pertama adalah pra survey yaitu melakukan kajian pustaka terhadap literatur dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan rantai pasok minyak akar wangi. Kajian pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Setelah itu menentukan topik dan judul penelitian yaitu "Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat". Setelah itu penulis mengidentifikasi rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal tersebut menjadi dasar dalam merancang jenis, sumber, metode pengumpulan data dan alat analisis data yang diperlukan.

2. Tahap kedua yaitu tahap pengumpulan data dan pengolahan data. Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi literatur, jurnal, laporan Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data untuk identifikasi rantai pasokan minyak akar wangi menggunakan analisis deskriptif dengansoftware Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0. Analisis IFE dan EFE juga AHP menggunakan bantuan software Microsoft Excell 2007.

Faktor internal dan eksternal industri minyak akar wangi merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyati dkk dalam "Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasok Dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM Di Indonesia". Pada penelitian terdahulu, faktor internal dan ekssternal merupakan hasil dari focus group discussion (FGD) yang melibatkan stakeholder industri minyak akar wangi.


(34)

Analisis IFE dan EFE dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal tesebut untuk mengetahui faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi industri minyak akar wangi, setelah itu dilakukan screening terhadap faktor internal dan eksternal untuk membatasi faktor internal dan eksternal yang akan digunakan dalam analisis SWOT. Faktor internal dan eksternal yang digunakan dalam analisis SWOT adalah faktor dengan nilai skor lima tertinggi.

Setelah mendapatkan alternatif strategi dari matriks SWOT, disusun struktur hirarki. Setelah itu melakukan wawancara mendalam kepada para pakar. Pakar merupakan stakeholder industri minyak akar wangi yaitu anggota rantai pasok (petani, pengumpul akar, penyuling dan pengumpul minyak), Pemda Kabupaten Garut (Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi). Data dari pakar dianalisis menggunakan AHP.

3. Tahap ketiga merupakan tahapan terakhir berupa pembahasan, kesimpulan dan saran mengenai indentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi, analisis faktor internal dan ekstenal industri minyak akar wangi, serta rekomendasi alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Garut Jawa Barat, khususnya Kecamatan Samarang, Leles, Cilawu dan Bayongbong. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Juni 2011.

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia baik dari penelitian terdahulu, internet maupun sumber lain yang terkait. Data primer diperoleh dari wawancara kepada petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi,


(35)

pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut. Data sekunder diperoleh dari data statistik yang dimiliki Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Garut, artikel, literatur, penelitian terdahulu dan informasi lainnya yang terkait.

Metode pengumpulan data meliputi: a) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data dari internet, skripsi maupun penelitian terdahulu, jurnal, artikel dan literatur ilmiah.

b) Wawancara

Wawancara dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dengan berbagai pihak dalam rantai pasok minyak akar wangi untuk memperoleh gambaran mengenai sistem rantai pasok minyak akar wangi. Selain itu, wawancara dilakukan dengan menanyakan sudut pandang masing-masing pakar untuk menyusun strategi rantai pasok minyak akar wangi. Pihak-pihak yang diwawancara yaitu petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut. Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu kuesioner yang diisi oleh anggota rantai pasok yaitu petani, penyuling, pengumpul akar, dan pengumpul minyak untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak akar wangi. Kuesioner kedua dan ketiga diisi oleh pakar yaitu penyuling, petani, pengumpul minyak, Pemda Kabupaten Garut dan dosen IPB untuk menganalisis faktor internal dan eksternal dan pemilihan alternatif strategi.

Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi rantai pasok beisikan pertanyaan yang berkaitan dengan identitas pelaku rantai pasok meliputi nama, umur, pendidikandan alamat, aspek budidaya meliputi keikutsertaan dengan koperasi atau kelompok


(36)

tani, umur usaha, penggunaan pupuk, dan kepemilikan lahan, aspek pasca panen meliputi, aspek penyulingan meliputi mesin penyulingan yang digunakan, aspek pemasaran meliputi pola penjualan akar wangi atau minyak akar wangi, aspek keuangan meliputi semua biaya produksi, penyulingan dan harga jual dan aspek kemitraan dalam rantai pasok.

Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal berisikan pertanyaan untuk mengetahui mengetahui bobot dan skor tiap faktor dengan cara membandingkan tingkat kepentingan relatif masing-masing faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman dengan menggunakan pairwise comparison.

Kuesioner yang digunakan untuk pemilihan alternatif strategi rantai pasok berisi pertanyaan untuk mengetahui bobot relatif masing-masing elemen dalam hiararki AHP yang telah disususn sehingga dapat diketahui agregat bobot alternatif terhadap Ultimate Goalmelalui jaringan hirarki yang ada.

Tabel 2 menyajikan jenis, sumber dan metode pengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian.

Tabel 2. Jenis dan metode pengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian

No. Tujuan

Penelitian Jenis data

Metode pengumpulan

data

Sumber data 1. Menganalisis

rantai pasok minyak akar wangi

Data Primer dan sekunder

Wawancara responden, studi pustaka

Dinas perkebunan dan Perindustrian, buku, jurnal, penelitian terdahulu, anggota rantai pasok minyak akar wangi

2. Menganalisis faktor Internal dan eksternal rantai pasok minyak akar wangi.

Data Primer dan sekunder

Studi Pustaka, wawancara pakar

Penelitian terdahulu, petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut

3. Menentukan rumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi

Primer Wawancara pakar

Petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi,

pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut


(37)

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak akar wangi dilakukan dengan non probabilitas sampling dan probabilitas sampling. Non probabilitas sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel, namun menetapkan kriteria tartentu yang menjadi syarat anggota populasi tersebut menjadi sampel. Kriteria tersebut yaitu mereka harus berprofesi sebagai petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi dan pengumpul minyak akar wangi. Probability sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.

Pengambilan sampel dengan non probabilitas samplingdilakukan melalui dua cara yaitu snowball sampling dan purposive sampling. Snowball sampling yaitu mewawancarai responden yang berjumlahnya sedikit, kemudian mewawancarai responden lainnya berdasarkan rekomendasi atau informasi dari responden awal, terus-menerus sehingga jumlahnya bertambah banyak hingga informasi yang diperoleh dirasa cukup. Snowball sampling digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis rantai pasok minyak akar wangi.

Pengambilan sampel untuk dijadikan sebagai pakar untuk mengisi kuesioner analisis faktor internal dan eksternal dan kuesioner AHP dilakukan dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah cara pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, yaitu sampel ini memahami keadaan rantai pasok minyak akar wangi dengan baik. Sampel yang di ambil berasal dari tiga elemen yaitu akademisi (dosen), pemerintah daerah (Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut) dan pelaku usaha minyak akar wangi (petani, penyuling dan pengumpul minyak akar wangi).


(38)

Terdapat tujuh orang pakar yang mengisi kuisisoner analisi IFE EFE dan AHP yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak, Pemda Kabupaten Garut (Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi) dan akademisi (dosen IPB). Responden yang mengisi kuesioner untuk mengidentifiasi rantai pasok minyak akar wangi disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Responden Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi

Pekerjaan/Kecamatan Samarang Bayongbong Cilawu Leles Jumlah

Petani Akar Wangi 8 7 7 2 24

Penyuling 5 4 2 1 12

Pengumpul Akar

Wangi

- 2 - - 2

Pengumpul Minyak Akar Wangi

2 1 - - 3

Total 15 14 9 3

Probabilitas sampling dilakukan secara stratified random sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut, dalam penelitian ini strata tersebut adalah wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles.

3.6. Pengolahan dan Analisis

Pengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan kualitatif. Analisa deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi sistem rantai pasok minyak akar wangi. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang dominan mempengaruhi industri minyak akar wangi serta pembobotan untuk memilih alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi.

Penjelasan metode–metode tersebut adalah sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan metode statistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang


(39)

diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa menarik kesimpulan yang berlaku secara umum.

Data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui keadaan industri minyak akar wangi, mengidentifikasi rantai pasok minyak akar wangi, mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan tiap pelaku dalam sistem rantai pasok minyak akar wangi. Data disajikan dalam bentuk chart.

2. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE – EFE) a. Analisis Eksternal (Matriks Evaluasi Faktor Eksternal)

Analisis eksternal yang mempengaruhi kinerja rantai pasok minyak akar wangi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi serta digunakan pula model lima kekuatan Porter untuk menganalisis kondisi persaingan dalam industri yang sejenis. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi rantai pasok serta untuk melihat kemampuan rantai pasok dalam menghadapi perubahan lingkungan eksternalnya. Hasil dari analisis eksternal tersebut kemudian dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu matriks EFE, seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tabel Model matriks EFE

Critical Success Factors Bobot Rating Skor

Peluang

( Opportunities ) 1.

2.

Ancaman ( Threats ) Total

Sumber : David ( 2003 )

Tahapan membuat matriks EFE adalah sebagai berikut : 1. Membuat daftar critical success factors (faktor – faktor

utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha) untuk aspek eksternal yang mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats)


(40)

2. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors. Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor harus sama dengan 1,0.

3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor tersebut dimana skala yang digunakan adalah :

4 = responnya sangat bagus 3 = responnya diatas rata – rata 2 = responnya rata – rata

1 = respon dibawah rata – rata

4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk menentukan skor bobot

5. Menjumlahkan skor rata – rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total.

b. Analisis Internal ( Matriks Evaluasi Faktor Internal )

Analisis Internal industri minyak akar wangi dilakukan dengan menganalisis faktor internal industri minyak akar wangi yang mencakup kondisi keuangan, kegiatan operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia dalam sistem rantai pasok. Hal tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan industri minyak akar wangi. Hasil dari analisis internal tersebut kemudian dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu matriks IFE seperti yang terlihat pada Tabel 5.


(41)

Tabel 5. Tabel model matriks IFE

Critical Success Factors Bobot Rating Skor Kekuatan

(Strengths) 1.

2.

Kelemahan ( Weaknesses ) 1.

2. Total

Sumber : David ( 2009 )

Tahapan membuat matriks IFE adalah sebagai berikut :

1. Membuat daftar critical success factors (faktor–faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan) untuk aspek eksternal yang mencakup perihal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) 2. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors.

Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor harus sama dengan 1,0

3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor tersebut dimana skala yang digunakan adalah :

4 = responnya sangat bagus 3 = responnya diatas rata – rata 2 = responnya rata – rata 1 = respon dibawah rata – rata

Untuk kelemahan harus diwakili oleh skor 1 atau 2, dan untuk kekuatan harus diwakili skor 3 atau 4.

4. Kalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk menentukan skor bobot


(42)

5. Jumlahkan skor rata–rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total untuk setiap organisasi. 3. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunities, Threats)

Rangkuti (1997) menerangkan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis harus menganalisis faktor–faktor strategis perusahaan dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi.

SWOT menggambarkan empat kuadran. Kuadran 1 menggambarkan organisasi memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran 2 menggambarkan dimana organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal meskipun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi,

Kuadran 3 menggambarkan organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah – masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Ke empat kuadran tersebut digambarkan pada Tabel 6.


(43)

Tabel 6. Tabel Model SWOT

Internal Eksternal

Kekuatan ( Strengths ) 1.

2.

Kelemahan (Weaknesses) 1.

2. Peluang (Opportunities)

1. 2.

Strategi S-O Strategi W-O Ancaman (Threats)

1. 2.

Strategi S-T Strategi W- T

Sumber: Rangkuti (1997)

Alternatif strategi diperoleh melalui matriks SWOT maka seanjutnya dilakuakan pembobotan untuk memilih strategi mana yang akan diterapkan.

4. Analitical Hierarchy Process

Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan strategi menggunakan AHP:

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan.

Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan. Proses selanjutnya adalah pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives, dan scenario dalam struktur AHP nantinya. Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2. Membuat struktur hirarki sudut pandang manajerial secara menyeluruh.

Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari


(44)

tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut.

3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan

Matriks perbandingan berpasangan berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Tabel 7. menyajikan nilai skala banding berpasangan.

Tabel 7. Nilai skala banding berpasangan

Intensitas

pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu.

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu sangat

penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemenyang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih

penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin

menguatkan 9 Satu elemen mutlak lebih

penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin

menguatkan 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara dua

pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty, 1991

4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga.


(45)

Setelah matriks banding berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan penilaian antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Penilaian antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 7. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila Fi lebih

mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x) dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang mendominasi atau

kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj, maka digunakan

angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F24 memiliki

nilai 7, maka elemen F42adalah 1/7.

6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). a. Matriks Pendapat Individu (MPI)

MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij ,

yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 8.


(46)

Tabel 8. Matriks pendapat individu

X A1 A2 A3 An

A1 a11 a12 a13 a1n

A2 a21 a22 a23 a2n

A3 a31 a32 a33 a3n

An an1 an2 an3 ann

b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal

dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.

Tabel 9. Matriks pendapat gabungan

X G1 G2 G3 Gn

G1 g11 g12 g13 g1n

G2 g21 g22 g23 g2n

G3 g31 g32 g33 g3n

Gn gn1 gn2 gn3 gnn

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:

Gij= ∏ ( )...(1)

dengan : n = jumlah responden (pakar) aij(k) = sel penilaian setiap pakar

c. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat dihitung dengan rumus :

VP (vektor Prioritas) =

∑ ∏ ……….(2)


(47)

dengan :

aij= elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j n = jumlah elemen yang diperbandingkan d. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rumus untuk perhitungan konsistensi adalah sebagai berikut :

 CI (Indeks Konsistensi)

CI= ….………....(4)

dengan : CI = Indeks Konsistensi max = eigen valuemaksimum

n = jumlah elemen yang dibandingkan dimana:

max= ∑ ………...…..(5)  VB(Nilai Eigen) = ….…...…………..(6)

VA (Vektor Antara) = aijX VP ...…..…(7)

Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya (CR) yaitu:

 CR (Rasio Konsistensi)

CR= ..….…...……….(8)

Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR≤0,1. RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory, dari


(48)

matriks berorde 1 -15 dengan menggunakan sampel berukuran 100.

Tabel 10. Indeks acak

N 1 2 3 4 5 6 7

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32

N 8 9 10 11 12 13 14

RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57

Sumber : Fewidarto (1996) e. Merevisi judgement

Menurut Fewidarto (1996), apabila index konsistensi cukup tinggi dapat dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari deviasi maksimal RMS (Root Mean Square) dari barisan aij

dan merevisi judgement pada baris yang mempunyai nilai terbesar.

Maxi ∑ − ……….………(9)

Dari hasil perhitungan rumus di atas, dipilih elemen matriks yang memiliki selisih absolut terbesar dengan perbandingan bobotnya dan elemen aij tersebut diganti dengan wi/wj.

Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas, mengingat akan terjadinya distorsi pada jawaban sebenarnya.

Hasil penilaian struktur oleh pakar akan diolah dengan metode AHP untuk diketahui pembobotan pada setiap elemen hirarkinya. Hasil dari pengolahan tersebut adalah konsistensi dari jawaban responden dengan batas inkonsitensi ditetapkan 10 persen. Apabila ada penilaian pakar yang tidak konsisten maka harus direvisi dengan mencari deviasi RMS (Root Mean Square). Setelah Matriks Pendapat Individu (MPI) dinyatakan konsisten, akan dilakukan penggabungan matriks yang kemudian diukur kembali dengan pengolahan horisontal dan vertikal sesuai dengan mekanisme AHP.


(49)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai karakteristik tanaman akar wangi, keadaan usaha akar wangi di Indonesia, keadaan rantai pasok minyak akar wangi, analisis faktor internal dan eksternal usaha minyak akar wangi, perumusan dan rumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi.

4.1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi

Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk famili Gramine atau rumput-rumputan. Memiliki bau yang sangat wangi, tumbuh merumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak berwarna merah tua. Tangkai daun tersembul dari akar tinggal sampai mencapai 200 cm. Daun akar wangi berwarna kelabu, tampak kaku, panjangnya mencapai 100 cm dan tidak mengandung minyak. Bunganya berwarna hijau atau ungu. Cara memperbanyak dengan biji, memisahkan anak rumpun atau memecah akar tinggal yang telah bertunas (Mulyati dkk, 2009).

Tanaman akar wangi dapat ditanam dengan sistem monokultur maupun tumpang sari. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki ketinggian antara 500-1500 m diatas permukaan laut. Curah hujan yang cocok berkisar antara 1500-2500 mm setiap tahun, dengan suhu lingkungan 17-270C, dan derajat keasaman tanah (pH) sekitar 6-7. Tanaman ini cocok tumbuh di tanah berpasir (antsol) atau tanah abu vulkanik yang berada di lereng-lereng bukit. Pada jenis tanah tersebut akar akan menjadi panjang juga lebat, selain itu akar akan mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal. Sebaliknya pada tanah yang padat dan berat akan mengakibatkan akar sulit dicabut dengan sempurna dan rendemen yang dihasilkan akan rendah. Tanaman akar wangi dapat ditanam sepanjang tahun, namun waktu terbaik adalah musim penghujan.


(50)

4.2. Industri Akar Wangi Kabupaten Garut

Minyak akar wangi dari Indonesia telah dikenal di pasar dunia dengan nama Java vetiver oil. Minyak akar wangi indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak faktor penunjang. Faktor penunjang tersebut diantaranya adalah tanah dan iklim Indonesia yang cocok untuk pengembangan akar wangi, ketersediaan areal potensial, terbukanya peluang pasar lokal dan pasar ekspor, serta didukung oleh lembaga penelitian yang menyiapkan teknologi untuk peningkatan produktivitas, pengolahan hasil dan peningkatan mutu. Faktor-faktor penunjang ini menjadikan industri minyak akar wangi sangat prospektif untuk dikembangkan agar mampu menembus pangsa pasar domestik maupun luar negeri.

Minyak akar wangi merupakan bahan baku kosmetik, pewangi sabun, pembuatan parfum, dan obat-obatan. Tanaman akar wangi (vetiveria zizaniodes) berasal dari India, Birma, dan Srilangka. Tetapi tidak diketahui secara pasti sejak kapan tanaman akar wangi dibudidayakan di Indonesia. Sentra produksi bahan baku akar wangi di Indonesia tersaji pada Tabel 11. Tabel 11.Sentra produksi akar wangi di Indonesia

No Propinsi Jumlah Kabupaten Luas (Ha)

1 Jawa Barat 1 2500

2 Jawa Tengah 2 29

3 DI Yogyakarta 3 11

Jumlah 6 2540

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan dalamMulyati dkk (2009)

Tiga provinsi yang menjadi sentra produksi akar wangi di Indonesia. Sentra produksi yang berada di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta kurang mengalami perkembangan. Budidaya akar wangi di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta tidak difokuskan untuk menghasilkan minyak akar wangi, namun difokuskan untuk bahan kerajinan, sedangkan akar wangi di Jawa Barat difokuskan sebagai penghasil minyak akar wangi. Jawa Barat merupakan daerah penghasil akar wangi dengan luas lahan terluas di Indonesia yaitu 2400 Ha, sentra produksi akar wangi di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Garut.

Keputusan Bupati Kabupaten Garut Nomor : 520/SK. 196-HUK/96 tanggal 6 Agustus 1996 menetapkan luas areal perkebunan akar wangi dan


(51)

pengembangannya oleh masyarakat yaitu seluas 2.400 Ha. Namun, pada kenyataannya saat ini hanya 2.318 Ha areal perkebunana akar wangi yang tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Samarang seluas 1.141 Ha, Kecamatan Bayongbong seluas 112 Ha, Kecamatan Cilawu seluas 240 Ha, dan Kecamatan Leles seluas 750 Ha. Dalam setahun tercatat 2.318 Ha luas garapan perkebunan akar wangi yang memproduksi minyak sebanyak 75 ton, dengan rincian pada tabel 12:

Tabel 12. Luas lahan dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut

Kecamatan Luas (Ha) Produksi (Ton)

Cilawu 240 8,0

Bayongbong 112 3,7

Samarang 1.141 37,4

Pasirwangi 75 2,5

Leles 750 23,4

Jumlah 2.318 75,0

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten GarutdalamMulyati dkk (2009) Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten Garut (2010), kegiatan pengembangan akar wangi melibatkan 1.203 orang sebagai pemilik (Kepala Keluarga) dan 52.717 orang tenaga kerja. Mereka tergabung dalam 33 kelompok tani. Terdapat 9 kelompok tani di Kecamatan Samarang, 12 kelompok tani di Leles, 10 kelompok tani di Cilawu dan 2 kelompok tani di Bayongbong. Jumlah pengolah atau penyuling sebanyak 30 unit usaha yang tersebar di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi (11 unit usaha), Leles (12 unit usaha), Bayongbong (5 unit usaha), dan Cilawu (2 unit usaha).

Jepang, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India merupakan pasar luar negeri yang menyerap produk minyak akar wangi dari Garut (Mulyati dkk., 2009). Peluang ekspor untuk pemasaran minyak akar wangi juga masih cukup terbuka khususnya ekspor untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan. Saat ini hanya negara Tahitti dan Borbon juga sebagai pesaing utama minyak akar wangi Indonesia, yang mengembangkan jenis komoditas yang sama. Hasil produksi minyak akar wangi asal Kabupaten Garut termasuk mendominasi di pasar dunia tetapi produksinya masih sangat terbatas baik dalam teknologi maupun permodalannya. Pada tahun terakhir nilai penjualan ekspor komoditas minyak akar wangi adalah sebesar 25.750 kg senilai


(1)

Tabel 26. Bobot alternatif terhadap UG

Alternatif Strrategi Bobot Prioritas

Peningkatan mutu minyak akar

wangi 0,285

1

Peningkatan kualitas SDM 0,189 2

Penguatan aspek financial 0,174 3

Peningkatan kemitraan

diantara stakeholder 0,138

4 Meningkatkan produktivitas

akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru

0,123 5

Fasilitasi pemerintah 0,087 6

4.10. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, alternatif strategi yang paling baik untuk diterapkan adalah peningkatan mutu minyak akar wangi. Peningkatan mutu minyak akar wangi merupakan formulasi dari faktor kelemahan yaitu sistem produksi yang masih belum berorientasi kepada mutu dan faktor eksternal yaitu globalisasi perdagangan dunia dan munculnya negara pesaing. Mutu yang rendah menjadikan harga jual minyak akar wangi di tingkat pengumpul menjadi rendah, sehingga petani sulit mendapatkan pendapatan yang lebih baik, oleh karena itu mutu merupakan hal yang harus diperhatikan, ditambah lagi telah munculnya dengan adanya globalisasi dan bermunculannya negara pesaing yang menjadi kompetitor Indonesia di pasar internasional.

Kegitan kongkrit dari strategi ini adalah kegiatan penyuluhan dan pembimbingan dari kelompok tani yang disokong oleh pemerintah agar pola fikir petani berorientasi mutu, tidak hanya berorientasi pada pengembalian modal saja. Pemerintah juga hendaknya mengagendakan kegiatan yang mendukung peningkatan mutu minyak akar wangi seperti pelatihan GAP dan GMP yang berkesinambungan. Hal ini dilakukan agar petani memahami dengan baik manfaat dari penerapan GAP dan GMP dan menerapkan GAP dan GMP secara benar dan konsisten. Pada akhirnya petani akan merasakan


(2)

manfaatnya yaitu hasil panen yang bermutu dengan harga jual yang lebih tinggi.

Agar pelaksanaan strategi berjalan dengan efektif dan efisien, hendaknya dilakukan pola planning, organizing, actuating dan controlling

(POAC). Planning yaitu merencanakan rumusan strategi dengan baik sesuai kebutuhan di lapanga, selanjutnya diikuti pengorganisasian yang baik. Siapa saja pihak yang akan terlibat dalam strategi ini, kemudian strategi yang telah direncanakan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaannya harus ada kegiatan

controlling untuk menjaga agar strategi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Rantai pasok minyak akar wangi dapat diperpendek dengan cara melewati mata rantai pengumpul akar. Hal ini dilakukan agar petani bisa langsung menjual minyak yang diperoleh kepada penyuling atau menyuling sendiri akar yang telah ditanam kemudian dijual kepada pengumpul akar. Pemotongan mata rantai pasok ini akan membantu menghilangkan pembelian akar dengan sistem ijon yang sering dilakukan oleh pengumpul akar. Sistem ijon ini adalah penyebab utama kenapa petani sulit mendapatkan pendapatan yang lebih baik, sehingga pada akhirnya ketika sistem ijon dihapuskan akan membantu meningkatkan kesejahteraan petani.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Rantai pasok minyak akar wangi meliputi petani akar wangi, pengumpul akar minyak wangi, penyuling, pengumpul minyak akar wangi dan eksportir. Aliran barang terjadi melalui beberapa cara, ada petani yang langsung menjual hasil panennya kepada pengumpul akar, ada juga petani yang melakukan penyulingan terlebih dahulu baru kemudian menjual minyak hasil penyulingan kepada pengumpul minyak akar wangi. Minyak akar wangi yang terkumpul di pengumpul minyak akan disalurkan ke eksportir yang berada di Bogor dan Jakarta.

b. Analisis faktor internal dan eksternal (IFE dan EFE) menunjukan bahwa faktor kekuatan yang paling dominan adalah potensi wilayah penanaman masih cukup luas (0,917). Faktor kelemahan yang paling dominan adalah sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal. Kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi secara merata. Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan minyak akar wangi kasar (0,300). Faktor peluang yang paling dominan adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan (0,830). Faktor ancaman yang paling dominan adalah tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik (0,822).

c. Rumusan alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi adalah meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru (0,123), penguatan aspek finansial (0,174), peningkatan mutu minyak akar wangi (0,285), peningkatan kualitas SDM (0,189), peningkatan kemitraan diantara stakeholder (0,138) dan fasilitasi pemerintah (0,087). Alternatif strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah peningkatan mutu minyak akar wangi. Kegiatan kongkritnya bisa berupa penyuluhan oleh kelompok tani untuk merubah pola fikir petani menjadi berorientasi mutu. Pemerintah hendaknya mengagendakan kegiatan yang


(4)

mendukung peningkatan mutu minyak akar wangi seperti pelatihan GAP dan GMP yang berkesinambungan.

2. Saran

a. Peningkatkan daya saing minyak akar wangi membutuhkan sistem rantai pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Semua petani mulai dari proses budidaya, proses penyulingan harus mengikuti GAP dan GMP secara sehingga kualitas dan kuantitas minyak akar wangi yang dihasilkan bisa di tingkatkan secara maksimal. Namun dalam penerapan GAP dan GMP dibutuhkan modal usaha yang cukup besar, ditambah lagi beberapa permasalahn seperti penjual akar wangi hasil panen yang masih menggunakkan sistem ijon yang mengakibatkan pemerataan pendapatan diantara para pelaku rantai pasok yang rendah. Selain itu bisa melakukan

benchmarking terhadap pola penerapan GAP dan GMP di negara lain penghasil minyak akar wangi seperti Haiti.

b. Permasalahan-permasalahan yang ada ini tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak semata. Dibutuhkan kerjasama semua pihak baik yang berkecimpung langsung dalam sistem rantai pasok seperti petani, pengumpul, penyuling dan asosiasi petani penyuling maupun pihak yang tidak berkecimpung secara tidak langsung dalam sistem rantai pasok, seperti pemerintah, lembaga riset dan perguruan tinggi dan perbankan untuk secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang ada. Penguatan kelembagaan seperti koperasi dan Dewan Atsiri Daerah/ Nasional merupakan salah satu alternatif yang bisa diterapkan.

c. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari strategi yang diterapkan, sehingga akan ada lebih banyak masukan untuk menjadikan industri minyak akar wangi berkembang lebih baik.


(5)

sDAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat. 2011. Data Lahan Minyak Akar Wangi. Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopersi Kabupaten Garut, Jawa Barat. 2011. Data Produksi Minyak Akar Wangi. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopersi Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Anatan, L. dan Ellitan, L. 2008. Supply Chain Management, Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta.

Biro Pusat Statistik. 2009. Statistika Perdagangan Luar Negeri Indonesia. BPS. Jakarta

David, F. 2003. Strategic Management Concepts and Cases Ninth Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Fewidarto, P.D. 1996. Proses Hirarki Analitik (Analytical Hierarchy Process). Materi Kursus Singkat Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Heizer, J. dan B. Render. 2010. Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta.

Indrajit, R.E, Djokopranoto R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Kotler P dan K K L. 2007. Manajemen Pemasaran jilid 2. Indeks, Jakarta. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria

Majemuk. PT. Gramedia. Jakarta.

Marimin dan N. Magfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keptusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.

Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Sebagai Alat Perumusan Strategi. PT. Indeks, Jakarta.

Mulyati H, M.S. Rusli, Setiawan A. 2009. Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB.

Porter, M.E. 1995. Strategi Bersaing. Erlangga, Jakarta.

Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya. Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Saaty, T. L. 1991. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks (Terjemahan). PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Siagian Y.M. 2005. Aplikasi Suplply Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Grasindo, Jakarta.


(6)

Tutuarima, T. 2009. Rekayasa Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi Dengan Peningkatan Tekanan Dan Laju Uap Bertahap. Tesis Pascasarjana IPB.

Umar, H. 2008. Management Strategic in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.