SIZE REDUCTION Pengecilan ukuran yaitu mereduksi dore bullion Au-Ag alloy PARTING, yaitu proses untuk memisahkan emas dengan perak dan logam dasar dari dore MELTING. Untuk mendapatkan logam emas, endapan bullion emas High Au Bullion

2. SIZE REDUCTION Pengecilan ukuran yaitu mereduksi dore bullion Au-Ag alloy

yang masih berukuran besar menjadi butiran-butiran kecil, sebelum diproses ke tahap parting. Idealnya besaran butiran sekitar diameter 2-3 mm dengan kadar emas 25atau kurang. Bila perlu dilakukan Quartering, yaitu menurunkan kadar emas dengan penambahan yang tepat dari tembaga atau perak agar tercapai kadar emas 25. Proses ini dilakukan berdasarkan proses perlakuan kimia untuk bahan fase padat yang umumnya sangat dipengaruhi oleh luas permukaan dari bahan padat tersebut. Semakin luas permukaannya, maka perlakuan kimia akan semakin baik. Dimana luas permukaan dari suatu bahan padat berhubungan erat dengan ukuran dari bahan tersebut, artinya semakin kecil ukuran dari bahan padat, maka permukaannya akan semakin luas.

3. PARTING, yaitu proses untuk memisahkan emas dengan perak dan logam dasar dari dore

bullion Au-Ag alloy dengan larutan asam nitrat HNO 3 . Dipasaran kita dapat temukan asam nitrat kadar 68. Hasil setelah perebusan terakhir, endapan yang ada sudah halus dan berwarna coklat seperti bubuk kopi. Endapan ini merupakan bullion emas High Au Bullion dengankadar emas mencapai 98, untuk hasil lebih baik dapat diproses dengan Aqua Regia agar dapat diperoleh kadar hingga 99.6. Sedangkan air hasil bilasan yang ditampung diember dilanjutkan pada proses hydrometalurgi untuk diambil peraknya.

4. MELTING. Untuk mendapatkan logam emas, endapan bullion emas High Au Bullion

selanjutnya dilebur dengan penambahan borax Na 2 B 4 O 7 •10H 2 O . Tujuan pemakaian borax di sini adalah selain untuk mengikat kotoran yang masih ada, juga untuk menahan bullion agar tidak beterbangan saat terkena hembusan dari blander nantinya. Setelah bullion dilebur akan tampak menggumpal seperti gumpalan di dasar kowi. Biarkan dingin dahulu beberapa detik hingga membeku sebelum dicongkel. Bila menginginkan emas berwarna kuning mengkilat, caranya : dimasak dalam panci yang dipanaskan hingga dua kali proses pemasakan dengan larutan yang terdiri dari : · Salpeter sendawa, dapat menggunakan kalium nitrat KNO 3 atau kalsium nitrat CaNO 3 2 sebanyak 2 · Tawas sebanyak 1 , · NaCl sebanyak 1 , · Air Assaying dengan Aqua Regia Sebelum dilakukan proses pengolahan emas dalam sekala ekonomi tentu diperlukan langkah praproduksi melalui kajian yang mendalam dari berbagai aspek. Salah satu kajian yang perlu dilakukan yaitu menguji kandungan mineral dari bijih batuan yang akan diolah. Ekstraksi emas secara ekonomi dapat diperoleh dari nilai biji emas sekecil 0,5 gr1.000 kg 0,5 ppm rata-rata dengan mudah digali, nilai biji emas khas dalam galian terowongan terbuka yakni 1,5 gr1.000 kg 1 – 5 ppm , nilai biji emas dalam tanah atau galian batu paling tidak 3 gr1.000 kg 3 ppm . Namun untuk dapat melihat emas dengan mata telanjang biasanya dibutuhkan nilai biji emas 30 gr1.000 kg 30 ppm , oleh karenanya emas tidak akan terlihat dalam kebanyakan galian emas. Saat ini, tersedia banyak pilihan yang canggih untuk menganalisa sampel batuan dan mineral. Tergantung pada hasil yang diperlukan, teknik seperti polarized cahaya dan elektron mikroskopi; difraksi x-ray, dan analisis kimia menggunakan berbagai metode spectrometric. Polarizing mikroskopi adalah metode terbaik untuk mengidentifikasi dan memeriksa mineral. Dengan metode ini dapat diketahui informasi mengenai tekstur, struktur dan mineralogi dari sampel. Ini adalah informasi yang digunakan selama pertambangan dan pencarian. Selain itu dapat pula menggunakan metode assaying, yaitu analisis kimia untuk mengetahui kandungan emas atau mineral dari sampel batuan. Untuk mendapatkan analisa yang detail perlu menggunakan teknik analisis terbaru seperti Fire Assay, Atomic Absorption Spectrometry AAS , Induced Coupled Plasma IC , dan massa spectrometry. Di bawah ini dijelaskan metode assaying yang sederhana dan murah, namun memiliki sensifitas yang cukup memadai, yaitu menggunakan Aqua Regia. Untuk menguji kandungan emas dalam biji batuan sbb. : 1. Batuan sample dihaluskan hingga 200 mesh, dibutuhkan sample dari pit untuk grade control sebanyak 50 gr sedangkan sample dari process plant yang berupa konsentrat sebanyak 20 gr. 2. Dengan menggunakan gelas ukur, buat Aqua Regia yaitu campuran 3 bagian HCL atau 4 bagian Muriatic Acid ditambah 1 bagian HNO 3 , sebanyak 4 sd 5 kali volume batuan sample. 4 sd 5 ml Aqua Regia per gram material . 3. Siapkan aquadest dalam labu erlenmeyer. 4. Tuang dengan hati-hati Agua Regia ke dalam labu erlenmeyer yang berisi aquadest . Komposisi aquadest dengan Aqua Regia adalah 1 : 1, tujuannya agar Aqua Regia tidak terlalu bau namun masih cukup reaktif. 5. Panaskan Aqua Regia dengan suhu antara 85 sd 90 C. 1. Masukkan sedikit demi sedikit batuan yang telah dihaluskan tadi ke dalam Aqua Regia sambil amati reaksi yang muncul dan biarkan minimal 30 menit. Reaksi pelarutan emas dengan aqua regia : Au + 3HNO 3 + 4HCl = HAuCl 4 + 3NO 2 + 3H 2 O 2. Setelah didinginkan, saring untuk memisahkan larutan Aqua Regia dengan endapan. 3. Untuk menguji ada tidaknya kandungan emas, diteteskan Premixed ? dapat dibuat sendiri dengan menggunakan 5 Stannous Chloride Tin Chloride SnCl 2 yang dilarutkan dengan 95 HCL pada endapan hasil penyaringan, bila berwarna ungu disebut Purple of Cassius berarti ada emasnya.Stannous Chloride SnCl 2 merupakan reagen untuk mengetes emas yang sangat sensitif, dan mampu mendeteksi hingga 10 ppb. 1. Untuk menetralkan residu HNO, tambahkan Urea [ CONH 2 2 ] ke dalam Aqua Regia yang telah disaring, reaksinya : 6 HNO 3 + 5CONH 2 2 = 8N 2 + 5CO 2 + 13H 2 O Caranya masukkan Urea sedikit demi sedikit sampai reaksi gelembung putihnya habis. Dari reaksi ini akan membuat asam nitrat menjadi netral dan kondisi pH berubah dari 0,1 menjadi pH 1,0. 2. Masukkan Natrium Bisulphite dan amati reaksinya. Secara teori, setiap satu gram emas membutuhkan 1,89 gram Natrium Bisulphite. Namun, harus ditambahkan lebih banyak, sekitar 1,5 kali lagi. 2HAuCl 4 + 2NaHSO 3 = 2Au + 4HCl + Na 2 SO 4 + SO 2 Tunggu sekitar 30 menit, bila ada Presipitat endapan lumpur warna hitam kecoklatan, buang larutannya hingga tersisa Presipitat saja dengan cara disaring lalu dibilas dengan destilled water. Reagen alternatif untuk mengganti Natrium Bisulphite adalah Sodium Metabisulfide SMB , Oxalic Acid, belerang, dan Sulphur Dioxide atau Copperas Ferrous Sulphate . 3. Selanjutnya tuang larutan amonia 30 ml Aqua Amonia dilarutkan dalam 100 ml air perlahan-lahan ke Presipitat sampai pH 8. Anda akan mendapatkan endapan yang disebut Gold Fulminating. Hati-hati dengan fulminan, jangan sampai kering karena Highly Explosive, Bahaya 4. Cuci Presipitat untuk menghilangkan kelebihan amonia. Cuci beberapa kali sampai pH mencapai dekat 7. 5. Presipitat hasil bilasan tinggal dilebur untuk membentuk bullion emas. CARBON IN PULP C.I.P. Dewasa ini, penyerapan dengan menggunakan karbon aktif banyak digunakan dalam proses sianidasi pada skala industri pertambangan besar maupun pertambangan rakyat di Indonesia, khususnya pengolahan emas dengan Metode CARBON IN PULP .Pengolahan emas dengan Metode CARBON IN PULP CIP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1951, namun baru populer pada tahun 1973 setelah metode ini dipakai oleh Homestake Minning Co.s plant di Lead, Dakota Selatan, USA. Kemudian menyebar luas ke negara- negara Andino negara-negara yang terletak di kawasan pegunungan Alpen seperti Peru, Chili, Equador, Columbia, Venezuela dan menyebrang ke beberapa negara Afrika.Di Asia, penggunaan metode ini secara kecil dimulai di Filipina awal tahun 1980an yang kemudian diadopsi di Indonesia Sulawesi Utara sekitar akhir 1999. Mengolah emas dengan metode CIP didasarkan kenyataaan bahwa emas dapat membentuk senyawa kompleks dengan sianida. Proses tahap awalnya, emas yang masih berupa ore bijih ditambang pada suatu lokasi penambangan. Ore tersebut selanjutnya dihancurkan hingga halus kemudian dicampur dengan air disebut pulp . Pulp lalu dimasukan ke dalam tangki agitator, dan ditambahkan sianida ke dalamnya. Sianida inilah yang akan membentuk senyawa kompleks emas-sianida yang nantinya akan diserap oleh karbon aktif. Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa, maupun arang kayu atau batu bara. Yang paling banyak dipakai adalah karbon aktif granular dari arang batok kelapa. Untuk kualitas baik, setiap kg karbon aktif memiliki daya adsorbsi emas hingga 8 – 16 g, namun kualitas karbon aktif yang tersedia dipasaran rata-rata hanya mampu mengadsorpsi berkisar 2 – 5 g emas untuk setiap kg-nya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proses C.I.P. Proses pelindian dengan sianida atau proses carbon in pulp CIP dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Sianidasi . Pelarut yang biasa digunakan dalam proses sianidasi adalah Sodium Cyanide NaCN , Potassium Cyanide KCN , Calcium Cyanide [CaCN 2 ], atau Ammonium Cyanide NH 4 CN . Namun pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Konsentrasi sianida jika terlalu rendah reaksinya tidak optimum sehingga emasnya tidak terlarut menjadi emas-sianida. Jika terlalu tinggi akan bereaksi terhadap logam lain sehingga emas tidak banyak terserap oleh karbon aktif. Selain itu gunakan jenis sianida yang baik. Sianida dapat bereaksi dengan unsur selain emas,seperti tembaga, besi, perak, dan merkuri. Ketika sianida bereakasi dengan zat tersebut, maka akan mengurangi sianida yang tersedia untuk melarutkan emas. Sehingga terkadang diperlukan sianida yang lebih banyak untuk melarutkan. Bijih tembaga dengan mineral seperti malachite dan azurite menyebabkan masalah besar karena mineral tersebut bereaksi dengan cepat dengan sianida. Oleh karenanya, perlu dijaga kebutuhan ideal free cyanide. Free cyanide bukanlah cyanide consumtion jumlah sianida yang dipakai tetapi sianida yang masih bebas belum terikat dengan mineral lain dan belum berubah menjadi Sodium Thiocyanate NaSCN . Untuk itu perlu diketahui berapa free cyanide CNF , total cyanide CNT , dan Sodium Thiocyanate-nya NaSCN . Metode paling umum dipakai adalah dengan menggunakan titrasi AgNO 3 di mana reaksi yang terjadi adalah : 2KCN + AgNO 3 → τgKCN 2 + KNO 3 2NaCN + AgNO 3 → τgNaCN 2 + NaNO 3 Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penggunaan metode titrasi free cyanide CNF , total cyanide CNT , dan Sodium Thiocyanate-nya NaSCN silahkan klik di sini .

1. Alkalinity pH tinggi