menaikkan kelarutannya dalam air dan membentuk tekstur yang lebih lunak.
Menurut Muchtadi et al., 1988 tekstur yang dibentuk dari proses ekstrusi dipengaruhi oleh kondisi pemotongan di dalam ulir pengekstrusi
dan di dalam cetakan, jenis bahan mentah juga membutuhkan waktu dan suhu untuk menyusun molekul-molekul dengan ikatan-ikatan kimia yang
saling bersilang. Selain itu, tekstur produk ekstrusi tergantung pula pada distribusi ukuran sel dan ketebalan dinding sel. Reologi pelelehan produk
memiliki efek signifikan pada tekstur produk akhir. Properti reologi titik leleh dapat dikontrol dengan formulasi, suhu, kelembaban dalam laras,
kecepatan dan desain ulir serta desain cetakan die. Interaksi antara karbohidrat, protein, lemak memiliki efek terhadap reologi dan tekstur
produk. Tekstur produk juga dipengaruhi oleh desain die, dan perlakuan pasca ekstrusi seperti pengeringan dan pembakaran. Analisis tekstur dapat
dilakukan menggunakan alat atau instrumen seperti instron, LFRA Texture Analyzer, dan Stable Micro System TA.XT Texture Analyzer.
F. MAKANAN RINGAN SNACK FOOD
Makanan ringan merupakan terjemahan langsung dari snack food adalah makanan yang dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama
dalam sehari. Makanan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama tersebut bersifat ringan dan tidak mengenyangkan. Oleh karena itu,
makanan ini biasa juga disebut snack, yang berarti sesuatu yang dapat mengobati kelaparan dan memberikan suplai energi yang cukup untuk
tubuh. Saat ini, makanan ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada kalangan anak-
anak dan remaja. Muchtadi et al., 1988 menyatakan bahwa snack merupakan makanan ringan yang dikonsumsi dalam waktu antara ketiga
makanan utama dalam sehari. Jenis makanan ringan sangat beragam dilihat dari segi bentuk maupun
cara pengolahan dan penyajiannya. Berdasarkan bahan baku yang digunakannya, makanan ringan bisa dibedakan menjadi dua macam.
Kelompok pertama yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan satu bahan baku utama seperti jagung dan beras. Makanan ringan jenis ini
biasa ditambahkan bahan pecita rasa seperti garam, gula, dan bumbu lain. Kelompok kedua yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan
bahan baku dan bahan tambahan lain yang dicampur untuk memperoleh produk yang mempunyai nilai gizi yang baik, daya cerna dan mutu fisik
atau organoleptik yang lebih tinggi. Campuran dari beberapa sumber pati seperti gandum, jagung, beras, bahkan dicampur pula dengan kacang-
kacangan dan lainnya. Matz 1984 menambahkan makanan ringan dapat pula ditambah dengan kalsium dan fosfor untuk meningkatkan kandungan
gizi, biasanya yang sering ditambahkan adalah trikalsium fosfat. Menurut Harper 1981, makanan ringan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok. Kelompok pertama adalah makanan ringan konvensional seperti keripik kentang, keripik singkong, dan crackers. Kelompok kedua dibuat
lewat ekstrusi dengan berbagai bentuk sederhana dan tambahan flavor, contohnya cheese ball. Kelompok ketiga adalah makanan ringan yang
setelah mengalami proses ekstrusi masih butuh pengolahan lanjutan, contohnya onion ring.
G. PRODUK HASIL EKSTRUSI