MODIFIKASI PATI DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT

10 pemasakan, suhu pemanasan, dan kandungan uap air akan meningkatkan jumlah pati yang tergelatinisasi di dalam produk pangan. Pada nasi, hal ini secara langsung berpengaruh terhadap karakteristik fisik seperti berkurangnya kohesivitas, tidak memiliki kecenderungan untuk menggumpal, lebih lengket dan lebih tegar Robert et al., 1954

C. MODIFIKASI PATI DENGAN HEAT MOISTURE TREATMENT

HMT HMT merupakan proses pemberian kondisi panas terhadap pati pada suhu di atas suhu gelatinisasi pati 80-120 o C dalam kondisi kandungan air terbatas 35 yang lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mengalami gelatinisasi Collado et al., 2001. Proses HMT yang dilakukan secara fisik diunggulkan lebih alami dan aman dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan bahan kimia. Energi yang diterima selama pemanasan dapat melemahkan ikatan hidrogen inter dan intra molekul amilosa dan amilopektin di dalam granula pati. Kondisi ini memberikan peluang kepada air untuk mengimbibisi granulasi pati. Jumlah air yang terbatas menyebabkan pergerakan maupun pembentukan interaksi antara air dan molekul amilosa atau amilopektin menjadi terbatas sehingga tidak menyebabkan peningkatan kelarutan pati di dalam air selama pemanasan. Keberadaan air yang terbatas tersebut tidak membuat pati mengalami gelatinisasi. Hal ini ditunjukkan dengan masih terjaganya integritas granula pati termodifikasi HMT Vermeylen et al., 2006. Hasil penelitian Herawati 2009 menunjukkan bahwa pati sagu termodifikasi HMT masih mempunyai struktur semi kristalin dan belum mengalami gelatinisasi. Walaupun terlihat adanya perubahan sifat birefringence , namun di sekitar daerah maltose cross masih tampak membentuk warna biru kuning yang menandakan integritas granula masih terjaga. Hal ini menunjukkan bahwa pada granula pati termodifikasi HMT masih terdapat sifat birefringence. Perlakuan modifikasi pati dengan HMT mampu memperbaiki karakteristik fisik pati alami yang ditandai dengan peningkatan kisaran suhu 11 gelatinisasi, perubahan karakteristik termal pati pelebaran atau penyempitan kurva DSC endotermik serta perbaikan kemampuan pengembangan volume granula pati serta kelarutan pasta pati Collado dan Corke, 1999. Hal ini berimplikasi langsung terhadap perbaikan sifat daya cerna pati, kadar pati resisten maupun kadar serat pangan Sievert dan Pomeranz, 1989. Sejumlah perubahan struktur terjadi selama proses HMT pada granula pati, termasuk: i pembentukan formasi kristal baru danatau reorientasi kristal Donovan et al., 1983; ii konversi pati tipe-B menjadi tipe A + B Sair dan Fetzer, 1944; Sair, 1967; Kulp dan Lorenz, 1981; Lorenz dan Kulp, 1982; Stute, 1992; Donovan et al., 1983; iii peningkatan asosiasi antar komponen-komponen pati amilosa-amilosa, amilosa-lemak, danatau amilosa-amilopektin Hoover dan Vasanthan, 1994; Hoover dan Manuel, 1996; dan iv konversi amilosa tidak beraturan menjadi bentuk heliks Banks dan Greenwood, 1975. Besarnya perubahan-perubahan ini juga dipengaruhi oleh kelembaban selama perlakuan pemanasan selain dipengaruhi oleh sumber patinya. Pengaruh HMT terhadap sifat-sifat yang telah disebutkan berkaitan dengan interaksi antar beberapa faktor berikut: i perubahan struktur pada daerah kristal dan amorphous dari granula pati; dan ii modifikasi fisik pada permukaan granula pati, yang terjadi selama HMT berjalan Sair dan Fetzer, 1944; sair, 1967; Donovan et al., 1983; Hagiwara et al., 1991; Stute, 1992; Franco et al., 1995. HMT pada kelembaban 18-30 dan suhu 100 o C telah dibuktikan dapat merubah sifat fisiko-kimia seperti pelarutan amilosa, kepasitas pengembangan, pola dan intensitas difraksi X-ray, kerentanan terhadap serangan enzim atau asam jagung normal, jagung berlilin, jagung tinggi amilosa, gandum, oat, barley, kentang, ketela, kacang polong dan pati laird lentil Lorenz dan Kulp., 1981, 1982; Kulp dan Lorenz, 1981. Collado et al. 2001 menunjukan bahwa substitusi pati ubi jalar HMT sebesar 100 dapat meningkatkan kekerasan bihun dari 156 g native menjadi 289 g 100 pati HMT. Penelitian yang dilakukan Lorlowhakarn dan Naivikul 2006 menunjukkan bahwa waktu dan suhu pemanasan dari 12 modifikasi HMT memengaruhi pasting properties , swelling power , dan kelarutan dari pati HMT yang dihasilkan. Substitusi pati beras HMT dalam pembuatan bihun beras meningkatkan elatisitas untaian bihun. Hormdok dan Noomhorm 2007 membandingkan karakteristik bihun yang dibuat dari pati beras alami, pati beras annealing dan pati beras HMT. Bihun yang terbuat dari pati beras HMT memiliki tingkat kekerasan, kohesivitas, dan tensile strength paling tinggi, serta nilai KPAP paling rendah dibandingkan dengan bihun beras yang terbuat dari pati beras lainnya. Hasil penelitian Herawati 2009 juga menunjukan adanya peningkatan kekuatan gel pati secara signifikan pada pati sagu yang diberi perlakuan HMT selama 4 jam dengan perlakuan pencucian. Proses HMT dapat merubah profil gelatinisasi pati sagu dari tipe A menjadi tipe B. Penggunaan pati sagu termodifikasi HMT sebagai bahan baku bihun sagu dapat meningkatkan kualitas bihun sagu yang dihasilkan, yaitu peningkatan kekerasan, penurunan kelengketan, peningkatan elastisitas, dan penurunan nilai KPAP bihun sagu yang dihasilkan Purwani et al., 2006.

D. BIHUN