75
tanda bahwa sumberdaya alam tertentu sedang di tutup atau di sasi untuk semua orang.
Pada saat ini pemberlakukan sasi semakin longgar. Faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah semakin tingginya permintaan
sumberdaya laut yang diikuti dengan tingginya harga komoditas. Dalam pelaksanaan sasi tidak terdapat sanksi tertulis bagi pelanggar aturan. Meskipun
demikian, masyarakat sekitar mempercayai bahwa orang yang melanggar sasi akan terkena musibah sakit keras. Cara pengobatan bagi pelanggar sasi harus
dilakukan dengan pengakuan dosa dan pengampunan melalui gereja.
5.2 Pengelolaan Perikanan Karang di Kepulauan Ayau
Penilaian status keberlanjutan pengelolaan perikanan karang dilakukan dengan menggunakan 5 indikator, yaitu 1 ekologi, 2 Sosial-kemasyarakatan,
3 Teknologi, 4 Ekonomi dan 5 Kelembagaan. Masing-masing parameter diderivasikan menjadi atribut-atribut yang akan menentukan tingkat keberlanjutan
dari pengelolaan perikanan karang.
5.2.1 Penilaian Indikator Pengelolaan Perikanan Karang 1 Indikator ekologi
§ Status penangkapan
Hasil pendugaan potensi terhadap dua jenis komoditas ikan karang dominan yaitu napoleon dan kerapu menunjukkan bahwa potensi ke dua ikan
tersebut tiap tahunnya mencapai 10.347,1097 kg dan 30.063,0867. Kisaran tangkapan selama kurun lima tahun terakhir untuk napoleon adalah 2.300-
8.005 kg. Tingkat pemanfaatan maksimum napoleon terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 77,36 . Tingkat pemanfaatan sumberdaya ini masih dibawah
Total Allowable Catch yang besarnya 8227,6878 kgtahun Jumlah tangkapan kerapu setiap tahun berkisar antara 11.941-25.060
kg selama kurun waktu tahun 2000-2004. Kuantitas tangkapan kerapu yang diperoleh tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pemanfaatan maksimum
dari sumberdaya telah mencapai 83,36 atau melebihi Total Allowable Catch TAC ikan kerapu yang besarnya 24.050,47 kg.
Berdasarkan parameter nilai, status penangkapan perikanan karang di Kepulauan Ayau diberi nilai 1 satu yang berarti status penangkapannnya
sudah mendekati bahkan melebihi TAC namun belum mencapai titik MSY.
76
§ Ukuran ikan tangkapan
Ikan karang yang menjadi target penangkapan nelayan umumnya adalah komoditas yang memiliki nilai ekonomis penting. Untuk kepentingan
pemasaran, ukuran ikan yang dapat dijual dibatasi pada kelas ukuran tertentu dengan berat mulai 300 gram. Berdasarkan pengukuran panjang ikan yang
dilakukan, diketahui bahwa untuk bobot ikan sebesar 300 gram, panjang ikan mencapai 15-20 cm. Prosentase tangkapan ikan berukuran kecil baby
dengan yang berukuran besar super 500 gram untuk komoditas kerapu dan napoleon adalah 46,66 berbanding 53,34 . Berdasarkan
perbandingan prosentase tersebut maka untuk parameter ukuran ikan tangkapan diberi nilai 1 yang berarti rata-rata ukuran ikan yang tertangkap
relatif sama dengan ukuran ekonomis.
§ Keragaman ikan yang tertangkap
Variasi jenis ikan karang yang ditangkap oleh nelayan di Kepulauan Ayau relatif kecil. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil tangkapan ikan
karang, persentase tangkapan ikan kerapu mencapai 55,52 dan ikan napoleon sebesar 21,06 . Kedua jenis ini digolongkan sebagai hasil
tangkapan target target spesies. Untuk tangkapan ikan non target persentase tangkapan hanya sebesar 17, 43 . Spesies ikan yang tergolong
tangkapan non-target antara lain pari Dasyatis sp dan kakatua Chaerodon sp, serta berbagai spesies ikan hias laut seperti bidadari Pomacanthus
dan kepe-kepe Chaetodon sp. Merujuk pada sistem nilai indikator dengan mempertimbangkan pengamatan yang ada maka untuk indikator ini diberi
nilai 1 yang berarti tangkapan non target sedang.
§ Ikan yang dibuangtidak dimanfaatkan
Hasil tangkapan ikan karang yang diperoleh nelayan, umumnya dijual dalam bentuk hidup kepada pedagang plasma. Ikan-ikan yang tidak
memenuhi kriteria ekonomis maupun yang berasal dari spesies -spesies lain selain dua spesies utama biasanya diperuntukkan untuk konsumsi keluarga.
Jika jumlahnya berlebih maka dilakukan pengolahan terhadap ikan-ikan tersebut dalam bentuk ikan asin maupun ikan asap. Penilaian kuantitatif
terhadap presentase jumlah ikan yang tidak dimanfaatkanatau dibuang selama proses penangkapan ikan sulit ditetapkan. Hanya saja jika mengacu
pada penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah ikan yang
77
dibuang sangat sedikit. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka nilai kriteria bagian ini adalah 2 dua. Artinya jumlah ikan yang dibuang sangat sedikit
berkisar antara 0-10 .
§ Kualitas lingkungan
Penilaian tingkat kerusakan lingkungan didekati dengan menggunakan parameter hasil wawancara dengan informan dan dibandingkan dengan hasil
analisis visual dan digital dari citra satelit Landsat_TM tahun 2001. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden mengatakan bahwa
kondisi perairan karang di Kepulauan Ayau masih dalam kondisi baik setidaknya jika dibandingkan dengan kondisi karang pada awal dekade 90-
an. Hasil analisis citra satelit serta pengamatan langsung dengan menggunakan metode manta tow juga menunjukkan hal yang serupa.
Meskipun secara umum kondisi perairan karang di wilayah kajian masih tergolong baik namun ditemukan adanya bukti kerusakan karang yang
diakibatkan pemakaian bahan peledak dan potasium dalam penangkapan ikan serta pengambilan karang oleh penduduk untuk pembangunan rumah.
Berdasarkan gambaran tersebut maka nilai indikator kualitas lingkungan adalah 1 yang berarti ada bukti kerusakan lingkungan.
2 Indikator teknologi § Lama trip
Lama trip penangkapan ikan karang yang dilakukan nelayan di Kepulaun Ayau sangat variatif tergantung pada jenis kapal yang digunakan,
besarnya perbekalan dan jumlah tangkapan yang telah diperoleh. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa lama trip
setiap operasi penangkapan berkisar antara 1-6 hari. Perahu layar umumnya memiliki trip penangkapan selama satu hari one day fishing, sedangkan
perahu katinting memiliki trip penangkapan antara 2 sampai 3 hari. Adapun untuk kapal jonson, lama trip penangkapan berkisar antara 3-6 hari.
Kegiatan penangkapan ikan karang banyak dilakukan dengan menggunakan kapal jenis katinting dan jonson terutama yang mengoperasikan alat akar
bore, potasium dan pancing tonda. Secara rata-rata lama trip kegiatan penangkapan ikan yang dianalisis berkisar antara 3-4 hari. Oleh sebab itu
dalam skala penilaian indikator lama trip diberi nilai 1.
78
§ Fishing base
Komoditas ikan karang merupakan komoditas ekomomis tinggi yang memiliki orientasi ekspor. Ikan-ikan tersebut umumnya dibutuhkan dalam
bentuk hidup. Mekanisme perdagangan yang berjalan selama ini adalah nelayan langsung menjual hasil tangkapan yang diperoleh kepada plasma di
lokasi penangkaran ikan yang dimiliki. Selain itu plasma juga acap kali datang langsung kepada nelayan untuk membeli hasil tangkapan yang
mereka peroleh. Fasilitas pendaratanlokasi khusus untuk mendaratkan hasil tangkapan tidak ada. Berdasarkan gambaran tersebut maka penilaian
terhadap parameter ini diberi nilai 0 yang berarti tidak ada tempat pendaratan khusus.
§ Penanganan ikan sebelum di jual
Pada indikator ini, kegiatan penangkapan ikan karang di Ayau di beri nilai 0 yang berarti ikan yang ditangkap oleh nelayan langsung di jual ke
plasma. Umumnya nelayan tidak memelihara ikan hasil tangkapan di dalam keramba karena fasilitas tersebut telah dimilki oleh plasma. Berdasarkan
pengamatan, setiap plasma yang berbasis di Ayau memilki keramba yang ditempatkan di tengah laut.
§ Penanganan ikan di atas kapal
Ikan karang khususnya napoleon C. undulatus dan kerapu Epinephelus sp dibutuhkan dalam bentuk hidup. Komoditas yang telah mati
memilki harga yang rendah bahkan tidak laku dijual sehingga hanya dimanfaatkan untuk konsumsi maupun diolah menjadi ikan asin. Berkaitan
dengan hal tersebut nelayan di Kepulauan Ayau umumnya menempatkan hasil tangkapan mereka di dalam tangki-tangki hidup yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Melihat realitas tersebut maka secara nilai maka kegiatan penanganan ikan di atas kapal diberi nilai 2. Nilai tersebut mengindikasikan
bahwa proses penanganan ikan di atas kapal berlangsung dengan sangat baik.
§ Alat Tangkap
Eksploitasi sumberdaya ikan karang di Kepulauan Ayau dilakukan dengan menggunakan tujuh metode penangkapan. Dari ke-tujuh metode tersebut
tiga diantaranya bersifat pasif, yaitu: 1 pancing ulur, 2 bubu dan 3 jaring insang dasar. Secara umum mayoritas nelayan di wilayah ini lebih dominan
79
menggunakan metode penangkapan yang bersifat aktif di bandingkan yang pasif. Hasil perhitungan terhadap upaya penangkapan masing-masing alat
selama periode 2000-2004 menunjukkan bahwa persentase jumlah nelayan yang menggunakan alat tangkap aktif sebesar 66,99 atau setara 29.294
trip. Adapun jumlah trip penangkapan alat tangkap pasif sebesar berjumlah 14.436 trip 33,01 . Berdasarkan prosentase tersebut maka secara nilai
indikator alat tangkap adalah 0.
§ Selektivitas alat tangkap
Nilai indikator selektivitas alat adalah 1. Nilai tersebut berarti ada upaya yang dilakukan oleh nelayan untuk meningkatkan selektivitas alat yang
dimilki. Upaya meningkatkan selektivitas alat tangkap dominan dilakukan pada metode pengoperasian alat sedangkan peningkatan selektivitas alat
melalui modifikasi konstruksi alat belum pernah dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan diketahui bahwa nelayan dalam mengoperasikan
alat tangkap melakukan pemilihan terhadap spesies ikan yang akan di tangkap. Hal tersebut dimungkinkan karena mayoritas alat tangkap yang
dioperasikan bersifat aktif.
§ Ukuran kapal
Ada tiga jenis kapal yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan karang, yaitu 1 kapal layar, 2 katinting dan 3 jonson. Proporsi ketiga
jenis kapal tersebut di Kepulauan Ayau adalah 65:20:15. Dilihat dari segi ukuran kapal maka kapal layar dan katinting relatif memilki ukuran yang sama
yaitu L: 6-7 m; B: 0,5-0,75 m dan D: 0,4-0,7 m. Perbedaan ke dua jenis kapal tersebut hanya terletak pada tenaga penggerak yang digunakan. Kapal
katinting sudah menggunakan tenaga mesin yang berasal dari mesin serbaguna yang dimodifikasi. Untuk kapal jonson ukuran kapal yang diamati
berkisar antara 9-12 m L; 1,3-1,5 m B dan 0,8-1 D. Jika melihat standard penilaian parameter maka ukuran kapal yang ada di wilayah ini diberi nilai 1.
§ Catching power
Penilaian terhadap catching power dipengaruhi oleh kapal dan alat tangkap. Perubahan terhadap ke dua jenis komponen tersebut akan
mempengaruhi catching power dari suatu alat tangkap. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan upaya modifikasi alat tangkap untuk
meningkatkan hasil tangkapan hingga saat ini belum pernah dilakukan.
80
Hanya saja perubahan ukuran kapal untuk meningkatkan hasil tangkapan telah dilakukan. Berdasarkan informasi yang diperoleh proporsi kapal jonson
yang digunakan oleh nelayan sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2002, ditemukan bahwa
sekitar 80 nelayan masih menggunakan perahu layar dalam melakukan penangkapan. Merujuk pada hal tersebut maka bobot parameter ini adalah
1, yang berarti ada upaya nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapan melalui perubahan terhadap alat tangkap maupun kapal.
§ Efek penggunaan alat tangkap
Eksploitasi sumberdaya ikan karang dilakukan dengan menggunakan tujuh jenis alat tangkap. Dari ketujuh jenis alat tersebut, potasium dan akar bore
tergolong alat yang destruktif. Sedangkan bubu dan senapan berpotensi untuk merusak karang karena metodeteknik pengoperasian alat tangkap.
Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan perikanan masih didominasi praktek perikanan yang destruktif. Secara nilai,
parameter ini diberi nilai 0.
3 Indikator sosial-kemasyarakatan § Pola pemanfaatan sumberdaya
Pemanfaaatan sumberdaya perikanan karang yang dilakukan oleh nelayan di Kepulauan Ayau umumnya dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa
adanya suatu komunitas khusus yang mewadahi aktivitas mereka. Meskipun demikian nelayan tersebut sudah memilki hubungan dengan plasma yang
biasanya memberikan bantuan operasional kegiatan penangkapan. Hasil tangkapan nelayan juga dijual kepada plasma. Jika disimpulkan berdasarkan
gambaran di atas maka pola pemanfaatan yang berlaku di daerah ini adalah nelayan bekerja secara individu namun untuk kepentingan perusahaan. Pola
yang demikian jika ditinjau dari parameter penilaian diberi nilai 2.
§ Pemahaman lingkungan
Nelayan umumnya memiliki pemahaman terhadap ekosistem dan lingkungan sangat sedikit. Pemahaman tersebut umumnya hanya
diwujudkan karena adanya norma-norma yang adat yang mengatur permasalahan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka nilai indikator
ini adalah 1.
81
§ Tingkat pendidikan
Jumlah rata-rata populasi yang ada di wilayah Kepulauan Ayau berjumlah 2.299 orang. Dari jumlah tersebut yang mengenyam pendidikan hanya
sekitar 25 . Tingkat pendidikan tersebut juga masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan dasar. Berdasarkan gambaran tersebut maka
ditinjau dari parameter tingkat pendidikan maka skala penilaian yang diberikan adalah 0.
§ Status konflik
Pemanfaatan sumberdaya ikan karang di wilayah Ayau tidak hanya dilakukan oleh nelayan sekitar. Nelayan dari daerah lain maupun dari negara
lain Filiphina dan Palau seringkali menjadikan Ayau sebagai lokasi penangkapan ikan. Kondisi tersebut sering menimbulkan konflik. Terjadinya
konflik disebabkan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan tersebut lebih modern. Selain itu nelayan-nelayan dari wilayah lain juga sering melanggar
norma-norma yang telah disepakati oleh masyarakat Ayau. Merujuk pada penjelasan tersebut maka nilai indikator ini adalah 1.
§ Pendapatan dari kegiatan penangkapan
Masyarakat Ayau umumnya berprofesi sebagai nelayan. Bahkan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh proporsi penduduk ayau
yang berprofesi sebagai nelayan di atas 80 . Mata pencaharian penduduk setempat yang sangat bergantung pada kegiatan penangkapan ikan
berpengaruh terhadap pendapatan keluarga yang juga banyak bersumber dari aktivitas ini. Jumlah pendapatan keluarga di wilayah Ayau sekitar 80
bersumber dari kegiatan penangkapan ikan. Untuk penilaian parameter maka pendapatan keluarga dari kegiatan penangkapan diberi nilai 0.
§ Partisipasi keluarga dalam usaha perikanan
Kondisi topografis wilayah yang dikelilingi oleh laut menjadikan sumberdaya laut sebagai gantungan hidup utama masyarakat Ayau.
Pemanfaatan sumberdaya tersebut tidak hanya sebatas upaya penangkapan ikan saja, namun juga kegiatan pengolahan dan pemasaran ikanproduk hasil
perikanan. Dalam upaya pemanfaatan sumberdaya tersebut biasanya jumlah anggota keluarga yang terlibat relatif banyak, berkisar antara 3-5 orang
anggota keluarga. Pembagian kerja di dalam keluarga sudah di kenal di lingkungan masyarakat Ayau. Anak laki-laki umumnya membantu orang tua
82
melakukan penangkapan ikan, sedangkan Ibu dan anak perempuan bertugas melakukan pengolahan serta pemasaran hasil tangkapan. Terkecuali untuk
komoditas yang dipasarkan dalam bentuk hidup, kegiatan pemasaran umumnya dilakukan langsung oleh laki-lak maupun Ibu -ibu. Berdasarkan
kondisi di atas maka parameter partisipasi keluarga dalam usaha perikanan di Kepulauan Ayau diberi nilai 2.
4 Indikator ekonomi § Profitabilitas
Berdasarkan hasil analisis pendapatan yang dilakukan terlihat bahwa pendapatan yang diperoleh oleh nelayan dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan karang lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa usaha penangkapan ikan
karang menguntungkan. Sebagai ilustrasi, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penangkapan ikan karang selama 1 trip yang berdurasi 3 hari
dibutuhkan biaya operasi rata-rata sebesar Rp 100.000. Pendapatan bersih yang masih dapat dinikmati oleh nelayan dari hasil penjualan tangkapan
berkisar antara Rp. 100.000-300.000. Berdasarkan gambaran yang diberikan dalam skala penilaian, kesimpulan tersebut diberi nilai 2.
§ Rata-rata pendapatan
Informasi tentang pendapatan penduduk selain yang berprofesi sebagai nelayan di wilayah kepulauan Ayau sulit diperoleh. Hanya saja nilai tersebut
dapat didekati dengan mengasumsikan sekitar 85 penduduk Ayau berprofesi sebagai nelayan. Asumsi tersebut berimplikasi pada arah
kesimpulan bahwa rata-rata pendapatan nelayan di Ayau sama dengan rata- rata pendapatan penduduk. Oleh sebab itu dalam penilaian parameter ini
diberi bobot 1.
§ Aturan perdagangan
Pemasaran untuk beberapa komoditas ikan karang berorintasi ekspor. Aturan perdagangan untuk produk-produkkomoditas yang berorintasi ekspor
umumnya diatur secara ketat. Pengaturan tersebut dimplementasikan dalam bentuk SK menteri maupun aturan-aturan terkait lainnya. Demikian halnya
dengan komoditas ikan napoleon, ada aturan perdagangan yang melarang ekspor komoditas ikan ini dalam ukuran tertentu. Belum lagi adanya aturan
83
baru yang memasukkan ikan jenis napoleon dalam apendiks sebagai spesies yang langka dan harus dilindungi. Ketatnya aturan perdagangan ikan jenis ini
tentu saja dapat menghambat pengembangan usaha di masa akan datang. Oleh karena itu secara kuantitatif, parameter ini diberi nilai 0.
§ Sifat aktivitas penangkapan
Kegiatan penangkapan ikan karang sudah dijadikan mata pencaharian utama bagi masyarakat kepulauan Ayau. Oleh karena itu kegiatan
penangkapan yang dilakukan umumnya bersifat penuh satu hari penuh. Pengecualian untuk kapal-kapal layar kegiatan penangkapan di mulai pada
pukul 04.00 WIT dan selesai sekitar pukul 15.00 WIT. Kondisi sumberdaya ikan karang yang tersedia sepanjang tahun juga mempengaruhi sifat aktivitas
penangkapan ikan di wilayah ini. Berdasarkan gambaran yang diberikan maka diambil kesimpulan bahwa nilai parameter ini adalah 0.
§ Status kepemilikantransfer keuntungan
Hasil penjualan tangkapan nelayan kepada plasma umumnya tercatat pada kantor distrik setempat. Pencatatan tersebut berkaitan erat dengan
pembayaran fee pengusaha kepada daerah setempat yang besarnya 10 dari hasil penjualan. Hasil fee tersebut sebahagian akan dikembalikan
kepada desa dalam bentuk pembangunan berbagai macam fasilitas. Selain itu ada juga fee yang wajib dibayarkan nelayan kepada otoritas adat
setempat. Uang tersebut akan digunakan untuk membiayai berbagai macam kegiatan adat. Berdasarkan kedua gambaran di atas dapat disimpulkan
bahwa keuntungan kegiatan penangkapan ikan karang sebahagian digunakan untuk kepentingan masyarakat lokal. Dilihat dari skala penilaian,
parameter ini diberi nilai 1. § Pasar
Berdasarkan indikator pasar, nilai keberlanjutan pengelolaan perikanan karang diberi nilai 2. Komoditas ikan karang terutama untuk jenis kerapu dan
napoleon memilki permintaan tinggi dan harga yang kompetitif di luar negeri. Oleh sebab itu tujuan akhir dari rantai pemasaran ke-dua jenis ikan ini adalah
ekspor. Di Kepulauan Ayau hasil tangkapan nelayan ditampung oleh seorang plasma yang memiliki afiliasi dengan eksportir di Kota Sorong. Dari
84
Kota Sorong komoditas ikan karang ini didistribusikan ke berbagai penjuru dunia terutama Cina dan Taiwan.
5 Indikator kelembagaan
§
Efektivitas manajemen
Efektivitas manajemen masyarakat dari suatu birokrasi dapat dinilai dari kepatuhan masyarakat kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh
pemerintah. Untuk kasus perikanan karang di wilayah Ayau ada beberapa peraturan yang terkait di antaranya Undang-Undang No 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, SK Dirjen Perikanan No.1251KPTSKL 420II98 tentang larangan penggunaan bahan peledak, racun, obat bius dan bahan kimia lain
untuk menangkap ikan. Aturan tersebut selanjutnya diperkuat dengan Surat Kepala Wilayah Distrik Waigeo Utara No.30039298 tentang pelarangan
penggunaan potasium, akar boretuba dan bahan peledak di seluruh wilayah Distrik Waigeo Utara. Selain aturan tentang alat penggunaan alat tangkap
tersebut terdapat pula aturan tentang tata cara dan ukuran penangkapan ikan napoleon yang dituangkan dalam SK Dirjen Perikanan No.330DJ.66396.
Mengacu kepada peraturan-peraturan yang ada pada dasarnya semua mengarah pada upaya pelestarian dan pengaturan sumberdaya alam. Hanya
saja aturan-aturan yang telah dibuat tersebut belum sepenuhnya difahami sehingga masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan informasi tersebut dalam sistem penilaian, indikator ini diberi nilai 1.
§ Kearifan Lokal
Kearifan lokal masyarakat Ayau dalam pengelolaan sumberdaya alam di kenal dengan istilah sasi gereja. Sasi gereja memilki daya ikat yang masih
besar sehingga aturan yang ditetapkan dalam sasi masih diikuti oleh nelayan sekitar. Sejauh ini aturan sasi masih diiukuti oleh masyarakat sekitar. Oleh
karena itu dalam sistem nilai yang dibuat, parameter ini diberi bobot 2 yang berarti kearifan lokal belum diikuti secara total oleh masyarakat.
Permasalahan dalam pelaksanaan sasi saat ini adalah mulai adanya pengecualian-pengecualian dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh adalah
adanya pengecualian pelaksaan sasi jika ada kebutuhan keuangan yang mendesak dari masyarakat sekitar. Namun demikian aturan pencabutan sasi
tetap dilakukan oleh otoritas adat maupun gereja.
85
§ Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu faktor yang penting dalam penegakan aturannorma-norma yang telah ditetapkan. Proses pengawasan
ini tidak pernah dilakukan secara total. Kendala yang dihadapi dalam upaya pengawasan adalah minimnya sarana dan prasarana pendukung.
Pengawasan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan hanya sesekali dilakukan oleh anggota masyarakat. Adapun pengawasan yang dilakukan
oleh aparat berwenang tidak pernah dilakukan. Berdasarkan gambaran yang diberikan maka secara kuantitatif indikator pengawasan diberi nilai 1.
5.2.2 Status Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Karang di Kepulauan Ayau