2.3.1 Legal Fishing 1 Bubu Trap
Perikanan bubu sudah sejak lama dikenal oleh nelayan terutama
dipergunakan untuk menangkap ikan karang. Teknologi penangkapan ikan dengan menggunakan bubu dilakukan di hampir seluruh dunia mulai dari yang
skala kecil hingga skala besar. Perkembangan usaha perikanan dengan alat tangkap bubu yang sangat pesat disebabkan banyaknya keistimewaan yang
dimiliki oleh alat tangkap ini, antara lain : 1 Pembuatan alat yang mudah dan murah, 2 Pengoperasiannya mudah, 3 Kesegaran hasil tangkapan bagus, dan
4 Tidak merusak sumberdaya baik dari sisi ekologi maupun teknis Monintja dan Martasuganda, 1990.
Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif dan dapat dibuat dari anyaman bambu bamboos netting, anyaman rotan rotan netting, anyaman
kawat wire netting, plastik dan bahan jaring Brandt, 1984; Subani dan Barus, 1989.
Bentuk bubu sangat beraneka ragam, ada yang segi empat, trapesium, silider, lonjong, bulat setengah lingkaran, persegi panjang atau bentuk lainnya.
Model bubu biasanya disesuaikan dengan ikan yang merupakan target tangkapan maupun kebiasaan atau pengetahuan sang operator. Secara umum
konstruksi bubu terdiri dari rangka, badan dan pintu masuk, kemudian ada juga yang dilengkapi dengan pintu untuk mengambil hasil tangkapan dan kantung
umpan sebagai tempat untuk menyimpan umpan Martasuganda, 2003. Menurut Martasuganda 2003, penentuan daerah penangkapan ikan
dengan menggunakan bubu sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang keberadaan ikan diperairan, sedangkan faktor oseanografi tidak mempengaruhi
secara signifikan. Pemasangan bubu di perairan dapat dilakukan dengan sistem tunggal dipasang satu demi satu dan sistem beruntai pemasangan system
rawai. Waktu pemasangan setting dan pengangkatan hauling sangat fleksibel tergantung dari nelayan yang mengoperasikannya. Antara pemasangan
alat dengan pengangkatan alat, ada waktu jeda yang umum disebut waktu perendaman soaking. Lama perendaman bubu soaking diperairan bervariasi
antara satu malam sampai tujuh hari.
Monintja dan Martasuganda 1990 menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang menyebabkan ikan dasar, ikan karang dan udang terperangkap pada bubu. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah tertarik oleh bau umpan, dipakai
sebagai tempat berlindung, sebagai tempat istrirahat sewaktu ikan bermigrasi dan adanya sifat thigmotaxis ikan itu sendiri. Sifat thigmotaxis adalah sifat ikan
yang selalu ingin mengetahui suatu benda asing yang ada disekitarnya, sehingga ikan cenderung untuk menyentuhkan diri pada alat tersebut Gunarso, 1995.
Berdasarkan hasil penulusuran kepustakaan yang dilakukan, beberapa
daerah-daerah yang dominan menggunakan alat tangkap bubu untuk menangkap ikan karang, yaitu Kepulauan Seribu Marliana, 2004, Tanjung
Manimbaya-Donggala Rumajar, 2001, dan Kepulauan Kei-Maluku Utara Sarmintohadi, 2002.
2 Pancing Line Pancing merupakan alat penangkap ikan yang paling banyak digunakan
oleh nelayan di Indonesia. Berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan lokasi dan tujuan penangkapan dilakukan untuk memperoleh hasil penangkapan yang
diharapkan. Dua jenis pancing yang biasanya digunakan nelayan untuk menangkap ikan karang adalah rawai dasar dan handline.
Bagian-bagian utama dari handline terdiri atas roller, tali pancing dan mata pancing. Selain tiga komponen tersebut dalam pengoperasian handline
digunakan bantuan umpan dan pemberat. Konstruksi handline dapat mengalami modifikasi dengan tambahan tali cabang branch line dan swivelkili-kili yang
merupakan penghubung antara tali pancingtali utama dengan tali cabang. Modifikasi konstruksi umumnya dilakukan untuk memperbesar peluang
tertangkapnya ikan. Prinsip pengoperasian pancing ulur handline adalah memikat ikan
menggunakan umpan yang dikaitkan pada kail. Ikan yang memakan umpan tersebut akan tersangkut pada kail. Secara umum dalam setiap pengoperasian
handline, dilakukan empat tahapan kegiatan. Pertama : Persiapan di atas
perahu, meliputi kegiatan persiapan dan pemeriksaan kelayakan operasi pancing
ulur. Kedua: Penurunan setting alat tangkap di dasar perairan yang didahului pemasangan umpan pada mata pancing. Ketiga: Perendaman soaking pancing
selama beberapa saat dan Keempat: penarikan pancing hauling ke atas perahu.
Rawai merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang terdiri atas rangkaian tali utama mainline, tali cabang branch line, tali pelampung float
line, mata pancing hook, bendera, pemberat, jangkar serta pelampung Ayodhyoa, 1981.
Rawai perairan karang adalah tipe rawai yang digunakan pada perairan yang dasarnya terdapat terumbu karang atau bebatuan yang memungkinkan
mata pancing mudah tersangkut atau terbelit di karang. Pada rawai perairan karang terdapat modifikasi pada bahan tali cabang branch line, yaitu tali cabang
yang dibungkus dengan bahan kuralon sehingga posisi tali cabang tegak secara vertikal. Modifikasi ini dapat mengurangi peluang tersangkutnya mata pancing
pada terumbu Subani dan Barus, 1989. Prinsip pengoperasian rawai dasar serupa dengan long line, yaitu
memanfaatkan umpan sebagai sarana untuk menarik perhatian ikan yang akan di tangkap. Hanya saja operasi penangkapan ikan dengan longline umumnya
dilakukan dengan cara menghanyutkan pancing drift longline sedangkan pada rawai dasar, alat tangkap dipasang secara permanenmenetap di perairan.
Salah satu daerah di Indonesia yang diidentifikasi menggunakan alat tangkap rawai dasar dalam penangkapan ikan karang adalah perairan Tamako-
Sulawesi Utara Rawung, 1999.
3 Jaring Insang Dasar Gillnet
Jaring insang merupakan suatu jenis alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana mata jaring dari
bagian utama ukurannya sama, jumlah mata jaring kearah panjang atau kearah horizontal mesh length ML. Bagian atas jaring dilengkapi dengan beberapa
pelampung float dan bagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat sinker. Kombinasi antara pelampung dan pemberat menghasilkan gaya yang
berlawanan sehingga memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak Martasuganda, 2003
Bagian utama gillnet dasar terdiri atas badan jaring webbing, pelampung floating dan pemberat sinker. Gillnet dasar dioperasikan di dasar perairan
berkarang dengan tujuan penangkapan ikan-ikan karang. Metode pengoperasian gillnet dasar adalah dengan cara menghadang arah pergerakan
ikan. Jaring dibentangkan di dasar perairan selama beberapa saat sebelum diangkat untuk melepaskan hasil tangkapan.
2.3.2 Destructive Fishing Kondisi ekosistem terumbu karang memiliki korelasi positif dengan jumlah