16 rendah. Total pendapatan rumahtangga lebih besar daripada total pengeluaran
rumahtangga sehingga masih terdapat kelebihan pendapatan yang dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya.
Hasil penelitian Indrawati 1997 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga industri kecil batik adalah alokasi
waktu membatik dan luas penggunaan lahan pertanian. Peningkatan pendapatan per potong batik merupakan salah satu usaha untuk memotivasi pembatik agar
lebih banyak mencurahkan waktu pada kegiatan membatik. Penambahan modal kerja pembatik dan alokasi waktu untuk membatik itu sendiriakan meningkatkan
pendapatan rumahtangga industri kecil batik. Hasil penelitian Kesenja 2005
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga pemilik dan pekerja tepung tapioka hanya dipengaruhi oleh umur, upah pertanian,
upah pabrik, dan upah non-pertanian dan non-pabrik.
Hasil penelitian Selomata 2000 menyatakan bahwa pendapatan para nelayan juragan dan pandega dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Pada
umumnya laki-laki mempunyai kesempatan yang lebih besar daripada perempuan untuk mendapatkan pekerjaan karena dianggap memiliki kondisi tubuh yang lebih
kuat dibandingkan perempuan. Selain itu, pekerja laki-laki mempunyai waktu yang lebih banyak bila dibandingkan pekerja perempuan dimana sebagian
waktunya dipakai untuk mengurus rumahtangga dan anak.
2.4.3. Konsumsi
Proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dapat dipakai sebagai ukuran kesejahteraan rumahtangga. Semakin baik tingkat kesejahteraan
rumah tangga maka proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi di
17 luar pangan akan semakin besar. Selain itu, semakin baik tingkat kesejahteraan
rumahtangga maka kualitas dankuantitas konsumsi rumahtangga akan semakin tinggi. Setiap rumahtangga akan memprioritaskan pendapatannya untuk konsumsi
pangan kemudian selanjutnya untuk investasi dan tabungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irani 1998 menunjukkan bahwa pada industri kecil tempe, konsumsi rumahtangga pengusaha dipengaruhi oleh
pendapatan yang siap dibelanjakan, investasi pendidikan, dan tabungan tetapi konsumsi hanya responsif terhadap perubahan pendapatan yang siap dibelanjakan.
Sedangkan pada industri kecil tahu, konsumsi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan investasi pendidikan tetapi tidak
responsif terhadap perubahan faktor-faktor tersebut. Menurut Mangkuprawira 1985 faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi dalam rumahtangga
terdiri dari faktor di dalam dan faktor di luar. Faktor-faktor di dalam rumahtangga diantaranya
adalah jumlah
anggota rumahtangga,
tingkat pendidikan
rumahtangga, adat istiadat, dan tingkat pendidikan ibu rumahtangga. Faktor-faktor di luar rumahtangga diantaranya adalah harga-harga bahan makanan, tingkat upah,
dan tempat tinggal. Hasil penelitian Madirini 1998 menunjukkan bahwa konsumsi barang
dan jasa rumahtangga pengusaha industri kecil pakaian jadi, dipengaruhi oleh investasi pendidikan, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan jumlah tanggungan
keluarga. Menurut Anggriani 1998 pola konsumsi pengusaha industri kecil kulit dipengaruhi oleh variabel pendapatan yang siap dibelanjakan, investasi produksi,
investasi pendidikan, dan tabungan.
18
2.4.4. Investasi
Menurut Simanjuntak 1998, investasi yang dilakukan oleh rumahtangga dapat berupa modal fisik dan modal manusia. Investasi dalam modal manusia
dapat dilakukan melalui pendidikan, urbanisasi, dan peningkatan kesehatan. Investasi dalam modal manusia ini bertujuan untuk memperoleh tingkat
penghasilan yang lebih tinggi sehingga tingkat konsumsi yang lebih tinggi dapat
tercapai.
Pada rumahtangga karyawan dan pegawai non staf di perkebunan, investasi dipengaruhi oleh pendapatan yangsiap dibelanjakan, konsumsi, kredit,
suku bunga tabungan, jumlah aset, dan pendidikan Purba, 1997. Sedangkan Madirini 1998 menyatakan bahwa pada rumahtangga industri kecil pakaian jadi,
investasi dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, jumlah anak
sekolah, dan konsumsi. Pengeluaran rumahtangga di dua desa Kabupaten
Sukabumi dalam sektor pendidikan, mencirikan adanya investasi sumberdaya manusia dalam kegiatan ekonomi rumahtangga guna meningkatkan kemampuan
kerja dan tingkat penghasilan seseorang di masa yang akan datang
Mangkuprawira, 1985. Menurut Irani 1998 pada rumahtangga pengusaha
industri kecil tempe dipengaruhi oleh jumlah anak sekolah, pendapatan disposibel, konsumsi, dan tabungan. Investasi pendidikan juga responsif terhadap perubahan
pendapatan disposabel, konsumsi, dan tabungan. Pada rumahtangga pengusaha industri kecil tahu, investasi pendidikan dipengaruhi oleh pendapatan disposibel,
konsumsi, dan tabungan tetapi hanya responsif terhadap perubahan pendapatan
disposabel dan konsumsi.
19
2.4.5. Tabungan