Hasil Optimasi komposisi MAG

47 pada kondisi suhu yang sama. Dengan demikian untuk menetapkan kondisi proses gliserolisis penentuan kondisi suhu sangat penting diperhatikan dalam rangka memaksimalkan perolehan rendemen produk MDAG.

2. Hasil Optimasi komposisi MAG

Komposisi MAG dalam produk merupakan salah satu variabel respon yang dijadikan parameter penting dalam menentukan kulitas MDAG. Pada kondisi optimum diharapkan komposisi MAG yang dihasilkan sangat tinggi. Visualisasi permukaan respon dari data komposisi MAG dalam produk yang dihasilkan dari kondisi-kondisi optimasi proses gliserolisis dapat dilihat pada Gambar 14, dimana hasil optimasi terhadap komposisi MAG menunjukkan adanya peningkatan dengan semakin bertambahnya waktu dan suhu reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi kedua variabel ini berpengaruh dalam meningkatkan nilai komposisi MAG. Persamaan RSM dari proses gliserolisis RBDPO untuk komposisi MAG adalah : MAG = -1035,07+25,69 X 1 + 26,92 X 2 –0,83 X 1 2 + 0,12 X 1 X 2 – 0,24 X 2 2 dimana X 1 adalah waktu dan X 2 adalah suhu reaksi gliserolisis. Pada uji signifikansi model, model kuadratik memiliki nilai p paling kecil yaitu ProbF = 0,0057 maka model yang tepat untuk data- data ini adalah model kuadratik karena berbeda nyata secara signifikan pada nilai α 1 0,01. Nilai R 2 dari persamaan RSM untuk komposisi MAG cukup besar yaitu 0,7775, hal ini menunjukkan variabilitas data dapat dijelaskan oleh model, sehingga model persamaan ini dapat digunakan sebagai model untuk menentukan optimasi komposisi MAG dalam produk MDAG. Hasil analisa statistik untuk data MAG dapat dilihat pada Lampiran 7. 48 Gambar 14 Pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap kadar MAG hasil sintesis pada proses gliserolisis Berdasarkan analisa kanonik canonical analysis untuk menentukan kondisi optimum respon yaitu komposisi MAG, diperoleh nilai kritis untuk waktu reaksi adalah 19,86 jam dan suhu 60,3°C. Pada titik kritis ini diperkirakan nilai MAG yang akan diperoleh adalah sebesar 42,91. Bentuk kontur yang memusat mengindikasikan bahwa titik stasioner merupakan respon maksimum dan minimum. Hasil analisa kanonikal menyatakan bahwa pada model ini titik stasionernya adalah maksimum. Pada Gambar 14 dapat dilihat pengaruh suhu terhadap komposisi MAG, dimana semakin tinggi suhu jumlah MAG semakin meningkat sampai pada suatu titik dan jika suhu terus dinaikkan maka jumlah MAG akan mengalami penurunan. Gambar 14 juga memperlihatkan pengaruh suhu terhadap komposisi MAG lebih besar dibandingkan pengaruh waktu reaksi. Hal ini terlihat dari gambar kurva respon permukaan dimana respon kenaikan suhu terlihat lebih curam dibandingkan respon kenaikan waktu reaksi. Nilai MAG lebih responsif terhadap perubahan suhu daripada waktu reaksi. Perubahan nilai MAG lebih besar dengan berubahnya 49 tingkatan suhu pada reaksi gliserolisis dengan waktu reaksi yang sama, sedangkan nilai MAG relatif tidak banyak berubah dengan berubahnya lama proses pada kondisi suhu yang sama. Dengan demikian untuk menetapkan kondisi proses gliserolisis penentuan kondisi suhu sangat penting diperhatikan dalam rangka memaksimalkan perolehan MAG dalam produk MDAG.

3. Hasil Optimasi komposisi DAG