TINGKAT KEHILANGAN AIR HASIL DAN PEMBAHASAN

23 Gambar 10. Grafik penyusutan volume terhadap waktu pada konsentrasi larutan osmotik 54 o Brix Gambar 11. Grafik penyusutan volume terhadap waktu pada konsentrasi larutan osmotik 66 o Brix

C. TINGKAT KEHILANGAN AIR

WATER LOSS WL Semakin tinggi nilai WL maka menunjukkan tingginya tingkat kehilangan air pada sampel. Dari data yang diperoleh, nilai WL yang paling tinggi terjadi pada perlakuan E1T2C3 menggunakan kitosan, suhu larutan 50 o C dan konsentrasi larutan 66 o Brix yaitu 64.68 , sedangkan nilai WL yang paling rendah terjadi pada perlakuan E1T1C1 menggunakan kitosan, suhu larutan 30 o C dan konsentrasi larutan 42 o Brix yaitu sebesar 27.70 . Hal ini menunjukkan tingginya nilai persentase WL berbanding terbalik dengan kadar air akhir dari sampel. Kadar air akhir sampel yang rendah menunjukkan sampel mengalami banyak kehilangan air sehingga nilai WL tinggi, dan sebaliknya kadar air akhir sampel yang masih tinggi berarti sampel mengalami sedikit kehilangan air sehingga nilai WL rendah. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menyebabkan tinggi-rendahnya kadar air juga menyebabkan tinggi-rendahnya tingkat kehilangan air pada sampel selama proses pengeringan osmotik. Meningkatnya nilai WL dipengaruhi oleh pemberian kitosan pada sampel. Sampel yang diberi kitosan pada perlakuan suhu 30 o C memiliki nilai WL yang lebih rendah dibandingkan dengan sampel 10 20 30 40 50 60 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 P en y u su ta n V o lu m e V V Waktu menit 10 20 30 40 50 60 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 P en y u su ta n V o lu m e V V Waktu menit non-coating, 30 o C, 66 o Brix non-coating, 50 o C, 66 o Brix coating, 30 o C, 66 o Brix coating, 50 o C, 66 o Brix non-coating, 30 o C, 54 o Brix non-coating, 50 o C, 54 o Brix coating, 30 o C, 54 o Brix coating, 50 o C, 54 o Brix 24 tanpakitosan pada perlakuan suhu yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kitosan dapat menurunkan tingkat kehilangan air pada sampel sehingga nilai WL menjadi rendah. Perlakuan selanjutnya yaitu perbedaan suhu larutan osmotik. Dari perlakuan suhu larutan 30 o C dan suhu larutan 50 o C, diperoleh bahwa nilai WL untuk perlakuan suhu larutan 30 o C lebih rendah dari pada nilai WL untuk perlakuan suhu larutan 50 o C. Jadi, semakin tinggi suhu maka tingkat kehilangan air pada sampel juga semakin tinggi. Adanya perbedaan konsentrasi larutan osmotik yang digunakan juga mempengaruhi nilai WL. Dari Gambar 12, 13 dan 14 diperoleh bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka nilai WL semakin tinggi dan bentuk grafik semakin curam. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka laju kehilangan air semakin cepat dan tingkat kehilangan air pada sampel semakin tinggi. Gambar 12. Grafik kenaikan WL terhadap waktu untuk konsentrasi larutan 42 o Brix Gambar 13. Grafik kenaikan WL terhadap waktu untuk konsentrasi larutan 54 o Brix 10 20 30 40 50 60 70 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 W L Waktu menit 10 20 30 40 50 60 70 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 W L Waktu menit non-coating, 30 o C, 42 o Brix non-coating, 50 o C, 42 o Brix coating, 30 o C, 42 o Brix coating, 50 o C, 42 o Brix non-coating, 30 o C, 54 o Brix non-coating, 50 o C, 54 o Brix coating, 30 o C, 54 o Brix coating, 50 o C, 54 o Brix 25 Gambar 14. Grafik kenaikan WL terhadap waktu untuk konsentrasi larutan 66 o Brix Peningkatan WL pada menit-menit awal percobaan sangat besar dan peningkatan tidak terjadi secara signifikan pada akhir waktu percobaan. Dapat dilihat pada Gambar 12, 13 dan 14, dimana bentuk grafik meningkat tajam dan semakin landai pada menit-menit berikutnya. Bentuk grafik akan menjadi konstan hingga mencapai nilai WL∞ untuk waktu yang tak hingga kondisi kesetimbangan. Besarnya angka WL∞ juga dipengaruhi oleh adanya pemberian kitosan, suhu larutan dan konsentrasi larutan. Tanpa pemberian kitosan, suhu larutan yang tinggi dan konsentrasi yang tinggi akan meningkatkan WL∞. Nilai WL∞ dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai parameter dan koefisien determinasi dari perhitungan WL dengan menggunakan model Azuara Perlakuan Sampel WL∞ S 1 R 2 E0T1C1 34.48 0.030 0.963 E0T1C2 50.00 0.013 0.968 E0T1C3 55.56 0.021 0.978 E0T2C1 34.48 0.039 0.978 E0T2C2 58.82 0.021 0.974 E0T2C3 66.67 0.017 0.961 E1T1C1 28.57 0.045 0.987 E1T1C2 40.00 0.026 0.954 E1T1C3 55.56 0.029 0.982 E1T2C1 55.56 0.034 0.979 E1T2C2 62.50 0.037 0.977 E1T2C3 71.43 0.026 0.974 10 20 30 40 50 60 70 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 W L Waktu menit non-coating, 30 o C, 66 o Brix non-coating, 50 o C, 66 o Brix coating, 30 o C, 66 o Brix coating, 50 o C, 66 o Brix 26 Gambar 15. Grafik kenaikan WL terhadap waktu untuk masing-masing perlakuan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan model Azuara Koefisien determinasi R 2 dari model Azuara untuk perhitungan nilai WL memiliki kisaran nilai antara 0.954~0.987, sehingga persamaan pada model Azuara layak untuk menghitung nilai WL pada pengeringan osmotik irisan buah mangga. Untuk mengukur tingkat validasi dari model Azuara, maka dilakukan penggabungan antara grafik WL hasil pengukuran dan grafik WL hasil perhitungan dengan menggunakan model Azuara terdapat pada Lampiran 5. Penggabungan kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa WL hasil pengukuran mendekati sama dengan WL hasil perhitungan. Walaupun tidak semua titik-titik pada pengukuran berhimpit dengan garis grafik WL hasil perhitungan.

D. PERTAMBAHAN PADATAN TERLARUT