yang tidak memerlukan campur tangan pengadilan atau hakim dalam pelaksanaan jaminan fidusia.
Undang-undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia UUJF mengikuti cara eksekusi barang jaminan yang digunakan oleh UU Hak
Tanggungan yaitu memberikan alternatif eksekusi barang jaminan fidusia melalui penjualan secara lelang da penjualan di bawah tangan. Eksekusi jaminan fidusia
menurur UUJF sebenarnya hanya mengenal dua cara eksekusi meskipun perumusannya seakan-akan menganut tiga cara. Melaksanakan titel eksekusi
dengan menjual objek jaminan fidusia melalui lelang atas kekuasaan penerima fidusia sendiri dengan menggunakan Parate Eksekusi. Arti parate eksekusi
menurut kamus hukum, ialah pelaksanaan yang langsung tanpa melewati proses pengadilan atau hakim.
Pemahaman dari penjelasan Pasal 15 ayat 3 terhadap lembaga parate eksekusi, menunjukkan kehendak pembentuk undang-undang melalui penafsiran
otentik untuk mengatur lembaga parate eksekusi, maksudnya pengaturan lembaga parate eksekusi masuk dalam ranah Hukum Acara Perdata. Karena eksekusi
barang jaminan fidusia dalam UUJF meniru eksekusi Hak Tanggungan pada UUHT, maka kasus yang dihadapi sama dengan inkonsistensi Pasal 6 dan
Penjelasan Pasal 9 UUHT.
2. Menurut Peraturan Kapolri No.8 Tahun 2011
Untuk mengamankan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia, Polri menerbitkan Peraturan Kapolri Perkap No 8 Tahun 2011. Mulai berlaku sejak 22
Juni lalu, Perkap ini bertujuan untuk terselenggaranya pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia secara aman, tertib, lancar, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan Perkap ini, pengamanan terhadap objek jaminan fidusia bisa dilakukan jika memenuhi syarat i ada permintaan dari pemohon; ii memiliki
akta jaminan fidusia; iii jaminan fidusia terdaftar pada kantor pendaftaran fidusia; iv memiliki sertifikat jaminan fidusia; dan v jaminan fidusia berada di
wilayah negara Indonesia. Tujuan diterbitkannya Perkap ini juga untuk melindungi keselamatan dan
keamanan penerima jaminan fidusia dan masyarakat dari perbuatan yang menimbulkan kerugian harta benda atau keselamatan jiwa.
70
Tujuannya untuk menyelenggarakan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia secara aman, tertib, lancar, dan dapat dipertanggungjawabkan; melindungi
keselamatan Penerima Jaminan Fidusia, Pemberi Jaminan Fidusia, dan atau masyarakat dari perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan
atau keselamatan jiwa. Penarikan jaminan Fidusia tersebut sering sekali terjadi di dalam praktek
dan memberikan dampak negatif berupa bantahan, ataupun perlawanan di lapangan. Maka Untuk mengamankan pelaksanaan eksekusi jaminan Fidusia,
POLRI menerbitkan Peraturan Kapolri No. 8 tahun 2011 yang berlaku sejak 22
Juni 2011 dengan tujuan : untuk menyelenggarakan pelaksanaan eksekusi jaminan
fidusia secara aman, tertib, lancar, dan dapat dipertanggungjawabkan; melindungi keselamatan Penerima Jaminan Fidusia, Pemberi Jaminan Fidusia, dan atau
masyarakat dari perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan atau keselamatan jiwa.
70
http:hukumonline.comberitabacalt4e1c2604e33afterbit-peraturan-kapolri-tentang- eksekusi-fidusia diakses tanggal 3 Desember 2012
Dalam Peraturan Kapolri tersebut, untuk melaksanakan eksekusi atas jaminan fidusia dimaksud harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu:
1. ada permintaan dari pemohon; 2. objek tersebut memiliki akta jaminan fidusia;
3. objek jaminan fidusia terdaftar pada kantor pendaftaran fidusia; 4. objek jaminan fidusia memiliki setifikat jaminan fidusia
5. jaminan fidusia berada di wilayah negara Indonesia. Mengenai proses pengamanan eksekusi atas jaminan fidusia ini tercantum
dalam pasal 7 Peraturan Kapolri No. 8 tahun 2011, 1. Permohonan pengamanan eksekusi tersebut harus diajukan secara tertulis oleh
penerima jaminan fidusia atau kuasa hukumnya kepada Kapolda atau Kapolres tempat eksekusi dilaksanakan.
2. Pemohon wajib melampirkan surat kuasa dari penerima jaminan fidusia bila permohonan diajukan oleh kuasa hukum penerima jaminan fidusia.
Mengenai proses pengamanan eksekusi atas jaminan fidusia ini tercantum dalam pasal 7 Peraturan Kapolri No. 8 tahun 2011, dimana permohonan
pengamanan eksekusi tersebut harus diajukan secara tertulis oleh penerima jaminan fidusia atau kuasa hukumnya kepada Kapolda atau Kapolres tempat
eksekusi dilaksanakan. Pemohon wajib melampirkan surat kuasa dari penerima jaminan fidusia bila permohonan diajukan oleh kuasa hukum penerima jaminan
fidusia.
3. Menurut Hukum Acara