Analisis Manfaat Kanopi Pohon Dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program Citygreen Di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor

(1)

DI JALAN RAYA PADJAJARAN, KOTA BOGOR

KARTIKA SARI HANAFRI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Manfaat Kanopi Pohon Dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Kartika Sari Hanafri NRP A44050957


(3)

KARTIKA SARI HANAFRI. Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH.

Secara umum, transportasi diartikan sebagai perpindahan barang/orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktivitas transportasi pun juga meningkat. Transportasi sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi yang lancar, maka distribusi barang dan jasa akan semakin mudah. Namun, tidak selamanya aktivitas transportasi berdampak positif. Aktivitas transportasi yang tidak dikendalikan dapat memberikan akibat negatif, seperti dampak terhadap lingkungan.

Di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar polusi udara. Salah satu upaya untuk mengurangi masalah tersebut diantaranya penggunaan bahan bakar dan mesin-mesin yang berpolutan rendah pada kendaraan bermotor. Sedangkan untuk polutan yang sudah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi dengan adanya penggunaan vegetasi. Jalur hijau jalan, merupakan sebuah alternatif untuk ruang terbuka hijau yang efektif bagi kota, terutama dalam mereduksi polusi udara akibat kendaraan bermotor.

Kota Bogor terletak di kawasan Jabodetabek, dimana pada pembangunan kotanya banyak dipengaruhi oleh perkembangan dan tuntutan kegiatan dari sistem metropolis. Penelitian ini akan menganalisis manfaat kanopi pohon dalam menjerap dan menyaring polutan udara di sepenjang jalur hijau Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Jalan tersebut merupakan jalan utama yang memiliki aktivitas transportasi terpadat di Kota Bogor (Dishubkom, 2007). Dengan metode GIS, menggunakan prangkat lunak ArcView 3.2 ekstensi CITYgreen 5.4, kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara dapat dianalisis melalui pendekatan berdasarkan luasan kanopi pohon. Hasil analisis yang berupa satuan massa Pounds (lbs) dan nilai nominal dalam mata uang U.S Dollar ($) , diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pemerintah dan pemahaman kepada masyarakat tentang fungsi dan manfaat pohon, terutama dalam kaitan mereduksi polutan di udara. Selain itu, terdapat Tree growth model yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan kanopi di masa yang akan datang yang kemudian dianalisis kembali menggunakan CITYgreen 5.4, sehingga dapat diketahui perbandingannya.

Berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.4, polutan udara yang dapat direduksi oleh kanopi pohon adalah sebesar 565,63 kg atau senilai dengan penghematan biaya sebesar Rp 29.481.600,-. Perbandingan dengan udara ambien, kemampuan pohon dalam melakukan pembersihan polusi di udara ternyata tidak cukup untuk menjerap jenis polutan partikel. Sehingga luas penutupan kanopi pohon yang awalnya 5,82 ha, setidaknya perlu ditingkatkan luasannya minimal menjadi 6,33 ha atau menambah 0,51 ha luas kanopi pohon. Peningkatan kanopi sebaiknya dilakukan pada titik-titik yang memiliki tingkat polutan tinggi dengan kondisi pohon yang relatif minim. Pemilihan vegetasi diharapkan lebih mengutamakan jenis tanaman yang baik dalam mereduksi polutan partikel.


(4)

Peningkatan luas kanopi pohon pada tree growth model untuk 30 tahun kedepan sebesar 43,47%, tentu mempengaruhi kemampuan pohon dalam melakukan pembersihan polusi di udara. Semakin tinggi jumlah polutan yang dapat diserap/dijerap oleh pohon, maka dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan sekitarnya akan semakin rendah pula. Hal tersebut memberikan dampak positif berupa pengurangan biaya eksternal untuk hal-hal yang disebabkan oleh polutan bila tanaman tidak mereduksinya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kembali penghijauan kota guna mengimbangi polusi udara yang tinggi dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang pentingnya manfaat pohon dalam ekologi kota.


(5)

©Hak Cipta Milik Kartika Sari Hanafri, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya


(6)

DI JALAN RAYA PADJAJARAN, KOTA BOGOR

KARTIKA SARI HANAFRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Depasrtemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(7)

Judul : Analisis Manfaat Kanopi Pohon Dalam Meningkatkan Kualitas Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor

Nama : Kartika Sari Hanafri NIM : A44050957

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi NIP : 19611111 198903 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP : 19480912 197412 2 001


(8)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Kegiatan penelitian bertujuan untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas akhir dalam menempuh studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyelesaian skripsi, penulis mendapat banyak masukkan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan masukan selama penyusunan skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS dan Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen penguji atas saran dan kritik bagi kesempurnaan skripsi. 3. Seluruh Dosen dan Staf Arsitektur Lanskap IPB.

4. Mamah, Bapak, Mas Iqbal, dan Reza yang selalu mendukung, memotivasi, perhatian, dan semangatnya baik moril maupun materiil.

5. Muhammad Rizki atas dukungannya.

6. Tim Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional ”Model Pengelolaan RTH Kota Bogor sebagai Solusi Mengatasi Banjir Kota Jakarta”, untuk Citra Quick Bird dan Pelatihan CITYgreen Software, terutama kepada Mas Noril, dan Mas Isrok, dan Mas Ariv.

7. Arsitektur lanskap 42 yang telah memberikan warna dalam perkuliahan. 8. Teman-teman Wisma Mega 1 untuk canda tawanya.

9. Keluarga besar Arsitektur Lanskap atas kebersamaanya.

10.Seluruh pihak yang turut membantu dan tidak dapat disebutkan.

Akhir kata, penulis berharap karya penulisan ini dapat bermanfaat dimasa yang akan datang dan menjadi masukkan berguna bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, Juni 2011


(9)

Kartika Sari Hanafri dilahirkan di Jakarta tanggal 22 September 1987. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara dari keluarga pasangan Bapak Drs.H. Harun Handono, MM dan Ibu Hj. Afrida Susiawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal, diawali dengan TK Islam Ananda (1990 – 1993), dilanjutkan dengan jenjang pendidikan di SD Islam YAKMI Tangerang dan lulus tahun 1999. Pada tahun 2002, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Budi Luhur dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Budi Luhur Karang Tengah pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB).

Selama menjadi mahasiswi penulis berperan aktif dalam beberapa kegiatan seperti kegiatan kesenian mahasiswa Tari Saman Bungong Puteh tahun 2005/2008, Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota, dan menjadi Asisten Mata Kuliah Teori Desain Lanskap (ARL 212) tahun 2008/2009. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian, seminar, lokakarya, dan pelatihan-pelatihan yang menunjang kegiatan akademik. Sebagai tugas akhir selama menempuh studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor” di bawah bimbingan Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi.


(10)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Manfaat ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara ... 5

Jenis Polutan Udara ... 6

Jalan ... 12

Ruang Terbuka Hijau Kota ... 16

Jalur Hijau Jalan ... 17

Fungsi Pohon pada Lanskap Jalan ... 19

Kanopi dan Tajuk Pohon ... 23

Sistem Informasi Geografi ... 25

Citra Satelit Quick Bird ... 27

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Administratif ... 28

Kondisi Tata Guna Lahan ... 29

Kondisi Jaringan Jalan Kota Bogor ... 30

Presentase Data Lalu Lintas ... 31

METODOLOGI Tempat dan Waktu ... 34

Alat dan Bahan ... 34

Metode dan Tahap Penelitian ... 35

Metode Geographic Information System (GIS) ... 38

Kualitas Udara ... 39


(11)

ii

Batasan Penelitian ... 48

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 49

Analisis Kualitas Udara ... 52

Model Pertumbuhan ... 53

Analisis CITYgreen 5.4 pada 10 tahun yang akan datang ... 56

Analisis CITYgreen 5.4 pada 20 tahun yang akan datang ... 58

Analisis CITYgreen 5.4 pada 30 tahun yang akan datang ... 60

Pembahasan ... 62

Analisis Kualitas Udara ... 62

Hasil Analisis CITYgreen 5.4 ... 62

Analisis Kemampuan Kanopi Pohon dengan Kualitas Udara .. 67

Rekomendasi ... 76

Model pertumbuhan ... 80

Hasil Skenario Model Pertumbuhan ... 80

Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan ... 84

Perbandingan Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan ... 86

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 94

Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(12)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Toksinitas relatif polutan... 7

2. Daya serap vegetasi terhadap polutan di udara ... 22

3. Jenis, Sumber, dan Fungsi data ... 36

4. Jenis polutan, Jumlah polutan yang dapat dibersihkan, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan pada laporan analisis CITYgreen 5.4 ... 65

5. Rata-rata Emisi Kendaraan Bermotor ... 68

6. Metode Analisa dan Baku Mutu Udara Ambien ... 69

7. Kualitas Udara di Ruas Jalan Raya Jalan Padjajaran, Kota Bogor ... 69

8. Perbandingan Jumlah Polutan yang dapat Dibersihkan terhadap Udara Ambien ... 70

9. Penutupan Luas Kanopi ... 84

10. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 10 tahun yang akan datang ... 85

11. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 20 tahun yang akan datang ... 85

12. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 30 tahun yang akan datang ... 85


(13)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Pembagian Fungsi Jalan ... 14

3. Bagian-bagian Jalan ... 15

4. Vegetasi Sebagai Penyaring Polutan ... 20

5. Mekanisme Vegetasi dalam Mereduksi Polutan Udara ... 21

6. Translokasi Polutan oleh Vegetasi ... 22

7. Bentuk-bentuk Tajuk Pohon ... 24

8. Peta Wilayah Administratif ... 28

9. Peta Tata Guna Lahan ... 29

10. Peta Jaringan Jalan ... 30

11. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Kebun Raya – Cibinong) dan Sebaliknya ... 31

12. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Bale Binarum – Tajur/Ciawi) dan Sebaliknya ... 32

13. Proporsi Penggunaan Moda Angkutan di Kota Bogor ... 33

14. Peta Lokasi Penelitian ... 34

15. Data yang Diperlukan dalam Analisis CITYgreen 5.4 ... 40

16. Cara Mengukur DBH Pohon ... 42

17. Mengukur Tinggi Pohon ... 43

18. Bagian Penilaian Kesehatan Pohon ... 44

19. Form Menambah atau Memperbaharui Data ... 45

20. Form Menambah Spesies Baru ... 46

21. Form Model Pertumbuhan Pohon ... 46

22. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 47

23. Digitasi Batasan Wilayah ... 49

24. Digitasi Canopy Theme ... 50

25. Digitasi Non-canopy Theme ... 50

26. Digitasi pada Lokasi Penelitian Jalan Raya Padjajaran ... 51

27. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran .... 52

28. Tabel Data Atribut Non-canopy ... 54


(14)

v 30. Skenario Pertumbuhan Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran

Menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 ... 55

31. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 10 Tahun yang akan Datang ... 56

32. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 20 Tahun yang akan Datang ... 58

33. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 30 Tahun yang akan Datang ... 60

34. Batasan Wilayah Analisis ... 62

35. Potongan Batasan Wilayah ... 63

36. Overlay pada Digitasi Penutupan Permukaan Lahan ... 64

37. Pencemaran Udara Utama Kota Berasal dari Kendaraan Bermotor ... 67

38. Dominasi Pohon Manhoni dan Angsana pada Lokasi Penelitian ... 71

39. Lokasi Warung Jambu... 77

40. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Warung Jambu ... 77

41. Lokasi Factory Outlet ... 78

42. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Factory Outlet ... 78

43. Lokasi Tugu Kujang ... 78

44. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Tugu Kujang ... 79

45. Lokasi Baranangsiang ... 79

46. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Baranangsiang ... 79

47. Model Pertumbuhan Kanopi Pohon pada Lokasi Baranangsiang ... 81

48. Detail Skenario Kanopi Pohon pada Lokasi Baranangsiang Menggunakan Model Pertumbuhan pada CITYgreen 5.4 ... 82

49. Detail Skenario Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran Menggunakan Model Pertumbuhan pada CITYgreen 5.4 ... 83

50. Pertumbuhan Kanopi Pohon ... 86

51. Diagram Luas Penutupan Kanopi Pohon Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ... 87

52. Diagram Analisis Kemampuan Kanopi Pohon Membersihkan Polutan Udara Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ... 88

53. Diagram Persentase Kemampuan Kanopi Pohon dalam Mereduksi Setiap Jenis Polutan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ... 90

54. Skematik Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan... 92

55. Diagram Penghematan Biaya yang dapat Dilakukan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ... 93


(15)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kualitas Udara di Ruas Jalan Kota Bogor ... 99

2. Lembar Inventori Data Pohon ... 100

3. Jenis Vegetasi pada Tabel Data Atribut Jalan Raya Padjajaran ... 102


(16)

Latar Belakang

Secara umum, transportasi diartikan sebagai perpindahan barang/orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktivitas transportasi pun juga meningkat. Hal ini dikarenakan tidak semua fasilitas yang dibutuhkan masyarakat berada pada satu tempat. Kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya pergerakan menuju daerah pemenuhan kebutuhan. Dari sini dapat dilihat bahwa transportasi sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi yang lancar maka distribusi barang dan jasa juga akan semakin mudah.

Namun tidak selamanya aktivitas transportasi berdampak positif. Aktivitas transportasi juga dapat memberikan akibat negatif. Salah satunya adalah dampak terhadap lingkungan. Aktivitas transportasi yang tidak dikendalikan, terutama transportasi dengan kendaraan bermotor, dapat merugikan lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Dampak negatif tersebut salah satunya ialah tingginya kadar polutan akibat emisi atau pelepasan asap dari kendaraan bermotor. Fardiaz (1992), menyatakan bahwa sumber polusi utama udara di wilayah perkotaan yaitu berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon.

Khusus di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar polusi udara. Hal ini disebabkan karena pada wilayah perkotaan terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya yang sebanding dengan meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Badan Pusat Statistik Republik Indosesia menyatakan bahwa kenaikkan kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2005 – 2008 naik hingga 71%. Lebih lanjut Fardiaz (1992) juga menjelaskan bahwa polusi udara akan semakin terlihat pada daerah yang padat penduduknya dengan aktivitas yang kompleks. Polusi udara disebabkan karena adanya gas buang dari kendaraan bermotor yang berupa Karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), dan


(17)

signifikan terhadap meningkatnya gas rumah kaca. Dahlan (2007) menyebutkan bahwa penggunaan bahan bakar yang terus meningkat akan mengakibatkan konsentrasi ambien gas CO2 meningkat yang kemudian dapat mengakibatkan

pemanasan global melalui efek rumah kaca.

Salah satu upaya untuk mengurangi masalah polusi udara diantaranya penggunaan bahan bakar dan mesin-mesin yang berpolutan rendah pada kendaraan bermotor. Sedangkan untuk polutan yang telah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi dengan adanya penggunaan vegetasi. Currie dan Bass (2005), menjelaskan bahwa pohon dapat mereduksi polutan CO di udara (0,06-0,57) lebih besar dibandingkan dengan rumput (0,14 - 0,35 mg).

Jalur hijau jalan, merupakan sebuah alternatif untuk ruang terbuka hijau yang efektif bagi kota, terutama dalam mereduksi polusi udara akibat kendaraan bermotor (Dinas Pertamanan Bogor, 2007). Bila menyebar merata dalam kota, jalur hijau jalan dapat memberikan sebuah karakter yang dominan pada lanskap kota, dan peranan ekologisnya dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota. Oleh sebab itu, perlu pengendalian jumlah polutan yang telah terlepas dalam lingkungan kota dengan menjaga atau mengadakan kembali ruang hijau kota.

Kota Bogor secara geografis terletak di kawasan Jabodetabek. Lokasi strategis dimana menjadi bagian dari kota metropolitan Jakarta, pada pembangunan kotanya banyak dipengaruhi oleh perkembangan dan tuntutan kegiatan dari sistem metropolis tersebut. Salah satunya peningkatan kebutuhan transportasi, baik menuju maupun ke luar kota. Penelitian ini akan menganalisis manfaat kanopi pohon dalam menjerap dan menyerap polutan udara di sepanjang jalur hijau Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Jalan tersebut ialah jalan utama yang memiliki aktivitas transportasi terpadat di Kota Bogor (Dishubkom, 2007). Selain itu, jalan tersebut juga merupakan jalan terpanjang di Kota Bogor dan memiliki jalur hijau jalan yang tentu saja memiliki manfaat ekologi yang berperan penting dalam membersihkan polutan di udara. Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk diketahui besarnya manfaat ekologi yang dihasilkan dalam kaitan penyerapan polusi udara yang bersumber pada aktivitas transportasi.


(18)

Dengan metode GIS, menggunakan prangkat lunak ArcView 3.2 ekstensi CITYgreen 5.4, kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara akan dianalisis melalui pendekatan berdasarkan luasan kanopi pohon. Penelitian ini juga akan menganalisis kemampuan daya serap dan jerap polutan hingga 30 tahun yang akan datang, dengan memanfaatkan Growth Modeling pada ekstensi CITYgreen 5.4. Jangka waktu tersebut dipilih dengan mempertimbangkan usia pada kelompok pohon tertentu yang relatif tua. Kemudian, dari hasil analisis akan diketahui manfaat ekologi yang diberikan oleh kanopi pohon dalam bentuk satuan massa (Kilogram) dan penghematan biaya yang dapat dilakukan berdasarkan biaya eksternalitas yang akan dikeluarkan oleh pemerintah dan juga masyarakat sekitar dalam satuan mata uang (Rupiah).

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis dan mengetahui potensi jalur hijau jalan dalam mereduksi polutan udara.

2. Memprediksi dan membandingkan kemampuan kanopi pohon mereduksi polutan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang.

Manfaat

Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi Pemerintah Kota Bogor untuk mengetahui nilai ekologi dari manfaat kanopi pohon dalam mereduksi polutan kota.

Kerangka Pemikiran

Jalur hijau pada jalan Raya Padjajaran memiliki fungsi ekologi yang dapat membersihkan polutan di udara, terutama polutan yang berasal dari kendaraan bermotor. Dengan menggunakan Citra kawasan, dilakukan pendigitasian yang kemudian dianalisis oleh CITYgreen. Dari hasil analisis akan diketahui kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan dalam bentuk satuan massa dan mata uang. Guna mengetahui kemampuan kanopi pohon pada jalur hijau telah mampu/tidak mampu mereduksi polutan yang ada pada saat ini, maka akan dibandingan dengan kadar polutan yang ada pada jalur jalan. Rekomendasi diberikan untuk mendukung memaksimalkan kemampuan kanopi pohon.


(19)

Dengan menggunakan kembali Citra kawasan dan hasil digitasi, dilakukan model pertumbuhan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Dari masing-masing hasil pemodelan dilakukan analisis CITYgreen. Hasil analisis yang didapat kemudian dibandingkan guna mengetahui sejauh mana perubahan manfaat ekologi dari kanopi pohon yang terjadi di masa yang akan datang (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dampak negatif Permasalahan utama kota: Polusi udara Pengendalian pada sumber polutan Pengurangan polutan yang telah

terlepas: vegetasi Dampak positif

- Mempermudah aktivitas - Menghemat biaya, tenaga,

dan waktu

Transportasi

Perbandingan kemampuan pembersihan udara hingga 30 tahun kedepan Kadar polutan

pada jalur jalan 

Rekomendasi Mampu/ tidak mampu

mereduksi polutan

Analisis CITYgreen

Hasil:

- Kemampuan jerap dan serap terhadap polutan (Kg) - Penghematan biaya

yang dapat dilakukan oleh kanopi pohon (Rp)

Model pertumbuhan 

Analisis CITYgreen

Hasil:

- Kemampuan kanopi pohon mereduksi polutan (Kg) - Penghematan biaya

pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang (Rp) Jalur hijau kota


(20)

Pencemaran Udara

Undang-undang Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya.

Polutan merupakan zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Suatu zat dapat disebut polutan, apabila jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada waktu yang tidak tepat, dan berada pada tempat yang tidak tepat. Sifat polutan adalah:

1. Merusak untuk sementara, tetapi bilatelah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.

2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya, Timbal (Pb) tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada pencemaran udara terdapat beberapa unsur yang penting. Unsur-unsur tersebut antara lain debu, sulfur oksida, karbon monoksida, oksida nitrogen, dan metana. Beberapa unsur tersebut dikeluarkan oleh sumber pencemar yang dapat mengganggu mutu udara.

Udara ambien adalah udara bebas yang berada dipermukaan bumi pada lapisan troposfer dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien nasional, ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara.


(21)

Jenis Polutan Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S),

dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain disebabkan polutan alami, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992).

Lebih dalam Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa polutan udara primer adalah jumlah polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya. Polutan ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur oksida (SOx), dan partikel. Selain

itu juga terdapat polutan sekunder, yaitu polutan primer yang bereaksi di atmosfir membentuk polutan baru, seperti ozon (O3), PAN (Peroxyacetic nitrat), hujan

asam, dan sebagainya.

Menambahkan, Darmono (2001), bahwa terdapat banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan atmosfer, tetapi ada 9 jenis bahan pencemar udara yang dianggap penting, yaitu sebagai berikut:

1. Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).

2. Oksida belerang: sulfur oksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3).

3. Oksida nitrogen: nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dan dinitrogen

oksida (N2O).

4. Komponen organic volatile: metan (CH4), benzen (C6H6), klorofluorokarbon

(CFC), dan kelompok bromine.

5. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat, minyak, benefil poliklorin, dioksin, dan pestisida. 6. Oksida fotokimiawi: ozon, peroksiasil nitrat, hidrogen peroksida, hidroksida. 7. Substansi radioaktif: radon-222, iodine-131, strontium-90.

8. Panas: dari proses perubahan bentuk, saperti saat pembakaran minyak menjadi gas pada kendaraan, pabrik, dan lain-lain

9. Suara: dihasilkan dari kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin industri, sirine, dan sebagainya.


(22)

Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada. Toksisitas kelima polutan tersebut berbeda-beda. Pada Tabel 1 menyajikan toksisitas relatif masing-masing polutan. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti berturut-turut NOx, SOx, hidrokarbon, dan yang paling rendah adalah

karbon monoksida.

Tabel 1. Toksinitas relatif polutan

Polutan Level toleransi

ppm ug/m3

Toksisitas relatif CO

HC SOx

NOx

Partikel

32.0 40 000 19 300 0.50 1 430 0.25 514 375

1.00 2.07 28.00 77.80 106.70 *Sumber: Fardiaz (1992)

1. Karbon Monoksida (CO)

Sifat fisika dan kimia. Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. CO merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa, dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin.

Sumber dan distribusi. CO di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. CO yang berasal dari alam, termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Separuh dari jumlah CO buatan yang dihasilkan, berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik.


(23)

Reaksi kimia: 2 C + O2 2 CO

2 CO + O2 2 CO2

CO2 + C 2 CO

Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Semakin tinggi tingkat kendaraan bermotor, maka semakin tinggi tingkat polusi CO di udara. Selain itu, konsentrasi CO pada tempat tertentu juga dipengaruhi oleh kecepatan emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan dispersi dan pembersihan CO dari udara. Pada daerah perkotaan kecepatan pembersihan udara sangat lambat. Oleh karena itu, kecepatan dispersi dan pembersihan CO sangat menentukan konsentrasi CO di udara. Kecepatan dispersi dipengaruhi langsung oleh faktor meteorologi, seperti kecepatan dan arah angin. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya.

Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh CO terhadap tanaman terhadap tanaman tidak memiliki pengaruh secara nyata. Sedangkan CO pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian pada manusia. Dalam konsentrasi rendah, CO juga dapat mengganggu kesehatan. CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh.

2. Partikel

Sifat fisika dan kimia. Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan mengacu dari pengambilan sampel di udara, seperti: Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/


(24)

thoracic particulate yang mengedap di saluran pernafasan bagian bawah pangkal tenggorokan. Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun dari pengambilan sampel di udara.

Sumber dan distribusi. Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan vulkano gunung berapi. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Pembakaran sampah dan sampah komersial merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.

Menurut Dahlan (1989) dalam Dahlan (2004), debu yang terdapat pada daun dibedakan menjadi debu terjerap dan debu terserap. Partikel yang terjerap adalah partikel yang menempel di permukaan daun secara sementara. Jika ada angin ataupun hujan, partikel ini akan terlepas dari daun, sedangkan partikel terserap tetap berada di jaringan daun.

Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh partikel terhadap tanaman, secara tidak langsung akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini diakibatkan adanya partikel yang menempel pada daun membentuk kerak sehingga mengganggu fotosintesi, menghambat sinar matahari, dan mencegah pertukaran CO2. Terhadap manusia, partikel <10 mikron dapat mengganggu

sistem pernapasan yang membuat fungsi paru-paru, hidung, serta tenggorakan menjadi kurang baik. Sedangkan pengaruh terhadap bahan lain, polutan ini dapat menimbulakan korosif serta membuat kotor alat-alat rumah tangga 3. Nitrogen Oksida (NOx)

Sifat fisika dan kimia. Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya,

tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya NO2 berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO terdapat


(25)

diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2

merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.

Sumber dan distribusi. Dari seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx di udara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada udara di pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb).

Reaksi kimia: NO2 + O2 2 NO

2 NO2 + O2 2 NO2

Emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energy, dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

Dampak terhadap kesehatan. Polutan NOx diketahui bersifat sangat

merusak tanaman. Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992) membuktikan bahwa pada konsentrasi 1,0 ppm akan menunjukkan binti-bintik pada daun. Sedangkan untuk konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) menyebabkan nekrosis atau kerusakan tenunan daun. Pada manusia, NO dan NO2 memiliki pengaruh yang sangat berbahaya. NO2 menujukkan empat

kali lebih beracun daripada NO, terutama terhadap paru. 4. Sulfur Oksida (SOx)

Sifat fisika dan kimia. Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur

oksida (SOx). SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah


(26)

Sumber dan distribusi. Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam, seperti

vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Pada transportasi hanya

menghasilkan sedikit SOx, sehingga tidak terlalu menjadi masalah utama.

Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran SOx, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya. Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.

Reaksi kimia: S + O2 SO2

2 SO2 + O2 2 SO3

Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh SOx terhadap tanaman

diantaranya beberapa bagian daun menjadi kering dan mati. Kontak SOx pada

konsentrasi rendah dalam waktu lama mengakibatkan kerusakan kronis sehingga pembentukan klorofil menjadi tehambat. Sedangkan pengaruh terhadap manusia dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Selain itu, polutan ini juga memberikan dampak terhadap bahan lain yang dapat mengakibatkan korosi pada bahan metal, kerapuhan pada bahan bangunan dari karbonat, dan melapuknya serat tekstil serta kertas. 5. Ozon (O3)

Sifat fisika dan kimia. Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain

oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar matahari. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia, meliputi Ozon, Nitrogen


(27)

dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN) yang kemudian dinyatakan sebagai kadar ozon karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon. Reaksi ini melibatkan siklus fotolitik NO2.

Sumber dan distribusi. Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa Ozon merupakan jenis polutan sekunder yang terdiri dari molekul oksigen dengan tambahan sebuah atom oksigen. Reaksi lanjutan terjadi karena tidak sempurnanya proses pembakaran. Polutan ozon tidak secara langsung dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Dalam pembentukkannya, berasal dari pengaruh siklus fotolitik NO2 dan interaksi antara NO2 dengan sinar matahari.

Tahap-tahap reaksi tersebut, sebagai berikut:

1. NO2 mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultra violet dari matahari.

2. Energi yang diabsorbsi tersebut memecah molekul-molekul NO dan atom-atom oksigen (O). Atom oksigen yang terbentuk bersifat sangat reaktif. 3. Atom-atom oksigen akan bereaksi dengan oksigen atmosfer (O2)

membentuk ozon (O3) yang merupakan atom sekunder.

4. Ozon akan bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksi

menjadi lengkap.

Dampak terhadap kesehatan. Ozon yang baik menurut Darmono (2001), berada pada daerah stratosfer yang berfungsi untuk menyaring 99% sinar berbahaya dari matahari, yaitu radiasi ultraviolet. Sedangkan ozon yang buruk berada di lapisan troposfer karena terbentuk akibat aktivitas manusia. Hal tersebut berbahaya untuk kesehatan manusia, diantaranya menyebabkan iritasi pada selaput mata, saluran pernapasan, dan meningkatnya gejala asma. Beberapa kerusakan pada tanaman, yaitu menghambat fotosintesis, berkurangnya klorofil, menyebabkan nekrosis, dan menghambat respirasi. Pengaruh terhadap bahan lain, seperti berpotensi merusak bahan-bahan yang berasal dari karet.

Jalan

Dalam lanskap kehidupan manusia, tersusun atas dua hal yaitu tempat dan jalan. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan, sedangkan tempat sebagai pusat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar, beribadah, dan bersantai (Simonds dan Starke, 2006).


(28)

Jalan memiliki fungsi diantaranya sebagai sirkulasi kendaraan, yaitu sebagai akses menuju tempat-tempat tertentu, sebagai penghubung berbagai tempat, dan sebagai tempat pergerakan manusia dan barang (Harris and Dines, 1988). Jalan yang baik mampu menyediakan kenyaman, daya tarik, dan rasa senang pada penggunanya. Aktivitas manusia yang amat beragam dan tersebar luas di segala penjuru mengharuskan manusia untuk melakukan mobilitas dari suatu lokasi menuju lokasi lainnya.

Disisi lain, Dirjen Bina Marga pada tahun 2006 juga menjelaskan bahwa jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat kota dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki. Jalan berperan untuk trasportasi penumpang, transportasi barang, dan mendorong pengembangan wilayah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 2004, disebutkan bahwa jalan adalah suatu prasana perhubungan darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam masyarakat perkotaan.

Menurut statusnya, jalan umum dibagi menjadi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antara ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.


(29)

3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Sesuai dengan peruntukannya, jalan terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

1. Jalan arteri, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan kolektor, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan lingkungan, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.


(30)

Bagian-bagian jalan menurut PP No. 34 tahun 2006, meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawas jalan.

1. Ruang manfaat jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, yang hanya diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan angkutan umum; saluran tepi jalan, yang merupakan saluran penampungan dan penyaluran air agar badan jalan bebas dari pengaruh air; dan ambang pengaman jalan, berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan pengaman yang berada diantara tepi badan jalan dan batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan kontruksi jalan.

Gambar 3. Bagian-bagian Jalan (Sumber: PP No.34 Tahun 2006 tentang Jalan)

2. Ruang milik jalan (Rumija) yang terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Rumija diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lanskap jalan. Rumija paling sedikit memiliki lebar, sebagai berikut: - Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;

- Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter; - Jalan sedang 15 (lima belas) meter; - Jalan kecil 11 (sebelas) meter.


(31)

3. Ruang pengawasan jalan (Ruasja) merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya berada dibawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruasja diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengaman konstruksi jalan serta pengaman fungsi jalan. Lebar Ruasja ditentukan dari tepi badan jalan.

Ruang Terbuka Hijau Kota

Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka non-hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air.

Menurut Nurisyah (1996), RTH kota adalah ruang-ruang terbuka (open spaces) di berbagai tempat di suatu wilayah perkotaan yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia atau warga kotanya selain untuk kelestarian dan keindahan lingkungan. RTH adalah salah satu komponen pembentuk ruang atau wilayah perkotaan yang memiliki peranan penting dalam menyangga (biofiltering), mengendalikan (biocontroling), dan memperbaiki (bioengineering) kualitas lingkungan kehidupan suatu wilayah perkotaan. Karena itu, RTH juga dinyatakan sebagai bagian dari ruang fungsional suatu wilayah perkotaan yang dapat meningkatkan kualitas fisik, non fisik, dan estetika alami suatu kota (Dinas Pertamanan, 2007).

Dalam struktur dan pemanfaatan ruang kota, RTH juga dapat berperan dalam menjaga keseimbangan penggunaan lahan dan merupakan komponen pembentuk struktur dan tata ruang kota sesuai dengan hierarki peruntukannya. Sebagai konsekuensi dari berbagai hal ini dapat dinyatakan bahwa keberadaan


(32)

suatu RTH dan juga kelestarian keberadaannya sangat dibutuhkan dalam mengendalikan pembangunan dan perkembangan suatu wilayah perkotaan.

Lebih dalam dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, manfaat RTH berdasarkan fungsinya terbagi atas:

1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh segar sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah).

2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemelihara akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

Jalur Hijau Jalan

Simonds dan starke (2006) menjelaskan bahwa jalur hijau jalan merupakan bagian jalan yang disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lain. Tanaman tepi jalan berfungsi untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, menghilangkan silau, serta mengurangi polusi udara dan kebisingan. Tanaman tepi jalan memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung di jalan umum dengan jalan pemukiman. Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan mempertimbangkan ketentuan geometri jalan dan fungsi tanaman.

Jalur hijau jalan memiliki fungsi penting yang berperan sebagai RTH utama dalam kota dan menyebar rata dalam kota yang memberikan sebuah karakter dominan pada lanskap kota dan peranan ekologisnya berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2006, menyatakan bahwa jalur hijau adalah setiap jalur tanah yang terbuka tanpa bangunan yang diperuntukan untuk pelestarian lingkungan sebagai salah satu sarana dan pengadaan taman kota.

Hal-hal yang perlu dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan lanskap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan adalah sebagai berikut:


(33)

1. Pada jalur tanaman tepi

Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi criteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. 2. Pada jalur tengah (median)

Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4 – 6 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat peletakkannya terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan (“U - turn”), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan.

3. Pada daerah tikungan

Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih janis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0,80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.

4. Pada daerah persimpangan

Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan laskap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini, pemilihan jenis tanaman dan peletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang.

Selain itu, pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, terdiri dari tanaman pohon, tanaman perdu/semak, dan tanaman penutup permukaan tanah. Dinas Pertamanan (2005) menetapkan persyaratan spesifik dalam pemilihan jenis tanaman lanskap jalan yang akan digunakan pada kawasan perkotaan, yaitu sebagai berikut:


(34)

1. Secara umum tanaman disenangi dan tidak membahayakan bagi warga kota; 2. Mampu tumbuh, hidup, dan berkembang pada lingkungan kota yang marginal

(defisit air, suhu tinggi, lahan terbuka luas, udara tercemar, lahan tidak subur, strukturnya sudah rusak, dan lainnya);

3. Tahan terhadap gangguan fisik dari hama dan penyakit tanaman serta gangguan manusia (vandalisme) serta pemangkasan;

4. Prioritas vegetasi endemik yang dikaitkan dengan fungsi biofisik dan sosial; 5. Mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan juga berpengaruh positif

terhadap tubuh tanah;

6. Mempunyai sistem perakaran yang dalam, serta tidak mudah tumbang oleh angin tetapi perakaran jangan merusak saluran utilitas (gas, air, telepon), dan bangunan lain;

7. Mempunyai tajuk lebar, selalu hijau dan berbunga, tidak menggugurkan daun dan cabang, tumbuh relatif cepat, batang dan cabang harus kuat dan elastic sehingga tidak mudah roboh, serta tidak memiliki buah besar dan keras;

8. Menghasilkan oksigen dalam jumlah yang relatif besar dan mampu meminimalkan kadar polutan atau pencemar lingkungan;

9. Keanekaragaman hayati dan dapat menjadi tempat hidup (habitat), sarang, pakan atau tempat istirahat satwa liar terutama burung-burung;

10.Merupakan jenis yang dapat berasosiasi dengan komponen lainnya; 11.Mudah untuk mendapatkan stok tanaman atau benihnya;

12.Mudah dalam pemeliharaan dan pengelolaannya.

Fungsi Pohon pada Lanskap Jalan

Pohon adalah tanaman tahunan berkayu dan berbatang tinggi dengan dahan dan ranting jauh di atas permukaan tanah (Dirjen Bina Marga, 1999). Pohon memiliki batang utama tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Berdasarkan tingginya, pohon dibagi menjadi: 1. Pohon kecil, pohon yang memiliki ketinggian sampai dengan 7 meter.

2. Pohon sedang, pohon yamg memiliki ketinggian dewasa 7 -12 meter. 3. Pohon besar, pohon yamg memiliki ketinggian dewasa lebih dari 12 meter.


(35)

Dirjen Bina Marga (1996) menjelaskan beberapa fungsi dari pohon yang berada pada lanskap jalan, yaitu:

1. Tanaman Penyerap Polusi Udara dan Kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan dapat mengurangi kebisingan.

Gambar 4. Vegetasi Sebagai Penyaring Polutan (Sumber: Carpenter, 1975)

2. Tanaman Pembatas, Pengarah, dan Pembentuk Pandangan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.

3. Tanaman Konservasi Tanah adalah jenis tanaman berbentuk pohon, perdu/semak atau tanaman penutup tanah yang karena sistem perakarannya dapat berfungsi untuk mencegah erosi pada tanah berlereng.

4. Tanaman Penutup adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara. Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman tanaman yang tetap (permanen).


(36)

5. Tanaman Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 (dua) meter dan dapat memberikan keteduhan dan menahan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki.

6. Tanaman Pengarah, Penahan, dan Pemecah Angin adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan suatu komposisi membentuk kelompok.

Gambar 5. Mekanisme Vegetasi dalam Mereduksi Polutan Udara

Terkait dengan masalah polusi udara, Nasrullah (2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 5), yaitu:

1. Difusi, pemencaran polutan ke atmosfir yang lebih luas. Tajuk pohon yang tinggi dapat membelokkan hembusan angin ke atmosfir yang lebih luas, sehingga konsentrasi polutan menurun.

2. Absorbsi, penyerapan polutan gas melalui stomata polutan gas masuk kedalam jaringan daun.

3. Adsorbsi, penjerapan polutan partikel oleh permukaan daun, batang, ranting yang menjerap partikel debu dan logam yang terkandung di dalam udara. 4. Deposisi partikel besar oleh daun dan bagian tanaman lainnya.

Untuk menghitung kemampuan vegetasi dalam menyerap polutan di udara, diperlukan pendekatan fisiologis pada proses translokasi, transportasi pada air, dan transpirasi. Dikarenakan, pada proses tersebut terdapat banyak gas dan partikel padat kurang dari 10 mikron yang berupa polutan diserap dan digunakan


(37)

untuk kebutuhan fisiologis tanaman (American Forest, 2002). Gambar 6 merupakan proses translokasi polutan pada vegetasi.

Gambar 6. Translokasi Polutan oleh Vegetasi (Sumber: City of Boulder Water Conservation Office, 2002)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tanaman dalam meningkatkan penyerapan polutan, diantaranya faktor lingkungan (konsentrasi polutan, cahaya, suhu) dan faktor morfologi/fisiologi daun (ketebalan daun, klorofil, laju fotosintesis, laju transpirasi, konduktas stomata, kerapatan stomata). Penelitian di Toronto tahun 2005 yang membuktikan bahwa vegetasi dapat mengurangi sumber-sumber pencemar NO2, SO2, CO, PM10, dan ozon (Tabel 2).

Tabel 2. Daya serap vegetasi terhadap polutan di udara Jenis Polutan Rumput

(mg)

Pohon (mg) CO 0,14 - 0,35 0,06 - 0,57 NO2 0,65 - 1,60 0,62 - 3,74

Ozon 1,27 - 3,10 1,09 - 7,40 PM10 0,88 - 2,17 1,37 - 5,57 SO2 0,25 - 0,61 0,23 - 1,37

*Sumber: Currie dan Bass, 2005

POLLUTANS REMOVED BY LEAVES TRANSPORTED TO ROOTS VIA PHLOEM

POLLUTANS ABSORBED BY ROOTS TRANSPORTED TO LEAVES VIA XYLEM

 

During the process of photosynthesis, trees’ leaves absorb airborne pollutan and translocate them along with

carbohydrates to the root zone, where microbes are responsible for breaking them down.

Translocation of Pollutans by Vegetation


(38)

Kanopi dan Tajuk Pohon

Kanopi pohon adalah bentuk dari percabangan dahan pohon yang menutupi daratan di bawahnya. Apabila tepi percabangan dahan suatu pohon bertemu dengan tepi percabangan dahan pohon lain dalam kawasan hutan maka disebut sebagai kanopi hutan.

Plant form atau bentuk pohon merupakan suatu karakteristik pohon secara visual yang menunjukkan keseluruhan bentuk (shape) dan pola pertumbuhan, atau outline silhoutte pohon. Bentuk tumbuhan merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan struktur komposisi tumbuhan, mempengaruhi kesatuan dan keanekaan, berperan sebagai aksen atau latar belakang, dan mengkoordinasikan vegetasi dengan bangunan atau elemen desain lainnya.

Booth (1990) menjelaskan terdapat tujuh bentuk umum pohon (Gambar 7). Bentuk-bentuk tersebut diantaranya fastigiate (ramping & meruncing), columnar (lonjong), spreading (melebar), rounded (bulat), pryramidal (piramid), weeping (merunduk) dan picturesque (seperti lukisan).

1. Fastigiate (Ramping & Meruncing)

Pohon fastigiate memiliki bentuk yang meruncing dan profil yang ramping yang mengarahkan mata memandang secara vertikal ke atas. Jika ditanam dalam baris, mereka bisa menciptakan kesan yang cantik sebagai hedge (pagar/pelindung) untuk mendefiniskan batas, pemecah angin, dan sebagai screen yang efektif untuk meredam polusi suara atau menutupi pemandangan yang kurang enak dilihat.

2. Columnar (Lonjong)

Seperti namanya, bentuk pohon columnar (lonjong) menyerupai kolom atau silinder dengan cabang (ranting) pohon yang panjangnya seragam. Kesannya seperti ramping, padahal sebenarnya tidak. Hal ini disebabkan karena pola percabangannya. Banyak jenis pohon yang diketahui umumnya masuk kedalam kategori ini. Bagus sebagai pohon pengarah yang diaplikasikan pada jalan masuk, dan sebagainya.

3. Spreading (Melebar)

Pohon yang tajuknya melebar bahkan di bagian puncak kanopinya memberi kesan yang sangat luas. Terlihat masif (padat), membuat rumah yang


(39)

hanya satu lantai semakin terlihat pendek. Tapi jika ditanam untuk rumah yang fasadenya ramping justru terlihat kontras dan menarik.yang kecil semakin terlihat kerdil.

Gambar 7. Bentuk-bentuk Tajuk Pohon (Sumber: Booth, 1990)

4. Rounded (Bulat)

Bentuk bulat kanopi pohon ini sangat ideal untuk lanskap yang desainnya formal. Jika ditanam berbaris akan menciptakan kesan linear yang kuat, dan kanopinya yang mampu menangkap angin. Jika ditanam sendiri di padang rumput, pohon akan menjadi sebuah spesimen yang menarik.


(40)

5. Pryramidal (Piramid)

Pohon berbentuk piramid ini memiliki kanopi segitiga - lebar di bagian bawah dan menyempit (meramping) di bagian puncak. Banyak pohon-pohon desidu dan konifer yang memiliki bentuk klasik ini. Satu buah pohon bentuk piramid yang berukuran besar akan terlihat menarik jika ditanam di halaman yang luasannya cukup lebar, sehingga memberi ruang bagi pohon untuk tumbuh baik.

6. Weeping (Merunduk)

Ranting pohon merunduk ini jatuh ke bawah dan terlindungi dengan menarik. Umumnya pohon ini lebih kecil dan ornamental yang mampu memperlembut elemen hardscape. Kebanyakan pohon memiliki bentuk ini. 7. Picturesque (Seperti Lukisan)

Bentuk rantingnya irregular (tidak teratur) dan acak, menciptakan bentuk kanopi asimetris yang menarik. Menciptakan bayangan yang bagus, dan setelah daunnya berguguran, rantingnya yang arsitektural menciptakan siluet yang dramatis.

Dalam kaitannya mereduksi polusi udara, Kharismana (2004) menyebutkan bahwa kriteria vegetasi yang berfungsi sebagai penyerap polutan, yaitu toleran terhadap polusi, kombinasi semak, penutup tanah, dan pohon dengan penataan berlapis-lapis, kerapatan tinggi, jarak tanam rapat, daun tebal dengan permukaan kasar, mempunyai trikoma dan kerapatan stomata tinggi, struktur tepi daun kasar/bergerigi/berbulu, batang dan cabang bertekstur kasar, evergreen. Contohnya, Casuarina equisetifolia, Aghatis alba, Bauhinia sp., Barringtonia asiatica, Cassua fistula, Delonix regia, Samanea saman.

Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografi atau GIS (Geographic Information System) menurut Prahasta (2002) adalah suatu sistem informasi tentang pengumpulan dan pengolahan data serta penyampaian informasi dalam koordinat ruang, baik secara manual maupun digital. Data yang diperlukan merupakan data yang mengacu pada lokasi geografis yang terdiri dari dua kelompok, yaitu data grafis dan data atribut. Data grafis tersusun dalam bentuk titik, garis, dan polygon. Data atribut berupa data kualitatif atau kuantitatif yang merupakan hubungan satu-satu dengan


(41)

data grafisnya. GIS digunakan untuk menyimpan dan menganalisis informasi-informasi geografis. Dalam menangani data yang bereferensi suatu geografis, sistem komputer ini memiliki empat kemampuan dasar, yaitu data masukan (data spasial dan data atribut), data keluaran (peta tematik), manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), dan analisis data.

Menurut ESRI (2004), terdapat lima komponen utama dalam GIS, yaitu pelaksana, data, prosedur, hardware, dan software. Kemampuan GIS dalam menangani data yang bereferensi geografis sebagai berikut: pengambilan data (capture), penyimpanan data (store), pemilahan (query), pengolahan (analysis), penampilan (display), dan hasil akhir (output).

Perangkat lunak GIS yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis, MapInfo, ERDAS. Arcview 3.2 merupakan perangkat lunak GIS yang dibutuhkan pada penelitian ini. Software tersebut berfungsi untuk menganalisis data spasial maupun non-spasial dan juga pemetaan. Ekstensi CITYgreen dikembangkan oleh American Forest dari Amerika berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh David Nowak, Ph.D, dari USDA Forest Service. Penggunaan ektensi ini telah banyak dilakukan untuk menganalisis ekologi oleh negara-negara luar, seperti dalam Regional Ecosystem Analiysis Roswell – Gorgia tahun 2002, Urban Ecosystem Analysis San Diego – California tahun 2003, Urban Ecosystem Analysis Palm Beach Country – Florida tahun 2007, dan sebagainya. Program ini juga dapat dilakukan di berbagai negara atau benua lain, seperti China termasuk Indonesia karena didalam analisis, CITYgreen memberikan pilihan-pilihan yang sama atau mendekati dengan kondisi daerah yang akan dianalisis. Selain itu, CITYgreen juga bisa menambahkan jenis pohon berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Dalam proses menganalisis kebutuhan suatu RTH, digunakan ekstensi CITYgreen 5.4 yang berfungsi dalam menganalisis kualitas udara, penyimpanan dan daya serap karbon, aliran permukaan air, dan penyimpanan, dengan memanfaatkan luas kanopi pohon. Untuk mengetahui kemampuan kanopi pohon dalam menyerap dan menjerap polutan serta keuntungan ekologi yang dihasilkan, penelitian hanya akan menggunakan analisis kualitas udara pada ekstensi CITYgreen 5.4. Dari hasil analisis akan didapat luas area analisis, persentase distribusi penutupan lahan, jumlah koefisien polutan yang dapat diserap dan


(42)

dijerap dalam satua Pounds, dan penghematan dari penyerapan polusi udara tahunan dalam bentuk Dollar yang dikonversi menjadi Rupiah.

Dengan menyerap dan menyaring karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3), dan benda partikel kurang dari 10

mikron (PM10) pada daun, pohon kota melakukan pembersihan udara yang secara langsung mempengaruhi penghuni kota. CITYgreen 5.4 memperkirakan tingkat pembersihan polusi tahunan dari pohon dengan menggunakan studi kajian tertentu untuk polutan tersebut. Untuk menghitung nilai uang dari polutan, ekonomi menghitung nilai ekternal atau nilai tidak langsung yang dikeluarkan masyarakat untuk pelayanan kesehatan dan mengurangi pemasukan dari turisme. Nilai biaya externality riil dari berbagai polutan udara ditetapkan oleh komisi pelayanan umum di setiap negara (American Forest, 2002).

Citra Satelit Quick Bird

Sudarsono (2006) menjelaskan bahwa Satelit Quick Bird merupakan salah satu satelit yang mengorbit pada bumi secara polar. Satelit ini diluncurkan untuk keperluan pengindraan jauh sumber daya alam. Citra Satelit Quick Bird merupakan milik Amerika Serikat dengan ukuran piksel 0,61 meter yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan perancangan wilayah, seperti perencanaan fisik (jaringan jalan, drainase, pipa, listrik, dll) di daerah perkotaan maupun pedesaan. Ketajaman citra dari sampel yang diambil, umumnya lebih dari 90%, sehingga citra ini sangat baik untuk digunakan sebagai media interpretasi pengindraan jauh.


(43)

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Kondisi Administratif

Berdasarkan data BAPPEDA Kota Bogor (2009), secara geografis Kota Bogor terletak pada 106º 48’ Bujur Timur dan 6º 36’ Lintang Selatan. Wilayah penelitian berada di sepanjang Jalan Raya Padjajaran yang terletak di tengah-tengah kota dengan segmen Warung Jambu hingga Ekalokasari.

Gambar 8. Peta Wilayah Administratif Tahun 2008 Sumber: (BAPPEDA Kota Bogor, 2009)

Lokasi penelitian yang berupa jalur jalan berpola linear, melintasi beberapa kecamatan dan kelurahan di Kota Bogor, terdiri dari:

• Kecamatan Bogor Utara:


(44)

• Kecamatan Bogor Tengah:

o Kelurahan Babakan

o perbatasan timur Kelurahan Paledang o perbatasan barat Kelurahan Tegalega

• Kecamatan Bogor Timur:

o Kelurahan Baranangsiang o Kelurahan Sukasari

Kondisi Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di sepanjang Jalan Raya Padjajaran umumnya digunakan sebagai lokasi perdagangan, serta fasilitas pendidikan, kantor pemerintahan, fasilitas kesehatan, jasa, perumahan individu, fasilitas transportasi, dan RTH (Gambar 9). Hal ini menyebabkan aktivitas transportasi yang tinggi.

Gambar 9. Peta Tata Guna Lahan Tahun 2008 Sumber: (BAPPEDA Kota Bogor, 2009)


(45)

Kondisi Jaringan Jalan

Jaringan jalan di Kota Bogor mempunyai pola radial konsentris. Pola tersebut memiliki konsekuensi berupa terakumulasinya seluruh pergerakan ke kawasan pusat kota, karena merupakan satu-satunya akses untuk mencapai daerah lain. Pergerakan tidak hanya berupa pergerakan internal kota saja, tetapi termasuk juga pergerakan internal-eksternal dan eksternal-internal yang melintas Kota Bogor.

Jalan Raya Padjajaran merupakan salah satu jaringan jalan yang melingkari Kebun Raya Bogor dan juga terhubung dengan kawasan lain secara konsentris yang berada pada kawasan pusat kota. Adanya akumulasi pergerakan (baik internal maupun eksternal) akan menyebabkan beban lalu lintas yang tinggi di kawasan pusat kota.

Gambar 10. Peta Jaringan Jalan Tahun 2008 Sumber: (BAPPEDA Kota Bogor, 2009)


(46)

Mengingat dari segi lebar badan jalan, tata guna lahan, dan arus lalu lintas berdasarkan UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan dan PP No. 34 tahun 2006 tentang jalan, Jalan Raya Padjajaran termasuk dalam klasifikasi fungsi jalan sebagai arteri primer, dengan panjang 7,1 km dan lebar rata-rata mencapai 24,2 m. Jalan ini sudah memakai bahan aspal sebagai lapisan permukaan jalan.

Presentasi Data Lalu Lintas

Berdasarkan data yang didapat dari BAPPEDA Kota Bogor, Pemerintah Daerah telah melakukan survey primer di beberapa titik dengan fokus untuk memberikan gambaran pergerakan dari dan keluar Kota Bogor, diantaranya pada Jalan Raya Padjajaran. Waktu survey dilakukan pada waktu Hari Kerja. Survey pada hari kerja diupayakan untuk mengidentifikasi pergerakan atau permintaan perjalanan di Hari Kerja serta besar jumlah pergerakan dan kecenderungan polanya. Perhitungan volume lalu lintas untuk jalan-jalan di Kota Bogor dilakukan selama 14 jam dimulai dari jam 06.00 sampai dengan 20.00 WIB.

Gambar 11. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Kebun Raya – Cibinong) dan Sebaliknya.


(47)

Dari tampilan Gambar 11, untuk jalan Padjajaran (Kebun Raya) arah ke Cibinong volume kendaraan tertinggi terjadi pada pukul 12.00 - 13.00 dengan jumlah 5086 kendaraan/jam dan pada arah ke Bogor terjadi pada pukul 13.00 - 14.00 dengan volume 4901 kendaraan/jam. Fenomena ini dapat dimengerti karena arah yang menuju ke arah kota Bogor pada waktu istirahat bekerja. Sedangkan volume terendah untuk kedua arah terjadi pada jam 19.00 – 20.00 dan untuk arah Bogor dan 06.00-07.00 untuk arah Cibinong.

Gambar 12. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Bale Binarum – Tajur/Ciawi) dan Sebaliknya.

(Sumber : BAPPEDA Kota Bogor, 2009)

Dari tampilan Gambar 12, untuk jalan Padjajaran (Bale Binarum) arah ke Tajur/Ciawi volume kendaraan tertinggi terjadi pada pukul 11.00 - 12.00 dengan jumlah 1997 kendaraan/jam dan pada arah ke Bogor terjadi pada pukul 07.00 - 08.00 dengan volume 873 kendaraan/jam. Fenomena ini dapat di mengerti karena arah yang menuju ke arah kota Bogor pada waktu berangkat bekerja. Sedangkan volume terendah untuk kedua arah terjadi pada jam 18.00 - 19.00 untuk arah Tajur/Ciawi dan 13.00 - 14.00 untuk arah Bogor.


(48)

Secara keseluruhan proporsi penggunaan moda angkutan di kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 13 beserta keterangan moda angkutannya sebagai berikut:

Gambar 13. Proporsi Penggunaan Moda Angkutan di Kota Bogor (Sumber : BAPPEDA Kota Bogor, 2009)

Keterangan : a. Sepeda motor b. Mobil penumpang c. Bus wisata/karyawan d. Mobil penumpang umum e. Bus sedang (umum) f. Bus besar (umum)

Dari proporsi penggunaan angkutan dari update survey tahun 1996, dapat terlihat bahwa proporsi pemilihan moda yang tertinggi adalah mobil penumpang umum sebesar 39,96% atau sebesar 257.968 kendaraan, sedangkan yang terendah adalah kontainer sebesar 0,017%.

g. Hantaran/pick up h. Truk 2 as

i. Truk 3 as j. Gandengan k. Kontainer


(49)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Kegiatan penelitian dilakukan di sepanjang jalur jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor dengan segmen Warung Jambu hingga Ekalokasari (Gambar 14). Pada lokasi penelitian memiliki pola jalan berbentuk linear sepanjang 7,1 km dan memiliki jalur hijau jalan dengan dominasi pohon pada kanan, kiri, serta median jalan. Waktu pelaksanakan penelitian dimulai pada bulan Januari 2010 hingga Januari 2011.

Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan, terdiri dari: 1. Software ArcView 3.2

2. Ekstensi CITYgreen 5.4, Xtool, Image Analyst, Spatial Analyst

3. GPS, Meteran ukur, Busur 4. Kamera digital

Warung  Jambu


(50)

Sedangkan bahan yang diperlukan, yaitu peta kawasan (Citra Satelit Quick Bird Kota Bogor tahun 2006), data lapang jenis spesies individu pohon jalan Raya Padjajaran, data sekunder kualitas udara, jenis-jenis kondisi umum pohon, dan data umum kota Bogor.

Metode dan Tahap Penelitian

Metode yang digunakan berdasarkan American Forest (2002) dalam analisis CITYgreen terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu: Persiapan studi, Pengumpulan data, Digitasi, Pengamatan lapang, Input atribut data, dan Analisis

CITYgreen. Selain itu, terdapat model pertumbuhan dan perbandingan analisis dengan kadar polutan saat ini dan perbandingan hasil model pertumbuhan kanopi pohon pada masa yang akan datang.

1. Persiapan studi

Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penelitian. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penentuan lokasi penelitian, penelusuran dan studi pustaka, konsultasi, penulisan usulan penelitian dan perbaikan, pengurusan izin penelitian, serta pelatihan program ekstensi CITYgreen 5.4.

2. Pengumpulan data

Kegiatan ini meliputi pengumpulan data-data sekunder atau informasi dasar tentang Jalan Raya Padjajaran dan Kota Bogor. Informasi yang didapat berupa data atribut dan data spasial, baik diperoleh dari pustaka, berbagai pihak terkait, maupun survey. Data yang berkaitan dengan kondisi umum wilayah penelitian diperoleh dari dinas-dinas, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bogor, Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kota Bogor (Dishubkom), Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (DLHK), dan berbagai literatur lainnya. Data berupa Citra Satelit Quick Bird tahun 2006 pada lokasi sepanjang Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor diperoleh dari Laboratorium Tanaman dan Tata Hijau Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.

3. Digitasi

Mendigitasi peta pada lokasi penelitian dengan membedakan themes


(51)

mengelompokan digitasi data pohon, sedangkan Non-canopy theme berguna untuk mengelompokkan digitasi selain pohon.

Tabel 3. Jenis, Sumber, dan Fungsi data.

No. Jenis Data Sumber Data Fungsi Data

1 Citra Satelit Quick Bird2006

Lab. Tanaman dan Tata Hijau Depatemen Arsitektur Lanskap, IPB yang berasal dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)

Data Spasial

2 Data Kendaraan Dinas Perhubungan dan

Komunikasi, Kota Bogor Data Atribut

3 Data Kualitas Udara

Dinas Lingkungan Hidup dan

Kebersihan, Kota Bogor Data Atribut

4

Data Vegetasi - Jenis spesies - DBH

- Tinggi - Kesehatan - Kondisi

pertumbuhan - Karakteristik spesies pohon

Survey Lapang dan Data Sekunder

Data Atribut dan Data Penunjang

4. Pengamatan lapang

Memeriksa atau cek lapang hasil digitasi dengan kondisi lapang tapak dan melengkapi data-data atribut lapang yang dibutuhkan untuk analisis. Dalam analisis manfaat kanopi pohon dalam mereduksi polutan, hanya berdasarkan luasan kanopi pada digitasi peta. Sedangkan pada Modeling Growth yang menggunakan CITYgreen 5.4, dibutuhkan data spesifik pohon, berupa data spesies pohon, tinggi rata-rata individu pohon, diameter batang pohon, kondisi kesehatan, dan kondisi pertumbuhan pohon.

5. Input atribut data

Memasukkan dan melengkapi data atribut atau data yang diperoleh saat pengamatan lapang ke dalam tabel atribut, untuk dapat dianalisis.

6. Analisis kualitas udara menggunakan CITYgreen 5.4

Setelah digitasi pada Citra Satelit dan data atribut telah dilengkapi, analisis dengan menggunakan CITYgreen dapat dilakukan. Hasil yang diperoleh laporan yang terdiri dari statistika tapak berupa persentase luasan penutupan


(52)

lahan dan jumlah polutan yang dapat direduksi atau diserap oleh kanopi pohon dalam satu tahun, dengan satuan Pounds (satuan ukur massa dengan simbol lbs, 1 lbs = 0,45359 kg) dan U.S Dollar (satuan mata uang dengan simbol $) yang akan dikonversi ke dalam Kilogram dan Rupiah. Hasil analisis yang didapat akan dilakukan perbandingan antara nilai hasil analisis menggunakan

CITYgreen dengan kualitas udara berdasarkan udara ambien yang berada di beberapa titik Jalan Raya Padjajaran, sehingga dapat diketahui kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan yang ada.

7. Model pertumbuhan

Merupakan salah satu kelengkapan dari ekstensi CITYgreen dalam menganalisis kanopi pohon. Pemodelan pada CITYgreen menggunakan skenario kanopi dan bentuk berdasarkan jenis spesies pohon, tinggi pohon, diameter batang pohon, kondisi kesehatan, dan kondisi pertumbuhan pohon.

Growth Modeling dapat memodelkan pertumbuhan pohon dan keuntungannya untuk masa yang akan datang. Dengan melengkapi data atribut yang dibutuhkan, pemodelan dapat dilakukan hingga 50 tahun yang akan datang. Pada penelitian ini hanya akan melakukan model pertumbuhan pohon untuk 10, 20, dan 30 tahun ke depan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan usia pohon yang relatif tua pada lokasi penelitian.

8. Analisis CITYgreen 5.4 pada hasil model pertumbuhan

Hasil pemodelan dari Growth Modeling, yaitu berupa skenario

pertumbuhan kanopi pohon pada 10, 20, dan 30 tahun kedepan, akan dianalisis kembali menggunakan CITYgreen 5.4 untuk mengetahui kemampuan dalam menyerap dan menjerap polutan. Analisis ini menghasilkan laporan persentase luasan penutupan lahan dan jumlah polutan yang dapat direduksi atau diserap oleh kanopi pohon dalam satu tahun.

9. Perbandingan analisis

Dari hasil analisis kanopi pohon dalam mereduksi polutan saat ini dan model pertumbuhan hingga 30 tahun yang akan datang. Selanjutnya akan dibandingkan dan diterjemahkan kedalam diagram-diagram untuk melihat perubahan yang terjadi.


(53)

Metode Geographic Information System (GIS)

Perangkat lunak GIS yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis,

MapInfo, ERDAS. Pada penelitian ini perangkat lunak GIS yang digunakan adalah

ArcView 3.2 karena kemampuannya dalam menganalisis lebih baik dan mudah dengan tersedianya banyak ekstensi yang beredar dipasaran. ArcView 3.2 adalah

software yang biasa digunakan untuk menganalisis data spasial maupun non-spasial dan pemetaan. Pada dasarnya, ekstensi CITYgreen 5.4 berfungsi untuk mempermudah dalam menganalisis manfaat ekologi yang terdiri dari:

• Kualitas udara (berdasarkan daya serap terhadap polutan di udara)

• Penyimpanan karbon dan daya serap karbon

• Mereduksi aliran air/banjir

• Konservasi energi dan mengurangi emisi karbon

• Model pertumbuhan

Pada penelitian secara khusus membahas kualitas udara dengan menganalisis kemampuan pohon dalam membersihkan polutan di udara dan melakukan model pertumbuhan untuk beberapa tahun yang akan datang. Hasil analisis CITYgreen berupa nilai ekologi dan ekonomi, sedangkan model pertumbuhan akan menghasilkan skenario pertumbuhan kanopi pohon untuk tahun yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan data spasial yang berasal dari Citra Satelit Quick Bird tahun 2006. Data atribut yang digunakan, berupa data sekunder dan primer, yaitu jenis dan spesies pohon, spesifikasi individu pohon pada lokasi penelitian, dan sebagainya. Klasifikasi penutupan lahan terdiri dari (berdasarkan user manual CITYgreen 5.4), yaitu kanopi pohon, jalan, permukaan yang tertutup oleh rumput, dan semak.

Analisis CITYgreen 5.4 banyak dilakukan bukan hanya untuk latihan teoritis semata, tetapi membantu dalam mempengaruhi keputusan kebijakan riil, dimana dapat memberikan pertimbangan keuntungan yang paling penting untuk kota dan masyarakat (American Forest, 2002). Model ini sudah cukup valid karena terdapat metode teknis perhitungan penangkapan partikel polutan berdasarkan dari luasan kanopi pohon dan daya penangkapan berdasarkan flux harian yang dihitung. Pada model pertumbuhan, dari data jenis pohon yang diinput dilihat karakter fisiknya dan digunakan sebagai pembanding pertumbuhan.


(54)

1. Kualitas Udara

Model analisis kualitas udara pada CITYgreen dikembangkan oleh Forest Service dari Amerika Serikat berdasarkan dari penelitian yang dipimpin oleh David Nowak, Ph.D, dari USDA Forest Service. Dinilai bahwa kapasitas pembersihan polusi udara oleh hutan kota,j tanggap terhadap polutan seperti pada polutan nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), ozon (O3), karbon

monoksida (CO), dan partikel-partikel yang kurang dari 10 mikron (PM10). Dengan menyerap dan menyaring polutan tersebut melalui daun, pohon melakukan jasa pembersihan udara yang sangat penting, secara langsung dan memberikan efek yang baik (kesehatan, kenyamanan, udara bersih, mengurangi kerusakan bangunan) untuk masyarakat sekitar dan mereduksi gas rumah kaca yang dapat menambah global warming.

Hasil analisis CITYgreen berupa analysis report yang menampilkan jumlah dari kelima polutan yang dapat dihilangkan/dibersihkan oleh kanopi pohon. Satuan Pounds, menunjukkan jumlah polutan yang dapat dihilangkan oleh kanopi pohon dalam satu tahun, dan satuan U.S Dollar, merupakan nilai yang berasal dari biaya externality yang secara tidak langsung dikeluarkan oleh masyarakat dan pemerintah akibat adanya polusi udara. Biaya eksternal seperti biaya kesehatan, biaya kenyamanan, biaya kerusakan pada bangunan pada waktu tertentu, dan sebagainya.

Dengan adanya kemajuan teknologi, CITYgreen memberikan kemudahan secara cepat menghitung kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara. Kegiatan analisis tidak memerlukan studi khusus dan penelitian laboratorium. Hasil analisis yang didapat akan mendekati hasil nyata dan kesalahan yang terjadi oleh adanya human eror. Perhitungan kualitas udara pada CITYgreen 5.4

menggunakan rumus sebagai berikut:

Ket: F = Laju penyerapan polutan (Flux)

Vd = Kecepatan pengendapan polutan (Velocitydeposition)

C = Konsentrasi polutan (Concentration)

Sebagai pembanding, salah satu rumus manual yang digunakan dalam penelitian laboratorium untuk menghitung kapasitas tanaman mereduksi jenis


(1)

(2)

NO µg/Nm3 Dba 150 365 10.000 2 24 235 160 230 60

Pengukuran Pertama

1 Pertigaan Empang 97,99 21,52 878,21 0,921 4,029 25,21 13,05 183,39 68,5-72,1

2 Jalan Pajajaran (Hero) 33,19 11,72 729,24 0,021 0,029 13,07 11,05 103,39 68,5-72,1

3 Pertigaan Jl. Pengadilan-Jl. Nyi Raja Permas (SD Pengadilan V) 113,14 25,01 1929,24 1,035 1,020 43,17 29,25 245,03 69,5-72,1

4 Taman Topi 143,04 20,01 1523,29 0,035 2,320 37,57 19,21 165,73 65,5-72,2

5 Pertigaan Jembatan Merah 133,35 21,14 1023,19 0,960 4,770 29,27 13,23 192,35 69,4-73,3

6 Pertigaan Mawar 62,45 18,16 823,13 0,023 1,770 22,24 13,23 175,75 66,1-73,4

7 Warung Jambu 139,12 31,13 1215,37 0,076 2,210 41,25 10,03 253,41 69,1-74,1

8 Ciawi (Batas Kota Arah Bogor Timur) 139,23 65,58 1995,19 0,012 2,410 23,13 18,03 242,02 69,3-77,2

9 Ciluar (Batas Kota Arah Bogor Utara) 99,71 75,75 1665,01 0,072 1,010 33,33 10,03 289,07 69,8-74,2

10 Jl. Baru Kemang (Batas Kota Arah Tanah Sereal) 54,01 25,25 440,01 0,099 2,050 45,93 11,17 205,30 61,0-63,2

11 Pertigaan Bubulak 147,31 59,33 1895,11 0,099 2,050 85,53 21,17 390,73 68,0-73,1

12 Darmaga, Batas Kota Arah Bogor Barat 65,71 12,33 767,35 0,005 1,050 17,03 10,11 110,31 65,0-71,1

13 Pertigaan Pancasan 78,01 18,88 892,05 0,035 3,730 21,13 13,20 241,31 67,4-72,3

14 Pertigaan Tugu Kujang 123,15 29,55 3,04 0,052 2,420 18,23 21,22 213,01 74,6-80,3

15 Pertigaan Plaza Bogor 137,05 89,60 1265,50 0,720 8,420 55,35 22,01 209,06 69,9-75,3

Pengukuran Kedua

1 Pertigaan Empang 99,05 21,54 831,72 0,943 3,025 22,07 13,25 225,05 68,5-70,5

2 Jalan Pajajaran (Hero) 31,19 13,37 985,98 0,041 0,025 13,05 11,15 102,78 68,5-71,5

3 Pertigaan Jl. Pengadilan-Jl. Nyi Raja Permas (SD Pengadilan V) 143,12 27,21 1967,29 1,035 1,060 42,10 28,24 232,93 69,5-74,5

4 Taman Topi 126,57 21,00 1826,05 1,096 2,730 32,32 16,23 205,33 68,5-72,5

5 Pertigaan Jembatan Merah 168,11 23,19 1178,01 0,970 3,560 25,22 14,27 197,09 69,5-73,5

6 Pertigaan Mawar 77,12 19,33 917,19 0,015 1,030 2015 11,25 203,05 68,5-71,5

7 Warung Jambu 123,05 33,52 1811,03 0,091 1,780 40,05 12,06 241,91 69,1-725,0

8 Ciawi (Batas Kota Arah Bogor Timur) 142,02 59,00 2565,13 0,092 2,320 29,19 19,96 241,12 70,5-75,5

9 Ciluar (Batas Kota Arah Bogor Utara) 105,41 76,05 1888,21 0,084 2,310 37,39 15,42 254,13 68,5-7,5

10 Jl. Baru Kemang (Batas Kota Arah Tanah Sereal) 32,91 20,75 420,43 0,008 1,570 38,92 12,13 225,10 61,5-62,5

11 Pertigaan Bubulak 142,99 51,00 2895,56 1,029 3,130 87,67 22,37 393,03 69,0-73,5

12 Darmaga, Batas Kota Arah Bogor Barat 67,63 14,45 665,23 0,008 1,020 15,73 10,01 103,03 66,5-70,5

13 Pertigaan Pancasan 53,11 14,91 798,03 0,028 2,610 19,15 15,21 232,19 67,7-71,5

14 Pertigaan Tugu Kujang 101,10 31,32 4167,01 0,033 1,770 19,20 20,02 205,51 765,0-79,0

15 Pertigaan Plaza Bogor 122,02 55,39 1624,12 0,830 7,170 43,32 26,04 211,08 68,5-73,2


(3)

100

 


(4)

(5)

102

 

Lampiran 3. Jenis Vegetasi pada Tabel Data Atribut Jalan Raya Padjajaran

No. Nama Lokal Nama Latin Nama Inggris

1 Mahoni Mahogany Swietania mahogani

2 Beringin Fig, Weeping fig Ficus Benjamina

3 Mangga Mango Mangifera indica

4 Angsana Rosewood Pterocarpus indicus

5 Tanjung Bullet Wood trees Mimusoph elengi

6 Cemara Cedar, Chinese arborvitae Thuja orientalis

7 Phoenix Palm, Canary Island Date Phoenix canariensis

8 Jati putih Beechwood Gmelina arborea

9 Ketapang Tropical almond Terminalia catappa

10 Asam Tamarind Tamarindus indica

11 Akasia Earleaf Acacia Acacia auriculiformis

12 Damar Mountain agathis Agathis dammara

13 Kecrutan African tulip tree Spathodea campanulata

14 Flamboyan Poinciana, Royal poinciana Delonix regia

15 Bunga kupu-kupu Hong Kong orchid tree Bauhinia blackeana

16 Biola Cantik Fiddleleaf fig Ficus lyrata

17 Schefflera Schefflera Schefflera sp.

18 Bambu Bamboo Bambusa multiplex

19 Kersen Jamaica cherry Muntingia calabura

20 Bintaro Sea Manggo Cerbera manghas

21 Mengkudu Indian mulberry Morinda citrifolia

22 Kerai Payung Fern tree Filicium decipiens

23 Petai cina Lead tree Leucaena leucocephala

24 Nangka Jackfruit Artocarpus heterophyllus

25 Ki hujan Rain tree Samanea saman

26 Kenari Java almond Canarium commune

27 Kapuk Kapok Ceiba pentandra

28 Glodogan Bulat Ashoka tree Polyathia fragnans

29 Dadap Merah Coral tree Erythrina cristagali

30 Sukun Breadfruit Artocarpus communis

31 Jambu Air Water apple Eugenia aquea

32 Sempur Elephant apple Dillenia indica

33 Nimba Neem tree Azadirachta indica


(6)

Nama Lokal (Indonesia)

Common Name

(English) Scientific Name

Leaf

Density Growth Rate

Growth Rate

Crown

Form Leaf Persisten Max Height Class

Kersen Jamaica cherry Muntingia calabura dense fast fast vase-shaped needle-leaf evergreen short (<15 feet)

Bintaro Sea Manggo Cerbera manghas medium fast medium round broad-leaf evergreen short (<15 feet)

Mengkudu Indian mulberry Morinda citrifolia dense fast medium round broad-leaf evergreen short (<15 feet)

Kerai Payung Fern tree Filicium decipiens dense medium medium vase-shaped needle-leaf evergreen tall (>35 feet)

Petai cina Lead tree Leucaena leucocephala light fast medium round needle-leaf evergreen medium (15-35 feet)

Nangka Jackfruit Artocarpus heterophyllus dense medium medium spreading broad-leaf evergreen medium (15-35 feet)

Ki hujan Rain tree Samanea saman medium low medium vase-shaped needle-leaf evergreen tall (>35 feet)

Glodogan Bulat Ashoka tree Polyalthia fragnans medium fast medium round broad-leaf evergreen medium (15-35 feet)

Kenari Java almond Canarium commune dense medium medium oval broad-leaf evergreen tall (>35 feet)

Kapuk Kapok Ceiba pentandra light low low vase-shaped broad-leaf deciduous tall (>35 feet)

Dadap Merah Coral tree Erythrina cristagali medium fast medium spreading broad-leaf evergreen medium (15-35 feet)

Sukun Breadfruit Artocarpus altilis medium fast medium round broad-leaf evergreen tall (>35 feet)

Jambu Air Water apple Eugenia aquea medium fast medium unknown broad-leaf evergreen medium (15-35 feet)

Sempur Elephant apple Dillenia indica dense medium medium spreading broad-leaf evergreen tall (>35 feet)

Nimba Neem tree Azadirachta indica light fast medium round needle-leaf evergreen tall (>35 feet)

Jambu Batu Guava Psidium guajava light fast medium unknown broad-leaf evergreen short (<15 feet)