kebera yang
poluta
Gam
Jen
yang diantar
Feliciu Kemba
Cempa Pa
memil Tanjun
Kecrut dioksid
3 Ni
An
menye Rata-r
sebesa dan te
signifi adaan polut
bernilai 36 an SO
2
masi
mbar 38. Do
nis vegetas
memiliki ranya Salam
um, Damar ang merak,
aka, dan Ta ada tapak dik
liki jenis p ng, Kupu-k
tan. Denga da masih da
trogen diok
nalisis per
ebutkan kan rata tertingg
ar 131.09 µg erendah di
ikan udara a an ini masi
65 µgm
3
. ih memiliki
ominasi Poh
si. Dinas Pe
pengurang m, Mahoni
r, Kecrutan , Pohon Sap
anjung. ketahui terd
pohon terseb kupu, Glod
an presenta apat dibersih
ksida
rbandingan
nopi pohon gi udara amb
gm
3
dan di lokasi He
ambien di k ih dirasa am
Sehingga potensi yan
hon Mahoni ekerjaan Um
gan konsen i, Huni, Ga
n, Asam ke putangan, K
dapat sekita but, yang
dogan, Dam ase yang t
hkan denga
n. Pada an
mampu m bien pada T
isusul 112,1 ero Padjaja
ketiga lokasi man karena
kanopi po ng baik.
dan Angsan mum 1999
ntrasi SO
2
alinggem, G eranji, Ken
Kayu manis
ar 89 dari terdiri dari
mar, Kena tinggi terse
an baik oleh
nalisis men menyerap NO
Tabel 9 bera 13 µgm
3
pa aran senilai
i tersebut, d berada diba
ohon dalam
na pada Lok , menyebut
oleh ke Ganitri, Bun
nari, Kupu- s, Ketapang
seluruh jen pohon Ma
ari, Asam, ebut, jenis
h tanaman.
nggunakan O
2
sejumlah ada di lokas
ada Pertigaa i 32,19 µg
diantaranya awah baku
m members
kasi Penelit tkan jenis p
lompok po ngur, Glod
-kupu, Ang g, Anting-an
nis tanaman ahoni, Ang
Ketapang, polutan s
CITYgreen h 182,16 µ
i Warung J an Tugu Ku
gm
3
. Perbe disebabkan
mutu ihkan
tian pohon
ohon, dokan,
gsana, nting,
yang gsana,
, dan sulfur
5.4 ,
µgm
3
. ambu
ujang, edaan
n oleh
penutupan kanopi pohon di lokasi Hero Padjajaran lebih padat dibandingkan kedua lokasi lainnya, serta memiliki kepadatan lalu lintas lebih rendah.
Baku mutu udara ambien NO
2
senilai 150 µgm
3
. Ketiga titik lokasi masih dirasa aman terhadap polutan ini. Tetapi dianjurkan pada titik Pertigaan Tugu
Kujang dan Warung Jambu perlu peningkatan penghijauan untuk mengurangi kadar polutan NO
2
yang cukup tinggi pada titik-titik tersebut.
Jenis vegetasi. Menurut Nasrullah 2001, tanaman lanskap yang
berpotensi tinggi dalam menyerap polutan gas NO
2
pada vegetasi pohon adalah Dadap kuning, Kenanga, Melinjo, Kaliandra, Flamboyan, Kembang
merak, Asam keranji, Kapuk, Galinggem, Bunga lampion, Ki hujan, Cempaka, Jambu biji, Hujan mas, dan Nangka.
Sedangkan pohon yang memiliki serapan sedang, diantaranya Camara angin, Ketapang, Kecrutan, Bunga kupu-kupu, Angsana, Bambu jepang,
Mangga, Glodogan bulat, Palm putri, Tanjung, dan lain-lain. Selain itu terdapat pohon Damar, Akasia, Palm raja, Sempur, Beringin karet, Kenari,
Krei payung, Glodogan tiang, dan sebagainya yang masih memiliki serapan jenis polutan tersebut walaupun rendah.
Berdasarkan jenis tanaman tersebut, telah terdapat 25 dari jumlah pohon yang ada pada tapak, yang memiliki jenis penyerap NO
2
yang baik. Diantaranya terdapat pohon Flamboyan, Ki hujan, Jambu, Nangka, Dadap,
Asam keranji, Asam, Kapuk, Angsana, Tanjung, Bunga kupu-kupu, Glodogan, Palm, Cemara, Ketapang, Kecrutan, Damar, Akasia, Sempur,
Beringin, Kenari, dan Krei payung. Melihat dari jumlah pohon penyerap polutan dan udara ambien yang mendekati baku mutu udara, disarankan untuk
segera melakukan perluasan kanopi pohon untuk mereduksi polutan NO
2
yang mungkin akan semakin tinggi di masa mendatang. Semakin cepat
penghijauan, maka akan semakin cepat pula menfaat ekologi yang dapat dirasakan.
4 Partikel 10 mikron
Analisis perbandingan. Hasil analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa
kanopi pohon yang berada di jalur jalan Raya Padjajaran mampu menyerap PM10 sebesar 222,99 µgm
3
per hari. Nilai baku mutu untuk partikel debu
bernilai 230 µgm
3
, sedangkan nilai udara ambien TSP pada lokasi Warung Jambu memiliki rata-rata diatasnya, yaitu senilai 253,41 µgm
3
. TSP merupakan total partikel yang ada di udara dengan ukuran 0,01 - 100 µm.
Sehingga, PM10 merupakan bagian dari total partikel tersebut. Selain transportasi, juga terdapat partikel yang berasal dari industri di
sekitar lokasi, sehingga hal tersebut juga menyebabkan kadar polutan tinggi. Kadar tersebut dapat dikatakan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan
sekitar. Hal ini menyatakan bahwa potensi pohon dalam mereduksi polutan partikel tidak mampu membersihkan secara baik pada tapak. Perlu
penanganan secara cepat dan tepat untuk memperbaiki kualitas udara pada titik ini. Kadar polutan partikel di titik pertigaan Tugu Kujang juga perlu
diantisipasi, dikarenakan memiliki udara ambien yang cukup tinggi, yaitu mencapai nilai 213,01 µgm
3
. Perlu dan penting adanya peningkatan luas permukaan kanopi pohon, agar
udara ambien terutama untuk jenis polutan partikel berada dibawah baku mutu udara. Diketahui berdasarkan hasil analisis penutupan area analisis dan kanopi
pohon oleh CITYgreen, setiap satu meter persegi area memiliki 0,3 m
2
luas kanopi pohon dapat melakukan penyerapan jenis polutan pertikel sebesar
222,99 µgm
3
. Kemudian bersama faktor lain seperti angin, tanaman yang memiliki potensi mereduksi polutan, dan sebagainya memberikan pengaruh
terhadap nilai udara ambien jenis polutan partikel sebesar 253,41 µgm
3
. Diketahui dari laporan analisis CITYgreen 5.4 sebelumnya, bahwa luas
keseluruhan area analisis sebesar 19,17 ha dengan luas penutupan kanopi pohon sebesar 5,82 ha. Berdasarkan kedua area, dapat dihitung bahwa
setiap1m
2
area, memiliki rata-rata penutupan kanopi pohon sebesar 0,3 m
2
, dengan perhitungan sebagai berikut:
1 m
2
area = Luas kanopi pohon = 5,82 x 10
4
m
2
= 0,3 m
2
kanopi Luas area analisis
19,17 x 10
4
Berdasarkan nilai baku mutu dan nilai udara ambien partikel, dapat dihitung bahwa setidaknya udara ambien yang harus diturunkan sejumlah
23,41 µgm
3
. Dengan membandingkan polutan yang dapat diserap, polutan udara yang harus direduksi berdasarkan udara ambien, dan luas kanopi dalam
satu meter persegi, maka:
Penambahan luas kanopi = 23,41 µgm
3
x 0,3 m
2
= 0,03 m
2
222,99 µgm
3
Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa setidaknya diperlukan penambahan luas kanopi pohon sebesar 0,03 m
2
setiap 1 m
2
area analisis. Sehingga luas kanopi pohon awal sebesar 0,3 m
2
setiap meternya, sedikitnya meningkat sebesar 0,33 m
2
, dengan perhitungan sebagai berikut: Luas kanopi setiap meter
= Luas awal + Luas penambahan kanopi = 0,3 + 0,03 m
2
= 0,33 m
2
Dilihat dari luas keseluruhan kanopi pohon pada tapak, maka luas kanopi yang sebelumnya 5,82 ha setidaknya harus segera menambah kapasitas luasan
kanopi pohon menjadi 6,33 ha atau menambah 0,51 ha. Terutama pada titik- titik yang dianggap urgent terhadap tingginya tingkat polusi udara.
Penambahan luas kanopi yang harus dilakukan pada tapak: = Luas kanopi yang seharusnya - Luas kanopi awal
= [0,33 m
2
x 19,17 x 10
4
m
2
] – 5,82 ha = 6,33 ha – 5,82 ha = 0,51 ha
Jenis vegetasi. Salah satu pengaruh yang paling efektif dalam menjerap
dan menyerap partikel adalah bentuk dan karakteristik vegetasi. Menurut Smith 1984, secara teoritis permukaan daun yang berbulu dan berlekuk
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menjerap partikel mikro daripada daun dengan permukaan yang halus dan licin, karena partikel tidah
mudah lepas bila menempel pada daun yang berbulu dan berlekuk. Partikel mikro ini juga dapat menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Oleh
karena itu, penambahan pemilihan jenis vegetasi untuk mengurangi partikel 10 mikron sangat penting dilakukan.
Irawati 1991 dalam Anonim 2010, jenis-jenis pohon penyerap dan penjerap debu diantaranya adalah Mahoni Swietenia macrophylla, Tanjung
Mimusops elengi, Kenari Canarium commune, Meranti merah Shorea leprosula
, Kerai payung Filicium decipiens, Bisbul Diospyros discolor, Kayu hitam Doispyros celebica.
Dari jenis pohon tersebut, terdapat 75 dari jumlah pohon yang berada pada jalur jalan Raya Padjajaran. Tingginya polutan pada titik tertentu dan
keberadaan jumlah pohon, yang kurang menyebar merata, menyebabkan
polutan ini berada di atas baku mutu sehingga masih harus diberikan penghijauan, terutama pada titik-titik rawan polutan.
5 Karbon monoksida
Analisis perbandingan. CO memiliki baku mutu sebesar 10.000 µgm
3
. Sedangkan rata-rata udara ambien yang berada pada ketiga lokasi, tertinggi
berada di titik pertigaan Tugu Kujang senilai 3.601,01 µgm
3
. Angka tersebut masih jauh berada dibawah baku mutu, sehingga dikatakan aman untuk ketiga
lokasi tersebut. Potensi kanopi pohon dalam mereduksi CO senilai 27,87 µgm
3
per hari. Menurut Fardiaz 1992, jika dilihat dari sumber-sumber yang
memproduksi CO, maka seharusnya pencemaran CO di udara cukup tinggi. Tetapi ternyata hal ini tidak terjadi, dengan kata lain jumlah pencemaran CO
di udara jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dilepaskan di atmosfer. Selain menggunakan vegetasi, pembersihan CO dari udara
kemungkinan terjadi karena beberapa proses, salah satunya terdapat aktivitas mikroorganisme yang berada di dalam tanah dapat menghilangkan CO dengan
kecepatan relatif tinggi. Organisme aktif dalam pembersihan CO yang utama adalah fungi.
Jenis vegetasi. Berikut merupakan tanaman yang memiliki daya sink CO
2
yang telah diteliti oleh Dahlan 2007, diantaranya secara berturut-turut dari yang tertinggi, yaitu Samanea saman, Cassia sp, Strombosia zeylanica,
Canangium ordoratum, Dysoxylum exelsum, Trachylobium verrucossum, Ficus benjamina, Beilschmiedia roxburghiana, Fillicium decipiens, Pometia
pinnata, Swietenia mahogani, Cinnamomun parthenoxylon, Adenanthera pavonina,
dan lain-lain. Telah terdapat 74 dari jumlah pohon yang ada pada tapak yang memiliki
daya sink CO
2
, diantaranya pohon Ki hujan Samanea saman, Beringin Ficus benjamina, Kerai payung Fillicium decipiens, dan Mahoni
Swietenia mahogani.
c. Rekomendasi