Manfaat kanopi pohon dalam upaya penyimpanan dan penyerapan karbon di kawasan perumahan Kota Bogor

(1)

KAWASAN PERUMAHAN KOTA BOGOR

PURWANTI LUKMANNIAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

PURWANTI LUKMANNIAH. The Benefit of Trees Canopy for Carbon Storage and Sequestration in Resedential Bogor City. Under supervision of INDUNG SITTI FATIMAH.

The large increase of residential area in Bogor could cause negative effect such as reduction of urban green open space which will increase CO2

concentration indirectly in the air. It occurred as the result of CO2 emissions that

can’t be absorbed by vegetation. Vegetation, especially the trees in green open space of urban residential contributes in reducing the concentration of CO2 through photosynthesis. This purpose of study was to examine and analyze the benefits of trees for carbon storage and sequestration in residential area based on percentage of trees canopy with case study at Bukit Cimanggu City (BCC) and Taman Yasmin, Bogor. The study was held until analysis phase by using CITY green 5.4 with tabular data and spatial data as its final product. CITY green 5.4 analysis was held on three site category sample, site A with 0-5% of trees canopy land cover, site B with 5-10% of trees canopy land cover, and site C with 10-15% of trees canopy land cover.

The result of CITYgreen analysis showed that site C with the largest of trees canopy land cover has the greatest number of carbon storage and sequestration. The larger percentage of land covers by tree canopy, the greater capacity of the carbon is stored and absorbed. It is in accordance with the general formula of CITYgreen which carbon capacity is stored and carbon absorption is proportional to the percentage of tree canopy.

Key words: Tree canopy, Residential Landscape, Carbon Storage and Sequestration, CITYgreen


(3)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi “Manfaat Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan dan Penyerapan Karbon di Kawasan Perumahan Kota Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Purwanti Lukmanniah


(4)

PURWANTI LUKMANNIAH. Manfaat Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan dan Penyerapan Karbon di Kawasan Perumahan Kota Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH.

Peningkatan luas kawasan pemukiman di Kota Bogor dapat memberikan dampak negatif berupa pengurangan luasan ruang terbuka hijau (RTH) kota yang secara tidak langsung akan meningkatkan konsentrasi CO2 di udara akibat dari

sejumlah emisi CO2 yang tidak mampu diserap oleh vegetasi yang ada saat ini.

RTH pada pemukiman dapat memberikan kontribusi dalam mengurangi konsentrasi CO2 di udara. RTH pemukiman memiliki fungsi ekologi yang dapat

mengurangi konsentrasi CO2 di udara (terutama emisi CO2 yang berasal dari

kendaraan bermotor) melalui penyerapan CO2 oleh vegetasi kawasan. Pohon

merupakan vegetasi yang memiliki peranan penting dalam proses pengurangan konsentrasi CO2 di udara melalui proses fotosintesis dikarenakan biomassanya

yang lebih besar dibandingkan dengan vegetasi lainnya (semak dan groundcover). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui manfaat pepohonan dalam menyimpan dan menyerap karbon di kawasan perumahan berdasarkan persentase luas kanopi pohon dengan studi kasus di perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dan Taman Yasmin, Bogor. Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengkajian terhadap data sekunder (citra satelit). Tahapan penelitian ini dilakukan sampai tahap analisis. Analisis dilakukan menggunakan CITYgreen 5.4 dengan penekanan bahasan pada manfaat ekologi yang dapat diberikan oleh pepohonan dalam menyimpan dan menyerap karbon. Aspek yang dibahas antara lain perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non-kanopi pohon, pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon, perbandingan kondisi kawasan perumahan saat ini dan beberapa tahun mendatang dengan Tree Growth Model dalam CITYgreen serta pemberian rekomendasi/usulan berupa penambahan luasan RTH (kanopi pohon). Berdasarkan hasil analisis menggunakan CITYgreen, perumahan BCC dengan luas total area (sampel) analisis sebesar 12,51 ha memiliki perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi pohon dan non-kanopi pohon (lahan terbangun) yaitu 19,18% (2,40 ha) : 54,76% (6,85 ha). Perumahan Taman Yasmin dengan luas total area (sampel) analisis sebesar 37,62 ha memiliki perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi pohon dan non-kanopi pohon (lahan terbangun) yaitu 6,62% (2,49 ha) : 39,90% (15,01 ha). Hasil ini jika dibandingkan dengan angka koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH), maka dapat dikatakan luas RTH pada taman rumah di kedua perumahan sudah dapat mencukupi atau ideal. Namun, jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006, ternyata luas total RTH kawasan di kedua perumahan belum sesuai atau belum ideal. Perlu adanya penambaahan luasan RTH (pohon). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006, maka dibuat rekomendasi/usulan berupa penambahan luasan RTH (kanopi pohon) kawasan menjadi 10% dan 20% dari total luas kawasan perumahan.


(5)

Citra Satelit Quickbird tahun 2006, dapat diketahui manfaat pepohonan dalam menyimpan dan menyerap karbon di suatu lingkungan perumahan.

Hasil analisis CITYgreen pada kelompok site sampel berdasarkan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon menunjukkan bahwa semakin besar persentase luas kanopi pohon, maka semakin besar kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon. Kelompok site C dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon sebesar 10-15% mampu menyimpan dan menyerap karbon lebih besar dibandingkan kelompok site A (0-5%) dan B (5-10%). Hal ini sesuai dengan rumus umum yang digunakan CITYgreen dimana kapasitas karbon tersimpan dan daya serap karbon berbanding lurus dengan persentase luas penutupan lahan oleh kanopi pohon.

Selain luas kanopi pohon, faktor umur pohon serta kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon juga dapat mempengaruhi kapasitas karbon. Semakin bertambah umur pohon maka semakin besar kapasitas karbon tersimpan dan daya serapnya. Namun, daya serap karbon akan menurun pada umur tertentu dimana pohon telah mencapai ukuran optimal. Semakin baik kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon maka akan semakin besar daya serap karbonnya.

Pertumbuhan pohon pada beberapa tahun mendatang menyebabkan terjadinya perubahan luas kanopi pohon. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah karbon yang mampu disimpan dan diserap RTH (pohon) di perumahan. Berdasarkan model pertumbuhan pohon (Tree Growth Model) dalam analisis CITYgreen untuk 10 dan 20 tahun mendatang pada kelompok site sampel, diperoleh bahwa bertambahnya luasan kanopi pohon dapat menambah jumlah karbon yang mampu disimpan dan diserap RTH (pohon).

Sama halnya dengan perubahan luas RTH (pohon) pada 10 dan 20 tahun mendatang, penambahan luas kanopi pohon kawasan menjadi 10% dan 20% dari total luas kawasan perumahan menggunakan Model Alternatif Skenario dalam analisis CITYgreen, juga dapat menambah jumlah karbon yang mampu diserap RTH (pohon) perumahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan luas RTH (pohon) kawasan menjadi 20% lebih memberikan manfaat optimal dibandingkan dengan penambahan menjadi 10% luas RTH (pohon) dari total luas kawasan perumahan. Semakin bertambah luas RTH (pohon), maka semakin besar jumlah karbon yang mampu disimpan dan diserap RTH (pohon) yang secara tidak langsung juga meningkatkan manfaat ekonomi yang diperoleh berupa pengurangan biaya eksternal yang dikeluarkan untuk hal-hal yang disebabkan jika tanaman tidak dapat menyimpan atau menyerap karbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia di sekitar lingkungan perumahan.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

KAWASAN PERUMAHAN KOTA BOGOR

PURWANTI LUKMANNIAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(8)

Bogor.

Nama Mahasiswa : Purwanti Lukmanniah

NRP : A44062985

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi NIP. 19611111 198903 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001


(9)

Penulis dilahirkan pada tanggal 9 Juni 1988 di Bogor, Jawa Barat, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Lukiman dan Ibu Momi Suparmi.

Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri IV Cikampek pada tahun 2000. Pendidikan dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Pupuk Kujang Cikampek dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Purwakarta dan lulus pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota komunitas

Green Concept pada tahun 2008. Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja (Magang) di Dinas Cipta Karya, Karawang, Jawa Barat pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2008. Disamping itu, penulis pernah mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa di bidang penelitian (PKMP) tahun 2008 serta aktif mengikuti seminar dan diskusi mengenai arsitektur lanskap.


(10)

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manfaat Kanopi Pohon dalam Upaya Penyimpanan dan Penyerapan Karbon di Kawasan Perumahan Kota Bogor”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi sebagai dosen pembimbing penelitian dan skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan, saran dan kritik.

2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr dan Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr. Sc. sebagai dosen penguji atas saran dan kritik bagi penyusunan skripsi yang lebih baik. 3. Tim Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional “Model

Pengelolaan RTH Kota Bogor sebagai Solusi Mengatasi Banjir Kota Jakarta”, untuk Citra Quick Bird dan Pelatihan CITYgreen Software, terutama kepada Kak Noril M, Mas Isrok, dan Kak Ariv.

4. Pihak kantor pemasaran di perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dan perumahan Taman Yasmin yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di perumahan.

5. Kedua orang tua tercinta: Ibu Momi Suparmi dan Bapak Lukiman, adik-adikku tersayang: Maulana Firmansyah (Gever), Maudina Fatimah, Mauludi Rezarinaldi, Muhaldi Ilham Anugrah serta keluarga di Bagan Siapi-api (Riau), Mas Agung, Mba Emar dan Mba May atas do’a, dorongan moral dan dukungan materi serta kasih sayang yang tak ternilai.

6. Almarhum/almarhumah kakek dan nenek terkasih, Hj. Emi Sugemi (Embu), Somadian (Abah) dan Saniarti (Emak) yang hingga akhir hayatnya selalu menemani, mendo’akan, memberikan dukungan dan do’a serta kasih sayang yang tak terbalaskan.

7. Keluarga besar H. Momo Sukarmo (Ipih) di Bogor, Ibu Aty Sugiwati, Bapak Syamsul Bahri, Annisa Ismaranti (Teh Icha), Teh Lesty, A Dennis, Dinda, Teh Maya dan kel., Ibu Ema Sukmawati, Ibu Eneng dan Hannifah, Ibu Ina, kel. Wa Beben, kel. Wa Encep, kel. Mang Uya, kel. Mang Agus, kel. Mang Yanto


(11)

8. Desy B, Yumi, Florentinus Agung, dan Kak Tichut yang telah menjadi rekan kerja selama penelitian.

9. Teman-teman ARL 43 yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis terutama Wiwiek Dwi Serlan, Vina Pratiwi, Tati Supartini, Joe, Dedi, dan Juniar. Teman-teman satu kosan, Hanni dan Cici. Kakak-kakak ARL 42, serta adik-adik ARL 44,45,46, dan 47 yang senantiasa memberikan semangat hingga penulis menyelesaikan studinya.

10.Zaini atas pengertian, semangat, do’a, dan bantuannya hingga penulis menyelesaikan studinya.

11.Teman-teman MSL 43, Luluk, Decky, Dho-dho, Puti, Ete, dan Putri Y atas dukungannya selama ini.

12.Keluarga besar asrama Riau di Bogor, Bang Monang, Bang Pemi, Bang Rusman, Raja Ade, Ronal, Isa, Fifin (maaf yang belum disebut) yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

13.Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Arsitektur Lanskap.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya untuk menambah ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2011


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... i

DAFTAR TABEL……….. iv

DAFTAR GAMBAR……….. v

DAFTAR LAMPIRAN……….. vii

I. PENDAHULUAN.……… 1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Tujuan Penelitian………. 2

1.3 Manfaat Penelitian………... 2

1.4 Kerangka Penelitian………. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1 Lanskap Pemukiman……….... 5

2.2 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH)……….. 6

2.3 Ruang Terbuka Hijau (RTH)………... 7

2.4 Luas Ruang Terbuka Hijau……….. 8

2.5 Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau……….. 10

2.6 Gas Karbon Dioksida (CO2) dan Dampaknya terhadap Lingkungan Hidup………... 11

2.7 Manfaat dan Fungsi Pohon……….. 13

2.8 Menghitung Manfaat Pohon dalam Lanskap Kawasan Perumahan……….... 18

2.9 Geographic Information System (GIS)……..……….. 19

2.10 Analisis dengan Ekstensi CITYgreen 5.4……….. 19

III.METODOLOGI………...…… 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 22

3.2 Alat dan Bahan………. 22

3.3 Batasan Penelitian……… 24

3.4 Metode Penelitian……… 25

3.5 Tahapan Penelitian………... 25


(13)

3.5.1.1Persiapan citra satelit………... 26

3.5.1.2Penentuan batas area studi (lokasi penelitian)………. 27

3.5.1.3Digitasi site, canopy, dan non canopy theme………... 27

3.5.1.4Pengelompokkan site dan penentuan sampel………... 28

3.5.1.5 Pengumpulan data atribut canopy theme ……… 30

3.5.2Analisis………... 31

3.5.2.1Input data atribut……….. 32

3.5.2.2Analisis data dengan CITYgreen 5.4………... 35

3.5.2.3 Menghitung manfaat pohon di perumahan……….. 36

3.5.2.3.1 Perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non-kanopi pohon………... 36

3.5.2.3.2 Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan ……… 38

3.5.2.3.3 Perbandingan kondisi kawasan perumahan saat ini dan beberapa tahun kedepan dengan simulasi pengembangan luasan kanopi pohon (Tree Growth Model)………... 38

3.6 Rekomendasi ………... 39

IV.KONDISI UMUM………..……….. 42

4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas………..………. 42

4.2 Sistem Pengelompokkan Rumah pada Perumahan……….. 43

4.3 Kondisi Fisik dan Biofisik………... 44

4.3.1 Topografi dan Kemiringan………. 44

4.3.2 Iklim dan curah hujan.………... 44

4.3.3 Hidrologi……… 44

4.3.4 Vegetasi……….. 45

4.4 RTH Perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dan Taman Yasmin………. 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN.………... 48

5.1 Hasil Analisis CITYgreen 5.4………...…... 48

5.1.1 Statistik tapak (site statistics)………. 49

5.1.2 Perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non- kanopi pohon.………..……... 55 5.1.3 Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan


(14)

menyerap karbon di perumahan………..………... 57

5.1.4 Perbandingan kondisi kawasan perumahan saat ini dan beberapa tahun kedepan dengan simulasi pengembangan luasan kanopi pohon (Tree Growth Model) ……….. 65

5.2 Rekomendasi…….………... 73

VI.KESIMPULAN DAN SARAN……… 79

6.1 Kesimpulan………...…... 79

6.2 Saran………. 80

DAFTAR PUSTAKA…………...……….. 82


(15)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Persentase KDH minimal (%)………..………... 7

2. Emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh beberapa macam bahan bakar.. 12

3. Identifikasi pohon berdasarkan fungsi lingkungan……….………… 14 4. Identifikasi pohon berdasarkan fungsi memperbaiki iklim ………... 15 5. Data yang dibutuhkan dalam analisis CITYgreen 5.4……… 21

6. Jenis, sumber, dan cara pengambilan data……….. 23

7. Kelas tinggi pohon, nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon

berdasarkan User Manual CITYgreen 5.4……….. 31 8. Ciri-ciri spesies pohon pada Menu CITYgreen – Add Species to

Species List………. 34 9 Hasil analisis CITYgreen (Aspek Statistik) pada kelompok site

sampel di perumahan BCC dan Taman Yasmin………. 50

10. Pendugaan luas RTH (kanopi pohon) kawasan perumahan………... 50 11. Nilai KDB dan KDH pada masing-masing perumahan……….. 56 12. Hasil analisis CITYgreen (Aspek Statistik dan Manfaat Ekologi)

pada kelompok site sampel di perumahan……….. 58 13. Perbandingan hasil analisis pada SB_O4_08 dan SB_Q5_11... 59 14. Perbandingan hasil analisis pada SB_L4_03 dan SB_O4_08……… 61 15. Pendugaan manfaat ekologi dan ekonomi di perumahan BCC dan

Taman Yasmin... 63 16. Beberapa Jenis pohon yang memiliki daya serap CO2.……….. 64

17. Pendugaan kapasitas karbon tersimpan pada 10 dan 20 tahun yang akan datang berdasarkan kelompok site sampel di perumahan BCC

dan Taman Yasmin………...……….. 66

18. Pendugaan daya serap karbon pada 10 dan 20 tahun yang akan datang berdasarkan kelompok site sampel di perumahan BCC dan

Taman Yasmin……….…... 66

19. Pendugaan manfaat ekologi dan ekonomi pada penambahan luas kanopi pohon menjadi 10% dan 20% dari total luas kawasan


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka pikir penelitian………. 4

2. Pembagian ruang wilayah kota………. 9

3. Gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer bumi akan menyerap radiasi gelombang panjang yang memanaskan bumi……… 11

4. Proses fotosintesis di daun………..……….. 17

5. Peta lokasi penelitian………. 22

6. Bagan alur kegiatan dalam tahapan inventarisasi………. 26

7. Tampilan hasil digitasi site theme (a), canopy theme (b), dan non canopy theme (c)………... 28

8. Tampilan contoh hasil digitasi dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon 0-5 %... 29

9. Tampilan contoh hasil digitasi dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon 5-10 %... 30

10. Tampilan contoh hasil digitasi dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon 10-15 %... 30

11. Bagan alur kegiatan dalam tahapan analisis……….. 32

12. Tampilan contoh data atribut canopy pada ArcView 3.2………….. 33

13. Tampilan menu CITYgreen – Add Species to Species List…………. 34

14. Tampilan menu CITYgreen Analyze Data dalam ArcView………. 35

15. Tampilan menu CITYgreen Tree GrowthModel dalam ArcView... 39

16. Contoh tampilan kanopi pohoneksisting dengan site Tree Growth Model pertumbuhan kanopi 10 tahun kedepan dalam ArcView…... 39

17. Contoh tampilan Convert to Shapefile dalam ArcView 3.2……….. 40

18. Contoh tampilan Create/Edit Alternate Scenarios dan New Scenarios dalam ArcView 3.2………... 41

19. Contoh tampilan save and close dalam ArcView 3.2………... 41

20. Peta aksesibilitas Bukit Cimanggu City, Bogor……… 42

21. Peta aksesibilitas Taman Yasmin, Bogor……….. 43

22. Beberapa contoh RTH di perumahan BCC dan Taman Yasmin ….. 46

23. Tampilan hasil digitasi seluruh kelompok site di perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor……….. 51 24. Tampilan hasil digitasi seluruh kelompok site di perumahan


(17)

Taman Yasmin, Bogor……….. 52 25. Tampilan hasil digitasi seluruh kelompok sampel site di

perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor ………. 53

26. Tampilan hasil digitasi seluruh kelompok sampel site di

perumahan Taman Yasmin, Bogor……… 54

27. Perbandingan penutupan lahan pada perumahan Bukit Cimanggu

City (a) dan perumahan Taman Yasmin (b)………..…… 55

28. Tampilan hasil digitasi site SB_R2_14 pada 10 tahun kedepan di

perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor……….. 67

29. Perbandingan kemampuan pohon dalam menyimpan karbon (kg)

dari hasil analisis site sampel pada perumahan………. 68 30. Perbandingan kemampuan pohon dalam menyerap karbon (kg/th)

dari hasil analisis site sampel pada perumahan ……… 69 31. Grafik nilai ekonomi dari kanopi pohon pada perumahan BCC ….. 71 32. Grafik nilai ekonomi dari kanopi pohon pada perumahan Taman

Yasmin………..……….... 72

33. Perbandingan kemampuan pohon dalam menyimpan karbon (kg)

dengan penambahan luas kanopi pohon di perumahan ……… 75 34. Perbandingan kemampuan pohon dalam menyerap karbon di udara

(kg/th) dengan penambahan luas kanopi pohon di perumahan...….. 76 35. Perbandingan nilai ekonomi dengan penambahan luas kanopi


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Hasil citra perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) setelah

di-subset………. 86

2. Hasil citra perumahan Taman Yasmin setelah di-subset………….. 87 3. Contoh Report Benefit hasil analisis CITYgreen pada sampel site

A di perumahan Bukit Cimanggu City (BCC)……..……… 88

4. Lembar kerja untuk pengambilan data atribut canopy theme …….. 89


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia. Hutan yang pada awalnya hanya diperuntukkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, kini mulai dimanfaatkan untuk fungsi lain. Pesatnya pertumbuhan penduduk telah meningkatkan permintaan akan kebutuhan lahan. Hal ini mendorong terjadinya perubahan fungsi lahan dari lahan hijau menjadi lahan pemukiman.

Kota Bogor merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki pembangunan pemukiman cukup tinggi. Tingginya pembangunan pemukiman yang disertai pengurangan luas ruang terbuka hijau (RTH) menyebabkan timbulnya persoalan lingkungan hidup yang dapat menyebabkan struktur dan fungsi dasar ekosistem sebagai pendukung kehidupan menjadi rusak. Bentuk kerusakan struktur dan fungsi tersebut berupa penurunan kualitas lingkungan hidup. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya pemulihannya.

Tercatat bahwa Ruang terbuka Hijau (RTH) di kota Bogor berkurang setiap tahunnya akibat dari pesatnya pembangunan kawasan pemukiman, industri, dan lain-lain. Menurut penelitian Suryadi (2008), luas hutan yang menjadi komponen RTH di Kota Bogor tahun 1972 sekitar 2.972 ha, tahun 1983 sekitar 2.677 ha, tahun 1990 sekitar 1.107 ha, dan tahun 2000 hanya sekitar 422 ha. Dari data ini dapat dilihat terjadi penurunan luas RTH yang cukup signifikan.

Salah satu dampak dari berkurangnya luas RTH adalah meningkatnya konsentrasi CO2 di udara karena RTH yang ada tidak mampu menyerap besarnya

CO2 yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan meningkatnya suhu udara sehingga

terjadi perubahan iklim mikro. Dahlan (2007) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa rerata konsentrasi gas CO2 di Kota Bogor pada tahun

2006/2007 adalah sebesar 389,89 ppmv. Nilai ini telah melebihi nilai baku mutu yang seharusnya yaitu sebesar 350 ppmv. Peningkatan konsentrasi CO2 di Kota

Bogor saat ini sangat menghawatirkan, maka diperlukan pengendalian jumlah emisi CO2 di udara. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperbesar


(20)

kapasitas penyimpanan dan daya serap karbon agar konsentrasi ambient CO2 tidak

terus meningkat.

Kapasitas penyimpanan dan daya serap karbon dapat ditingkatkan dengan vegetasi pada kawasan. Karbon di udara diserap oleh vegetasi melalui proses fotosintesis (McPherson EG dan Simpson JR, 1999) dan diakumulasikan dalam biomassa (Hairiah K dan Murdiyarso D, 2007). Vegetasi pohon sebagai elemen lanskap mampu menyerap dan menyimpan CO2 (dalam biomassa pohon) diudara

lebih besar dibandingkan tumbuhan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari biomassa pohon yang lebih besar dibandingkan jenis tanaman semak atau groundcover. Oleh karena itu, pohon memiliki peranan yang sangat penting dalam mereduksi CO2 di udara.

Pada dasarnya, sebagian besar peningkatan konsentrasi CO2 di udara disebabkan dari aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar fossil untuk pembangkit tenaga listrik, transpostasi, industri serta aktivitas lain yang berhubungan dengan alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman (Hairiah K dan Murdiyarso D, 2007). Kawasan perumahan merupakan salah satu tempat aktivitas manusia. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai manfaat pohon dalam penyimpanan dan penyerapan karbon di kawasan perumahan. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dalam perencanaan pengembangan kawasan perumahan selanjutnya. 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengetahui manfaat pepohonan dalam menyimpan dan menyerap karbon di kawasan perumahan berdasarkan persentase luas kanopi pohon.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi bahan masukan bagi developer dalam merencanakan dan mendesain suatu lanskap kawasan pemukiman.

2. Masyarakat dapat memahami pentingnya keberadaan pohon bagi kehidupan dan lingkungannya.


(21)

1.4 Kerangka Pikir Penelitian

Peningkatan luas kawasan pemukiman di Kota Bogor dapat memberikan dampak negatif berupa pengurangan luasan ruang terbuka hijau (RTH) kota yang secara tidak langsung akan meningkatkan konsentrasi CO2 di udara akibat dari

sejumlah emisi CO2 yang tidak mampu diserap oleh vegetasi yang ada saat ini.

RTH pada pemukiman dapat memberikan kontribusi dalam mengurangi konsentrasi CO2 di udara. RTH pemukiman memiliki fungsi ekologi yang dapat

mengurangi konsentrasi CO2 di udara melalui penyerapan CO2 oleh vegetasi

kawasan. Pohon merupakan vegetasi yang memiliki peranan penting dalam proses pengurangan konsentrasi CO2 di udara melalui proses fotosintesis dikarenakan

biomassanya yang lebih besar dibandingkan dengan vegetasi lainnya (semak dan

groundcover).

RTH perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dan Taman Yasmin merupakan contoh RTH perumahan yang terdapat di Kota Bogor. Dilakukan digitasi penutupan lahan (kanopi dan non-kanopi pohon) dan pengelompokkan

site berdasarkan Citra Satelit Quick Bird 2006 di kedua perumahan. Pengelompokkan site dikelompokkan berdasarkan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon di perumahan yaitu site A (0-5%), site B (5-10%), dan site C (10-15%). Ketiga kelompok site tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan program CITYgreen dalam ArcView. Hasil analisis CITYgreen tersebut akan diketahui luasan kanopi dan non-kanopi pohon serta kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan.

Untuk mengetahui luas RTH perumahan telah sesuai/tidak sesuai dengan standar luasan RTH perumahan yang ada, maka dilakukan perbandingan dengan nilai koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) perumahan serta Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006. Rekomendasi diberikan untuk mendapatkan luasan RTH yang sesuai serta meningkatkan kemampuan kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon. Selain itu, dilakukan model pertumbuhan pada 10 dan 20 tahun mendatang menggunakan analisis CITYgreen berdasarkan Citra Satelit Quick Bird 2006. Hasil analisis model pertumbuhan ini kemudian dibandingkan dengan hasil analisis saat ini sehingga dapat diketahui sejauh mana perubahan manfaat


(22)

ekologi dan ekonomi dari kanopi pohon tersebut. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian. Peningkatan kawasan pemukiman

Kota Bogor saat ini

Peningkatan konsentrasi CO2 di

udara

Pengurangan luas RTH kota

Pengendalian kawasan pemukiman Penambahan luas RTH Pengendalian pada sumber emisi CO2

Pengurangan emisi CO2

dengan vegetasi kawasan

Kawasan perumahan

(Perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dan Taman Yasmin, Bogor)

Citra Satelit Quick Bird 2006

Site A (0-5%) Site B (5-10%) Site C (10-15%)

Analisis CITYgreen

Perbandingan manfaat kanopi pohon saat ini hingga

20 tahun mendatang Model pertumbuhan

pohon

Analisis CITYgreen

Report Analysis: Manfaat ekologi: kemampuan kanopi pohon menyimpan dan menyerap

karbon

Manfaat ekonomi: penghematan biaya yang

dapat diberikan oleh kanopi pohon Statistik tapak: Luas kanopi dan

non-kanopi pohon

Rekomendasi Sudah/tidak sesuai dengan KDB dan KDH

serta Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Pemukiman

Menurut Simonds (2006), lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat karakter lanskapnya. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1992 Pasal 1 ayat 1 mendefinisikan perumahan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Berdasarkan definisi tersebut, Kawasan Bukit Cimanggu City dan Taman Yasmin dapat dikatakan sebagai pemukiman yang berada di Kota Bogor.

Eckbo (1964) mengungkapkan bahwa lingkungan pemukiman adalah suatu area yang didalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, niaga, pendidikan, budaya, kesehatan, dan fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut, kehadiran fasilitas penunjang yang terkumpul dan tersusun rapih di suatu kelompok hunian (cluster), dan adanya hubungan antar rumah melalui jalur yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki (pedestrian). Pemukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka secara bersama-sama dan merupakan kelompok kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas, tetapi cukup besar untuk menampung fasilitas umum seperti lapangan bermain, tempat belanja, dan daerah penyangga (Simonds, 2006).

Lingkungan hidup yang ideal bagi manusia adalah dimana tegangan (friksi) dapat dihindarkan atau dipecahkan, sehingga dicapai perkembangan optimum dalam hubungan harmonis antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, maupun manusia dengan lainnya. Beberapa prasaraan dalam suatu pemukiman antara lain: jalur kendaraan, jalur pejalan kaki, sistem drainase, jaringan utilitas, penerangan jalan dan lain sebagainya (Simonds, 2006).


(24)

2.2Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH) Menurut UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, persyaratan kepadatan bangunan pada suatu wilayah meliputi koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB). Selain itu, diperlukan perhitungan mengenai Koefisien Dasar Hijau (KDH) untuk menentukan seberapa besar persentase peruntukan lahan hijau berdasarkan nilai KDB. Dengan demikian, KDB dan KDH merupakan nilai yang harus diperhitungkan dalam membangun suatu perumahan.

Dilihat dari artinya, KDB merupakan angka koefisien perbandingan antara luas bangunan lantai dasar dengan luas tanah kavling atau blok peruntukan (Anonim, 2009). Koefisien Dasar Hijau (KDH) Blok Peruntukan adalah rasio perbandingan luas ruang terbuka hijau blok peruntukan dengan luas blok peruntukan atau merupakan suatu hasil pengurangan antara luas blok peruntukan dengan luas wilayah terbangun dibagi dengan luas blok peruntukan. Secara matematis, menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 21 tahun 2009 untuk menentukan angka KDB bangunan rumah dapat dirumuskan sebagai berikut:

Angka KDB = Luas bangunan lantai dasar x 100 % Luas tanah atau blok

Angka KDH = 100 % - (KDB + (20 % x KDB))

Dimana : KDB = Koefisien Dasar Bangunan KDH = Koefisien Dasar Hijau

Dalam suatu daerah, angka KDB kawasan yang ditetapkan masing-masing berbeda, sesuai dengan wilayah dan rencana pembangunan wilayah itu sendiri. Misalnya, pada suatu wilayah akan dibangun kawasan resapan air, maka angka KDB yang ditentukan untuk kawasan tersebut dibuat kecil. Ini berarti Pemda membatasi kawasan itu untuk pembangunan rumah.

Walaupun penetapan angka KDB setiap daerah berbeda-beda, namun secara umum ada tiga klasifikasi KDB yang ditetapkan, yaitu:


(25)

1. KDB padat dengan angka KDB antara 60-100 % 2. KDB sedang dengan angka KDB 40-60%

3. KDB renggang dengan angka KDB dibawah 40%

Dari ketiga klasifikasi tersebut, angka KDB yang diijinkan oleh pemerintah pada suatu wilayah adalah KDB sedang dengan angka 40-60 %. Persentase KDH minimal berdasarkan persentase KDB dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase KDH minimal (%)

No. Klasifikasi KDB KDB Maksimal (%) KDH Minimal (%)

1. KDB padat 75 10

60 15

50 15

2. KDB sedang/ kurang padat

60 15

50 20

40 20

3. KDB renggang/ tidak padat

50 20

40 25

Sumber: Perda No. 6 tahun 1999

2.3 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai bagian dari ruang terbuka didefinisikan sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhan baik secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan lain sebagainya (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988). Ruang terbuka hijau (RTH) di dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007, Pasal 1 No. 31 adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007, RTH merupakan ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

Menurut Laurie (1986), ruang terbuka dalam lingkungan hidup adalah lingkungan alam dan manusia. Ruang terbuka ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) ruang terbuka sebagai sumber produksi antara lain perhutanan, produksi


(26)

mineral, peternakan, pengairan, dan lain-lain; (2) ruang terbuka sebagai perlindungan, misalnya cagar alam, daerah budaya dan sejarah; (3) ruang terbuka untuk kesehatan, kenyamanan, antara lain untuk melindungi kualitas air, pengaturan, pembuangan air dan sampah, rekreasi, taman lingkungan, taman kota.

Menurut Nurisjah (1991) Ruang Terbuka Hijau adalah semua ruang terbuka yang ditanami dengan tanaman, dari yang bersifat alami seperti lapangan rumput, stepa, sabana, hutan raya, sampai yang bersifat buatan seperti halaman rumah, jalur hijau, taman bermain, pemakaman dan taman lingkungan pada

pemukiman. Ruang Terbuka Hijau dikembangkan berdasarkan kawasan

peruntukkan kota, di mana kawasan peruntukkan kota tersebut dibagi atas : (1) kawasan pemukiman kepadatan tinggi (2) kawasan pemukiman kepadatan sedang (3) kawasan pemukiman kepadatan rendah (4) kawasan industri (5) kawasan perkantoran (6) kawasan sekolah, kampus perguruan tinggi (7) Kawasan perdagangan (8) kawasan jalur jalan (9) kawasan jalur sungai (10) kawasan jalur pesisir pantai (11) kawasan jalur pengaman utilitas/isolasi.

RTH dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sulistyantara, 2001) :

1. Taman kota, fasilitas kota yang disediakan dan dipelihara oleh Pemda untuk memenuhi kebutuhan rekreatif seperti rileks, kesenangan, istirahat, olahraga, permainan, pemandangan, pendidikan, dll. Selain itu, taman kota berfungsi sebagai perlindungan terhadap bencana alam, polusi udara dan sebagai tempat pengungsian.

2. Makam/pemakaman, fasilitas kota untuk peristirahatan. Unsur vegetasi cukup dominan.

3. Ruang terbuka jalan, ruang terbuka hijau di jalan, untuk keamanan dan kenyamanan lalu lintas serta keindahan lanskap jalan.

4. RTH lain, seperti lapangan golf, taman industri dan taman bertema.

2.4 Luas Ruang Terbuka Hijau

Luas ruang terbuka hijau (RTH) yang ideal di suatu kota berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota, pada ayat 3 berbunyi proporsi RTH publik pada wilayah kota paling sedikit 20 % dari luas wilayah kota.


(27)

Pembagian ruang wilayah kota berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pembagian ruang wilayah kota.

(Sumber: Departemen PU)

Pola untuk pemanfaatan RTH terdiri atas RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Adapun yang termasuk RTH publik antara lain taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sementara itu, yang termasuk RTH privat antara lain kebun atau halaman rumah atau gedung milik masyarakat maupun swasta yang ditanami tumbuhan.

Pada dasarnya, kawasan perumahan perlu menyediakan RTH yang bermanfaat untuk menjaga kualitas dan keseimbangan lingkungan di sekitar kawasan. Persyaratan RTH dapat didasarkan luas wilayah dan berdasarkan jumlah penduduk. Selain UU No. 26 tahun 2007, ada juga peraturan lain yang mengatur

Ruang Wilayah kota

Ruang Terbangun (60%) Ruang Terbuka (40%)

Ruang Hunian (40%) Ruang Non- Hunian (20%) Jaringan Jalan (20%) Taman Kota (12,5%) Lainnya (non- hijau) (12,5%) RTH di ruang

hunian: Asumsi KDB

maks 80% RTH= 20% x 40%

= 8 %

RTH di ruang non hunian: Asumsi KDB

maks 90% RTH= 10% x 20%

= 2 %

RTH di jaringan jalan: Asumsi jalur hijau

30% RTH= 30% x 20%

= 6 %

(sungai, jalan KA, SUTET): Asumsi 20% lahan

hijau RTH= 20% x 7,5% = 1,5 %


(28)

luas RTH wilayah. Menurut Peratuan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan menyebutkan bahwa untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan luas RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan privat (perorangan) paling sedikit 10 % dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan, atau mengacu pada peraturan perundang-undandangan yang berlaku. Sementara itu, untuk persyaratan jumlah penduduk, ditentukan luas per kapita dalam m2. Misalnya jumlah penduduk 250 jiwa sampai dengan 480.000 jiwa, diperlukan RTH sebesar 1 m2 sampai dengan 0,3 m2 per kapita.

2.5 Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Areal perlindungan bagi berlangsungnya fungsi dan penyangga kehidupan. 2. Sarana menciptakan kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan. 3. Sarana memenuhi kebutuhan rekreasi

4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan dari pencemaran. 5. Sarana pendidikan dan penelitian.

6. Habitat satwa dan perlindungan plasma nutfah.

7. Sarana memperbaiki kualitas lingkungan hidup perkotaan. 8. Pengatur sistem air.

Adapun menurut Undang-Undang RI No. 26 tahun 2007, manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:

a. Manfaat langsung yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk).

b. Manfaat tidak langsung yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, peletarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi haati atau keragaman hayati).


(29)

2.6 Gas Karbon Dioksida (CO2) dan Dampaknya terhadap Lingkungan Hidup

Pohon merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari

fito-plankton, ganggang, dan rumput laut di samudera. Karbondioksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa dengan rumus kimia CO2

dimana molekulnya terdiri dari satu atom karbon dan dua atom oksigen. Karbondioksida juga merupakan salah satu gas rumah kaca utama yang laju emisi dan konsentrasinya semakin meningkat di atmosfer (Hairiah K dan Murdiyarso D, 2007.

Perubahan iklim terjadi terutama berhubungan dengan berubahnya komposisi gas di atmosfer. Hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan antara radiasi matahari yang datang dengan gelombang panjang yang dipantulkan kembali sebagai panas (Gambar 3). Efek ini sama dengan kondisi di dalam rumah kaca yang memungkinkan sinar matahari untuk masuk, tetapi energi yang keluar sangat sedikit sehingga suhu di dalam rumah kaca sangat tinggi. Oleh karenanya, pemanasan global disebut juga efek gas rumah kaca dan gas yang menibulkannya disebut gas rumah kaca (Hairiah K dan Murdiyarso D, 2007).

Gambar 3 Gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer bumi akan menyerap radiasi gelombang panjang yang memanaskan bumi.

(Sumber: www.google.com)

Sebagian radiasi gelombang pendek

yang dipantulkan Sebagian dipancarkan keluar atmosfer

dan sebagian memanaskan atmosfer Radiasi

gelombang pendek

Sebagian besar radiasi gelombang pendek diserap dan memanaskan

permukaan bumi setelah diubah menjadi gelombang panjang

Radiasi balik gelombang panjang (inframerah) yang

dipancarkan permukaan bumi


(30)

Karbondioksida merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang penting selain metana (CH4), nitrous oksida (N2O), perfluorokarbon (PFC) dan

hidrofluorokarbon (HFC) serta sulfurheksfluorida (SF6). Karbondioksida dapat

dihasilkan dari proses pernapasan, pembusukan, dan pembakaran. Menurut Dahlan (2004), berbagai kegiatan di perkotaan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak seperti kendaraan bermotor, rumah tangga, hotel, industri, dan kegiatan lainnya membutuhkan energi penggerak dan pemanas yang sebagian diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin, solar, minyak tanah, dan batu bara, dimana proses pembakaran ini akan menghasilkan CO2. Rincian

emisi gas yang dihasilkan oleh berbagai macam bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh beberapa macam bahan bakar

No Jenis Bahan Bakar Jumlah Emisi Satuan

1 Bensin 2,31 Kg/lt

2 Solar 2,68 Kg/lt

3 Minyak Tanah 2,52 Kg/lt

4 LPG 1,51 Kg/kg

5 LNG 1,78 Kg/m3

6 Minyak Diesel 3,09 Kg/lt

7 Gas Pipa 1,89 Kg/m3

Sumber: DEFRA (2005) dan The National Energy Foundation (2005) dalam Dahlan (2007)

Pada dasarnya, manusia yang hidup juga menghasilkan gas CO2. Aktivitas

manusia dapat menambah konsentrasi CO2 di udara sebesar 3 % dari emisi alami

tahunan (McPherson dan Simpson, 1999). CO2 yang diemisikan dari aktivitas

manusia (anthropogenik) mendapat perhatian yang lebih besar dengan kontribusinya yang > 55% terhadap pemanasan global (Hairiah K dan Murdiyarso D, 2007). Gas CO2 relatif tidak begitu beracun jika dibandingkan dengan gas CO,

SO2, atau O3, namun karena gas ini dapat mengakibatkan meningkatnya suhu

udara bumi secara global (pemanasan global) melalui efek rumah kaca (Dahlan, 2004) maka gas ini termasuk gas yang sangat penting untuk diperhitungkan keberadaannya.

Pengaruh dari pemanasan global tersebut dapat berupa terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim, suhu udara meningkat, permukaan air laut


(31)

meningkat, kebakaran hutan bertambah, migrasi satwa dan kelangkaan air. Hal ini akan berdampak secara tidak langsung terhadap kehidupan manusia diantaranya asap dari kebakaran hutan dapat menyebabkan pernapasan manusia terganngu sehingga kesehatan manusia terganngu. Hal ini akan berdampak secara tidak langsung terhadap peningkatan biaya eksternal berupa biaya untuk membayar dokter, obat-obatan,, pajak rumah sakit, dan sebagainya. Lebih lanjut Dahlan (2007) mengemukakan bahwa akibat dari meningkatkan suhu udara bumi, es di kedua kutub akan mencair sehingga banyak kota yang terletak di pesisir akan tenggelam. Akibatnya, ekosistem mangrove dapat terganggu sehingga kehidupan makhluk hidup sekitarnya pun akan terganggu pula.

2.7 Manfaat dan Fungsi Pohon

Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Menurut Irwan (2005), dari berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau ruang terbuka hijau antara lain:

1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya mmenghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup

untuk pernapasan.

2. Pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat sejuk, nyaman, dan segar.

3. Pencipta lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah.

4. Penyeimbangan alam, merupakan pembentukan tempat hidup alami bagi satwa yang hidup di sekitarnya.

5. Oro-hidrologi, pengendalian untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

6. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, seperti angin kencang, terik matahari, gas, atau debu.

7. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi dapat menyerap debu dengan tajuk dan kerimbunan daunnya. 8. Mengurangi polusi air dan suara (kebisingan).


(32)

9. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan dengan baikdan menyeluruh akan menambah keindahan kota.

10.Rekreasi dan pendidikan, komunitas vegetasi yang ditanam dengan keanekaragaman jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah sehingga sangat berguna untuk pendidikan, seperti hutan kota merupakan laboratorium alam.

11.Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah, kayu, dan sebagainya.

12.Penghijauan perkotaan dapat menjadi indikator atau petunjuk bagi lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas pertumbuhan dan perkembangan kota.

Grey dan Deneke (1978) mengklasifikasikan fungsi pohon menjadi beberapa fungsi, yaitu fungsi memperbaiki iklim, fungsi pembentuk ruang (arsitektural), fungsi memperbaiki fungsi lingkungan (engineering), fungsi estetis, dan fungsi lain. Fungsi-fungsi tersebut diklasifikasikan lagi menjadi fungsi yang lebih terperinci untuk setiap jenis pohon. Identifikasi fungsi pohon ini dapat ditentukan berdasar sifat morfologi dan identifikasi pohon tersebut. Beberapa rincian lebih lanjut mengenai fungsi dan identifikasi fungsi pohon tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Identifikasi pohon berdasarkan fungsi lingkungan

No Fungsi Pohon Identifikasi

1 Kontrol Erosi • Pohon yang memiliki kerapatan daun tinggi • Permukaan daun berambut, bentuk

pertumbuhan konifer, batang pohon kasar, percabangan horizontal, memiliki akar serabut 2 Kontrol Polusi Udara • Pohon yang memiliki kerapatan daun tinggi

• Daun berdaging tebal, percabangan rendah 3 Kontrol Suara • Kerapatan daun tinggi, daun berdaging tebal,


(33)

Tabel 3. Lanjutan

4 Kotrol Jalan • Pohon memiliki bentuk tajuk yang menarik • Tinggi pohon tidak menghalangi pandangan

pengguna jalan

• Pohon tidak menghasilkan buah yang besar • Daya tumbuh tidak agresif

5 Kontrol Visual • Kerapatan daun tinggi

• Bentuk tajuk dan warna bunga yang menarik 6 Kontrol Cahaya • Kerapatan daun tinggi, percabangan pendek

• Tajuk bulat/kubah/tidak beraturan/menjurai

Sumber: Grey dan Deneke (1978)

Tabel 4. Identifikasi pohon berdasarkan fungsi memperbaiki iklim

No Fungsi Pohon Identifikasi

1 Kontrol Suhu • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

• Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan mejurai (weeping)

2 Kontrol Angin • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

• Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer lebih efektif dalam mengurangi kecepatan angin • Pohon yang memiliki batang, percabangan dan

perakaran yang kuat

3 Kontrol Kelembaban • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi, dan atau

• Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan mejurai (weeping)

Sumber: Grey dan Deneke (1978)

Vegetasi sangat berperan dalam mereduksi CO2 di udara. Sampai abad

ke-19, gas CO2 masih seimbang di antara atmosfer, biosfer, dan hidrosfer. Manusia

menghasilkan CO2 sebesar 0,5% dari jumlah CO2 di atmosfer setiap tahun

sehingga meningkatkan kandungan gas ini sebanyak 0,25%. Disinilah peranan vegetasi karena setiap tumbuhan hijau akan menyerap CO2 dan menghasilkan O2.

Hutan yang ada dapat menyangga rata-rata 1 ton/acre/tahun sehingga dunia memerlukan tambahan 1.820 juta acre hutan (Irwan, 2005).


(34)

Pepohonan menyerap CO2 dari udara melalui daun mereka dan

menyimpan karbon di biomassanya (batang dan daun), kira-kira setengah dari berat kering pohon adalah karbon. Jumlah karbon yang tersimpan di biomassa tumbuhan ini dinamakan karbon tersimpan (carbon storage) atau biasa dikenal dengan stok karbon (C-stock) sedangkan jumlah karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dan disimpan dalam biomassanya dinamakan daya serap karbon (carbon sequestration) atau biasa dikenal dengan daya sink-C.

Bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak menyimpan karbon adalah batang. Pada umumnya, karbon menyusun 45-50 % bahan kering dari tanaman. Menurut Birdsey (1992) dalam McPherson EG dan Simpson JR (1999) bahwa pada suatu ekosistem hutan, sebesar 63 % CO2 tersimpan di dalam tanah, 27 %

dalam biomassa pohon, dan 9% pada serasah di atas permukaan tanah.

Setiap jamnya, 1 ha daun-daun hijau dapat menyerap 8 kg CO2 yang

ekuivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang

dalam waktu yang sama sebagai hasil pernapasannya. Berdasarkan penelitian Purwaningsih (2007) bahwa semakin banyak jumlah daun maka akan semakin tinggi pula kemampuan serapan karbondioksidanya.

Widyastama (1991) mengemukakan beberapa contoh tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil Oksigen adalah Damar (Agathis alba),

Daun Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea), Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala), Akasia (Acacia auriculiformis) dan Beringin (Ficus benjamina). Berdasarkan hasil penelitian Sugiharti (1998), diperoleh hasil bahwa Kaliandra (Calliandra sp.), Flamboyan (Delonix regia), dan Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima) merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap gas CO2 dan sekaligus tanaman

tersebut relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara.

Tanaman merupakan bagian yang penting dalam biosfer dan kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi sehingga tanaman merupakan komponen yang penting dalam suatu lanskap. Tanaman dapat memberikan kenyamanan, keindahan, dan meningkatkan kualitas lingkungan. Kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan, didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan (atau tidak menyulitkan) bagi pengguna bangunan tersebut. Manusia dinyatakan nyaman secara termis ketika ia tidak


(35)

dapat menyatakan apakah ia menghendaki perubahan suhu udara yang lebih panas atau lebih dingin dalam ruangan tersebut (Anonim, 2007). Suatu daerah dikatakan nyaman ketika kondisi di mana manusia dapat meminimalkan pengeluaran energi dari dalam tubuhnya untuk menyesuaikan (mengadaptasi) terhadap lingkungan termis di sekitarnya.

Selalu terdapat tanaman di setiap permukaan bumi, baik itu berupa pohon, semak, maupun groundcover (Carpenter et al., 1975). Dalam proses fisiologis, manfaat tumbuhan dalam menyerap karbon dapat dijelaskan melalui proses fotosintesis. Tanaman dapat menyegarkan udara dengan mengambil CO2 dalam

proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses metabolisme dimana CO2 dan

H2O diubah menjadi karbohidrat dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari.

Fotosintesis adalah suatu proses mendasar yang sangat penting untuk tanaman sebagian besar dari berat basah tanaman merupakan hasil langsung dari aktivitas fotosintesis. Komponen utama RTH adalah pohon, pohon memiliki kemampuan untuk menyimpan karbon melalui proses fotosintesis sebagai berikut:

6 mol CO2 + 12 mol H2O + 675 Cal → 1 mol C6H12O6 + 6 mol O2 + 6 mol H2O

264 gr 216 gr 180 gr 192 gr 108 gr


(36)

Gas CO2 merupakan bahan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Jika

konsentrasi gas ini semakin meningkat, maka hasil fotosintesis akan meningkat pula. Walaupun demikian, secara umum konsentrasi gas yang melebihi 1.000-2.000 ppm akan berpengaruh buruk pada fotosintesis (Dahlan, 2007).

Selain proses fotosintesis, ada juga proses respirasi. Respirasi merupakan penggunaan karbohidrat dan produk fotosintesis untuk membangun dan memelihara seluruh jaringan tumbuhan serta memproduksi energi untuk digunakan dalam metabolisme dan penyerapan hara. Pada kondisi aerobik, respirasi memproduksi energi, CO2, dan air (H2O). O2 sebagai hasil fotosintesis,

sebagian dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk berjalannya proses respirasi. Pada proses respirasi memerlukan O2 dan menghasilkan CO2 (Irwan, 2005).

Pada fase pertumbuhan, tumbuhan atau sekumpulan tumbuhan seperti hutan, laju fotosintesis (P) lebih besar daripada proses respirasi (R), sehingga P/R

≥ 1. Pada fase ini laju pengikatan CO2 lebih besar daripada laju emisi CO2,

sehingga tumbuhan mengurangi kadar CO2 dalam atmosfer. Akan tetapi, semakin

besar hutan maka semakin banyak daun yang ternaungi dan semakin besar pula proporsi bagian tumbuhan yang kurang mengandung klorofil seperti batang dan akar. Oleh karena itu, nisbah yang P/R semakin mengecil, akhirnya akan mendekati 1. Apabila tumbuhan atau hutan mencapai keseimbangan dinamik maka laju pengikatan CO2 sama dengan laju pelepasan CO2. Begitu pula

tumbuhan yang muda biasanya P/R > 1, semakin tua tumbuhan P/R maka semakin mendekati 1 (Irwan, 2005).

2.8 Menghitung Manfaat Pohon dalam Lanskap Kawasan Perumahan

Menghitung manfaat pohon dalam suatu lanskap kawasan perumahan dapat dilakukan salah satunya dengan mengukur penyimpanan dan daya serap karbon oleh pohon pada kawasan tersebut. Ada berbagai macam cara mengukur penyimpanan dan daya serap karbon oleh pohon. Pengukuran dapat dilakukan dengan merusak tanaman (misalnya menebang pohon) atau tanpa merusak tanaman. Pengukuran yang umumnya dilakukan adalah dengan menggunakan persamaan Alometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang. Berikut adalah salah satu contoh persamaan alometrik dengan menggunakan nilai


(37)

koefisien alometrik untuk perhitungan biomasa (Y) bagian atas spesies pohon Tropical (Brown, 1997 dalam Hairiah K dan Rahayu S, 2007):

Y = 0,1043*D2,6

dimana: D= diameter pohon setinggi dada (130 cm dari permukaan tanah)

Pada penelitian ini, untuk memudahkan pengukuran penyimpanan dan daya serap karbon digunakan perangkat lunak ArcView dengan Ekstensi CITYgreen. CITYgreen ini merupakan alat yang dibuat untuk menghitung nilai manfaat ekologi dari suatu wilayah. Beberapa penelitian terkait dengan karbon dibeberapa negara telah menggunakan CITYgreen untuk menghitung peran RTH pada negara mereka.

2.9 Geographic Information System (GIS)

Geographic Information System (GIS) merupakan suatu sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan menganalisis informasi-informasi geografis. GIS ini dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis (Prahasta E, 2004).

Perangkat lunak GIS yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGIS, MapInfo, ERDAS. Perangkat lunak GIS yang digunakan dalam penelitian ini adalah ArcView GIS 3.2 karena kemampuannya yang baik dalam menganalisis dan banyak tersedianya ekstensi yang beredar di pasaran. ArcView GIS 3.2 merupakan software yang biasa digunakan dalam menganalisis data spasial maupun non spasial serta pemetaan. Selain itu, khusus untuk menganalisis kebutuhan RTH diperlukan ekstensi CITYgreen 5.4 yang menganalisis kualitas udara berdasarkan daya serap terhadap polutan di udara, penyimpanan karbon, dan daya serap karbon.

2.10 Analisis dengan Ekstensi CITYgreen 5.4

Ekstensi CITYgreen 5.4 merupakan salah satu ekstensi dalam perangkat lunak ArcView GIS yang dapat menghitung peran RTH dalam menyerap dan menyimpan karbon di udara berdasarkan data atribut pohon dilihat dari citra


(38)

satelit, area studi (acres), persentase penutupan tajuk, dan tipe distribusi pohon. CITYgreen dapat mengelompokkan berbagai tipe distribusi pohon pada area yang diteliti menjadi tiga tipe. Tipe satu mewakili distribusi dari pepohonan tua. Tipe dua mewakili distribusi pohon muda. Tipe tiga menggambarkan suatu area dengan distribusi pohon yang seimbang. Tipe distribusi pohon tua (dengan biomassa yang lebih) diasumsikan dapat menghilangkan karbon lebih dari tipe distribusi pohon muda (American Forest, 2002).

Pada dasarnya, komponen utama RTH adalah pohon. Seluruh analisis CITYgreen 5.4 berlandaskan prinsip mendasar bahwa pohon yang menjadi komponen RTH memberikan pelayanan ekosistem yang dapat diukur (American Forest, 2002). Ada beberapa aspek yang dapat dianalisis dengan CITYgreen 5.4 berdasarkan American Forest (2002), yaitu aliran permukaan (Stormwater Runoff Reduction), kualitas udara (Air Quality), penyimpanan karbon dan daya serap karbon (Carbon Storage and Sequestration), konservasi energi (Energy Saving), dan permodelan perkembangan RTH (Tree Growth Model). Setiap aspek membutuhkan beberapa data yang berbeda untuk dianalisis dalam CITYgreen. Data-data yang dibutuhkan untuk masing-masing aspek analisis disajikan pada Tabel5.

CITYgreen dapat menganalisis nilai manfaat ekologi dari suatu RTH dan mengkonversikannya kedalam satuan mata uang. Ekstensi CITYgreen 5.4 dapat membantu dalam mempengaruhi keputusan kebijakan riil. Dengan kemampuannya untuk menggabungkan gambar sangat rinci, CITYgreen 5.4 dapat membantu masyarakat di seluruh negeri membangun dan menganalisis data-data mengenai distribusi penutupan lahan mereka sendiri sebagai dasar untuk perencanaan lokal dan keputusan pembangunan. Ada beberapa rumusan yang digunakan CITYgreen 5.4 dalam memperkirakan penyimpanan karbon serta daya serap karbon (User Manual CityGreen 5.4):

• Kapasitas penyimpanan karbon = Area kajian (acres) x persen penutupan pohon x koefisien penyimpanan karbon (berdasarkan tipe distribusi pohon). • Tingkat daya serap karbon tahunan = Area kajian (acres) x persen penutupan


(39)

Tabel 5. Data yang dibutuhkan dalam analisis CITYgreen 5.4

Aspek yang Dianalisis Data yang Dibutuhkan

Nilai Diperoleh dari Data CITYgreen dan

Definisi Pengguna

Aliran Permukaan (Stormwater)

Tutupan Lahan, Kanopi Pohon

Kemiringan Lereng, Kelompok Hidrologi Tanah, informasi curah hujan, Tipe Distribusi Curah Hujan

Kualitas Udara (Air Quality)

Kanopi Pohon Kualitas Udara Kota

Terdekat Penyimpanan Karbon dan

Daya Serap Karbon (Carbon Storage/ Sequestration)

Kanopi Pohon, Diameter Batang (untuk pohon individu)

Energi (Energy) Kanopi Pohon , Tinggi Bangunan, Spesies, Kelas Tinggi Pohon, Warna Atap

Albedo Atap, Sistem Penghangat, Isolasi Atap nilai-R, Lokasi Jendela dan AC

Model Pertumbuhan (Tree Growth Model)

Kanopi Pohon, Diameter Batang (untuk pohon individu), Kelas Tinggi Pohon

Kelas Kesehatan Pohon, Kondisi Pertumbuhan


(40)

III. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City dan Taman Yasmin Bogor, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor (Gambar 5). Lokasi ini dipilih berdasarkan kesamaan topografi, letak wilayah administrasi yang sama, tipe rumah dan luas lahan perumahan yang kurang lebih sama, dilalui jalur tranportasi yang sama, serta lokasi kedua perumahan yang saling berdekatan. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai dari bulan Mei 2010 sampai September 2010.

Gambar 5 Peta lokasi penelitian.

3.2 Alat dan Bahan

Data yang digunakan dalam kegiatan penelitian meliputi data fisik dan administrasi, data kendaraan, serta data penunjang lainnya (Tabel 6). Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini diantaranya:

a. Citra satelit Quickbird 2006 sebagai data spasial yang dapat digunakan untuk data atribut pohon yang akan didigitasi.


(41)

b. Kamera digital digunakan untuk menggambarkan kondisi eksisting tapak. c. Hagameter, merupakan alat bantu untuk membantu dalam menghitung tinggi

pohon. Alat ukur roll meter, digunakan untuk mengukur diameter tajuk dan batang pohon.

d. Adobe Photoshop digunakan untuk mengolah gambar jpeg seperti peta lokasi.

Excel 2003 digunakan untuk mengolah data hasil kegiatan ground check. e. Perangkat lunak ArcView GIS 3.2 untuk mengumpulkan dan menyimpan

data, mengolah data, serta mempermudah proses digitasi canopy dan non-canopy. Ekstensi CITYgreen 5.4 untuk menganalisis hasil input data, menghitung nilai ekologis dan ekonomi dari RTH dalam menyerap dan menyimpan karbon di udara berdasarkan data atribut pohon dilihat dari citra satelit, area studi (acres), persentase penutupan tajuk, dan tipe distribusi pohon.

Tabel 6. Jenis, sumber dan cara pengambilan data

No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengmbilan

Data

1. Data Fisik, dan Administrasi:

Citra Satelit Quickbird

2006

Lab. Tanaman dan Tata Hijau Departemen Arsitektur Lanskap IPB

Studi Pustaka

Master Plan Kawasan Perumahan

Pihak Pengelola Kawasan

Perumahan

Studi Pustaka

Letak, Luas, Batas Tapak

Tapak dan Pihak Pengelola

Kawasan Perumahan

Studi Pustaka

Vegetasi (pohon) Tapak, Lab.

Tanaman dan Tata Hijau Departemen Arsitektur Lanskap IPB Survei Lapang dan Studi Pustaka

2. Data Penunjang Tesis dan

Disertasi


(42)

3.3 Batasan Penelitian

Penelitian dibatasi hingga tahap analisis dari manfaat pohon dengan menggunakan CITYgreen 5.4. Penekanan pengkajian permasalahan dibatasi pada aspek manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan. Adapun keterangan lebih lanjut mengenai batasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Tahap analisis dibatasi hanya pada aspek vegetasi yaitu pohon sedangkan semak dan ground cover tidak termasuk analisis.

2. Pada penelitian ini, hanya menghitung manfaat pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dan Taman Yasmin, Bogor.

3. Analisis manfaat pohon pada suatu ruang terbuka hijau (RTH) di perumahan dilakukan dengan menggunakan ekstensi CITYgreen 5.4 berdasarkan sampel. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan persentase luas kanopi pohon menggunakan dua klasifikasi theme yaitu canopy dan non-canopy.

Data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder dan pengklasifikasian data pada citra satelit Quickbird tahun 2006 yang terdiri dari data canopy dan non-canopy. Data canopy didapat dari hasil digitasi citra satelit yang menampilkan tampak atas pohon-pohon. Data non-canopy didapat dari hasil digitasi citra satelit yang menampilkan tampak atas bangunan. Batas area kerja dinamakan study area. Secara garis besar, study area yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Taman Yasmin Bogor. Batas tapak pada study area dinamakan site.

Pada penelitian ini dilakukan pengelompokkan site dan pengambilan sampel pada masing-masing perumahan. Hal ini dikarenakan luas kawasan perumahan yang cukup besar dan untuk memudahkan perhitungan. Pengelompokkan site dilakukan berdasarkan kesamaan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon dan tipe rumah yang sama (atap). Sampel dipilih berdasarkan pengelompokan site persentase luas kanopi pohon dan dianggap mewakili kelompok site yang lain.


(43)

Adapun beberapa asumsi yang digunakan untuk menghitung nilai manfaat kanopi pohon dengan menggunakan analisis CITYgreen adalah sebagai berikut:

1. Setiap kawasan perumahan didigitasi kedalam tiga theme yaitu canopy theme, non-canopy theme, dan site theme.

2. Setiap pohon yang didigitasi dikelompokkan kedalam canopy theme. Setiap bangunan (rumah dan ruko) didigitasi dan dikelompokkan kedalam

non-canopy theme. Setiap batas tapak yang didigitasi dikelompokkan kedalam site theme.

3. Semak dan rumput yang berada di bawah tajuk pohon tidak dihitung sebagai penyerap gas CO2.

3.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan pengkajian terhadap data sekunder (citra satelit). Analisis nilai manfaat pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon dilakukan dengan perangkat lunak ArcView 3.2 dan ekstensi CITYgreen 5.4. Hasil analisis menggunakan CITYgreen ini digunakan untuk:

1. Menghitung dan membandingkan luas kanopi dan non-kanopi pohon pada masing-masing kawasan perumahan dengan menggunakan ekstensi CITYgreen 5.4.

2. Membandingkan hasil pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpanan dan menyerap karbon pada masing-masing kawasan perumahan.

3. Memprediksi serta membandingkan kemampuan pepohonan dalam menyimpan dan menyerap karbon pada 10 dan 20 tahun yang akan datang dengan simulasi menggunakan ekstensi CITYgreen 5.4.

4. Rekomendasi.

3.5Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dibagi kedalam dua tahap yaitu inventarisasi dan analisis. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap inventarisasi yaitu pengumpulan


(44)

data atribut canopy theme di perumahan. Sementara itu, kegiatan analisis dilakukan dengan menggunakan ekstensi CITYgreen 5.4.

3.5.1 Inventarisasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap inventarisasi adalah mengumpulkan data atribut canopi theme di perumahan. Sebelum melakukan inventarisasi, dilakukan beberapa kegiatan antara lain persiapan citra satelit, penentuan batas area studi (lokasi penelitian), digitasi site, canopy, non-canopy theme, pengelompokan site dan penentuan sampel (Gambar 6).

Gambar 6 Bagan alur kegiatan dalam tahapan inventarisasi.

3.5.1.1Persiapan citra satelit

Sebelum melakukan inventarisasi di lapang harus dilakukan proses digitasi. Langkah awal dalam proses digitasi adalah persiapan peta dasar berupa

raster image yang telah memiliki referensi geografis (memiliki koordinat lintang dan bujur yang sesuai). Peta dasar ini merupakan data pokok yang dibutuhkan CITYgreen 5.4 dalam proses analisis data. Peta atau raster image yang tidak memiliki referensi geografis, raster image tersebut harus diregistrasi terlebih dahulu.

Persiapan Citra Satelit

Penentuan Batas Area Studi (lokasi Penelitian)

Digitasi Site, Canopy, dan Non-Canopy Theme

Pengelompokkan Site dan Penentuan Sampel


(45)

Pada penelitian ini, data raster yang digunakan adalah citra satelit

Quickbird 2006 Kota Bogor yang telah memiliki referensi geografis. Citra satelit

Quickbird 2006 yang digunakan mencakup dua kawasan perumahan di Kota Bogor yaitu Kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City dan Taman Yasmin, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor.

3.5.1.2Penentuan batas area studi (lokasi penelitian)

Penentuan batas area studi (study area) dilakukan berdasarkan lokasi penelitian yaitu Kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) dan Perumahan Taman Yasmin, Bogor. Penentuan Batas Area Studi (Study Area) ini sangat penting untuk menentukan batas area yang akan didigitasi. Secara umum, tampilan citra kedua perumahan tersebut setelah di-subset dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Bagian citra satelit yang tidak termasuk ke dalam area studi dihilangkan dengan tool image analysis, subset.

3.5.1.3Digitasi site, canopy, dan non-canopytheme

Konsep dasar CITYgreen adalah mengidentifikasi penutupan lahan berupa

canopy dan non canopy. Berdasarkan User Manual CITYgreen 5.4, ada tiga theme

yang dibutuhkan dalam analisis CITYgreen 5.4, yaitu canopy, non-canopy, dan

site berupa polygon-polygon.

Canopy merupakan theme yang menampilkan kanopi pohon berupa tampilan tampak atas pohon-pohon dan berwarna hijau. Non-canopy merupakan

theme yang menampilkan penutupan lahan selain kanopi pohon, yaitu bangunan, badan air (sungai, waduk/situ), dan lahan terbuka (sawah, padang rumput, perkerasan, dan lain-lain). Site merupakan theme yang menampilkan batas tapak yang diteliti. Klasifikasi penutupan lahan untuk data non canopy tidak harus berdasarkan tiga klasifikasi tersebut, dapat disesuaikan dengan kondisi eksisting tapak dan data yang dibutuhkan. Pada penelitian ini, khusus untuk analisis aspek manfaat pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon, maka data atribut non- kanopi yang dibutuhkan cukup hanya bangunan saja. Berdasarkan User Manual CITYgreen 5.4, data yang dibutuhkan untuk penyimpanan dan penyerapan karbon dapat dilihat pada Tabel 5.


(46)

Tahap awal dalam proses digitasi adalah menentukan batas tapak (site).

Site didigitasi dan dikelompokkan kedalam beberapa kelompok berdasarkan pendugaan persentase kanopi pohon pada masing-masing perumahan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengambilan sampel dan proses analisis. Setelah digitasi site, dilakukan digitasi canopy dan non-canopy di masing-masing perumahan. Contoh hasil digitasi site, canopy, dan non-canopy theme, masing-masing dapat dilihat pada Gambar 7. Warna merah merupakan perwakilan dari bangunan sedangkan warna hijau merupakan perwakilan dari pohon.

(a) (b)

(c)

Gambar 7 Tampilan hasil digitasi site theme (a), canopy theme (b), dan non-

canopy theme (c).

3.5.1.4Pengelompokkan site dan penentuan sampel

Pada penelitian ini, dilakukan pengelompokkan site berdasarkan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon. Hal ini dilakukan karena pada lokasi penelitian terdapat luasan penutupan lahan oleh kanopi pohon yang


(47)

berbeda-beda. Selain itu, pengelompokkan ini dilakukan untuk memudahkan proses analisis dan perhitungan pendugaan kapaitas penyimpanan dan penyerapan karbon di perumahan. Berdasarkan hasil digitasi ketiga theme (canopy, non

-canopy, dan site), ada tiga pengelompokkan site berdasarkan persentase kanopi pohon pada masing-masing kawasan perumahan yaitu site dengan persentase luas kanopi 0-5% dikelompokkan kedalam kelompok site A, 5-10% dikelompokkan kedalam kelompok site B, dan 10-15% dikelompokkan kedalam kelompok site C.

Kegiatan selanjutnya yaitu penentuan sampel. Penentuan sampel ini dilakukan berdasarkan persentase luas kanopi. Setelah dilakukan pengelompokan

site berdasarkan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon, maka dari setiap pengelompokan persentase tersebut diambil sampel site yang diperkirakan dapat mewakili site yang lain. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam perhitungan pendugaan kapasitas penyimpanan dan penyerapan karbon pada masing-masing kawasan perumahan. Contoh hasil pengambilan sampel berdasarkan persentase luas kanopi 0-5% (A), 5-10% (B), dan 10-15% (C), masing-masing dapat dilihat pada Gambar 8, 9, dan 10.

Gambar 8 Tampilan contoh hasil digitasi dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon 0-5 %.


(48)

Gambar 9 Tampilan contoh hasil digitasi dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon 5-10 %.

Gambar 10 Tampilan contoh hasil digitasi dengan persentase penutupan lahan oleh kanopi pohon 10-15 %.

3.5.1.5Pengumpulan data atribut canopy theme

Secara garis besar, data yang dibutuhkan untuk analisis data dalam CITYgreen 5.4 ada dua yaitu data spasial (citra satelit) dan data atribut (data kanopi dan non kanopi). Data atribut kanopi merupakan data mengenai pohon-pohon yang terdapat di lokasi penelitian yang diamati sedangkan data atribut non kanopi merupakan data mengenai bangunan di lokasi penelitian yang diamati.

Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan survei lapang atau

ground check. Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi data atribut pada canopy

dan non-canopy theme. Pengumpulan data atribut untuk kanopi, perlu dilakukan inventarisasi pohon pada tapak. Hasil dari inventarisasi pohon ini akan


(49)

dimasukkan kedalam atribut canopy theme. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam inventarisasi pohon berdasarkan User Manual CITYgreen 5.4, yaitu nama spesies pohon, diameter batang setinggi dada atau D.B.H (Measure Diameter at Breast Height), tinggi pohon, kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon. Rincian klasifikasi dari nilai kesehatan, nilai kondisi pertumbuhan, dan kelas tinggi pohon disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kelas tinggi pohon, nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon berdasarkan

User Manual CITYGreen 5.4 Nilai Kesehatan

Pohon

Nilai Pertumbuhan

Pohon Kelas Tinggi Pohon

1= Sangat Buruk 1= Buruk 1= < 20 feet

2= Buruk 2= Sedang 2= 20-45 feet

3= Sedang 3= Baik 3= >45 feet

4= Baik

5= Sangat Baik

Sumber: User Manual CITYGreen 5.4

Tinggi pohon diklasifikasikan kedalam tiga kelas, yaitu kelas I, II, dan III. Evaluasi kesehatan pohon didapat dari melihat kondisi visual tajuk, batang, dan akar pohon. Data diameter tajuk pohon, tinggi pohon, dan diameter batang diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan. Untuk data tinggi pohon dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat bantu, yaitu Hagameter. Sedangkan diameter tajuk dan batang pohon menggunakan meteran. Perolehan data spesies pohon, nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon dilakukan dengan cara studi literatur. Pohon yang tidak ada pada peta hasil digitasi, dapat dicatat dan ditambahkan pada peta atau sebaliknya, pohon yang ada pada peta hasil digitasi, tetapi tidak ada di lapang dapat dihilangkan pada peta tersebut.

3.5.2 Analisis

Tahap analisis merupakan tahap dimana data-data hasil inventarisasi (data atribut canopy theme) di analisis menggunakan CITYgreen 5.4 (Gambar 11). Hasil dari analisis CITYgreen ini kemudian digunakan untuk menghitung nilai manfaat RTH (pepohonan) dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan.


(50)

Gambar 11 Bagan alur kegiatan dalam tahapan analisis.

3.5.2.1Input data atribut

Input data merupakan kegiatan dimana data-data yang diperoleh dari hasil survei lapang dan studi literatur di-input serta diedit dalam perangkat lunak ArcView 3.2 dan ekstensi CITYgreen 5.4. Pada perangkat lunak ArcView, dilakukan input dan edit data spasial hasil survei lapang. Pohon yang tidak ada pada peta hasil digitasi, ditambahkan pada citra atau sebaliknya, pohon yang ada pada peta hasil digitasi, tetapi tidak ada di lapang dapat dihilangkan pada citra tersebut. Selain itu, dilakukan pengisian identitas dengan meng-add/update data

pada CITYgreen. Pengisian identitas sangat penting dilakukan agar CITYgreen dapat mengenali setiap theme yang telah dibuat.

Input Data Atribut Analisis Data dengan CITYgreen 5.4

Analysis Report

• nama spesies pohon • lebar tajuk pohon • tinggi pohon

• D.B.H (Diameter at Breast Height) • nilai kondisi kesehatan dan

pertumbuhan pohon

Menghitung Manfaat Kanopi Pohon

Membandingkan manfaat kanopi pohon saat ini dengan

10 dan 20 tahun mendatang menggunakan Model

pertumbuhan pohon (Tree Growth Model)

Rekomendasi Membandingkan dengan KDB dan KDH serta Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun

2006

Manfaat ekologi: kemampuan kanopi pohon menyimpan dan menyerap

karbon

Manfaat ekonomi: penghematan biaya yang

dapat diberikan oleh kanopi pohon Luas kanopi dan


(51)

Selain menggunakan perangkat lunak ArcView, digunakan program Excel

untuk mempermudah pengolahan data. Langkah awal input data adalah memasukkan data hasil ground check dalam program Excel. Hal ini untuk memudahkan pengisian data atribut pada perangkat lunak ArcView dan Ekstensi CITYgreen. Data-data yang dimasukkan dalam program Excel adalah nama spesies pohon, nilai kesehatan dan pertumbuhan pohon, diameter tajuk pohon, tinggi pohon, dan diameter batang (DBH). Data-data ini kemudian dimasukkan kedalam data atribut canopy pada perangkat lunak ArcView dan Ekstensi CITYgreen. Contoh tampilan data atribut canopy theme dapat dilihat pada Gambar 12.

Pada lembar terpisah, dimasukkan data-data seperti nama lokal, nama latin, dan nama CITYgreen dari setiap spesies pohon yang didapat serta ciri spesies yang terdiri dari Leaf Density, Height Growth Rate, Diameter Growth Rate, Crown Form, Leaf Persistance, Max Heigh. Data-data berupa informasi ciri spesies tersebut digunakan ketika pohon-pohon yang di-input tidak terdaftar dalam menu CITYgreen. Data-data ini kemudian dimasukkan kedalam menu CITYgreen – Add Species to Species List. Adapun keterangan mengenai informasi ciri spesies pohon tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.


(52)

Tabel 8. Ciri-ciri spesies pohon pada Menu CITYgreen – Add Species to Species List

Leaf Density

Height Growth

Rate

Diameter Growth

Rate

Crown Form Leaf

Persistance Max Height

Light Fast Fast Shrub Broad-Leaf

Decidous

Short (<15 Feet)

Medium Medium Medium Small Dense

Crown

Needle-Leaf Decidous

Medium (15-35 Feet)

Dense Slow Slow Columnar Broad-Leaf

Evergreen Tall (>35 Feet)

Unknown Unknown Unknown Pyramidal Needle-Leaf

Evergreen Unknown

Oval

Semi-Evergreen

Vase-Shaped Unknown

Round Spreading Unknown Sumber: User Manual CITYGreen 5.4

Pada dasarnya, didalam menu CITYgreen sendiri telah terdaftar beberapa nama-nama sepesies pohon. Sehingga, apabila pohon yang akan dimasukkan sudah ada didalam CITYgreen, maka kita tidak perlu lagi memasukkan data-data tersebut.


(53)

3.5.2.2Analisis data dengan CITYgreen 5.4

Analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan perangkat lunak Arcview versi 3.2 dengan ekstensi CITYgreen 5.4. ArcView digunakan untuk menyimpan dan menganalisis informasi-informasi geografis sehingga menghasilkan data berbentuk spasial. Ekstensi CITYgreen 5.4 merupakan salah satu ekstensi dalam perangkat lunak ArcView yang dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) dengan beberapa aspek yang dapat dianalisis, yaitu aliran permukaan (Storm Water Run Off), konservasi Energi (Energy Saving), kualitas udara (Air Quality), serta penyimpanan karbon dan daya serap karbon (Carbon Storage and Sequestration). Pada penelitian ini, aspek yang dianalisis adalah penyimpanan karbon dan daya serap karbon (Carbon Storage and Sequestration).

CITYgreen 5.4 memperkirakan kapasitas karbon tersimpan dan tingkat daya serap karbon per tahun dari pohon pada area studi yang telah ditentukan. Setelah semua data di-input, ter-update, dan terkonfigurasi pada menu CITYgreen, maka langkah selanjutnya adalah dengan memproses data untuk dianalisis pada menu CITYgreen – Analysis data, Study Area, Run Analysis. Run Analysis merupakan tahap akhir dalam menganalisis dengan CITYgreen 5.4. Run Analysis dilakukan untukmenduga seberapa besar peran RTH yang diteliti dengan arah studi yaitu Carbon Storage and Sequestration.

Gambar 14 Tampilan menu CITYgreen Analyze Data dalam ArcView. Hasil akhir dari run analysis adalah berupa sebuah tampilan Analysis Report (Lampiran 3) yang didalamnya berisi keterangan-keterangan yang terbagi


(54)

kedalam tiga aspek, yaitu statistik tapak (Site Statistics), manfaat ekologi (Ecological Benefits), dan rangkuman manfaat ekonomi (Economic Benefit Summary). Statistik tapak mencakup nama area yang diteliti, luas area, dan distribusi penutupan lahan. Manfaat ekologi dalam penelitian ini penyimpanan dan daya serap karbon, mencakup Kapasitas Karbon dan Penyerapannya yang meliputi Distribusi Umur Pohon, Kapasitas Peyimpanan Karbon (ton), dan Penyerapan Karbon (ton/tahun).

Khusus untuk aspek kapasitas karbon, tidak terdapat rangkuman manfaat ekonomi dalam analysis report benefit pada CITYgreen sehingga perhitungan manfaat ekonomi dilakukan berdasarkan harga karbon di pasar perdagangan karbon internasional. Indonesia belum mempunyai harga tetap untuk perdagangan karbon, maka digunakan harga karbon di pasar internasional yang berkisar antara $ 5,00 - $ 15,00 per ton. Pada penelitian ini, diasumsikan harga karbon (ton) yang digunakan adalah $ 5.

3.5.2.3Menghitung manfaat pohon di perumahan

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar manfaat pepohonan dalam menyimpan dan menyerap karbon di kawasan perumahan berdasarkan persentase luas kanopi pohon, maka dilakukan perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non-kanopi, pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan, serta perbandingan kondisi kawasan perumahan saat ini dan beberapa tahun kedepan dengan simulasi pengembangan luasan kanopi pohon menggunakan Model Pertumbuhan Pohon (Tree Growth Model) dalam CITYgreen. Selain itu, dibuat suatu rekomendasi/usulan berupa penambahan luasan kanopi pohon berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006 menggunakan model alternatif skenario dalam CITYgreen. 3.5.2.3.1 Perbandingan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non-kanopi

pohon

Hasil analisis CITYgreen 5.4 adalah berupa tampilan Analysis Report yang berisi informasi mengenai tiga aspek yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu statistik tapak, manfaat ekologi, dan rangkuman manfaat ekonomi. Pada aspek


(55)

statistik tapak diperoleh informasi mengenai nama tapak, luas area tapak (ha), dan distribusi penutupan lahan (kanopi dan non-kanopi pohon). Hasil analisis dari aspek statistik tapak ini digunakan untuk membandingkan luas penutupan lahan oleh kanopi dan non-kanopi pohon.

Pada penelitian ini, untuk dapat melihat apakah luasan kanopi pohon dari kelompok site sampel sudah sesuai dengan aturan yang ada, maka dilakukan dengan membandingkan antara luas penutupan lahan hasil analisis dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006 serta angka koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) di kedua perumahan. Menurut Peratuan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006 menyebutkan bahwa untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan luas RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan privat (perorangan) paling sedikit 10 % dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan.

Sementara itu, untuk menentukan angka KDB dan KDH, menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 21 tahun 2009 dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Angka KDB = Luas bangunan lantai dasar x 100 % Luas tanah atau blok

Adapun rumus untuk menghitung angka KDH di kedua perumahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Angka KDH = 100 % - (KDB + (20 % x KDB))

Keterangan:

KDB = Koefisien Dasar Bangunan KDH = Koefisien Dasar Hijau

Luas bangunan lantai dasar merupakan luas penutupan lahan oleh non-kanopi pohon dari hasil digitasi bangunan (rumah atau ruko) dalam analisis CITYgreen. Sementara itu, luas tanah atau blok merupakan luas tapak (site) atau area analisishasil digitasi dalam analisis CITYgreen.


(56)

3.5.2.3.2 Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan

Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon dilakukan menggunakan analisis CITYgreen 5.4. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan di masing-masing perumahan berdasarkan kelompok site

sampel. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kemampuan pohon dalam menyimpan dan menyerap karbon di perumahan, maka dilakukan perbandingan di setiap kelompok site sampel.

3.5.2.3.3 Perbandingan kondisi kawasan perumahan saat ini dan beberapa tahun kedepan dengan simulasi pengembangan luasan kanopi pohon (Tree Growth Model)

Tree Growth Model merupakan salah satu menu dalam CITYgreen yang dapat memodelkan perkembangan kanopi beberapa tahun kedepan. Hal ini berguna untuk mengetahui bagaimana perkembangan kanopi beberapa tahun kedepan pada suatu wilayah atau area yang dianalisis sehingga kita dapat memperkirakan tindakan apa saja yang harus dilakukan dan sebagai bahan masukkan untuk perencanaan selanjutnya.

CITYgreen membutuhkan informasi mengenai wilayah perkembangan kanopi tersebut (Growth Region). Hal ini untuk mengetahui kesesuaian antara kondisi wilayah setempat dengan kondisi pohon itu sendiri. Pada penelitian ini, dipilih wilayah southeast dikarenakan wilayah penelitian memiliki karakteristik daerah yang hampir sama dengan Indonesia. Tahun perkembangan kanopi yang ada pada menu CITYgreen berkisar antara 0-50 tahun saja. Pada penelitian ini dipilih tahun perkembangan yaitu 10, dan 20 tahun untuk memudahkan perbandingan pada setiap kelipatan tahun tersebut. Perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 16.

Kanopi pohon berwarna hijau merupakan hasil digitasi kanopi pohon pada kondisi eksisting tapak (saat ini). Kanopi pohon berwarna biru merupakan kanopi pohon hasil digitasi pada kondisi pertumbuhan kanopi 10 tahun kedepan dengan asumsi kesehatan dan kondisi pertumbuhan pohon sama dengan kondisi eksisting.


(1)

85


(2)

86


(3)

87


(4)

88

Lampiran 3 Contoh Report Benefit hasil analisis CITYgreen pada sampel site A di perumahan Bukit Cimanggu City (BCC)


(5)

89


(6)

90