Manfaat kanopi pohon pada taman rumah dalam upaya penghematan energi listrik di lanskap permukiman: studi kasus Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

(1)

DI LANSKAP PERMUKIMAN

Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan

Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

DESSY B SILITONGA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Dessy B Silitonga


(3)

Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH

Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk di kota Bogor semakin meningkat dan penggunaan lahan untuk permukiman turut meningkat. Perubahan yang terjadi akibat peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan salah satunya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota (urban heat island).

Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim mikro yang menyebabkan penurunan suhu. Dengan manfaat tersebut, pohon seharusnya mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area perkotaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menduga nilai manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghemat penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner

(AC) dalam rumah tangga.

Penelitian ini mengambil dua lokasi penelitian yang masing-masing merupakan perumahan di kota Bogor yaitu Perumahan Bukit Cimanggu City, kecamatan Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah, kecamatan Bogor Utara. Dari masing-masing perumahan diambil delapan rumah sampel dengan jumlah pohon bervariasi mulai dari sebanyak satu pohon hingga sebelas pohon. Penelitian ini menggunakan dua cara pengamatan yaitu pengamatan dengan citra satelit Quickbird 2006 dan pengamatan langsung. Data yang diperoleh dari kedua pengamatan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan CITYgreen 5.4 ekstensi dari ArcView 3.2. Program ini digunakan untuk menghitung besar nilai manfaat dari kanopi pohon dalam menghemat pemakaian listrik untuk AC rumah tangga.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat sembilan rumah yang tidak mendapat nilai manfaat dari kanopi pohon dan tujuh rumah yang mendapat nilai manfaat. Kondisi pohon yang paling baik dalam memberikan nilai manfaat penghematan di kedua perumahan yaitu pada rumah VBI_S_3 dengan nilai penghematan tahunan sebesar Rp 540.000,- untuk tarif listrik dan 662,56 KWH untuk daya listrik dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp 10.000 per $ 1,00. Dari hasil analisis juga terdapat dua kasus yang menunjukkan besar nilai penghematan yang diperoleh oleh kanopi pohon tidak sejalan dengan besar jumlah pohon yang ada di rumah sampel. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini jumlah pohon yang ada tidak menentukan besar nilai penghematan dari pohon. Faktor yang menentukan nilai penghematan dari kanopi pohon dalam penelitian ini yaitu jarak penanaman pohon terhadap bangunan, jenis dan karakter


(4)

tentang bagaimana penataan keberadaan pohon yang tepat dari setiap rumah sampel sehingga pohon tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang optimal bagi rumah. Usulan penataan pohon ditujukan pada rumah yang tidak mendapatkan nilai manfaat penghematan dan rumah yang mendapatkan nilai manfaat penghematan namun belum optimal sesuai dengan jumlah pohon yang ada yaitu sebanyak sebelas rumah sampel. Usulan penataan pohon dilakukan dengan tiga pilihan yaitu penambahan jumlah pohon, perubahan jenis pohon atau perubahan jenis dan penambahan jumlah pohon. Teknis penataan dilakukan dengan memperhatikan kelima faktor yang menentukan nilai penghematan pohon serta fungsi taman bagi pemilik rumah. Pada usulan penataan pohon dilakukan simulasi analisis untuk membandingkan nilai manfaat yang diperoleh dengan kondisi eksisting. Dari hasil analisis simulasi diperoleh perubahan nilai penghematan untuk rumah sampel dari kanopi pohon yang diusulkan. Perubahan ini memberikan peningkatan nilai penghematan kanopi pohon.


(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(6)

LANSKAP PERMUKIMAN

Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan

Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

DESSY B SILITONGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(7)

Judul : Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor

Nama : Dessy B Silitonga

Nrp : A44063487

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. NIP.19611111 198903 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001


(8)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan anugerahNya selama ini sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman : Studi Kasus Perumahan Villa Bogor Indah dan Perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Terwujudnya tulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu kepada :

1. Ibu Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, saran, kritikan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr.Ir.Nizar Nazrullah,M.Agr dan Ibu Ir. Tati Budiati,MS selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan bimbingan di dalam perbaikan skripsi ini.

3. Keluarga tercinta di Medan, bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak sebagai orangtua serta kakak dan adik-adikku, kak Vina, Andre, Nanda dan Annes yang telah memberikan segala bantuan doa maupun materi, dorongan semangat dan selalu menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga di Bogor, Tulang, Nantulang, adik-adik, dan keluarga di Jakarta yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama menjalani masa perkuliahan di Bogor khususnya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Oot selaku Project Manager, Bapak Didik dan Bapak Bennito selaku

Site Manager serta staf lainnya di kantor teknik PT Semangat Panca Bersaudara yaitu Bapak Gatot, Bapak Yudi, Mbak Eka, Pak Heru sebagai pihak pengembang Perumahan Villa Bogor Indah yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di perumahan tersebut khususnya Pak Donald yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis saat di lapang.

6. Ibu Yanti, Bapak Rudi, Bapak Gufron serta staf lainnya di PT. Perdana Gapura Prima sebagai pihak pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City


(9)

banyak teknis tentang penggunaan program ArcView dan CITYgreen serta dengan penuh kesabaran mau meluangkan waktunya untuk berkonsultasi. 8. Aldi Rusli yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat dan

kenangan tersendiri kepada penulis selama menyelesaikan studi di bangku kuliah serta keluarga, Pricilia, Ninda, ko Dodo, Albert dan lainnya yang turut mendukung.

9. Teman-teman sesama bimbingan, Purwanti Lukmanniah, Florentius Agung, Yumi N Rahmi yang telah banyak membantu dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman di jurusan Arsitektur Lanskap, khususnya angkatan 43 “ Teng-Tong Family”, teman-teman terdekat “MMG” Yumi, Yogi, Lipur, Perthy dan Maria Agustina Kaka yang telah memberikan banyak kenangan indah bagi perjalanan hidup penulis di bangku kuliah.

11.Teman-teman kos Pondok Putri, kak Wenny, Viva, Posma, Desra, Rossa, Satchie, Erti, Christina “Tintunz”, Christina Situmorang, serta adik-adik angkatan 45 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas tali persaudaraan yang telah terjalin hingga saat ini.

12.Teman-teman sepelayanan di Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB, Desna, Sherlie, Joel, Molly, Zega, Dhimas, Bernand, Christian Halawa, Satriani, adik-adik KPD Bolas, Pebri, Yenni, Herlina, Iin, Cely, Ruth, Raymond, terima kasih atas kekeluargaan yang telah terjalin sampai saat ini. 13.Seluruh staf pengajar ARL, staf TU, pegawai, terimakasih untuk masukan,

kritik serta memperlancar dalam pengurusan surat-menyurat.

14.Guru-guru semenjak TK hingga SMA yang telah memberikan didikan dan kasih sayang serta membentuk karakter saya hingga saya dapat menjadi seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan laporan ilmiah ini di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2011


(10)

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 31 Desember 1988 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Petro Medan, Sumatera Utara tahun 1993-1994, Sekolah Dasar (SD) Katolik Budi Murni 7 Medan, Sumatera Utara tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Katolik Budi Murni 1 Medan, Sumatera Utara tahun 2000-2003, Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Medan, Sumatera Utara tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Selama di IPB, penulis aktif di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) sebagai anggota Komisi Pelayanan Siswa, di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Agria Swara sebagai anggota, peserta penyanyi dalam Konser Tahunan Agria Swara “Rhine-Danubian Cruise” tahun 2008, di Himpunan Profesi (Himpro) Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota, panitia Masa Perkenalan Departemen (MPD) Arsitektur Lanskap tahun 2008 sebagai Tim Medis, dan panitia dalam kegiatan keagamaan di kampus IPB.


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Batasan Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Lanskap Perumahan ... 4

2.1.1 Definisi ... 4

2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan ... 4

2.2 Taman Rumah Tinggal ... 7

2.3 Kanopi Pohon ... 9

2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon ... 9

2.3.2 Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro ... 11

2.4 Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga ... 14

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 18

2.6 Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk Energy Saving ... 19

2.7 Pemakaian Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga ... 24

BAB III METODOLOGI ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2 Alat dan Bahan ... 29

3.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 30

3.4 Metode Penelitian ... 32

3.4.1 Metode Kerja ... 32

3.4.2 Metode Analisis dengan CITYgreen 5.4 ... 35

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 49

4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi ... 49


(12)

4.3 Hidrologi ... 53

4.4 Topografi dan Tanah ... 53

4.5 Tata Guna Lahan ... 54

4.6 Vegetasi ... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYGreen 5.4 ... 58

5.2 Pendugaan Manfaat Vegetasi Pohon sebagai Penghemat Pemakaian Listrik Untuk Air Conditioner (AC) Rumah Tangga ... 61

5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Rumah Sampel ... 100

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

6.1 Kesimpulan ... 123

6.2 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983)……… 10

2. Aliran Kerja Sistem Pendingin AC ... 24

3. Kerangka Pikir Penelitian ... 31

4. Tampilan program CITYgreen 5.4 ... 34

5. Tampilan pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2 ... 35

6. Tampilan untuk memilih dan memasukkan data citra ... 36

7. Tampilan View Properties untuk registrasi data citra satelit ... 36

8. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Villa Bogor Indah 37

9. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Bukit Cimanggu City ... 37

10. Tampilan hasil digitasi salah satu batas rumah di rumah sampel ... 38

11. Tampilan hasil digitasi noncanopy theme di salah satu rumah sampel ... 38

12. Tampilan hasil digitasi canopy theme di salah satu rumah sampel ... 39

13. Tampilan saat meng-update tabel atribut pohon di rumah sampel .... 41

14. Tampilan saat memilih jenis dan data pohon lainnya sesuai dengan pohon sampel ... 41

15. Tampilan list untuk pengisian new species dalam CITYgreen ... 41

16. Tampilan saat memasukkan data atribut dari noncanopy theme ... 42

17. Tampilan CITYgreen Analysis saat memilih data yang diperlukan ... 45

18. Tampilan Analysis Report sebagai Hasil Analisis CITYgreen 5.4 .... 45

19. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City ... 46

20. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Villa Bogor Indah ... 47

21. Contoh Report Hasil Analisis Usulan Penataan ... 48

22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City ... 49

23. Peta Aksesibilitas Kawasan Villa Bogor Indah ... 50

24. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di BCC ... 62


(14)

No. Halaman 25. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya

listrik di BCC ... 63

26. Tampak Rumah BCC_K_1 ... 65

27. Tampak Rumah BCC_K_2 ... 67

28. Tampak Rumah BCC_S_1 ... 69

29. Tampak Rumah BCC_S_2 ... 71

30. Tampak Rumah BCC_S_3 ... 73

31. Tampak Rumah BCC_B_1 ... 75

32. Tampak Rumah BCC_B_2 ... 77

33. Posisi Pohon Peneduh Terhadap Rumah BCC_B_2 ... 78

34. Tampak Rumah BCC_B_3 ... 79

35. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di VBI ... 80

36. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di VBI ... 80

37. Tampak rumah VBI_K_1 ... 82

38. Tampak rumah VBI_K_2 ... 84

39. Tampak rumah VBI_K_3 ... 86

40. Tampak rumah VBI_S_1 ... 88

41. Tampak rumah VBI_S_2 ... 90

42. Tampak rumah VBI_S_3 ... 92

43. Tampak rumah VBI_B_1 ... 94

44. Tampak rumah VBI_B_2 ... 96

45. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1 ... 102

46. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1 ... 104

47. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3 ... 105

48. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1 ... 107

49. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2 ... 109

50. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3 ... 110

51. Taman rumah eksisting yang dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_1 ... 111


(15)

No. Halaman

52. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1 ... 112

53. Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_2 ... 113

54. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2 ... 114

55. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3 ... 116

56. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1 ... 117


(16)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng…. 7

2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya ... 11

3. Karakteristik Pohon sebgai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro ... 13

4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ... 16

5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ... 16

6. Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah ... 17

7. Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah ... 18

8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis ... 22

9. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data ... 30

10. Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan ... 32

11. Penggolongan Tinggi Pohon Menurut American Forest ... 33

12. Data Jenis Pohon Sampel yang Tidak Terdapat pada CITYgreen 5.4 ... 40

13. Data Iklim Mikro Bukit Cimanggu City Juni 2009 – Mei 2010 ... 51

14. Data Iklim Mikro Villa Bogor Indah Juni 2009 – Mei 2010 ... 52

15. Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City ... 54

16. Klasifikasi Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City ... 54

17. Klasifikasi Tata Guna Lahan Villa Bogor Indah ... 55

18. Pohon di Bukit Cimanggu Villa ... 55

19. Pohon Pada Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City ... 56

20. Pohon Pada Rumah Sampel di Villa Bogor Indah ... 57

21. Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan Bukit Cimanggu City ... 59

22. Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan Villa Bogor Indah ... 60


(17)

No. Halaman

23. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_1 ... 63

24. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_2 ... 66

25. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_1 ... 68

26. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_2 ... 70

27. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_3 ... 72

28. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_1 ... 74

29. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_2 ... 76

30. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_3 ... 78

31. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_1 ... 81

32. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_2 ... 83

33. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_3 ... 85

34. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_1 ... 87

35. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_2 ... 89

36. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_3 ... 91

37. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_1 ... 93

38. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_2 ... 95

39. Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Rumah Sampel. .... 97

40. Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Rumah Sampel ... 99

41. Aktifitas Pemilik Rumah di Sebelas Contoh Taman Rumah Sampel ... 101

42. Perbedaan Hasil Analisis Kondisi Eksisting dan Kondisi Simulasi Usulan Penataan ... 120

43. Rumah Sampel yang Memperoleh Nilai Manfaat Kanopi Berdasarkan Arah Hadap Rumah ... 122


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

Gambar Lampiran 1. Penghasilan per Bulan Pemilik Rumah Sampel .... 127

Gambar Lampiran 2. Jumlah AC di Tiap Rumah Sampel ... 127

Gambar Lampiran 3. Lama Pemakaian AC per Hari (Jam) ... 128

Gambar Lampiran 4. Rata-rata Tagihan Listrik per Bulan (Rp) ... 128

Gambar Lampiran 5. Dokumentasi Pengambilan Data di Lapang ... 129

Lampiran 1. Contoh Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ... 131


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan lahan untuk perumahan semakin lama akan mendominasi

persentase terbesar dibanding penggunaan lahan lainnya di perkotaan (White

dalam Catanese, 1988). Hal ini dikarenakan semakin lama semakin banyak penduduk yang telah tinggal di kota dimana pada tahun 1995 sekitar 45% dari penduduk dunia telah tinggal di area urban dan sekitar 1 milyar dari 2.6 milyar penduduk dunia telah tinggal di kota-kota besar (Jenks, 1996). Pernyataan tersebut juga didukung oleh Dharma (2005) yang menyatakan bahwa jumlah penduduk kota di negara berkembang pada tahun 2000 adalah sekitar 2 milyar jiwa dengan proporsi terhadap jumlah seluruh penduduk sebesar 40 %. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan perumahan di daerah perkotaan terus mengalami peningkatan. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk di kota Bogor semakin meningkat dengan cepat. Perubahan yang terjadi akibat peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Salah satu dampak yang dapat ditimbulkan bagi suatu kota yaitu semakin menyempitnya lahan-lahan yang semula digunakan untuk ruang terbuka hijau. Menurut Suryadi (2008) dalam penelitiannya, jumlah luasan ruang terbuka hijau di kota Bogor telah mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1972 luas ruang terbuka hijau masih berkisar 2.972,54 ha sedangkan pada tahun 2000 jumlah tersebut menurun menjadi 422,30 ha. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan akibat penyempitan lahan-lahan untuk ruang terbuka hijau menyebabkan terjadinya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota (urban heat island).

Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim mikro yang menyebabkan penurunan suhu sekitar sehingga udara dapat dirasakan menjadi lebih sejuk (Hakim dan Utomo, 2004). Salah satu survei yang dilakukan oleh USGBC (United State Green Building Council) dalam Rahadini (2010)


(20)

membuktikan bahwa bangunan yang menggunakan konsep “hijau” mampu menurunkan penggunaan energi hingga 30%, pemakaian air hingga 50%, dan sampah hingga 90%. Dengan manfaat tersebut pohon sebenarnya mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area perkotaan. Namun minimnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pohon dan nilai keuntungan yang mampu diperoleh dari pohon mengakibatkan kurangnya kesadaran dan minat masyarakat perkotaan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan pohon sekitar rumah tinggal.

Dalam mengatasi permasalahan lingkungan perkotaan setiap pemilik rumah perlu memahami pentingnya pohon dalam setiap lanskap rumah tinggal. Selain itu, pemilik rumah harus mengetahui besar energi listrik yang dapat dihemat dari setiap penanaman berbagai pohon sehingga dapat mendorong motivasi setiap penduduk dalam memperbaiki kondisi taman rumah.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan penelitian ini yaitu :

1. Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghematan

penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga.

2. Memberi usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan

nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner (AC)

dalam rumah tangga.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil studi diharapkan berguna untuk :

1. Sebagai masukan dalam perancangan taman rumah untuk berbagai tipe

rumah di area perkotaan.

2. Sebagai masukan bagi pihak pengembang perumahan dalam

mengembangkan desain taman rumah untuk berbagai tipe rumah yang ideal dalam upaya penghematan energi listrik.


(21)

1.4 Batasan Penelitian

Adapun batasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu mencakup :

1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi kanopi pohon dalam

penghematan pemakaian listrik Air Conditioner (AC) rumah tangga.

2. Pengukuran dilakukan pada taman rumah di rumah yang mewakili tipe

rumah kecil, sedang dan besar untuk masing-masing perumahan.

3. Pengukuran pohon dilakukan dengan jarak antara pohon dengan rumah < 18

meter dan tinggi pohon > 6 meter. (McPherson, 1999)

4. Penelitian dilakukan hingga mencapai tahap pemberian usulan penataan

pohon pada taman rumah dalam upaya menghasilkan nilai penghematan listrik.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap Perumahan 2.1.1 Definisi

Menurut Simonds (1983), lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, yang dicapai jika karakter suatu lanskap menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat lanskap tersebut. Eckbo (1964) berpendapat bahwa lanskap merupakan keseluruhan yang kompleks dari elemen fisik di suatu area atau daerah pergerakan.

Lanskap perumahan menurut Simonds (1983) merupakan

kelompok-kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open

space) dan berada di bawah suatu manajemen pengelola perumahan tersebut, serta

terdapat fasilitas umum seperti ruko, lapangan bermain (playfield) dan daerah

penyangga (buffer). Selain itu menurut Eckbo (1964) lingkungan perumahan

merupakan suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal, sarana perkantoran, niaga, pendidikan, kesehatan dan fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, didefinisikan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.

2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan

Pada perencanaan kawasan permukiman menurut Chiara dan Koppelman (1990) terdapat tujuh karakteristik agar kawasan tersebut menjadi permukiman yang layak huni, yaitu :


(23)

1. Kondisi tanah dan lapisan tanah ; 2. Air tanah dan drainase ;

3. Bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan ; 4. Bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi ;

5. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas ;

6. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka ;

7. Bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk.

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman menurut

Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dalam Herdiani (2009) meliputi parameter sebagai berikut :

1. Lokasi

1) tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.

2) tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang

3) tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan

2. Kualitas udara

Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

1) gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

2) debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3

3) gas SO2 maksimum 0,10 ppm

4) debu maksimum 350 mm3/m2 per hari

3. Kebisingan dan getaran

1) kebisingan dianjurkan < 45 dB.A, maksimum 55 dB.A

2) tingkat getaran maksimum 10 mm/detik

4. Kulitas tanah di daerah perumahan dan permukiman 1) kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg 2) kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg


(24)

3) kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg 4) Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg 5. Prasarana dan sarana lingkungan

1) memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan

2) memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit

3) memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata

4) tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan

5) pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan

6) pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan

7) memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya 8) pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya

9) tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi

kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan 6. Vektor penyakit

1) indeks lalat harus memenuhi syarat 2) indeks jentik nyamuk di bawah 50% 7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan permukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Faktor-faktor yang menjadi persyaratan fisik lingkungan perumahan dalam Standar Nasional Indonesia (2004) dalam Herdiani (2009) dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu :


(25)

1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa / penyelesaian teknis

2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (dapat dilihat pada tabel) dengan ketentuan :

a. tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8% ; dan

b. diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%

Dalam penggunaan lahan, terdapat standar kesesuaian yang didasari oleh kemiringan lereng. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 menurut Standar Nasional Indonesia 2004 dalam Herdiani (2009).

Tabel 1.Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng

Peruntukkan Kelas Sudut Lereng (%)

Lahan 0-3 3-5 5-10 10-15 15-20 20-30 30-40 > 40

Jalan raya

Parkir

Taman bermain

Perdagangan

Drainase

Permukiman

Trotoar

Bidang resapan

septik

Tangga umum

Rekreasi

Sumber : Standar Nasional Indonesia, 2004

2.2 Taman Rumah Tinggal

Menurut Sulistyantara (1992), taman rumah merupakan komponen penting di lingkungan rumah tinggal, pelengkap unsur kehidupan rumah tangga yang dapat menyempurnakan kehidupan rumah tangga. Taman rumah juga menjadi unsur penting dalam menciptakan lingkungan. Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengatakan rumah dan halaman merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi dalam menciptakan suasana yang diinginkan oleh pemiliknya. Halaman yang tertata dengan baik selain dapat memberikan kelengkapan dan kelembutan yang menarik untuk bangunan fisik rumah tersebut juga dapat


(26)

memberikan suatu sajian pemandangan indah yang menembus jendela dan berbagai bukaan pada rumah, sehingga dapat menimbulkan ketenangan dan berbagai bentuk kenyamanan dalam rumah.

Secara umum taman tersusun atas berbagai elemen taman. Apabila dilihat berdasarkan karakter atau kekerasannya elemen taman dapat dibagi menjadi dua,

yaitu elemen taman material lunak (soft material) seperti golongan rumput, lumut,

semak, pepohonan dan satwa serta elemen taman material keras (hard material)

yang mencakup semua elemen taman yang sifatnya keras dan tidak hidup seperti tanah, batuan, paving dan sebagainya (Sulistyantara, 1992). Disamping itu elemen taman juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan manusia untuk mengadakan perubahan terhadap elemen taman tersebut yaitu elemen taman mayor dan elemen taman minor. Elemen taman mayor merupakan elemen taman yang terhadapnya kita sulit mengadakan perubahan seperti gunung, sungai, lembah dan kekuatan alam seperti angin, radiasi matahari dan gravitasi. Sedangkan elemen taman minor merupakan elemen taman yang dapat diubah seperti bukit, danau kecil, tanaman rawa dan elemen buatan manusia.

Nurisjah dan Pramukanto (1995) menambahkan bahwa perencana dan perancang taman atau halaman rumah harus berusaha membuat penataan yang dapat meningkatkan kualitas atmosfer rumah dengan mewujudkan aspek fungsional dan estetika taman rumah. DPU tentang Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Budiman (2010) menyatakan bahwa pekarangan dapat dibagi menurut luas lahan dan bangunannya yaitu :

a. Pekarangan rumah besar dengan kategori : rumah dengan luas lahan di

atas 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling

dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.

b. Pekarangan rumah sedang dengan kategori : rumah dengan luasan lahan

antara 200 m2 – 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan

lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2


(27)

(dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah atau rumput.

c. Pekarangan rumah kecil dengan kategori : rumah dengan luasan lahan di

bawah 200 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan

kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah atau rumput.

2.3 Kanopi Pohon

2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon

Pohon merupakan tanaman yang memiliki batang tunggal dan tumbuh dengan ketinggian lebih dari tiga meter (Laurie,1986). Menurut Hakim dan Utomo (2004) secara morfologis pohon merupakan tanaman dengan batang berkayu, berakar dalam dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta memiliki tinggi di atas tiga meter. Carpenter et al. (1975) menyatakan ukuran pohon terbagi atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

1.Pohon pendek (tinggi < 9 meter),

2.Pohon menengah (tinggi antara 9 – 18 meter), dan

3.Pohon tinggi (tinggi > 18 meter).

Setiap jenis pohon mempunyai bentuk dan karakteristik dibawah kondisi hidup yang normal. Setiap jenis pohon terdiri atas empat elemen karakter pohon yaitu bentuk, ukuran, tekstur dan warna. Dari keempat elemen tersebut, bentuk pohon merupakan elemen yang paling memegang peranan penting dalam perancangan suatu lansekap. Dalam hal ini bentuk pohon dibangun oleh garis luar tajuk, struktur cabang dan ranting serta pola pertumbuhannya (Grey dan Deneke,1978).

Simond (1983) menyatakan bahwa bagian pohon yang paling menarik adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter

pada lingkungan. Menurut Carpenter et al. (1975) terdapat enam jenis pohon


(28)

(round-weeping), bulat (round), bulat telur (oval), berkolom (columnar), dan

kerucut (pyramidal). Sedangkan Booth (1983) membagi bentuk kanopi pohon

menjadi tujuh kelompok yaitu bentuk membulat (globular/rounded), bentuk yang

tinggi meramping (columnar), bentuk yang menyebar (spread), bentuk

eksotis/menarik (picturesque), bentuk ranting-ranting merunduk/menjurai

(weeping), bentuk kerucut (pyramidal), dan bentuk tinggi ramping dengan ujung

meruncing (fastigiated).

Gambar 1. Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983)

Apabila dilihat dari kanopinya, pohon dapat memberi manfaat bagi

lingkungan sekitarnya (Carpenter et al, 1975). Manfaat kanopi pohon tersebut


(29)

Tabel 2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya

No. Jenis Kanopi Contoh Pohon Manfaat

1 Bulat (Round) Felicium decipiens Penaung

2 Kubah (Dome) Ficus benjamina Penaung

3 Kolumnar (Columnar) Canarium commune Pengarah

4 Kerucut (Pyramidal) Cupressus spp Pemberi aksen

5 Bulat telur (Oval) Tamarindus indica Penutup

6 Menjurai (Round-weeping) Salix babilonica Pemberi aksen

7 Bentuk V (V-shape) Ravenala madagascariensis Pemberi aksen

8 Menyebar (Spread) Delonix regia Penaung

2.3.2. Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro

Menurut Kartasapoetra (2004), iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap. Kartasapoetra (2004) juga menambahkan iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan beberapa unsur, yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Iklim menurut Surjamanto (2000) merupakan perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi yang diteliti 10 sampai 20 tahun sekali.

Perbedaan antara iklim makro dan iklim mikro terutama disebabkan pada jaraknya dengan permukaan bumi (Tjasyono,2004). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi iklim mikro di suatu lokasi, yaitu :

a. Macam tanah : tanah hitam, tanah abu-abu, tanah lembek, dan tanah

keras

b. Bentuk tanah : bentuk konkaf (lembah), bentuk konveks (gunung), dan

danau

c. Tanaman-tanaman yang tumbuh di atasnya : rawa, hutan dan lainnya

yang mempengaruhi jumlah radiasi dan profil angin

d. Aktivitas manusia ; daerah industri, kawasan kota, pedesaan dan

sebagainya.

Surjamanto (2000) berpendapat bahwa suatu iklim mikro dapat memberikan kenyamanan bagi manusia apabila iklim tersebut berada pada batas minimum dan


(30)

Misalnya thermal comfort untuk orang Indonesia ialah antara 25,4 – 28,9 derajat Celcius. Lebih lanjut Surjamanto (2000) menambahkan apabila suatu iklim tidak dapat memberikan kenyamanan bagi manusia tersebut diperlukan modifier / pengelola iklim dengan menggunakan teknologi tepat guna. Beberapa cara pengelolaan iklim mikro pada lingkungan rumah tinggal untuk memperoleh kenyamanan, yaitu:

a. Membuka jendela pada utara-selatan

b. Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan

Maret-September kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika menanam pohon di barat, sebaiknya tidak dipertinggi agar tidak membawa uap air masuk ke ruangan

c. Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk

d. Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat agar cepat kering (tidak

lembab)

e. Angin yang baik adalah angin yang lewat di depan dan samping (posisi

bangunan tidak membelakangi angin).

Menurut Robinette (1977) vegetasi memiliki fungsi secara spesifik dalam pengendalian iklim mikro yaitu dapat mengendalikan efek sinar matahari dengan cara filtrasi langsung radiasi matahari, mengendalikan panas permukaan dan radiasi ke berbagai lapisan permukaan, baik setiap hari maupun secara musiman. Oleh sebab itu, suhu udara pada daerah yang mempunyai RTH lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Tjasyono (2000) yang menyatakan iklim tidak hanya mempengaruhi tanaman tetapi juga dipengaruhi oleh tanaman. Hutan yang lebat dapat menambah jumlah kelembaban udara melalui transpirasi. Bayangan dari pepohonan dapat mengurangi suhu udara sehingga penguapan menjadi lebih kecil. Grey dan Deneke (1978) menjelaskan bahwa pohon memiliki beberapa fungsi dalam memperbaiki iklim mikro. Fungsi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pohon yang dapat dilihat pada Tabel 3.


(31)

Tabel 3. Karakteristik Pohon Sebagai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro

Fungsi Pohon Identifikasi

Kontrol suhu Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan menjurai (weeping)

Kontrol Angin Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer lebih efektif dalam mengurangi kecepatan angin Pohon yang memiliki batang, percabangan dan perakaran yang kuat

Kontrol kelembaban Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi

Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan menjurai (weeping)

Di dalam proses metabolisme tumbuhan terjadi suatu sistem terpadu dan dinamik dimana air mengalir dari tempat dengan energi potensial tinggi ke tempat berenergi potensial rendah. Sistem demikian dikenal dengan lingkaran-tanah-tanaman-atmosfer atau LTTA. Sistem ini nantinya akan menguntungkan dalam hal pengaturan suhu mikro suatu lingkungan karena di dalam sistem ini terjadi beberapa proses kehilangan air dalam bentuk uap. Kehilangan uap air dari tanah

tersebut terjadi melalui proses : (1) evaporasi pada permukaan tanah dan (2)

transpirasi dari permukaan daun dari air yang sebelumnya diserap tanaman dari tanah. Jumlah kehilangan melalui kedua proses ini disebut dengan proses evapotranspirasi (Soepardi, 1983).

Suhu di sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas karena adanya evaporasi dari tanaman tersebut (Irwan, 2005). Grey dan Deneke (1976) menyatakan bahwa proses evapotranspirasi juga dapat memperbaiki suhu kota dengan adanya pepohonan dan vegetasi lainnya. Pada proses evapotranspirasi

sebatang pohon dapat menjadi air conditioner alami yang mampu menguapkan

400 liter air (H2O) sehari. Kemampuan ini setara dengan kemampuan 5 buah Air

Conditioner (AC) dengan kapasitas 2.500 kcal/jam yang beroperasi selama 20


(32)

menyatakan bahwa lokasi lubang saluran pengambilan udara luar dari alat pengatur suhu udara (AC) yang ternaungi oleh bayang-bayang pohon akan memiliki suhu udara sekitar yang lebih rendah sehingga secara tidak langsung menghemat energi yang diperlukan oleh AC.

Dalam pengaturan iklim mikro menurut Robinette (1977) terdapat beberapa prinsip penggunaan pohon yang penting diketahui oleh perancang dalam pengaturan iklim mikro yaitu :

1. Pohon besar, kecil dan semak kemungkinan dapat digunakan untuk menghalangi angin yang bergerak secara tidak diinginkan, tanaman konifer dapat digunakan untuk mengendalikan angin di musim dingin.

2. Pohon dapat digunakan untuk mengatur perpindahan angin, untuk meningkatkan jumlah ventilasi di beberapa area khusus.

3. Beberapa jenis tanaman akan mengurangi akumulasi dari salju di permukaan, sehingga dapat digunakan untuk pengumpul atau penjerap panas matahari. 4. Tanaman khususnya pohon berdaun tipis dapat digunakan untuk menangkap

kabut, dan dapat meningkatkan penangkapan sinar matahari ke permukaan. 5. Pohon-pohon jenis tertentu akan menjadi penghalang langsung sinar matahari

selama musim semi, untuk mengurangi suhu dingin yang berlebihan, tetapi mampu bertahan di musim dingin, mengurangi suhu panas yang berlebihan. 6. Area yang ditanami akan menjadi lebih sejuk sepanjang hari, dan akan

mengalami penurunan panas yang lebih sedikit di malam hari.

2.4 Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga

Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya perusahaan milik negara yang memiliki wewenang dalam mengelola pemakaian energi listrik di Indonesia termasuk penentuan Tarif Dasar Listrik (TDL) bagi para pengguna listrik. Dalam penentuan TDL, PLN membagi golongan pelanggan berdasarkan kebutuhan pemakaian listrik yang disebut dengan Golongan Tarif. Hingga saat ini secara garis besar terdapat lima jenis golongan tarif, yaitu :

1.Golongan B merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

untuk kebutuhan bisnis. Golongan B dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Golongan B1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200 VA,


(33)

Golongan B2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 200KVA dan Golongan B3 yang menggunakan daya listrik di atas 200 KVA.

2.Golongan I merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

untuk kebutuhan industri. Golongan I dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Golongan I1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 14 KVA, Golongan I2 yang menggunakan daya listrik sebesar 14 KVA – 200 KVA, Golongan I3 yang menggunakan daya listrik 200 KVA – 30.000 KVA dan Golongan I4 yang menggunakan daya listrik diatas 30.000 KVA.

3.Golongan P merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

utnuk kebutuhan bangunan pemerintah. Golongan P dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Golongan P1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200 VA, Golongan P2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 200 KVA dan Golongan P3 yang menggunakan daya listrik di atas 200 KVA.

4.Golongan R merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

untuk kebutuhan rumah tangga. Golongan R dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Golongan R1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200 VA, Golongan R2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 6600 VA dan Golongan R3 yang menggunakan daya listrik diatas 6600 VA.

5.Golongan S merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik

untuk kebutuhan sosial seperti rumah ibadah, penerangan jalan, dan pelayanan kesehatan. Golongan S dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu Golongan S1 yang menggunakan daya listrik sebesar 220 VA - 450 VA, Golongan S2 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 200 KVA dan Golongan S3 yang menggunakan daya listrik diatas 200 KVA.

Pasokan energi listrik untuk Kota Bogor sampai saat ini berasal dari

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terdapat di PLTA Suralaya dan sebagai cadangan apabila pasokan utama kurang mencukupi terdapat di Jatiluhur dan Cirata. Pasokan energi listrik tersebut kemudian dialirkan melalui SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) hingga ke trafo menuju lokasi pemakai.


(34)

Berdasarkan data dari PLN Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Bogor Barat, kebutuhan listrik pada kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) digunakan untuk hampir semua golongan tarif kecuali golongan tarif industri. Pemakaian daya listrik dan pembayaran rekening listrik selama setahun terakhir ini di kawasan BCC dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City Golongan Tarif Jumlah Pemakai Total Pemakaian KWH Rataan Pemakaian KWH

B1 52 244299 16286,60

B2 17 946098 63073,20

P1 3 7013 467,53

P3 4 302727 20181,80

R1 2623 6609891 440659,40

R2 137 1037741 69182,73

R3 7 45306 3020,40

S2 8 26484 1765,60

Sumber : Data PLN UPJ Bogor Barat, 2010

Tabel 5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City

Golongan Tarif

Jumlah Pemakai

Total Pembayaran Rekening Listrik (Rp)

Rataan Pembayaran Rekening Listrik (Rp)

B1 52 191.150.193 12.743.346,20

B2 17 1.056.093.111 70.406.207,40

P1 3 5.343.835 356.255,67

P3 4 236.928.538 15.795.235,87

R1 2623 4.555.623.741 303.708.249,40

R2 137 816.763.530 54.450.902,00

R3 7 62.056.850 4.137.123,33

S2 8 20.528.553 1.368.570,20


(35)

Pada Tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa golongan tarif R1 merupakan golongan tarif yang memiliki kebutuhan KWH dan pembayaran rekening listrik terbesar. Hal ini disebabkan karena jumlah pelanggan untuk kebutuhan rumah tangga dengan daya 450 hingga 2200 VA menduduki porsi terbesar di kawasan ini yaitu sekitar 92% dari total keseluruhan pelanggan dan menduduki sekitar 95% dari total keseluruhan pelanggan Golongan Tarif Rumah.

Pada kawasan Perumahan Villa Bogor Indah (VBI) pasokan listrik berasal dari trafo yang dikelola oleh PLN UPJ Bogor Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari PLN UPJ Bogor Timur jumlah KWH pakai, total tagihan dan jumlah pelanggan selama setahun dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6.Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010

Bulan Total KWH Pakai Total Tagihan (Rp)

Pemakaian R1 R2 R3 R1 R2 R3

Jun-09 460629 40292 16762 322503739 28821607 20830664 Jul-09 498853 38241 20733 346356615 31914338 27000085 Agust-09 490834 35829 18176 344084209 30793267 23131104 Sep-09 511700 39444 17203 356341926 33462088 20984409 Okt-09 474450 34726 16618 339164397 31101780 20798032 Nop-09 526792 40502 18310 368084924 34113291 22809322 Des-09 522691 39061 17119 357452280 31805701 20320479 Jan-10 502496 39078 18000 357115485 33157608 21462165 Feb-10 501332 41664 16928 356075110 34518912 22131421 Mar-10 457700 36973 18518 333032653 31715147 22836173 Apr-10 489592 43866 17240 347514330 37864260 22517652 Mei-10 542342 49707 18080 380411363 41579040 24087676 Jun-10 548925 48330 17442 381483092 40357438 23280707 Jul-10 545211 44901 19143 380570244 37351814 24331736 Agust-10 532346 49241 18311 390271770 41010935 25181300


(36)

Tabel 7.Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010

Bulan Jumlah Pelanggan

Pemakaian R1 R2 R3

Jun-09 2477 66 11

Jul-09 2571 69 11

Agust-09 2601 70 11

Sep-09 2626 72 11

Okt-09 2661 73 11

Nop-09 2674 73 11

Des-09 2675 74 11

Jan-10 2677 75 11

Feb-10 2678 75 11

Mar-10 2681 75 11

Apr-10 2675 79 11

Mei-10 2670 79 11

Jun-10 2659 79 11

Jul-10 2653 79 11

Agust-10 2648 82 10

Sumber : Data PLN UPJ Bogor Timur, 2010

Pada Tabel 6 dan 7 dapat diketahui bahwa Golongan Tarif R1 menduduki porsi terbesar dalam pemakaian listrik di kawasan ini yaitu sekitar 97% dari total pelanggan jenis Golongan Tarif Rumah. Hal ini hampir serupa dengan persentase R1 di kawasan BCC. Namun apabila dilihat dari rata-rata tagihan selama setahun untuk Golongan R1,kawasan BCC yang memiliki tagihan sebesar Rp. 303.708.249,- setiap bulannya lebih sedikit dibanding kawasan VBI yang

memiliki tagihan sebesar Rp 357.364.142,- setiap bulannya. 

Berdasarkan data lima tahun terakhir dari Badan Pusat Statistik (2005), energi listrik yang didistribusikan oleh PLN mengalami kenaikan rata-rata 5,56% per tahun yang diperkirakan pada tahun 2005 pendistribusian listrik mencapai 104.908 MWH. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan listrik terus mengalami kenaikan secara signifikan. Oleh karena itu untuk mencegah kekurangan pasokan energi listrik serta meningkatkan mutu pelayanan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral membuat Peraturan Menteri No 07 Tahun 2010 yang merubah Tarif Dasar Listrik. Dalam Tarif Dasar Listrik 2010 pelanggan 450 VA dan 900 VA seluruh golongan tarif tidak mengalami kenaikan. Sedangkan kenaikan TDL


(37)

untuk pelanggan di atas 900 VA untuk setiap golongan tarif, berkisar antara 6% - 20% dengan sebaran sebagai berikut :

1.Sosial, naik rata-rata 10%

2.Rumah Tangga, naik rata-rata 18%

3.Bisnis, naik rata-rata 16%

4.Industri, naik rata-rata 6% s/d 12%

5.Bangunan Pemerintah, naik rata-rata 15% s/d 18%

6.Traksi, Curah, dan layanan khusus, naik rata-rata 9% s/d 20%

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pada dasarnya istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis (Prahasta, 2002) sehingga Prahasta (2002) menyatakan bahwa SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya. SIG menurut Burrough (1986) dalam Barus dan Wiradisastra (2000) merupakan suatu perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan dan menggali kembali, mentransformasi, dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi, sedangkan Barus dan Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial.

Menurut Prahasta (2002) sistem SIG ini terdiri dari dua komponen utama yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang sering

digunakan untuk SIG yaitu komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan

scanner. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk SIG biasanya tidak

dapat berdiri sendiri tetapi terdiri dari beberapa layer.

Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara umum fungsi analisis dibagi ke dalam dua jenis, yaitu fungsi analisis atribut dan analisis spasial. Dengan adanya fungsi analisis spasial, data spasial yang ada secara umum dapat dianalisis dengan cara klasifikasi,

jaringan (network), overlay, buffering, 3D analysis, dan digital image processing


(38)

kependudukan, sumber daya alam, perencanaan, lingkungan, pertanahan dan manajemen utilitas. (Prahasta, 2000).

2.6 Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk Energy Saving. Menurut American Forest (2002) CITYgreen adalah salah satu program SIG (Sistem Informasi Geografis) yang merupakan perkembangan menuju ESRI’s ArcGIS. Secara umum CITYgreen bertujuan untuk menganalisis keuntungan ekologis dan ekonomis dari kanopi pohon dan ruang hijau lainnya. Dengan demikian CITYgreen dapat membantu pembuatan kebijakan tertentu di suatu wilayah yang lebih baik dan ramah lingkungan. Progam ini dibuat berdasarkan berbagai penelitian di berbagai negara yang terkait tentang manfaat pohon.

CITYgreen hanya dapat bekerja dengan Windows berbasis PC (Personal

Computer) yang telah memiliki program ArcGIS dan terdiri dari dua versi. Versi pertama bekerja dengan ArcView 3.x dan versi kedua bekerja dengan ArcGIS 8.x. Analisis dilakukan berdasarkan data tutupan lahan yang telah disediakan. Data tutupan lahan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti foto udara atau citra satelit. Semua versi CITYgreen memiliki manfaat untuk menganalisis beberapa hal berikut yaitu antara lain :

a. Limpasan Permukaan

CITYgreen dapat menghitung besar volume air dari limpasan permukaan yang akan datang akibat penutupan lahan berdasarkan data curah hujan dalam kurun waktu 2 tahun 24 jam hari hujan. Banyak permukaan kedap air menghasilkan banjir dengan level lebih tinggi pada saat banyak area alami yang mengurangi kuantitas resapan air sehingga CITYgreen dapat menjadi sebuah alat yang sangat bermanfaat untuk perencanaan dan penetapan penggunaan wilayah.

b. Pereduksi Polutan Udara

Dalam hal ini, CITYgreen dapat menghitung kapasitas reduksi polutan oleh kanopi pohon. Semakin besar kanopi pohon maka semakin besar pula jumlah polutan udara yang dapat direduksi. Dengan demikian CITYgreen dapat melaporkan kuantitas tahunan dari polutan yang tereduksi dan nilai manfaat ekonomi yang berkaitan dengan usaha reduksi tersebut.


(39)

c. Penyimpanan Karbon

Dalam hal ini CITYgreen dapat menghitung jumlah karbon yang diserap yang ada dalam pohon yang disajikan dalam peta penutupan lahan dan menghitung kuantitas tahunan dari karbon yang direduksi oleh pohon.

d. Konservasi Energi dan Pencegahan Emisi Karbon

Penelitian yang telah dilakukan oleh USDA Forest Service dan pihak lainnya telah

menunjukkan bahwa pohon yang ditanam secara tepat dapat menaungi rumah-rumah sehingga secara signifikan dapat menurunkan penggunaan dari pendingin

udara (Air Conditioner). Berdasarkan iklim dan tarif listrik lokal, CITYgreen

dapat memperkirakan nilai ekonomis dalam satuan dollar dari keuntungan naungan langsung pada pohon yang ada di sekitar rumah. Analisis dari CITYgreen’s Cool Roof juga dapat menghitung seberapa besar biaya pendinginan dari warna atap bangunan dan material pendingin lainnya. Berdasarkan total penghematan energi dalam tapak, CITYgreen juga dapat menghitung kuantitas dari utilitas pencegahan berbasis emisi karbon.

e. Pemodelan skenario alternatif

Salah satu tampilan CITYgreen yang paling bermanfaat yaitu kemampuan menganalisis skenario alternatif. Tampilan ini dimulai dengan peta tutupan lahan yang menjadi objek, dampak akibat perubahan fungsi tutupan lahan dapat dihitung sebelum perubahan itu terjadi. Hal ini juga berguna untuk melihat bagaimana hal itu dapat berubah setiap tahunnya, dengan membandingkan peta tutupan lahan dari awal periode atau sekitar 10 hingga 20 tahun lalu. Hal ini menjadi sebuah alat pengambil keputusan yang sangat penting yang berhadapan dengan pilihan pertumbuhan dan pengembangan.

Untuk program CITYgreen 5.4 yang berkolaborasi dengan program ArcView 3.2 memiliki beberapa tampilan yaitu :

Tabel atribut pohon – Program CITYgreen ini merupakan satu-satunya versi yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan atribut pohon dalam bentuk tabel. Data koleksi pada lapang dari pohon individual juga dapat dimasukkan ke dalam table. Tabel ini berguna untuk menentukan berbagai variasi informasi, seperti persentasi tiap spesies, persentasi kesehatan, persentasi lokasi dan sebagainya. Tabel ini dibuat berdasarkan model pertumbuhan pohon. Namun model ini bukan


(40)

merupakan tampilan pengelolaan inventarisasi pohon dan tidak memiliki berbagai fungsi untuk jadwal pengelolaan. Tampilan ini dibuat oleh CITYgreen V.5 untuk tujuan pendidikan.

Model Pertumbuhan Pohon – Dengan menggunakan angka koefisien pertumbuhan pohon dan informasi dari tabel atribut pohon, CITYgreen dapat menunjukkan pertumbuhan sebenarnya dari pohon secara individual dalam beberapa kurun waktu hingga 50 tahun ke depan dan dapat menghitung keuntungan ekologis ke depan dari setiap jenis pohon tersebut.

Penyimpanan Energi –Tampilan ini meminta sebuah jumlah yang sangat lengkap dari data koleksi lapang dan jumlah vegetasi lokal. Ketika data koleksi telah lengkap maka program akan menghitung besar penghematan energi dari satu rumah tangga berdasarkan lokasi dan karakteristik pohon yang ada di sekitar rumah.

Kelima aspek yang dapat dianalisis pada CITYgreen 5.4memerlukan data

masukan yang berbeda-beda. Berikut beberapa aspek yang dapat dianalisis dengan CITYgreen 5.4 dan data yang diperlukan.

Tabel 8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis

Required Values Acquired From Data Within CITYgreen And       User Definable Stormwater Land cover, Slope, hydrologic soil group,

tree canopy 2-year/24-hour rainfall info,

rainfall distribution type

Air Quality Tree canopy Closest air quality city Carbon Storage/ Tree canopy, trunk diameter   

 Sequestration  (for individual trees)   

Energy Tree canopy, building height, Roof albedo, heating system, species, tree height class, roof insulation R-value, roof color locations of windows and

      air conditioners

Growth Modelling Tree canopy, species, trunk Tree health class, diameter (for individual

trees), growing condition

   tree height class   


(41)

∆E ∆UED x CFA x ∆TCC x CC x n dimana

dalah koefisien suhu Unit Energy Density (UED per oC)

∆TCC adalah koefisien suhu pada kanopi

tutup

tase tutupan kanopi per pohon 2

n ad

b. penurunan kecepatan angin ( :

CC

dimana

∆UED adalah koefisien angin Unit Energy Density (berubah dalam UED per

persentase kecepatan angin)

efisien kecepatan angin pada kanopi (persentase kecepatan angin/persentase tutupan kanopi)

kanopi per pohon

Aspek analisis konservasi energi dalam CITYgreen menggunakan metode yang dikembangkan oleh Jill Mahon dari American Forests yang diinterpolasi dengan penelitian Dr. Greg McPherson dari USDA Forest Service. Program ini memperkirakan nilai keuntungan konservasi energi dari pohon yang diperoleh dari naungan langsung terhadap satu atau dua bangunan rumah (American Forest, 2002).

Penelitian McPherson (1999) menyatakan bahwa energi yang digunakan untuk pendingin ruangan dapat direduksi dengan adanya naungan dari pohon. Hasil penelitian ini diperoleh dengan menghitung efek naungan dari pohon, efek penahan angin dan suhu. Dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa formula antara lain :

a. Perhitungan tingkat penurunan energi pendingin dari modifikasi suhu ( :

∆UED a

(persentase suhu udara/persentase an kanopi)

CC adalah persen

CFA adalah kondisi area dasar (m )

alah jumlah pohon dalam area j

Perhitungan pengaruh energi dari

∆E ∆UED x CFA x ∆U x CC x n

∆UCC adalah ko


(42)

CFA

a j

c.Pe angin untuk setiap peningkatan persentase tutupan kanopi (koefisien kecepatan angin )

∆UCC

4 . x TC BC

adalah kondisi area dasar (m2)

n adalah jumlah pohon dalam are

rhitungan perubahan kecepatan

TC BC

BC/ 4 . xBC

d. Perhitungan pengaturan energi berdasarkan kondisi pohon (Energy adjustment)

on = 1 - % kematian batang.

1994) H

k konsumsi gas untuk pemanasan

Wh adalah Watthours dari konsumsi listrik untuk pendinginan

ah Cooling-degree-days

FA a

lainnya ilkan ekstensi CITYgreen untuk ektif dan efisien.

n Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga

ulai dari gedung dimana TC adalah persentase tutupan kanopi pohon dan BC adalah persentase tutupan bangunan.

Energy adjustment = 0.5 + (0.5 x kondisi pohon) dimana kondisi poh

e. Perhitungan kalibrasi penghematan energi pohon menurut Mahajan dalam McPherson (

PI = BTU/ HDD / FA CPI = Wh / CDD /FA

dimana : BTU adalah British Thermal Unit untu

HDD adalah Heating-degree-days

CDD adal

dalah area dasar (feet2)

Seluruh formula diatas dikombinasikan dengan penelitian terkait yang telah dilakukan sehingga menghas

mendapatkan hasil yang sama dengan lebih ef

2.7 Pemakaia

Menurut Dewi (2007), Air Conditioner (AC) merupakan mesin pendingin

yang mengeluarkan hawa dingin untuk menyejukkan suatu ruangan. Penggunaan Air Conditioner dewasa ini sudah meluas dan banyak dijumpai, m


(43)

erkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan sudah sampai ke rumah-rumah lingkungan tempat kerja.

Gambar 2. Aliran Kerja Sistem Pendingin AC Sumber : Handoko dalam Dewi (2007)

Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa keima komponen utama untuk sistem AC antara lain :

1. Kompresor ; k bahan pendingin

sehingga bahan pe n pendingin.

2. Kondensor ; merupakan alat penukar kalor. Cara kerja kondensor yaitu dengan

alam siklus pendinginan. p

penduduk. AC dimanfaatkan sebagai pemberi kenyamanan di

Secara umum terdapat lima komponen utama dan dua komponen pelengkap sistem AC menurut Dewi (2007). Ketujuh komponen tersebut disusun menurut aliran kerjanya (Gambar 2).

omponen ini bertugas menghisap dan menekan ndingin tersebut beredar dalam unit mesi

mengembunkan uap (bahan pendingin) menjadi cairan sehinggga dapat dipakai kembali d

3. Penyaring (Filter) ; berfungsi untuk menyaring kotoran dari bahan pendingin sebelum dialirkan ke dalam pipa kapiler.


(44)

tinggi ke tekanan rendah.

ra panas dari ruangan yang dihisap

ya, yaitu :

s dari evaporator dan membuangnya di kondensor.

ko

pe rubah-ubah

sec , yaitu :

a. Pros

dilakukan pat menghisap gas dan mengompresikan bahan pendingin

bahan mudah dipindahkan ke udara luar. Setelah melalui proses 4. Pipa Kapiler ; berfungsi sebagai alat untuk menurunkan tekanan bahan

pendingin cair yang mengalir di pipa tersebut dan mengatur bahan pendingin cair yang mengalir dari sisi tekanan

5. Evaporator ; merupakan bagian yang berfungsi menguapkan bahan pendingin cair menjadi gas dengan mengambil uda

oleh fan motor.

Selain kelima komponen tersebut, terdapat dua komponen yang merupakan bahan didalam kinerja kelima komponen sebelumn

1. Bahan Pendingin (Refrigeran) ; proses pendinginan memerlukan suatu bahan yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya untuk mengambil pana

2. Minyak Kompresor ; berfungsi untuk melindungi dan melumasi bagian-bagian yang bergerak dari kompresor supaya jangan aus dan rusak.

Lebih lanjut Dewi (2007) menjelaskan bahwa teknis kerja AC dimulai dari mpresor yang merupakan komponen yang paling utama untuk terjadinya ndinginan. Bahan pendingin pada AC merupakan zat yang dapat be

wujudnya tergantung suhu dan tekanannya. Imroee (2010) menyatakan bahwa ara umum prinsip kerja AC terbagi menjadi empat cara kerja

es kompresi

Proses dimulai ketika bahan pendingin meninggalkan evaporator. Bahan pendingin yang dihisap oleh kompresor memiliki wujud gas dengan suhu dan tekanan rendah. Bahan pendingin ini diubah oleh kompresor menjadi bahan pendingin gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Hal tersebut bisa

karena kompresor da

sehingga mencapai tekanan kondensasi. Setelah tekanan dan suhu diubah, selanjutnya bahan pendingin dipompa dan dialirkan menuju ke kondensor.

b. Proses kondensasi

Ketika di kondensor, bahan pendingin mengalami kondensasi yaitu perubahan wujud gas menjadi cair dan perubahan suhu menjadi rendah. Agar proses kondensasi lebih efektif, digunakan kipas (fan) yang dapat mengembuskan udara luar tepat di permukaan pipa kondensor. Dengan begitu, panas pada pendingin dapat dengan


(45)

pendingin di antara dua sisi tekanan yang erbeda, yaitu tekanan tinggi dan rendah. Selanjutnya, bahan pendingin yang telah emiliki wujud cair, suhu dan tekanan rendah dialirkan menuju ke evaporator

asi.

pat terjadinya pendinginan. Kondisi bahan hu dan tekanan rendah dimanfaatkan untuk mendinginkan

ndensor bagian atas. Proses ini akan d

kondensasi, bahan pendingin memiliki wujud cair, bersuhu rendah namun masih memiliki tekanan tinggi. Dengan kondisi demikian, bahan pendingin dialirkan ke filter. Di dalam filter, bahan pendingin disaring kadar air dan kotorannya agar tidak mengganggu sirkulasi bahan pendingin di sistem. Bahan pendingin yang berwujud cair dan telah disaring, mengalir masuk ke dalam pipa kapiler untuk mengalami proses penurunan tekanan.

c. Proses penurunan tekanan

Di dalam pipa kapiler, terjadi proses penurunan tekanan. Selain itu pipa kapiler juga berfungsi mengontrol aliran bahan

b m

untuk mengalami proses evapor d. Proses evaporasi

Proses ini dimulai ketika bahan pendingin akan masuk ke dalam evaporator. Masuknya bahan pendingin ke dalam evaporator diatur oleh pipa kapiler. Di evaporator, bahan pendingin mengalami evaporasi yaitu perubahan wujud dari cair menjadi gas dan disinilah tem

pendingin yang bersu

udara luar yang melewati permukaan evaporator.

Agar lebih efektif mendinginkan udara dalam ruangan, pada AC

digunakan blower (indoor) untuk mengatur sirkulasi udara agar melewati

evaporator. Bahan pendingin mengalir ke saluran hisap dan dihisap oleh kompresor lagi agar menjadi bahan pendingin gas yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi yang kemudian masuk pipa ko

iulang terus menerus selama kompresor bekerja. Setelah suhu evaporator sudah sesuai dengan termistor, maka kontak aliran listrik ke kompresor akan terbuka dan bila suhu di evaporator sudah tinggi kembali maka kontak termistor akan menutup dan kompresor akan bekerja lagi. Proses tersebut akan diulang secara terus menerus selama AC diberi aliran listrik (Dewi, 2007).


(46)

gkan pada saat alam

AC Split. Budianto (2008) menyatakan bahwa cara perhitu

50

hari

e asarkan data di emiliki kapasitas 5000 BTU.

ruangan tersebut kapasitas AC di atas sering kapasitas ini dapat dilihat di perangkat AC.

Sofyan (2 erupakan tenaga untuk

Budianto (2008) menyatakan bahwa kebutuhan AC dalam suatu ruang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor waktu dan luas ruangan. Salah satu contoh yaitu pada rumah tinggal dengan ketinggian plafon 3 meter, saat siang hari memerlukan kapasitas pendinginan sebesar 500 BTU/h/m2, sedan

m hari memerlukan 350 BTU/h/m2 untuk mendapatkan temperatur ruang (25

± 1) oC. BTU (British Thermal Unit)merupakan istilah yang menunjukkan jumlah

kalor yang diperlukan untuk memanaskan atau mendinginkan 1 pound air sampai

suhunya naik atau turun 1oF. Kondisi seperti ini menyebabkan energi yang

dibutuhkan untuk mendinginkan ruang di siang dan malam hari juga berbeda. Dengan demikian diperlukan perhitungan kebutuhan AC untuk dapat menentukan jenis AC yang sesuai.

Dilihat dari jenisnya, AC memiliki berbagai macam jenis seperti AC Split, AC Cassete, AC Standing, AC Central, AC Ciller, AC Celling, AC Parcision dan AC Window (Sofyan, 2010). Sebagian besar jenis AC yang digunakan untuk rumah tangga yaitu

ngan kapasitas AC Split adalah sebagai berikut :

Luas ruangan = 3 x 3 m = 9 m2

a. Siang hari (500 BTU/hour)

Kebutuhan ruangan = luas x 500 = 9 m2 x 500

= 4500 BTU/h/m2 di siang hari

b. Malam hari (350 BTU/hour)

Kebutuhan ruangan = 9 m2 x 3

= 3150 BTU/h/m2 di malam

B rd atas maka AC yang diperlukan m

Sehingga untuk contoh kondisi disebut dengan split 0,5 pk. Nilai

Dalam 010), istilah split pada AC m

menggerakkan kompresor AC. Konversi standar untuk split 1 pk yaitu sebesar 750 watt atau sama dengan 9000 BTU/hour. Mira (2008) menyatakan bahwa untuk AC Split 0,5 pk umumnya memerlukan daya 430 Watt.


(47)

METODOLOGI

.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Bogor dengan mengambil lokasi studi kasus

pada dua perumahan. Kedua peruma ut berasal dari dua kecamatan yang

berbeda namun berdekatan, yai Cimanggu City di Kecamatan

Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah atan Bogor Utara. Kedua

karakter rumah mulai dari tipe, konstruksi

enelitian

hingga 30 meter untuk mengukur elemen pohon yang dibutuhkan seperti lebar tajuk.

gi pohon.

iew 3.2 xcel 2007 untuk

an penelitian meliputi data fisik, BAB III

3

han terseb tu perumahan Bukit

2 di Kecam perumahan ini dipilih dengan alasan

dan material rumah bersifat homogen. Dengan demikian faktor yang dianggap dapat mempengaruhi suhu mikro pada rumah seperti konstruksi serta material rumah dapat diabaikan.

Kegiatan penelitian ini dilakukan selama delapan bulan pengambilan dan pengolahan data dimulai dari bulan Maret-Oktober 2010. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan skripsi.

3.2 Alat dan Bahan P

Alat – alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini terdiri dari :

a.Kamera digital untuk mengambil data visual yang dibutuhkan

b.Alat ukur rollmeter dengan panjang

c.Hagameter untuk mengukur ting

d.Komputer dengan perangkat lunak citra satelit Quickbird 2006, Arcv

dan ekstensi CITYgreen 5.4 untuk analisis data, Microsoft E

penghitungan data, Auto CAD 2006 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk

pembuatan usulan penataan pohon.

Data yang diutamakan dalam kegiat

biologis dan data sosial. Jenis, sumber dan cara pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian dijelaskan pada Tabel 9.


(48)

Data

Pengambilan Data

Tabel 9. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data.

Aspek Jenis Data Sumber

Cara

Fisik Wilayah Administrasi Pengelola Perumahan Studi Pustaka Iklim Badan Meteorologi dan Studi Pustaka

Geofisika (BMG)

Tanah Badan Pemerintah Daerah Studi Pustaka mahan Studi Pustaka Citra Satelit Digit

Hidrologi Pengelola Perumahan Wawancara Studi Pustaka

rah Biologis si

Wawancara Sosial udukan

Konsumsi Listrik ah ra

Tata Guna Lahan Pengelola Peru

asi

Topografi Badan Pemerintah Dae Studi Pustaka Vegeta Pengelola Perumahan Studi Pustaka

Pemilik Rumah

Kepend Pengelola Perumahan Studi Pustaka Pemilik Rumah Kuesioner Pemilik Rum Wawanca

PLN Kota Bogor

3.3 Kera Penelitian

saat ini merupakan kota yang seda lah satu

penyusun lanskap kota Bogor yang jug

yaitu lanskap perm Peningkata rumah bagi warga kota

ogor menyebabkan peningkatan berbagai macam perumahan. Hal ini nskap kota yang akhirnya menuju kearah e n

penelitian. Keenam belas sampel rumah tangga ini dipilih ngka Pikir

Kegiatan penelitian ini didasari dengan adanya pemikiran bahwa kota Bogor

ng berkembang. Sa komponen

a turut berkembang dengan pesat saat ini

ukiman. n kebutuhan akan

B

menyebabkan dampak perubahan la

p ni gkatan panas kota. Pohon sebagai salah satu komponen lanskap yang memiliki berbagai manfaat dalam penelitian ini akan dinilai seberapa besar

manfaatnya dalam hal menurunkan pemakaian listrik untuk Air Conditioner (AC)

rumah tangga.

Kegiatan penelitian ini menyoroti keadaan lanskap perumahan yang ada di kota Bogor khususnya pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tiap rumah tangga yang lebih dikenal dengan sebutan taman rumah. Pengamatan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan cara digitasi 16 sampel rumah tangga di dua perumahan yang menjadi lokasi


(49)

engan program CITYgreen 5.4. Adapun nilai

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian

berdasarkan keberadaan taman rumah, pohon di dalamnya serta mewakili tipe rumah kecil, sedang dan besar.

Data dari hasil pengamatan tidak langsung (digitasi) dipakai untuk pengamatan secara langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan melakukan pengukuran dan tinjau langsung ke lapang untuk pengukuran bangunan dan pohon yang ada. Dengan kedua hasil pengamatan tersebut dilakukan analisis untuk mengetahui manfaat kanopi pohon pada taman rumah. Kegiatan analisis dilakukan d

manfaat kanopi pohon yang dianalisis dengan program tersebut pada penelitian ini terdiri dari dua manfaat yaitu, nilai penghematan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk penggunaan AC rumah tangga dan nilai penghematan energi listrik dalam satuan Kilowatt-hours (KWH). Apabila pada rumah tersebut, kanopi pohon dirasakan belum mampu memberi kedua nilai manfaat tersebut maka akan dicari usulan penataan pohon pada taman rumah sehingga tercapai penghematan energi listrik rumah tangga.


(50)

3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Metode Kerja

Metode kerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga teknis yaitu teknis administrasi, teknis survei lapang dan teknis studio.

a. Teknis Administrasi

Pada teknis administrasi terdapat beberapa rencana kegiatan. Kegiatan diawali dengan tahapan perijinan ke lokasi penelitian yaitu ke Perumahan Bukit Cimanggu City dan Villa Bogor Indah yang meliputi pembuatan dan pengesahan surat perijinan, pengiriman surat ke lokasi penelitian dan penetapan tanggal kunjungan ke lokasi. Tahapan selanjutnya yaitu penentuan beberapa rumah yang mewakili semua tipe rumah untuk dijadikan objek penelitian serta persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan.

b. Teknis Survei Lapang

Teknis survei lapang dilakukan setelah teknis administrasi selesai dilakukan. Survei lapang dilakukan untuk mengambil data primer dan sekunder. data primer

diperoleh dengan ca ng dan wawancara

edangkan data sekunder diperoleh dengan cara studi pustaka dan kunjungan ke stansi terkait untuk permohonan permintaan data. Jenis data primer lebih

abel 10.

nan Pendingin Kondisi Tata Guna ra pengukuran, pengamatan langsu

s in

lengkap dapat dilihat pada T

Tabel 10. Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan Alat

Vegetasi Bangu

Pohon Rumah Rumah Sosial Pemilik Rumah

Lahan Rumah Sampel

Tinggi Pohon Tinggi

Bangunan Intensitas Pemakaian Pengelolaan Taman Rumah Luas dan persentase Diameter at Breast Height (DBH) Arah Hadap Rumah

Penghasilan Tarif Dasar

Listrik

Lebar Kanopi Jenis dan

Jumlah

Pemakaian

listrik per Pemakaian

bulan Listrik

Perumahan


(51)

dengan jarak 140-145 cm dari permukaan nah. Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan alat ukur rollmeter pada

lanjutnya hasil

pengukuran dimasukkan ke dalam p ngan berikut untuk mencari DBH :

BH re

Secara khusus dalam pengukuran kelengkapan data vegetasi pohon terdapat beberapa cara pengukuran, antara lain :

1. Diameter Batang Setinggi Dada atau Diameter at Beast Height (DBH) Pengukuran DBH pohon dilakukan

ta

lingkaran batang pohon yang disebut circumference. Se

erhitu = Circumfe

D nce / π

( π = 3.14)

Keterangan : Cir = liling

ini k an aka lah ng harus dimasukkan

po m CITYgreen 5.4.

n

Pengukuran tinggi pohon menggunakan Hag k memperoleh sudut

dut atas pohon. Tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan sebagai

+ Tan (β)) x d cumference diameter ke batang Data DBH

sebagai atribut

emudi hon dala

n menjadi sa satu data ya

2. Tinggi Poho

ameter untu bawah dan su

berikut :

T = (Tan (α)

Keterangan : T : Tinggi pohon (meter); α : sudut atas (o); β : sudut bawah (o); d :

hon. Penggolongan tinggi pohon

n Forest jarak pengamatan (meter)

Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya akan digolongkan menurut

klasifikasi dari American Forest dalam CITYgreen Manual User 2002. Tingkat

pada golongan ini yang akan dimasukkan sebagai salah satu atribut po dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggolongan Tinggi Pohon Menurut America

Golongan Tinggi Pohon

1 < 25 feet

2 25 - 45 feet

3 > 45 feet


(52)

nopi yang memiliki jarak paling lebar (diameter kanopi) dari pohon

tersebut. Data lebar kanop ta sebelumnya yang akan

c. Teknis Stu

Setelah kegiatan analisis selesai dilakukan, maka kegiatan studio n rumah dalam

upaya pengh gi. Usulan yang diberikan berupa usulan perbandingan

yang ideal antara luas lahan terbangun dengan lahan terbuka hijau dan usulan desain penataan pohon yang sesuai dengan tipe rumah.

(Sumber : CITYgreen Manual User 2002)

3. Lebar Kanopi

Pengukuran lebar kanopi atau tajuk pohon dilakukan dengan menentukan dua titik terluar ka

i ini sama dengan kedua da

dimasukkan sebagai data atribut pohon pada CITYgreen 5.4 dalam proses analisis. dio

Teknis studio merupakan teknis pengolahan data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan cara menganalisis data menggunakan program ArcView 3.2 dengan ekstensi CITYgreen 5.4.

selanjutnya adalah pembuatan usulan penataan pohon pada tama ematan ener

   

   

Gambar 4. Tampilan program CITYgreen 5.4 ; (a) digitasi non-canopy theme, (b)


(53)

ang dapat dianalisis yaitu

konservasi energi dalam bentuk energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner

(AC) rumah tangga. Penelitian ini hanya difokuskan menganalisis aspek

konservasi energi (Energy Savings) tersebut.

Tahapan yang dilakukan untuk dapat menganalisis penghematan energi dengan menggunakan CITYgreen 5.4 terdiri dari 8 tahapan, yaitu :

1. Mengaktifkan ekstensi CITYgreen 5.4 dan ekstensi pendukung lainnya.

Tahapan ini dimulai dengan m buka program ArcView 3.2 dan memulai

dengan membuat lembar kerja atau project baru. Setelah lembar kerja baru

terbuka, pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 dan lainnya dapat dibuka dengan

memilih Extensions dari menu File (Gambar 5).

ITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2

is, IMAGINE

dd Theme dari menu File. Data

citra tersebut dapat dipilih dengan memilih tipe data sebagai Image Data Source.

3.4.2 Metode Analisis dengan CITYgreen 5.4

Pada program CITYgreen 5.4 salah satu aspek y

em

Gambar 5. Tampilan pengaktifan ekstensi C

Selain ekstensi CITYgreen terdapat ekstensi pendukung lainnya yang diperlukan untuk menampilkan data citra seperti Image Analys

Image Support, JPEG (JFIF) Support, dan Spatial Analysis.

2. Memilih dan meregistrasi peta tutupan lahan / data citra

Data citra yang akan menjadi image dasar atau peta tutupan lahan dapat


(1)

Gambar Lampiran 5.

Dokumentasi Pengambilan Data Di Lapang

a.

Pengukuran Tinggi Pohon dengan Alat Ukur Hagameter


(2)

c.

Pengukuran Diameter Batang Pohon dengan Alat Ukur Meteran


(3)

Lampiran 1.


(4)

Lampiran 2.

KUESIONER

Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Kota Bogor

Oleh :

Dessy Berthasari Silitonga / A44063487

(Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

PENGANTAR

Sebelumnya saya mengucap terima kasih atas perhatian bapak / ibu / saudara sekalian. Saya seorang mahasiswi semester delapan dengan program studi Arsitektur Lanskap, IPB. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Kota Bogor”. Oleh sebab itu saya mengharapkan bantuan dari bapak/ ibu / saudara sekalian dalam melengkapi data yang saya butuhkan untuk kegiatan penelitian ini.

Dihadapan bapak/ ibu/ saudara sekalian terdapat beberapa lembar kuesioner berisi pertanyaan yang mengacu seputar taman rumah milik bapak / ibu / saudara sekalian serta seputar penggunaan energi listrik di rumah tangga. Oleh sebab itu saya meminta bantuan bapak / ibu / saudara sekalian untuk mengisi setiap pertanyaan yang ada dengan melingkari pilihan jawaban yang tepat serta memberikan beberapa alasan apabila diperlukan.

DATA DIRI.

Nama :

Umur : Jenis Kelamin : (L/P)

Status : Menikah / Belum Menikah

( Jika sudah, memiliki ……….. anak) Pekerjaan :

Penghasilan / bulan : a. < Rp. 500.000

b. Rp. 500.000 s/d < Rp. 1.000.000,- c. Rp. 1.000.000 s/d < Rp. 2.500.000,- d. Rp. 2.500.000 s/d < Rp. 5.000.000,- e. ≥ Rp. 5.000.000,-

PERTANYAAN UTAMA

1. Faktor apa yang menjadi penyebab utama anda dalam memilih rumah ini sebagai tempat tinggal anda?

a. Biaya yang terjangkau b. Luas rumah

c. Keberadaan taman rumah

d. Lainnya,________________________________________________________ 2. Berapa tipe rumah yang anda saat ini?

a. 29/60 f. 74/105

b. 36/72 g. 93/140

c. 45/90 h. 116/157

d. 54/160 i. 150/200


(5)

3. Berapa rata-rata besar tagihan listrik rumah anda setiap bulannya?

a. < Rp. 50.000,- c. Rp.100.000 s/d < Rp.200.000,- b. Rp. 50.000,- s/d < Rp. 100.000,- d. > Rp. 200.000,-

4. Seberapa penting kehadiran taman rumah dalam lahan rumah tinggal anda? a. Tidak penting

b. Cukup penting c. Sangat penting

5. Kegiatan apa saja yang anda dan keluarga lakukan di taman rumah ? (Pilihan jawaban boleh lebih dari satu)

a. Duduk – duduk e. Bermain b. Menjemur pakaian f. Tidak ada

c. Berkebun dan berladang g. Lainnya, _______________________ 6. Apakah anda merancang sendiri desain taman rumah anda?

a. Ya b. Tidak

7. Jika tidak, siapa yang merancang desain taman rumah anda?

a. Tidak tahu d. Keluarga

b. Pengelola / pengembang perumahan e.Teman

c. Arsitek taman f. Lainnya,______________________ 7. Seberapa jauh anda mengetahui jenis tanaman yang ada dalam taman rumah anda?

a. Tidak tahu sama sekali

b. Tahu beberapa saja, seperti ________________________________________ c. Tahu persis, yaitu __________________________________________________ 8. Seberapa sering anda melakukan tindakan pemeliharan pada taman rumah anda?

a. Setiap hari d. 1 kali sebulan

b. 2 – 3 kali seminggu e. Kurang dari 1 kali sebulan

c. 4 kali sebulan f. Lainnya, ________________________ 9. Jenis pemeliharaan apa saja yang dilakukan pada taman rumah anda? Dan siapa saja

yang terlibat dalam tindakan pemeliharaan taman rumah anda ?

a. Menyiram pohon, rumput dan semak, oleh _____________________________ b. Memotong ranting dan cabang pohon, oleh____________________________ c. Memupuk dan mengganti tanaman rusak, oleh__________________________ d. Memangkas rumput dan semak , oleh____________________________________ e. Lainnya,_______________________________________________________ 10. Apakah anda menggunakan alat elektronik penyejuk udara dalam rumah anda? a. Tidak

b. Ya

11. Jika ya, alat penyejuk udara apa saja yang anda gunakan di dalam rumah anda? Dan berapa jumlahnya?

a. Kipas angin sebanyak _____________________________________________ b. Air Conditioner (AC) sebanyak ______________________________________


(6)

12. Seberapa penting penggunaan penyejuk ruangan dalam rumah anda? a. Tidak penting

b. Cukup penting c. Sangat penting

13. Seberapa sering anda menyalakan alat penyejuk udara dalam rumah anda? a. Setiap hari (1 x 24 jam)

b. Setengah hari (1 x 12 jam)__________________________________________ c. Sesekali, pada pukul______________________________________________ PERTANYAAN TAMBAHAN

14. Menurut pendapat anda, apakah selama ini tagihan listrik anda tergolong tinggi? Berikan alasannya.

a. Tidak, karena_____________________________________________________ b. Ya,_____________________________________________________________ 15. Kegiatan apa saja yang pernah anda lakukan dalam menghemat tagihan listrik anda?

(Pilihan jawaban boleh lebih dari satu) a. Mematikan lampu pada saat tidur dan b. Mematikan lampu pada saat siang hari

c. Menggunakan kipas angin sebagai penyejuk ruangan d. Mematikan AC disaat ingin bepergian

e. Menggunakan peralatan listrik hemat energi

f. Lainnya,____________________________________________________________ 16. Menurut anda, apa saja manfaat tanaman pohon pada suatu taman rumah?

(Pilihan jawaban boleh lebih dari satu) a. Peneduh sehingga halaman lebih sejuk b. Penghias taman

c. Memberikan keuntungan ekonomi d. Penyerap air hujan

e. Pembatas halaman

f. Lainnya,___________________________________________________________