Jenis-Jenis Biaya (Cost Types)

2.2. Jenis-Jenis Biaya (Cost Types)

Dalam bidang manufacturing, biaya operasional selama satu periode dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang meliputi biaya langsung (direct costs) dan biaya tidak langsung (indirect costs, sering juga dikenal dengan istilah factory expenses atau overhead costs). Biaya langsung meliputi biaya untuk upah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi (direct labor costs) dan biaya untuk semua bahan yang digunakan untuk memproduksi produk yang dihasilkan langsung (direct material costs).

lkpp

Biaya buruh langsung (direct labor costs) meliputi semua biaya buruh yang dapat dibebankansecara langsung ke

produk, proses, atau layanan yang dihasilkan. Misalnya, upah untuk operator mesin dapat dibebankan secara langsung ke produk yang dihasilkan dari kerja mesin tersebut. Untuk dapat mengkategorikan biaya buruh sebagai biaya langsung, biaya tersebut harus dapat dihitung dan dibebankan ke unit produk yang dihasilkan.

bahan penunjang yang dibutuhkan dalam memproduksi suatu produk atau komponen unhas

Biaya bahan langsung terdiri atas semua biaya bahan yang dapat dibebankan secara langsung ke suatu produk. Biaya ini meliputi biaya pembelian bahan baku dan

serta biaya transportasi

untuk memindahkan

bahan-bahan tersebut ke fasilitas bahan-bahan tersebut ke fasilitas

seperti power cord, memory card, hard drives, display screen, dll dapat dibebankan secara langsung ke computer yang dihasilkan sehingga dapat dikategorikan sebagai biaya bahan langsung. Sebaliknya, biaya untuk minyak pelumas dan bahan-bahan untuk pemeliharaan mesin-mesin yang menghasilkan lebih dari

(outsourced)

produk umumnya dikategorikan sebagai biaya bahan tidak langsung karena tidak akan ekonomis untuk memperkirakan besarnya proporsibiaya tersebut untuk masing-masing produk yang dihasilkan.

satu macam

Biaya tidak langsung (indirect costs) meliputi semua pembelanjaan untuk operasional pabrik (factory expenses) yang tidak dimasukkan kedalam kategori biaya langsung (direct costs). Biaya ini umumnya meliputi gaji buruh atau staf yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi (misalnya supervisi, operator umum, staf kantor, staf inventory, teknisi bengkel), bahan kebutuhan pabrik dan perkantoran (alat tulis, komputer, peralatan kantor, peralatan bengkel, oli, gemuk, fanbelt, alat pembersih, dll), biaya perawatan/pemeliharaan, biaya reparasi, depresiasi, asuransi, pajak, biaya kebutuhan energi(listrik dan bahan

pembangunan suatu proyek atau dalam pengoperasian suatu fasilitas secara umum dapat digolongkan atas biayayang lkpp dapat dihubungkan secara langsung ke satu produk, komponen, atau aktifitas tertentu dan biaya yangtidak dapat dialokasikan

bakar), dan biaya lain untuk operasional proyek atau pabrik.

Berdasarkan uraian di

atas, biaya-biayayang

digunakan dalam

secara khusus ke suatu produk, komponen, atau aktifitas tertentu. Biaya yang timbul akibat proses produksi suatu produk atau komponen tertentu umumnya digolongkan sebagai traceable costs, sedang biaya yang timbul akibat proses

Biaya-biaya langsung (direct costs) yang dibahas pada halaman sebelumnya merupakan traceable costs yang unhas secara mudah dapat dipisahkan dan dibebankan secara langsung ke produk, proses, atau layanan tertentu. Dengan demikian, kita dapat mendefinisikan biaya langsung (direct costs) sebagai biaya yang dapat diukur atau

atau aktifitas yang menghasilkan lebih dari satu jenis produk atau komponen, dan biaya tersebut tidak dapat dipilah, digolongkan sebagai biaya bersama (common costs).

diperkirakan dan dapat dibebankan atau dialokasikan ke setiap output yang dihasilkan atau aktifitas yang dilaksanakan. Biaya-biaya tidak langsung (indirect costs) terdiri atas traceable costs yang tidak dapat dibebankan atau dialokasikan secara langsung ke suatu produk, proses, atau layanan dan semua common costs.

Kedua golongan biaya di atas (traceable dan common costs) sangat umum ditemukan dalam berbagai inudstri seperti industri pengolahan pangan, industri kimia, industri manufacturing, dan industri petroleum. Sebagai contoh, proses pengolahan kakao dalam industri dapat menghasilkan tiga macam produk yaitu: (1) pasta kakao (cocoa paste atau liquor), (2) lemak kakao (cocoa butter), dan (3) bungkil kakao (cocoa cake). Pasta kakao merupakan produk yang diperoleh dari proses penggilingan biji kakao (nib), sedang lemak dan bungkil kakao merupakan produk yang dihasilkan dari proses pengepresan pasta kakao untuk memisahkan lemak dari bungkil. Bungkil kakao dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bubuk coklat. Apabila pabrik pengolahan hanya menghasilkan liquor, maka semua biaya yang dikeluarkan dapat dihubungkan secara langsung ke produk tersebut sehingga biaya tersebut digolongkan sebagai traceable cost. Sebaliknya, apabila pabrik melakukan proses pengepresan liquor untuk menghasilkan lemak dan bubuk kakao, maka biaya yang dikeluarkan tidak dapat dipilah untuk masing-masing produk

karena proses pengepresan menghasilkan kedua produk tersebut sekaligus. Dalam kasus ini, biaya yang dikeluarkan digolongkan sebagai biaya bersama (common costs atau joint costs). Pada contoh di atas, biaya untuk penggunaan listrik, air, dan bahan pelumas untuk pemeliharaan mesin-mesin lkpp digolongkan sebagai common costs dari ketiga jenis produk sedangbiaya

kemasan untuk masing-masing jenis produk dikategorikan sebagai traceable cost.

Dilain pihak, hubungan antara lemak unhas dan bubuk dikategorikan sebagai hubungan

Apabila kita mengamati secara lebih seksama pada contoh di atas, dapat kita lihat bahwa apabila perusahaan (pabrik) ingin menjual lebih banyak produk dalam bentuk liquor maka volume produksi untuk lemak dan bubuk akan turun, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, hubungan antara liquor dengan lemak dan bubuk dikategorikan sebagai hubungan produk alternatif (alternatif product relationship).

produk bersama (joint product relationship) karena volume kedua produk tersebut akan selalu naik atau turun secara sinkron, tergantung pada volume liquor yang diolah dalam proses pemisahan lemak.

Keputusan tentang jenis produk dan jumlah dari masing-masing jenis yang harus diproduksi umumnya didasarkan atas pertimbangan ekonomi (memaksimalkan keuntungan) dan kemampuan teknologi yang

dimiliki. Selain itu, pengambilan keputusan harus juga mempertimbangkan keseimbangan antara supply dan demand untuk setiap produk yang akan diproduksi karena over-supply atas suatu produk akan menyebabkan terjadinya

selanjutnya dapat mengakibatkan penurunan tingkat keuntungan. Dalam praktek sehari-hari, proses produksi selalu diperhadapkan pada berbagai faktor penghambat yang mempengaruhi komposisi produk (product mix) yang harus diproduksi untuk mencapai efisiensi ekonomi yang maksimal. Komposisi produk yang dapat diproduksi dalam batasan faktor-faktor penghambat yang ada dapat digambarkan dalam sebuah kurva yang secara umum dinamai productionpossibilities frontier.

distorsi harga di

pasaran

yang

atas, alternative produksi dapat meliputi komposisi produk (product mix) seperti terlihat pada Tabel

pengolahan kakao di

2.1. Data pada Tabel 2.1. memperlihatkan bahwa apabila semua biji kakao yang digiling dijual dalam bentuk liquor (pasta), maka tidak ada lemak dan bubuk yang akan diproduksi. Sebaliknya, apabila semua liquor yang dihasilkan diproses lebih lanjut dalam proses pemisahan lemak, maka tidak ada liquor yang dapat dijual. Apabila semua alternatif produksi atau product mix diplot, seperti terlihat pada Gambar 2.1, maka akan diperoleh sebuah grafik production-possibilities frontier yang menggambarkan product mix yang paling optimal.

lkpp

Tabel 2.1. Komposisi produk yang dapat dihasilkan dari proses pengolahan

kakao dengan kapasitas maksimal 1000 ton/bulan. unhas

Gambar 2.1. Kurva production possibilities frontier pengolahan kakao dengan

kapasitas terpasang 1000 ton/bulan.

Perlu dipahami bahwa setiap titik pada kurva production-possibilities frontier memperlihatkan efisiensi produksi 100%. Pada titik mana pabrik harus beroperasi? Keputusan harus diambil berdasarkan keseimbangan supply-demand dan proyeksi harga setiap jenis produk di pasaran. Semua titik yang berada di bawah kurva (misalnya titik X) menunjukkan efisiensi produksi kurang dari 100% dan semua titik yang berada di sebelah atas kurva (misalnya Y) mewakili product mix yang mustahil dicapai karena adanya faktor pembatas (dalam hal ini, hukum keseimbangan massa). Faktor-faktor pembatas lainnya yang umum dijumpai dalam suatu proses produksi meliputi antara lain: keterbatasan bahan baku, keterbatasan kemampuan teknologi

yang dimiliki, dan keterbatasan keterampilan/keahlian tenaga kerja. lkpp

Konsep production-posssibilities frontier seperti yang diuraikan di atas secara intrinsik mengingatkan kita pada tiga konsep penting dalam teori produksi yaitu kelangkaan input (input scarcity), ketersediaan sejumlah alternatif yang harus dipilih (alternative selection), dan biaya intrinsik (opportunity cost) dari setiap alternatif. Kelangkaan sumber daya (input) memaksa kita memilih alternatif terbaik.

unhas