Pendidikan Akhlak IBADAH HAJI DAN PENDIDIKAN AKHLAK

Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memnuhi panngilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh segala puji nikmat dan seluruh kekuasaan adalah milikmu semata. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Gema talbiyah yang selalu dibaca berulang-ulang pada pelaksanaan ibadah haji memberikan pengaruh positif untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan peningkatan iman dan takwa. e. Hikmah Ibadah Haji 1. Hikmah perorangan a. Dapat diampuni dosanya oleh Allah, menghilangkan kesalahan kecuali terhadap hak adami, sebab hak adami ini berkaitan dengan tanggung jawab sehingga Allah akan mengumpulkan pada hari kiamat para pemilik hak untuk mengambil haknya. b. Mensucikan jiwa, mengembalikannya kepada kejernihan dengan keikhlasan, membuat semangat hidup baru, mengangkat nilai-nilai manusia, memperteguh harapan dan senantiasa khusnudzan terhadap Allah. c. Mensyukuri nikmat Allah. 43 2. Hikmah bagi kelompok sosial a. Mewujudkan perkenalan ta’aruf antara seluruh umat yang berbeda warna kulit, bahasa dan tanah air. b. Mempererat tali persaudaraan mukminin di seluruh penjuru dunia. c. Membantu penyebaran dakwah Islam. 44

B. Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Pendidikan Akhlak 1. Pendidikan Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti “perbuatan” hal, 43 Wahbah al-Zuhaily, Fiqh Shaum, I’tikaf dan Haji Menurut Kajian Berbagai Madzhab, terj., Bandung: Pustaka Media Utama, 2006, ceet. I, hlm. 170 44 Ibid, hlm. 171 cara, dan sebagainya. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu, “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata education, yang berarti pengembangan atau bimbingan 45 . Kata education berasal dari bahasa latin educare yang berarti memasukkan sesuatu atau memasukkan ilmu ke kepala orang lain. Dari pengertian istilah ini ada 3 hal yang terlibat yaitu ilmu, proses memasukkan dan kepala orang, kalaulah ilmu itu memang masuk di kepala 46 . Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Namun menurut ahli pendidikan terdapat perbedaan dari ketiga istilah itu. Ta’lim hanya berarti pengajaran, jadi lebih sempit dari pendidikan. Sedangkan kata tarbiyah sering digunakan di negara- negara berbahasa Arab, terlalu luas. Sebab kata tarbiyah juga digunakan untuk binatang, tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara atau menggembala atau menternak. Sementara pendidikan yang diambil dari istilah education itu hanya untuk manusia saja 47 . Sedangkan at-ta’dib diartikan pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia peserta didik tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan demikian, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya. 48 Pendidikan dalam konsep ta’dib lebih mengarah pada perbaikan tingkah laku menuju kepribadian yang mulia. 45 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, hlm. 1 46 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003,Cet. V, hlm. 2 47 Ibid, hlm. 3 48 Muhammad Naquib al-Atas, Konsep Pendidikan Dalam Islam,Terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1994,hlm. 61 Dalam buku “Educational Psicology” disebutkan bahwa “education is a process or an activity wich is directed at producing desirable changes in the behavior of human beings” 49 . Pendidikan adalah sebuah proses atau sebuah aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dalam perilaku manusia. Para ahli pendidikan telah memberikan argumennya tentang pendidikan, antara lain: a. Menurut John Dewey tokoh pendidikan terkemuka, mendefinisikan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental, secara intelektual dan emosional terhadap manusia 50 . b. Musthafa al-Ghulayani dalam kitabnya ‘Izhah an-Nasyi’in menyamakan pendidikan dengan tarbiyah. ﻴ ِ ِ ﺸ ﱠﻨ ﷲ ِ ﺱ ﻭ ﹸ ﹸﻨ ﻰ ِ ِ ﹶِ ﻀ ﹶﹾ ﷲ ﹶ ِ ﻘ ﹶ ﻼ ﹾ ﹶ ﻻ ﹾ ﺱ ﺭ ﹶ ﻏ ﻰ ِ ﹸ ﻴ ِ ﺭ ﱠ ﷲ ﹶ ِ ﺤ ﻴ ِ ﺼ ﱠﻨ ﷲ ﻭ ِ ﺩﹶ ﺸﺭ ِ ﻹ ِ ﺀ ِ ﻴ ﹾ ﺴ ﻭ , ﺢ ِ ﺼ ﹸ ﻰ ﱠ ﺤ ِ ﹰﹶ ﻜ ﹶ ِ ﺱ ﹾ ﹶ ﻨ ﷲ ِ ﹶ ﻜ ﹶ , ﺭ ﻴ ﹶ ﹾ ﷲ ﻭ ﹶ ﹶﻴ ِ ﻀ ﹶﹾ ﷲ ﹶ ﹸ ﹶﺭﹶ ﺜ ﻭ ﹸﻜ ﹶ ﹸﺜ , ﺤ ﻭ ﹶ ﻨ ِ ﷲ ِ ل ﹾ ﷲ ِﹶ ﻭ ﹾ ﷲ ِﹾ 51 Pendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia utama dalam jiwa anak atau memberi siraman petunjuk serta nasihat sehingga semua itu nantinya akan tertancap dalam diri anak atau jiwa anak yang diharapkan bisa menghasilkan sifat-sifat keutamaan, kebaikan dan selalu suka berbuat bekerja demi kebaikan negara atau bangsa. c. M. Fadhali al-Jamali menyatakan pendidikan sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, 49 Frederick J. Mc Donald, Educatinal Psichology, First Printing,Asian Text Edition, California: Wadsworth Publishing Company, INC, 1959, hlm. 4 50 Azumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: LogosWacana Ilmu, 1999, cet. 1, hlm. 4 51 Syaikh Musthafa al-Ghulayani, Izhah an-Nasyi’in, Beirut: al-Maktabah al-Ashriyah Li at Taba’ah wa al Nasyr, 1373 H 1953 M, hlm. 185 sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan 52 . Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha untuk membina pribadi manusia dari aspek jasmani dan ruhaninya dalam upaya mengembangkan potensinya untuk menuju pribadi yang sempurna. 2. Akhlak Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari bentuk mufradnya ܽ݇ﺧ yang menurut lughat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat 53 . Sedangkan secara terminologis terdapat rumusan akhlak yang dilihat dari timbulnya akhlak tersebut. Pengertian akhlak lebih jelas dapat diketahui dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli pendidikan akhlak : a. Menurut Ahmad Amin ﻰݏﻌݚ ةدارﻹا ةدﺎܲ ﻪݎ ﺄ۸ ܽ݇܏݆ا ݉ﻬﻀﻌ۸ فﺮܲ اذإ ةدار ﻹا نأ ﺎ۳ݛﺷ تدﺎۿܲا ܽ݇܏݆ﺎ۸ ةﺎﻤﺴﻤ݆ا ݙه ﺎﻬ۾دﺎﻌﻓ Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. 54 b. Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak sebagai gerakan jiwa yang mendorong melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran 55 . c. Syaikh Muhammad bin Ali asy Syarif al Jurjani mengartikan akhlak sebagai stabilitas sikap jiwa yang melahirkan tingkah laku dengan mudah tanpa melalui proses berpikir 56 . 52 Jalaluddin, Teologi Pendidikan , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, cet. I, hlm. 73 53 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 11 54 Ibid, hlm. 4 55 Rahamat Djatnika, , Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996, cet. II, hlm. 27 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah tingkah laku atau tabiat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa ada pertimbangan lagi. Istilah akhlak juga memiliki kesepadanan arti dengan beberapa istilah seperti moral, etika, budi pekerti a. Moral Kata “moral” berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan 57 . Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia yang dinilai atau dihukum baik atau buruk, benar atau salah. Dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah laku baik disebut orang yang bermoral. b. Etika Selain akhlak, juga lazim dipergunakan kata etika. Perkataan ini berasal dari bahasa Yunaani “ethos” yang berarti adat kebiasaan, perasaan batin kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan 58 . Etika adalah suatu ilmu yang membicarakan baik dan buruk perbuatan manusia 59 . Dengan kata lain, etika dapat dikatakan sebagai ilmu akhlak karena ilmu akhlak merupakan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin 60 . c. Budi Pekerti Kata “budi pekerti” dalam bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata “budi” dan “pekerti”. Perkataan “budi” berasal 56 Ali Abul Halim Mahmud, Tarbiyah khuluqiyah, Solo: Insani Press, 2003, cet. I, hlm. 37 57 Asmaran As, Pengantar Study Akhlak, Jakarta: Rajawali Press, 1992, Edisi I, cet. I, hlm. 8 58 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Op.cit, hlm. 43 59 Amin Syukur, Studi Islam, Semarang: PT Bina Sejati, 2003, cet. VI, hlm. 118 60 Barmawie Umary, Materia Akhlak , Solo: Ramadhani, 1995, cet. 12, hlm. 1 dari bahasa sansekerta, yang berarti yang sadar atau yang menyadarkan. Pekerti, berasal dari bahasa Indonesia yang berarti kelakuan 61 . Menurut terminologi, “budi” adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio yang disebut karakter. Pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia 62 . Persamaan ketiganya adalah bahwa semuanya menentukan nilai baik dalam buruk sikap dan perbuatan manusia, yaitu membicarakan kebaikan yang semestinya dikerjakan serta perilaku buruk yang harus ditinggalkan. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Akhlak standarnya adalah al-Qur’an dan as Sunnah, bagi etika standarnya adalah pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat 63 . Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilaksanakan oleh manusia dalam rangka mengalihkan, menanamkan pikiran, pengetahuan maupun pengalamannya dalam hal tata nilai terutama nilai Islam dan cara bersikap atau berperilaku yang baik supaya dapat melakukan fungsi hidupnya untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. b. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam. Posisi ini terlihat dari kedudukan al-Qur’an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin, baik individu, keluarga maupun masyarakat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi 61 Rahmat Djatmika, Op.cit, hlm. 26 62 Ibid 63 Asmaran AS, Op.cit, hlm. 9 baik. Akhlak juga sebagai alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari sekumpulan binatang. Untuk itu pendidikan akhlak mempunyai dasar-dasar yang jelas dan dapat dijadikan sebagai pedoman. Diakui atau tidak, pendidikan akhlak merupakan sasaran terpenting untuk membentuk kepribadian manusia dalam kehidupan. Di zaman yang serba materialistik ini, perilaku manusia cenderung menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Harta, pangkat, kemasyhuran, kekuasaan dan keduniawian lainnya menyebabkan manusia jatuh dan terjebak di jurang kehancuran yang tercermin dari buruknya akhlak manusia pada umumnya. Dalam pelaksanaan pendidikan akhlak di Indonesia mempunyai dasar yang dapat ditinjau dari aspek: 1. Dasar Yuridis atau Hukum Dasar dari sisi ini berasal dari peraturan-peraturan perundang- undangan yang secara langsung dapat dijadikan pedoman atau dasar dalam pendidikan akhlak. Dasar pendidikan akhlak itu berupa dasar yang operasional, yaitu dasar yang secara langsung mengatur tentang pelaksanaan pendidikan termasuk pendidikan akhlak adalah Undang- Undang Sisdiknas Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa: “pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” 64 . 2. Dasar Religius atau Agama Dasar hukum akhlak adalah al-Qur’an dan hadis yang merupakan dasar pokok ajaran Islam. Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam aturan tingkah laku, kredibilitasnya tidak diragukan lagi. Al- Qur’an memberi petunjuk kepada jalan kebenaran mengarahkan 64 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 2 tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, cet. I, hlm. 5 kepada pencapaian kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat Adapun dasar pendidikan akhlak dalam al-Qur’an, fiman Allah QS al-Qalam: 4 ٍ ﻴ ِ ﻅ ٍ ﻘ ﹸ ﹸ َ ﻰ ﹶ ﷲ ﻟ ﱠﻨ ِ ﻭ ﷲ : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung 65 QS al-Qalam: 4 Sebagai pedoman kedua sesudah al Qur’an adalah al-Hadis, banyak hadis nabi yang menjelaskan tentang akhlak, di antaranya hadis tentang iman seseorang dikatakan sempurna apabila ia mempunyai akhlak yang baik. Rasulullah saw bersabda: وﺮﻤܲ ﻦ۸ﺪﻤﺤ݊ ﻦܲ ﺪݛﻌܚ ﻦ۸ ݙﺤݚ ﺎݏ܂ ﻰ۸ا ﻰݏ܂ﺪ܊ ﷲاﺪﺒܲ ﺎݏ܂ﺪ܊ لﺎܾ : ﺎݏ܂ لﺎܾ ةﺮݚﺮه ﻰ۸ا ﻦܲ ﺔﻤ݇ܚﻮ۸ا : ﷲا ﻰ݇ﺻ ﷲا لﻮܚر لﺎܾ ݉݇ܚو ﻪݛ݇ܲ ﺎݎﺎﻤݚا ﻦݛݏ݊ﺆﻤ݆ا ݅ﻤآا ﺎﻘ݇ﺧ ݉ﻬݏﺴ܊ٲ ﺪﻤ܊ا ݐاور 66 Abdullah telah menceritakan pada kami, Abi telah menceritakan pada kami, telah menceritakan pada kami Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Amru berkata: telah menceritakan pada kami Abu salamah dari Abu Hurairah, Rasulullah saw telah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang terbaik akhlaknya.HR Ahmad Dengan memahami ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah tersebut di atas, jelas bahwa pendidikan akhlak itu sangat penting. Dengan akhlak yang baik, seseorang dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. c. Metode-metode Pendidikan Akhlak Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Demikian pula halnya dalam 65 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya , Bandung: J- Art, 2005, hlm. 564 66 Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz II, Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyah, 1993, cet. I, hlm. 621 pendidikan akhlak pun harus ada metode-metode spesifik untuk diaplikasikan. Adapun metode-metode pendidikan akhlak antara lain: 1. Metode Keteladanan Dalam bahasa Arab keteladanan diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah, yang mempunyai arti mengikuti yang diikuti. 67 Metode keteladanan ini merupakan metode samawi yang diajarkan Allah kepada hamba-Nya yaitu dengan diutusnya seorang Rasul untuk menyampaikan risalah samawi kepada setiap umat. Rasul yang diutus tersebut adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur baik spiritual, moral maupun intelektual. Sehingga umat manusia meneladaninya, belajar darinya, memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya dalam hal kemuliaan keutamaan dan akhlak yang terpuji. 68 Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahzab: 21 ﻪﱠ݆݇ا ﻮ܆ْﺮݚ نﺎآ ْﻦﻤ݆ ﺔݏﺴ܊ ةﻮْܚأ ﻪﱠ݆݇ا لﻮܚر ݙﻓ ْ݉ﻜ݆ نﺎآ ْﺪﻘ݆ اﺮݛ܃آ ﻪﱠ݆݇ا ﺮآذو ﺮﺧݜا مْﻮݛْ݆او باﺰ܊ﻻا : ١ Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 69 QS. Al-Ahzab: 21 2. Metode Nasihat Dalam bahasa Arab kata nasihat diungkapkan dengan mau’izhah yang artinya mengingatkan terhadap apa yang melembutkan hati dari pahala dan siksa. 70 67 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, hlm. 17 68 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-Kaidah Dasar, Bandung: Rosdakarya, 1992, hlm. 2 69 Departemen Agama, op.cit, hlm. 420 70 Erwati Azis, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003, cet. I, hlm. 84 Metode nasihat dalam pendidikan akhlak dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk menggerakkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. 71 3. Metode Pembiasaan Cara lain yang ditempuh untuk pendidikan akhlak adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Abudin Nata mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat maka ia akan menjadi orang jahat. 72 Pembiasaan ini harus diikuti dengan pencerahan. Pencerahan bertujuan untuk mengokohkan iman dan akhlak atas dasar pengetahuan, agar orang yang dididik tetap pada jalan yang benar dan tidak mudah tergoncang atau terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh negatif dari luar. 73 4. Metode ‘Ibrah ‘Ibrah menurut an Nahlawi yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar yang menyebabkan hati mengakuinya. 74 Tujuan metode ini adalah mengantarkan manusia kepada kepuasan pikir tentang perkara keagamaan yang bisa menggerakkan, mendidik, atau menumbuhkan perasaan keagamaan. Adapun pengambilan ‘ibrah bisa dilakukan melalui kisah-kisah teladan, fenomena alam atau peristiwa yang terjadi baik di masa lalu atau masa sekarang. 71 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, cet. I, hlm. 98 72 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hlm. 162 73 Miqdad Yaljan, op. Cit, hlm. 29 74 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994, cet. 2, hlm. 145 Selain metode di atas, masih banyak metode-metode lain dalam pendidikan akhlak. Menurut ‘Athiyah al-Abrasy, metode yang praktis dan efektif bagi pendidikan akhlak antara lain: a. Pendidikan secara langsung. Dengan cara memberi petunjuk atau nasihat, menjelaskan manfaat dan bahaya, menuntun pada amal- amal baik, mendorong mereka berbudi pekerti tinggi dan menghindari hal-hal tercela. b. Pendidikan secara tidak langsung. Dengan jalan seperti mendidik sajak-sajak, syair-syair, kata-kata hikmah, nasihat-nasihat dan budi pekerti yang luhur yang berpengaruh pada mereka. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak didik dalam rangka mendidik akhlak, contohnya kesenangan anak meniru sesuatu, maka guru seyogyanya menghias diri dengan akhlak yang mulia. 75 d. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

1. Akhlak kepada Allah

a. Syukur

Syukur adalah memanjatkan pujian kepada Sang Pemberi Nikmat, atas keutamaan dan kebaikan yang dikaruniakan kepada kita. 76 Realitas syukur dapat dibagi beberapa bentuk. Syukur dengan lisan adalah berupa pengakuan dengan lidahnya akan nikmat-Nya. Syukur dengan anggota tubuh ialah mempergunakan nikmat itu dalam mentaati Allah dan syukur dengan hati ialah pengakuan serta membesarkan yang memberi nikmat. b. Tawakal Tawakal artinya berpasrah diri kepada Allah setelah melakukan upaya-upaya atau berikhtiar dahulu. 77 75 M. Athiyah al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustain al- Ghani, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hlm. 104 76 Ahmad Faried, Op.cit., hlm. 103 77 Didiek Ahmad Supadie, ed, Studi Islam I, Semarang: Unissula Press, 2002, hlm. 99 c. Keikhlasan Ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dari berbagai tendensi diri. 78

2. Akhlak kepada Rasul Allah

Rasulullah saw merupakan suri tauladan bagi umat manusia. Beliau diutus ke muka bumi untuk menjadi pengaruh dan pembimbing umat manusia menuju jalan yang diridhoi Allah. Akhlak kepada Rasulullah dapat dilakukan dengan cara: a. Menerima ajaran yang dibawanya b. Mengikuti sunnahnya c. Mengucapkan salam dan salawat kepadanya. 79

3. Akhlak kepada diri sendiri dan orang lain

a. Mengendalikan hawa nafsu Allah swt menyuruh agar kita senantiasa mengikuti perintah- Nya dan jangan mengikuti perintah hawa nafsu yang akan merugikan dan menghancurkan kehidupan kita Hawa nafsu mengandung pengertian kecenderungan hati kepada yang disukai dan dicintai yang tidak ada kaitannya dengan urusan akhirat. 80 b. Tolong menolong Tolong menolong adalah sikap yang senang menolong orang lain, baik dalam bentuk material maupun dalam bentuk tenaga moril. 81 Sikap ini dikemukakan dalam QS. Al-Maidah: 2 ِ ﻭ ﺩ ﹾ ﷲ ﻭ ِ ﹾ ﺜ ِ ﻻ ﹾ ﻰ ﹶ ﻭ ﹸﻨ ﻭ ﹶﹶ ﻻ ﻭ ﻭ ﹾ ﱠ ﷲ ﻭ  ﺭ ِ ﹾ ﷲ ﻰ ﻭ ﹸﻨ ﻭ ﹶﻭ ﺩ ﷲ : 78 Ibid, hlm. 1 79 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Bandung: CV Diponegoro, 1993, hlm. 145 80 Arif Supono, ed, Seratus Cerita Tentang Akhlak, Jakarta: Republika, 2006, hlm. 25 81 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah Suatu Pengantar, Bandung: CV Diponegoro, 1993, hlm. 125 Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.QS. Al-Maida اh: 2 82 c. Persaudaraan Ukhuwah Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan merupakan realisasi pengakuan bahwa pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sama di hadapan Allah. Sama kedudukannya sebagai hamba dan khalifah Allah. Tidak ada pembeda di antara hamba Allah kecuali ketakwaan mereka. 83 Sebagaimana firman Allah dalam surat al- Hujurat: 13 ْﻦ݊ ْ݉ﻜݏْﻘ݇ﺧ ﺎﱠݎا سﺎﱠݏ݆ا ﺎﻬڱݚا ﺎݚ ﺮآذ ݅ﺋﺎﺒܾو ﺎ۸ﻮﻌﺷ ْ݉ﻜݏْ݇ﻌ܆و ﻰ܃ْݎاو ݉ﻜﻘْ۾ا ﷲاﺪْݏܲ ْ݉ﻜ݊ﺮْآا ﱠنا اﻮﻓرﺎﻌۿ݆ ﺮْݛﺒﺧ ْ݉ݛ݇ܲ ﷲا ﱠنا ۗ تاﺮ܇ﺤ݆ا : ١ ْ Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal. 84 QS. Al-Hujurat: 13 Pengertian dari ayat tersebut adalah segala bangsa yang tersebar di seluruh dunia adalah keturunan yang sama yakni Adam dan Hawa. Perbedaan warna kulit, bahasa dan tempat berpijak bukanlah halangan untuk saling kenal-mengenal menuju persaudaraan. 82 Departemen Agama, Log.cit, hlm. 106 83 Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, Semarang: Wicaksana, 1993, cet. 4, hlm. 339 84 Departemen Agama, op.cit, hlm. 412 e. Tujuan Pendidikan Akhlak Tujuan merupakan suasana ideal yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir ultimate aims of education. Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat seperti terbentuknya kepribadian muslim 85 . M. Athiyah al Abrasy dalam kitabnya Ruh at Tarbiyah wa at Ta’lim, telah menjelaskan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah: ،تﺎ۸ﺬﻬ݊ تاﺪݛܚو ﻦݛ۸ﺬﻬ݊ لﺎ܆ر ﻦݚﻮﻜ۾ ﺔݛﻘ݇܏݆ا ﺔݛ۸ﺮۿ݆ا ﻦ݊ ضﺮﻐ݆او ،ﺔ݇ݛﻀܻ݆݇ ﺎﺒ܊ ﺔ݇ݛﻀܻ݆اﺎ۸ نﻮ݇ﺤۿݚ ﺔܾدﺎﺻ ﺔﻤݚﺰܲو ﺔݚﻮܾ ةدارإ يذ ﺔ݇ݚذر ﺎﻬݎݜ ﺔ݇ݚذﺮ݆ا نﻮﺒݏ܇ۿݚو 86 Tujuan pendidikan akhlak budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak baik baik laki-laki maupun wanita, agar mempunyai kehendak yang kuat dan tujuan yang baik, dengan menghiasi diri mereka dengan kemuliaan karena cinta kepada kemuliaan dan menjauhi kekejian karena kekejian merupakan perbuatan yang hina”. Mohammad Rifa’i memberikan argumennya bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat memegang dengan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-perangai jahat, sehingga tercipta tata tertib dalam pergaulan masyarakat 87 . Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah terbinanya akhlak mulia sehingga dapat tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat serta mendapat ridho dari Allah SWT, dan juga terwujud hubungan yang baik antara manusia dan Tuhannya habl min Allah dan manusia dengan sesama makhluk habl min an nas. 85 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1989, hlm. 49 86 M. Athiyah al Abrasy, Ruh at Tarbiyah wa at Ta’lim, Beirut: Dar Ihya’ al Kutub al Tarbiyah, tt, hlm. 41 87 Mohammad Rifa’i, Pembina Pribadi Muslim, Semarang: CV Wicaksana, 1993, cet. I, hlm. 575

C. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak pada Ibadah Haji