Dalam ibadah haji, nilai pendidikan akhlaknya lebih besar dibanding dengan ibadah lainnya. Mengerjakan ibadah haji ditujukan agar menjauhi
perbuatan keji, pelanggaran secara sengaja fasik dan bermusuh-musuhan.
1
Hubungan ibadah haji dengan pendidikan akhlak dapat dipahami dari ayat yang berbunyi:
ﱢ܅ﺤْ݆ا ݙﻓ لاﺪ܆ ﺎ݆و قﻮﺴﻓ ﺎ݆و ﺚﻓر ﺎ݇ﻓ ﱠ܅ﺤْ݆ا ﱠﻦﻬݛﻓ ضﺮﻓ ْﻦﻤﻓ ﺭﷲ
: ١٩٧
Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji. QS. Al-Baqarah: 197
2
Haji merupakan ibadah yang berdimensi pendidikan sosial. Dalam ibadah ini kaum muslimin berkumpul dengan segala perbedaan kebangsaan,
warna kulit dan bahasanya. Dalam muktamar ini kaum muslimin dapat menyaksikan berbagai manfaat, tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan.
3
Ibadah haji dengan berbagai amaliahnya mengandung nilai pendidikan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun nilai
pendidikan yang terdapat di dalamnya antara lain ikhlas, syukur, tawakal, selalu ingat Allah, mengendalikan hawa nafsu, persaudaraan, persamaan serta
memelihara dan menjaga lingkungan.
B. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlaq pada Ibadah Haji
1. Akhlak kepada Allah
a. Syukur
Melaksanakan kewajiban haji merupakan ungkapan syukur atas nikmat harta dan kesehatan. Keduanya merupakan kenikmatan terbesar
yang diterima manusia di dunia. Dalam haji ungkapan syukur atas kedua nikmat terbesar ini dicurahkan, dan dalam haji pula manusia
1
Said Agil Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: PT Intermasa, 2003, hlm. 31.
2
Depag, op.cit., hlm. 31.
3
Hery Noer Ali dan Munzir, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Fisika Agung Insani, 2000, hlm. 100.
melakukan perjuangan jiwa raga, menafkahkan hartanya dalam rangka menaati serta mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, di dalam ibadah
haji terkandung rasa syukur kepada Allah atas berbagai karunia dan kenikmatan, sedangkan mensyukuri nikmat merupakan kewajiban
seorang hamba kepada Tuhannya yang tidak boleh ditinggalkan. Apabila ditinggalkan, berarti dia telah mengingkari nikmat Allah.
Untuk itu kaum muslimin yang telah diberi anugerah dan kenikmatan untuk segera menyempurnakan penghambaannya kepada
Allah dan rasa syukur atas nikmatnya dengan menunaikan ibadah haji dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Oleh karena itu, gema
talbiah berulang-ulang diucapkan dalam perjalanannya menuju tempat- tempat pelaksanaan ibadah haji. Dalam talbiyah, mereka selalu
mengucapkan:
ﻟ ﷲ
ﻟ ﻴ
ﺭ ﺸ
ﻻ ﻟ ﷲ
ﻭ ﻟ
ﷲ ﻨ
ﷲ ﻭ
ﺩ ﺤ ﷲ
Sesungguhnya segala puji, segenap nikmat dan kekuasaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.
Di dalam kalimat tersebut, jelas tergambar bahwa sesungguhnya segala puji itu semata-mata milik Allah. Hal ini
merupakan penghambaan diri kepada Allah. Kemudahan pengakuan selanjutnya adalah bahasa segala kenikmatan dan kekuasaan itu adalah
milik Allah, termasuk keanekaragaman nikmat yang tak terhitung jumlahnya.
b. Taqwa
Peribadatan agama Islam sejalan dengan bentuk-bentuk peribadatan yang melambangkan kebesaran syi’ar Allah. Misalnya
melaksanakan thawaf di sekeliling Ka’bah adalah gerakan terikat dengan ketentuan dan tata aturan seperti perputaran yang harus dimulai
dari hajar aswad berputar ke arah kiri, dilarang berbicara yang tidak berarti atau maksiat, bahkan hati dan badan harus bersih dari kotoran.
Ini semua membuktikan bahwa ibadah haji benar-benar suatu ibadah yang harus kita laksanakan dengan satu sikap penyerahan diri
secara total kepada Allah SWT. Kemauan keras, ketakwaan dan keikhlasan sangat berarti bagi
jamaah karena hanya dengan modal itulah ia mendapatkan ibadah haji yang diterima Allah.
Firman Allah SWT:
بﺎﺒْ݆ﺄْ݆ا ݙ݆وأ ﺎݚ نﻮﻘﱠ۾او ىﻮْﻘﱠۿ݆ا داﱠﺰ݆ا ﺮْݛﺧ ﱠنﺈﻓ اودﱠوﺰ۾و ةﺮﻘﺒ݆ا
: ١٩٧
Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
4
QS. Al- Baqarah: 197
c. Ikhlas