Indikator Kinerja Makro

Indikator Kinerja Makro

Aspek Nama Indikator

Keterangan Indikator [1]

Angka Harapan Menunjukkan perkiraan rata-rata lama hidup yang dapat Hidup

dicapai penduduk. Indeks yang ditunjukkan dengan indikator berupa rata-

Indeks rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk Pengetahuan

berusia 15 tahun ke atas.

Indikator

Indeks Indeks yang dinyatakan dengan indikator berupa angka

Pembangunan

Kelangsungan

harapan hidup

Manusia

Hidup Indeks yang dinyatakan dengan indikator berupa rata-

Indeks Daya Beli rata penge-luaran perkapita yang telah disesuaikan.

3.2. I ndikator Ekonomi Makro

Kegiatan ekonomi daerah sangat terkait dengan kemampuan setiap orang atau siapapun untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya, baik kemampuan untuk berproduksi maupun mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Mengingat keterkaitan yang begitu tinggi antara kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan baik kemampuan untuk berproduksi atau mengkonsumsi berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan, maka aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Pemanfaatan variabel ekonomi daerah sebagai bagian dari ukuran kinerja dalam pembangunan kota sangat realistis sebab secara teknis operasional, konsep ekonomi menyediakan berbagai alat ukur kuantitatif yang relevan, untuk mengevaluasi proses pembangunan kota secara ekonomi. Oleh karena itu, untuk melihat keluaran, hasil manfaat serta dampak pembangunan kota yang telah dilaksanakan, sekaligus untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya, sangat lazim digunakan indikator makro perekonomian. Beberapa variabel ekonomi daerah yang dapat

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

digunakan adalah : Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB Perkapita, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan ekspor-impor, dan lain lain.

Sebagai ukuran makro yang sangat luas dimanfaatkan dalam analisis ekonomi pembangunan, evaluasi dengan menggunakan indikator ekonomi ini sekaligus sangat membantu untuk mengamati apakah kebijakan- kebijakan pembangunan kota dalam bidang ekonomi yang selama ini diterapkan telah sesuai atau belum, efektif atau tidak, ketika disepadankan dengan rencana-rencana ekonomi yang telah ditetapkan, sehingga menggambarkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagaimana diharapkan.

3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) Atas Harga Berlaku

Selama periode 2005-2008, perkembangan perekonomian Kota Medan, cenderung tumbuh secara positip ditandai oleh peningkatan PDRB atas harga berlaku masing-masing Rp 42,79 triliun tahun 2005, Rp 48,85 triliun tahun 2006, Rp 55,46 triliun tahun 2007 dan Rp 64,42 triliun tahun 2008, atau meningkat rata-rata sebesar 14,62% / tahun. Bila diamati lebih jauh, peningkatan PDRB (ADHB) tahun 2008 merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir, yaitu mencapai 16,16% .

Tabel 3.6. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

Sektor/Lapangan Usaha

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

Sektor/Lapangan Usaha

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Transportasi dan Telekomunikasi

8. Keuangan dan Jasa Perusahaan

42.792,45 48.849,95 55.455,58 64.421,79 Sumber : BPS Kota Medan

PDRB

Keterangan : a ) Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 3.6 diketahui bahwa selama tahun 2008, kondisi perekonomian daerah mengalami peningkatan pada berbagai sektor/ lapangan usaha. Kontribusi terbesar diperoleh dari subsektor transportasi dan telekomunikasi (35,2% ), disusul subsektor I ndustri pengolahan (13,3% ), subsektor Keuangan dan jasa perusahaan (12.8% ). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Medan digerakkan oleh seluruh kelompok sektor yaitu primer, sekunder dan tersier secara simultan.

3.2.2. Struktur Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi.

Tabel 3. 7. Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2008

Sektor/Lapangan Usaha

[5] I. Primer

Pertambangan dan Penggalian

II. Sekunder 26,91 28,37 27,93 27,40 Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

III. Tersier 70,03 68,70 69,21 69,70 Perdagangan, Hotel dan

Restoran Transportasi dan Telekomunikasi

Keuangan dan Jasa Perusahaan

100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Medan

PDRB

Keterangan : a ) Angka Sementara

Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2008 menunjukkan, lapangan usaha utama seperti lapangan usaha perdagangan/ hotel/ restoran, lapangan usaha transportasi/ telekomunikasi serta lapangan usaha industri pengolahan, cenderung dominan dalam perekonomian Kota Medan.

Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.7 menunjukkan bahwa kontribusi tertinggi disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 30,88% . Kemudian diikuti oleh sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 29,24% , sektor

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

industri pengolahan sebesar 20,99% dan sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 18,22% .

Sesuai dengan ciri ekonomi daerah yang ada, transformasi struktural ekonomi Kota Medan tidak terjadi secara signifikan dalam kurun waktu yang lama, tetap didomonasi subsektor tertier (69,70% ), subsektor sekunder (27,40% ). Oleh karena itu, yang diperlukan pada masa yang akan datang adalah peningkatan kualitas struktur perekonomian daerah yang ada sehingga secara masif maupun akif menciptakan produktifitas nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja yang lebih merata di masing- masing sektor.

3.2.3. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) Atas Dasar Harga

Konstan

Berdasarkan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama periode 2005-2008 juga terjadi peningkatan, yang menggambarkan kondisi tetap tumbuhnya sektor-sektor produksi, ekonomi daerah secara riil.

Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2006 ke tahun 2007 sekitar 7,78% dan 6,71% pada tahun 2007 ke tahun 2008. Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan 2000 tahun 2007 dan 2008 terjadi pada hampir semua sektor kecuali sektor penggalian dan pertambangan. Adanya peningkatan PDRB (ADHK) ini diharapkan dapat menggambarkan peningkatan income perkapita dan daya beli masyarakat secara riil, sehingga secara kualitas menggambarkan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

Tabel 3. 8. Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

Sektor/Lapangan Usaha a 2005 2006 2007 2008 ) [1]

2. Pertambangan dan

Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air

6. Perdagangan, Hotel

dan Restoran

7. Transportasi dan

Telekomunikasi

8. Keuangan dan Jasa

6 5 2 7 Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara

3.2.4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap waktu. Hal ini dapat diperoleh melalui peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau sering disebut PDRB atas dasar harga konstan setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDRB atas dasar harga konstan.

Berdasarkan peningkatan PDRB atas dasar harga konstan 2000, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode 2005-2008 meningkat rata-rata 7,30% per tahun. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai, selain

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil, terutama secara distributif. Tabel 3.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2005-2008

Sektor/Lapangan 2005 a 2006 2007 2008 ) Usaha [1]

2. Pertambangan dan

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air

6. Perdagangan, Hotel dan

7. Transportasi dan

8. Keuangan dan Jasa

7,78 6,71 Sumber : BPS Kota Medan

Keterangan : a ) Angka Sementara

Pertumbuhan ekonomi selama periode 2005-2008 juga menunjukkan trend positif, dimana pertumbuhan tahun 2007 memang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 dan cenderung lebih lambat pada tahun 2008. Hal ini dimaklumi karena adanya fenomena kenaikan harga barang dan jasa serta pengaruh dari krisis global.

Berdasarkan Tabel 3.9 diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,71% sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun 2007. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi untuk tahun 2008 adalah sektor transportasi dan komunikasi sebesar 20,29% , sedangkan pertumbuhan secara negatif terjadi pada subsektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 13,49% .

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

3.2.5. PDRB Perkapita

PDRB perkapita merupakan indikator ekonomi makro penting lainnya yang menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk Kota Medan, secara rata- rata sebagai akibat adanya proses pembangunan kota yang dilakukan. Walaupun PDRB perkapita tidak dapat dijadikan dasar untuk melihat sepenuhnya kesejahteraan masyarakat suatu daerah, tetapi minimal dapat dijadikan indikator yang sangat sederhana untuk melihat apakah perubahan perekonomian daerah dapat mengimbangi perubahan penduduk.

Tabel 3.10. PDRB Perkapita Kota Medan Menurut Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2005-2008

PDRB a 2005 2006 2007 2008 ) [1]

[4] [5] PDRD Perkapita adh Berlaku

(Juta Rp.) Perubahan (%)

PDRD Perkapita adh Konstan

2000 (Juta Rp.) Perubahan (%)

6,61 6,61 6,96 5,75 Sumber : BPS Kota Medan

Keterangan : a ) Angka Sementara

Berdasarkan data Tabel 3.10 di atas diketahui bahwa pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar harga konstan lebih kecil dibandingkan pertumbuhan ekonomi daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi pertambahan jumlah penduduk Kota Medan masih lebih tinggi dibandingkan proporsi pertambahan PDRB atas dasar harga konstan.

PDRB perkapita Kota Medan selama tahun 2005-2008 atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan rata-rata sekitar 13% / tahun yakni dari Rp

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

21,02 juta pada tahun 2005 perkapita/ tahun menjadi Rp 30,65 juta perkapita/ tahun pada tahun 2008.

3.2.6. I nflasi

Perkembangan inflasi di Kota Medan selama periode tahun 2005-2008 sebagaimana tahun-tahun sebelumnya juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, mekanisme pasar dan kebijakan Pemerintah Pusat. Selama periode tahun 2008, tingkat inflasi mencapai sebesar 10,63% , inflasi Kota Medan ini cenderung lebih tinggi dari inflasi selama tahun 2007 sebesar 6,42% . Sedangkan menurut komoditi, yang mempengaruhi inflasi tahun 2008 cenderung didominasi oleh bahan makanan dan pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Upaya mencapai tingkat inflasi yang terkendali tidak terlepas dari upaya- upaya yang dilakukan Pemerintah Kota, dunia usaha dan masyarakat, untuk menjamin keseimbangan sisi permintaan dan penawaran, sehingga permintaan total tidak jauh melebihi penawaran total. Kondisi perekonomian global yang tidak stabil secara tidak langsung juga menekan perekonomian Kota Medan dengan ditandai adanya kenaikan angka inflasi dari tahun 2006 sampai tahun 2008.

Tabel 3.11. Laju I nflasi Kota Medan Menurut Komoditi Tahun 2005-2008

Komoditi 2005 a 2006 2007 2008 ) [1]

1. Bahan Makanan

2. Makanan Jadi, Minuman/ Rokok

dan Tembakau

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar

4. Sandang

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

Komoditi 2005 a 2006 2007 2008 ) [1]

6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah

Raga

7. Transportasi dan Komunikasi

UMUM 22,91 5,97 6,42 10,63

Sumber : BPS Kota Medan Keterangan : a ) Angka Sementara

Untuk memonitor dan mengendalikan angka inflasi tersebut, Pemerintah Kota Medan melalui BPS secara berkala (bulanan) membuat laporan perubahan indeks harga konsumen, melalui pengamatan terhadap harga- harga umum, sehingga jika terjadi gejolak harga dapat diantisipasi secara dini. Untuk itu juga, dilakukan koordinasi secara intensif dengan instansi terkait sehingga program-program yang sifatnya antisipatif dapat dilakukan oleh masing-masing pihak.

3.2.7. Ekspor dan I mpor

Kegiatan ekonomi Kota Medan selama tahun 2008 juga tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ekspor dan impor, bahkan dapat dikatakan memiliki kedudukan, fungsi dan peran penting untuk memperluas pasar produk yang dihasilkan, sekaligus mendukung perekonomian Kota Medan yang semakin terbuka. Namun oleh karena kegiatan ekspor dan impor secara administrasi merupakan barang yang keluar atau masuk melewati wilayah kepabeanan, maka pengertian ekspor dan impor untuk Kota Medan juga merupakan barang yang keluar atau masuk melewati wilayah kepabenaan baik melalui Pelabuhan Laut Belawan maupun Pelabuhan Udara Polonia Medan. Dengan demikian, belum tentu ekspor–impor yang terjadi pada kedua pelabuhan tersebut seluruhnya adalah hasil kegiatan ekonomi masyarakat Kota Medan. Nilai ekspor Kota Medan dicatat

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

berdasarkan nilai free on board (fob) yaitu nilai barang ekspor hingga berada di atas kapal di pelabuhan, dan siap diekspor. Berdasarkan data yang tercatat, nilai ekspor Kota Medan yang melalui Pelabuhan Laut Belawan dan Bandara Polonia selama empat tahun terakhir, 2005-2008 menunjukkan kondisi yang meningkat, dengan nilai ekspor 3,86 milyar USD dolar pada tahun 2005, meningkat menjadi 4,52 milyar USD pada tahun 2006, 5,50 milyar USD tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi 7,43 milyar USD, atau tumbuh rata-rata sebesar 23.12% / tahun. Kinerja ekspor ini diharapkan tidak hanya merupakan indikasi semakin bergairahnya perekonomian kota, tetapi juga akan dapat mendorong peningkatan produksi produk-produk lain yang berorientasi ekspor.

Tabel 3.12. Nilai Ekspor dan I mpor Melalui Wilayah Kota Medan Tahun 2005-2008

1. Ekspor (Nilai fob, Miliyar USD)

2. Impor (Nilai cif, Miliyar USD)

3. Surplus Perdagangan (Miliyar USD)

2,86 3,35 4,10 4,37 Sumber : BPS Kota Medan

Keterangan : a ) Angka Sementara

Sesuai dengan kecenderungan ekonomi terbuka pada saat ini dan masa yang akan datang, sekaligus mendapatkan keunggulan kompetitif, maka dapat dipastikan setiap daerah cenderung hanya akan menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan kompetitif, baik dilihat dari sisi kualitas maupun harga. Oleh sebab itu, kebutuhan akan produk-produk yang tidak dihasilkan sendiri biasanya akan didatangkan dari luar atau impor. Nilai impor yang dicatat di Kota Medan didasarkan kepada nilai cost insurance & freight (cif) merupakan nilai barang di atas kapal di pelabuhan bongkar. I mpor melalui Kota Medan selama tahun 2005-2008 juga cenderung meningkat dengan nilai impor 1,17 milyar USD pada tahun

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

2006, kemudian meningkat menjadi 1,50 milyar USD pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan impor yang signifikan sebesar 3,06 milyar USD atau rata-rata tumbuh sekitar 50% / tahun. Selanjutnya dari selisih ekspor dan impor diperoleh surplus perdagangan pada tahun 2006 sebesar 3,35 milyar USD, pada tahun 2007 naik menjadi 4,10 milyar USD, dan pada tahun 2008 sebesar 4,37 milyar USD.

3.2.8. I nvestasi

I nvestasi mempunyai arti secara luas dalam kegiatan perekonomian daerah, dan seringkali dikaitkan dengan kegiatan untuk menanamkan uang/ modal dengan mengharapkan suatu keuntungan secara ekonomi/ finansial sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi di masa yang akan datang. I nvestasi merupakan salah satu unsur penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, selain pertumbuhan dan perkembangan dari faktor-faktor produksi yang lain. Untuk itu, investasi yang dimaksud disini adalah dalam pengertian penambahan/ pembentukan barang modal tetap dan perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi. Kota Medan yang mempunyai letak geografis, potensi demografis yang cukup strategis dan didukung dengan kebijakan yang bersahabat dengan pasar, mendorong terbentuknya iklim dan lingkungan berinvestasi yang semakin kondusif. Beberapa hal yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan investasi adalah persepsi terhadap kondisi keamanan dan ketertiban umum yang relatif kondusif. Secara umum investasi di Kota Medan mengalami peningkatan sejalan dengan terus bergeraknya faktor-faktor produksi. Pada tahun 2006, investasi yang terjadi sebesar Rp 8,18 triliun dan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp 9,09 triliun dan pada tahun 2008 menjadi Rp 9,28 triliun.

Kajian Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Roduk Perikanan Kota Medan

Tabel 3.13. Perkiraan Nilai I nvestasi Menurut Lapangan Usaha di Kota Medan Tahun 2005 – 2008 (milyar Rp.)

Sektor/Lapangan Usaha a 2005 2006 2007 2008 )

2. Pertambangan dan

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air