Teori Jumlah Penduduk Optimal Teori Pertumbuhan Neo Klasik Teori Pertumbuhan Endogenus

atas dasar harga kionstan biasanya merupakan IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk ‘biaya antara’ adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap ‘biaya antara’, disamping karena komponennya terlalu banyak, indeks harganya juga belum tersedia dengan baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda belum banyak dipakai.

2.2.5. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Jumlah Penduduk Optimal

Teori ini dikembangkan oleh kaum klasik Gambar 2.1. Jumlah Penduduk Optimal Pada gambar diatas kurva TP 1 menerangkan bahwa adanya hubungan antara jumlah tenaga kerja dan tingkat output total produksi. Dalam hal ini total output sama dengan nilai PDB. Pada saat jumlah tenaga kerja berada pada L 1 dan Total Produksi berada pada Q 1 maka kondisi optimal pertumbuhan akan terjadi. Namun jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi L 2 dapat di lihat pada gambar bahwa total produksi yaitu L 1 L 2 Q 2 Q 1 Q 3 TP 1 TP 2 Universitas Sumatera Utara PDB menurun. Dalam kasus ini berlaku hukum hasil yang semakin menurun the law of diminishing return . Pada saat L 2 maka dilakukan penambahan terhadap barang modal dan juga tenaga kerja sehingga kurva TP 1 bergeser ke TP 2 . Adanya penambahan ini mengakibatkan perubahan total output PDB

b. Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Teori ini dikembangkan olleh solow 1956 dan berdasarkan teori-teori klasik sebelumnya yang telah disempurnakan. Adapun beberapa asumsi penting dalam memahami model solow yaitu : 1. Tingkat ideologi dianggap konstan tidak ada kemajuan teknologi 2. Tingkat depresiasi dianggap konstan 3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal 4. Tidak ada sektor pemerintah 5. Tingkat pertambahan penduduk tenaga kerja dianggap konstan 6. Dalam mempermudah analisis dapat ditambahkan asumsi bahwa seluruh penduduk bekerja sehingga jumlah penduduk sama dengan jumlah tenaga kerja

c. Teori Pertumbuhan Endogenus

Teori ini dikembangkan oleh Romer 1986. Ini merupakan perkembangan mutakhir teori pertumbuhan Klasik-Neoklasik. Dalam teori ini disebutkan bahwa teknologi bersifat endogenus. Hal ini karena teknologi dianggap sebagai faktor produksi tetap sehingga mengakibatkan terjadinya the law of diminishing return. Dalam jangka panjang yang lebih serius dari memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen dan konstan adalah perekonomian yang lebih dahulu maju akan terkejar oleh perekonomian Universitas Sumatera Utara yang lebih terbelakang dengan asumsi bahwa tingkat pertambahan penduduk, tingkat tabungan, dan akses terhadap teknologi adalah sama

d. Teori Schumpeter