Abu Cangkang Kelapa Sawit Batako TrasPutih Batako Semen

Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

2.2 Cangkang Kelapa Sawit

Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60 dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai industri, antara lain industri minyak, karet, gula dan farmasi. Selain itu tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan.Fauzi,Yan dkk,2002 Prinsip pemisahan biji dari cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dan cangkang. Caranya adalah dengan mengapungkan biji-biji yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan mengapung dalam larutan dan cangkang akan mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih. Alat yang digunakan untuk memisahkan inti dari cangkangnya disebut hydrocyclone separator.Inti buah dimasukkan ke silo dan dikeringkan pada suhu 80 C. Selama pengeringan harus selalu dibolak-balik agar keringnya merata.

2.3 Abu Cangkang Kelapa Sawit

Dalam pemrosesan buah kelapa sawit menjadi ekstrak minyak sawit,menghasilkan limbah padat yang sangat banyak dalam bentuk serat, cangkang dan tandan buah kosong, dimana untuk setiap 100 ton tandan buah segar yang diproses ,akan di dapat lebih kurang 20 ton cangkang, 7 ton serat dan 25 ton tandan kosong. Untuk membantu pembuangan limbah dan pemulihan energi,cangkang dan serat ini digunakan lagi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap pada Universitas Sumatera Utara penggilingan minyak sawit.setelah pembakaran dalam ketel uap,akan dihasilkan 5 abu oil palm ashes dengan ukuran butiran yang halus . Abu hasil pembakaran ini biasanya dibuang dekat pabrik sebagai limbah padat dan tidak dimanfaatkan. Jika unsur silika SiO 2 ditambahkan dengan campuran beton, maka unsur silika tersebut akan bereaksi dengan kapur bebas CaOH 2 yang merupakan unsur lemah dalam beton menjadi gel CSH baru. Gel CSH merupakan unsur utama yang mempengaruhi kekuatan pasta semen dan kekuatan beton. Hasil uji komposisi unsur kimia dari abu cangkang kelapa sawit yang telah dilakukan oleh Hutahaean,B 2007 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Unsur kimia abu cangkang kelapa sawit Unsur kimia Persentase SiO 2 Al 2 O 3 Fe 2 O 3 CaO MgO Na 2 O K 2 O H 2 O Hilang Pijar 58,02 8,7 2,6 12,65 4,23 0,41 0,72 1,97 8,59 Sumber: Hutahaean,B 2007

2.4 Batako

Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982 pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab” Universitas Sumatera Utara Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata. Batako difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan non struktural. Batu batuan atau batu cetak yang tidak dibakar batako dari tras dan kapur, kadang-kadang juga dengan sedikit semen portland, sudah mulai dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk pembuatan rumah dan gedung Frick,H.,1996. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan abu cangkang kelapa sawit sebagai bahan pengisi antara campuran tersebut atau bahan tambah lainnya additive. Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Berdasarkan SNI-3-0349-1989, persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan dinding dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal menurut SNI-3-0349-1989 Mutu Kuat tekan minimum MPa I 9,7 II 6,7 III 3,7 IV 2 Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton batako, persyaratan nilai daya serap air maksimum adalah 25.Sumber: Sumaryanto, dkk, 2009

2.4.1 Jenis-jenis Batako

Batako merupakan batu cetak yang tidak dibakar, berdasarkan bahan bakunya batako dibedakan menjadi 2, yaitu: batako trasputih dan batako semen.

a. Batako TrasPutih

Batako putih terbuat dari campuran tras, batu kapur, dan air, sehingga sering juga disebut batu cetak kapur tras. Tras merupakan jenis tanah yang berasal dari lapukan batu-batu yang berasal dari gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada juga yang putih kecokelatan. Ukuran batako tras yang biasa beredar di pasaran memiliki panjang 20cm – 30cm, tebal 8cm – 10cm, dan tinggi 14cm – 18cm.

b. Batako Semen

Batako semen dibuat dari campuran semen dan pasir abu batu. Ukuran dan model lebih beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako ini biasanya menggunakan dua lubang atau tiga lubang disisinya untuk diisi oleh adukan pengikat. Nama lain dari batako semen adalah batako pres, yang dibedakan menjadi dua bagian, Universitas Sumatera Utara yaitu pres mesin dan pres tangan. Secara kasat mata, perbedaan pres mesin dan tangan dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Di pasaran ukuran batako semen yang biasa ditemui memiliki panjang 36cm – 40cm, tinggi 18cm – 20cm dan tebal 8cm – 10cm Susanta,G.,2007. Ada beberapa keuntungan dan kerugian apabila menggunakan batako sebagai pengganti batu bata. Keuntungan pemakain batako adalah sebagai berikut: 1. Tiap m 2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan. 2. Pembuatan mudah dan ukuran dapat dibuat sama. 3. Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos pemasangan juga lebih hemat. 4. Khusus jenis yang berlubang, dapat berfungsi sebagai isolasi udara. 5. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester. 6. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan. 7. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air. Kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut: 1. Karena proses pengerasannya butuh waktu yang cukup lama ± 3 minggu, maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya. 2. Bila diinginkan lebih cepat membantumengeras perlu ditambah dengan semen, sehingga menambah biaya pembuatan. 3. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengerasannya cukup lama mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah. Batako mempunyai beberapa keuntungan yaitu pemakaian bila dibandingkan dengan bata merah, terlihat penghematan dalam beberapa segi, misalnya setiap m 2 luas dinding lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat poenghematan. Terdapat pula penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75 . Berat tembok diperingan dengan 50 , dengan demikian fondasinya bisa berkurang. Bentuk batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi yang cukup banyak, Universitas Sumatera Utara dan jika kualitas batako baik, maka tembok tidak perlu diplester dan sudah cukup menarik.Frick,H,1996. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pnggunaan batako untuk bahan bangunan mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan menggunakan batako dalam bangunan adalah Tiap m 2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan keuntungan lain dari penggunaan batako adalah akan mengurangi efek kerusakan lingkungan khususnya lahan pertanian yang dijadikan sebagai pembuatan batu bata. Sedangkan kerugiannya meliputi proses membuatnya membutuhkan waktu lama kurang lebih 3 minggu, pengangkutan bisa membuat pecah dan retak, karena ukurannya yang cukup besar dan proses membatunya cukup lama. Berat jenis beton dengan agregat ringan yang kering udara sangat bervariasi, tergantung pada pemilihan agregatnya, apakah pasir alam atau agregat pecah yang ringan halus, yang dipergunakan. Berat jenis sebesar 1850 kgm 3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang- kadang melebihi.Murdock,L.J,1991. Secara garis besar bila diringkas pembagian penggunaan beton ringan dapat dibagi tiga yaitu: 1 Untuk nonstruktur dengan berat jenis antara 240 kgm 3 sampai 800 kgm 3 dan kuat tekan antara 0.35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk dinding pemisah atau dinding isolasi. 2 Untuk struktur ringan dengan berat jenis antara 800 kgm 3 sampai 1400 kgm 3 dan kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk dinding yang juga memikul beban. 3 Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kgm 3 sampai 1800 kgm 3 dan kuat tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal. Wisnuwijanarko,2008 Universitas Sumatera Utara Proses pembuatan batako antara lain yaitu: 1. Pasir diayak untuk mendapatkan pasir yang halus dengan menggunakan mesin 2. Pasir tanpa diayak dan semen diaduk sampai rata dengan menggunakan mesin pengaduk dan setelah rata ditambahkan air. 3. Adonan pasir, semen dan air tersebut diaduk kembali sehingga didapat adukan yang rata dan siap dipakai. 4. Adukan yang siap dipakai ditempatkan di mesin pencetak batako dengan menggunakan sekop dan di atasnya boleh ditambahkan pasir halus hasil ayakan bergantung pada jenis produk batako yang akan dibuat. 5. Dengan menggunakan lempengan besi khusus tersebut dipresditekan sampai padat dan rata mekanisme tekan pada mesin cetak. 6. Batako mentah.yang sudah jadi tersebut kemudian dikeluarkan dari cetakan dengan cara menempatkan potongan papan di atas seluruh permukaan alat cetak. 7. Berikutnya alat cetak dibalik dengan hati-hati. Skala produksi dan keunggulan produk akhir sehingga batako mentah tersebut keluar dari alat cetaknya. 8. Proses berikutnya adalah mengeringkan batako mentah dengan cara diangin- anginkan atau di jemur di bawah terik matahari sehingga didapat batako yang sudah jadi.Waluya,2008.

2.5 Semen